Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUID & SEMISOLID (NON STERIL)


PERCOBAAN V
SALEP DAN GEL

Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 4/F

Gita Ratu Kuswantara 10060316040


Anggun Putri Nur A 10060316041
Melinda Athirah Putri 10060316042
Adellya Fardiani 10060316043
Dilla Nurul Aisyah 10060316216
Indarti Ulfayani 10060316217

Asisten: Septiani Siti Maulidina., S.Farm

Tanggal praktikum : 19 Oktober 2018


Tanggal pengumpulan: 26 Oktober 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M /1440 H
PERCOBAAN V
SALEP DAN GEL

I. Teori Dasar

1.1 Salep

Formatnya liat contoh laporan kemarin data preformnya ditaro

dimana. Jangan lupa footnote pke hal

Data Preformulasi Tambahan

a. Adeps Lanae/Lemak Bulu Domba (Ditjen POM, 1995:57)

- Pemerian : Warna kuning, bau khas, dan massa seperti

lemak.

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur

dengan air kurang lebih 2 kali beratnya. Agak sukar larut dalam

etanol, lebih larut dengan etanol panas. Mudah larut dalam eter dan

kloroform.

- Titik lebur : 38-44°C

- Pka/Pkb :-

- Bobot jenis : 0,932-0,945 g/cm3

- pH larutan :-

- Stabilitas : Dapat mengalami autooksida selama

penyimpanan, untuk pencegahan ditambahkan antioksidan.

- Inkompatibilitas : Dapat mengandung prooksidasi dan

mempengaruhi stabilitas
- Konsentrasi : 5%

(Rowe, et al,2009:379)

- Khasiat : Zat tambahan

b. Aquadest (Ditjen POM, 1979; 96)

- Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan :-

- Titik lebur : 0°C

- Titik didih : 100°C

- pKa/pKb :-

- Bobot jenis : 1 g/cm3

- pH larutan :7

- Stabilitas : Secara kimiawi air stabil terhadap semua

bentuk fisik (es, air, uap) dalam penyimpanan, air dilindungi

terhadap masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme.

- Inkompatinilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan

eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis

- Khasiat : Pelarut

c. Propilenglikol (Ditjen POM, 1995: 712)

- Pemerian : tidak berwarna, tidak berbau, cairan jernih

- Ukuran pratikel :-
- Polimorfisme :-

- Kelarutan : dapat bercampur dengan air dengan aseton

dan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial

tetapi tidak dapat tercampur dengan minyak lemak

- Titik Lebur : 55°C

- Titik Didih : 738°C

- Pka/Pkb :-

- Bobot Jenis : 1,038 g/cm³

- pH larutan :-

- Stabilitas : higroskopis pada suhu yang tinggi akan

teroksidasi menjadi propionaldehid, asam laktat, asam asetat. Stabil

jika dicampurkan dengan etanol, gliserin, ata air

- Inkompatibilitas : dengan zat pengoksidasi, seperti potasium

permangat

(Rowe, et al, 2009: 712)

- Khasiat : zat tambahan

d. Vaseline Album (Ditjen POM, 2014: 1312)

- Organoleptis : warna putih atau kekuningan, massa

berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada

suhu 0°C

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-
- Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam

etanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah

larut dalam berflene, karbon sulfit, kloroform. Larut dalam heksana

dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.

- Titik lebur : antara 38 dan 56°C (Dirjen POM, 1979:

639)

- pKa/pKb :-

- pH :-

- Bobot jenis : antara 0,815 dan 0,880 g/cm³

- Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna

dan bau ynag tidak dikehendaki untuk mencegahnya ditambahkan

antioksidan

- Inkompatibilitas : bahan inert yang tidak dapat bercampur

dengan banyak bahan

(Rowe, et al, 2009: 822)

- Khasiat : zat tambahan (basis salep)

e. Setil alkohol/Alcoholum cetylicum (Ditejn POM, 2014: 1172)

- Organoleptis : serpihan putih atau granul seperti lilim,

berminyak, bau khas lemah atau sabar, rasa lemah

- Polimorfisme : kubus

- Ukuran partikel :-
- Kelarutan : mudah larut dalam etanol 95%, eter,

kelarutan meningkat dengan peningkatan temperatur, serta tidak

larut dalam air

- Titik Lebur : 45-52°C

- Titik didih : 316-344°C

- pKa/pKb :-

- Bobot jenis : 0,908 g/cm3

- Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan adanya asam

alkali, cahaya, dan udara sehingga tidak menjadi tengik

- Inkompatibilitas : tidak kompatibel dengan oksidator kuat,

setil alkohol bekerja untuk menurunkan titik leleh ibuprofen yang

hasil dalam kecendrungannya selama proses pelapisam film

ibuprofen kristal

(Rowe, et al, 2009:155)

- Khasiat : emulgator dan emolien

1.2 Gel

Formatnya liat contoh laporan kemarin data preformnya ditaro

dimana. Jngn lupa footnote pke hal

Data Preformulasi Zat Tambahan

a. Carbopol (Carbomer) 940


- Pemerian : serbuk, berwarna putih, dengan bau yang

khas

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan : larut dalam air, setelah netralisasi dalam

etanol 95% dan titik gliserin

- Titik lebur : dekomposisi sampai 30 menit pada 260°C

- Pka/Pkb :-

- Bobot jenis :-

- pH larutan : 2,7-3,5 (0,5%), 2,5-3,0 (1%)

- Stabilitas : higroskopis, stabil terhadap cahaya

- Inkompatibilitas : inkompatibel bahan dengan resorsin, fenol,

kation polimer, asam kuatielektrolit

(Rowe, et al,2009: 89)

- Khasiat : Lat tambahan

b. Aquadest (Ditjen POM, 1979; 96)

- Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan :-

- Titik lebur : 0°C

- Titik didih : 100°C


- pKa/pKb :-

- Bobot jenis : 1 g/cm3

- pH larutan :7

- Stabilitas : Secara kimiawi air stabil terhadap semua

bentuk fisik (es, air, uap) dalam penyimpanan, air dilindungi

terhadap masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme.

- Inkompatinilitas : Air dapat bereaksi dengan obat dan

eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis

- Khasiat : Pelarut

c. Trietanolamin/TEA (Ditjen POM,1979: 613)

- Pemerian : cairan kental, tidak berwarna hingga

kuning pucat, bau lemah mirip amoniak

- Ukuran pratikel :-

- Polimorfisme :-

- Konsentrasi : 2-4% (Rowe et al, 2006: 794)

- Kelarutan : mudah larut dalam air dan etanol (95%),

dan larut dalam kloroform

- Titik Lebur : 20-21°C

- Titik Didih : 335°C

- Pka/Pkb : Pka 7,74

- Bobot Jenis : 1,120 sampai 1,128 g/cm³

- pH larutan : 10,5
- Stabilitas : TEA dapat berubah warma menjadi coklat

dengan aparan udara dan cahaya

- Inkompatibilitas : akan bereaksi dengan asam mineral

menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak

tinggi

(Rowe et al, 2009: 663)

- Khasiat : zat tambahan

d. HPMC/Hidroksi Propil Metil Selulpsa (Ditjem POM, 1995)

- Organoleptis : serbuk atau granul, warna putih krem atau

putih, tidak berbau, tidak berasa

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan : larut dalam air dingin, memberikan larutan

koloid yang kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol 955,

dan eter. Larut dalam campuran air dan alkohol dan pelarut

organik.

- Titik lebur : 190-200°C

- pKa/pKb :-

- pH : 5,5-8,0

- Bobot jenis : 22008,2906, dan 2910 g/cm³

- Stabilitas : merupakan bahan yang stabil hampis

higroskopis. Setelah dikeringkan larutan stabil pada Ph 3.

Perubahan temperatur dpat menghilangkan kekentalan larutan


- Inkompatibilitas : beberapa agen pengoksidasi uat

(Rowe, et al, 2009: 297)

- Khasiat : zat tambahan

e. Natrium Alginat

- Organoleptis : serbuk, warna putih atau kuning coklat

pucat, tidak berbau, tidak berasa

- Polimorfisme :-

- Ukuran partikel :-

- Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95%, eter,

kloroform, campuran etanol air, pelarut organik, dan larutan asam

encer (pH kurang dari 3). Larut perlahan dalam air yang

membentuk larutan koloid lengket

- Titik didih :-

- pKa/pKb :-

- Bobot jenis :-

- pH : 7,2 (Rowe et al, 2006: 452)

- Stabilitas : higroskopis meskipun dapat stabil pada

kondisi kelembaban relatif dan temperatur rendah. Larutan sangat

stabil pada pH 4-10, larutan encer 1% terekspos pada remperatur

yang berbeda memiliki viskositas 60-70% dari nilai aslinya setelah

penyimpanan 2 tahun
- Inkompatibilitas : inkompatibel dengan turunan acridine,

kristal violet, garam kalsium, logam berat, dan etanol dengan

konsntrasi lebih dari 5%

(Rowe, et al, 2009)

- Khasiat : zat tambahan

II. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Batang Pengaduk Adeps Lanae
Cawan Aquadest
Gelas Ukur Carbopol 940
Kaca Arloji HPMC
Kertas Perkamen Na-Alginat
Matkan Propilen Glikol
Mortir Stamper Setil Alkohol
Penjepit TEA
Pemantik Api
Pot Gel & Salep
Pipet Tetes
Timbangan Analitik
Spatel
Stirrer
Sudip
Waterbath

III. Perhitungan dan Penimbangan Bahan


3.1 Salep

Jumlah masing masing formula sebanyak 20 gram)

A. Formula I

1. Adeps Lanae (5%)


5
x 20 gram = 1 gram
100
1 gram + (10% x 1 gram)
1 gram + 0,1 gram = 1,1 gram
2. Vaselin Album

20 gram + ( 10% x 20 gram)

20 gram + 2 gram = 22 gram


22 gram – 1,1 gram = 20,9 gram

Tabel 3.1 Data penimbangan formula salep I

Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram


Adeps Lanae 5% 1,1 gram
Vaselin Album 20,9 gram

B. Formula II

1. Propilenglikol (10%)
10
x 20 gram = 2 gram
100
2 gram + (10% x 2 gram)
2 gram + 0,2 gram = 2,2 gram
2. Vaselin Album

20 gram + ( 10% x 20 gram)

20 gram + 2 gram = 22 gram


22 gram – 2,2 gram = 19,8 gram

Tabel 3.2 Data penimbangan formula salep II

Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram


Propilenglikol 10% 2,2 gram
Vaselin Album 19,8 gram
C. Formula III

1. Setil Alkohol (5%)


5
x 20 gram = 1 gram
100
1 gram + (10% x 1 gram)
1 gram + 0,1 gram = 1,1 gram
2. Vaselin Album

20 gram + ( 10% x 20 gram)

20 gram + 2 gram = 22 gram


22 gram – 1,1 gram = 20,9 gram

Tabel 3.3 Data penimbangan formula salep III

Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram


Setil Alkohol 5% 1,1 gram
Vaselin Album 20,9 gram

3.2 Gel

Jumlah masing masing formula (sebanyak 20 gram)

A. Formula I
1. Carbopol 940 (1,5%)
1,5
x 20 gram = 0,3gram
100
0,3 gram + 10% = 0,33 gram
2. TEA ad pH 7-8
3. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,33 gram = 21,67 mL

Tabel 3.1 Data penimbangan formula gel I


Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram
Carbopol 940 1,5% 0,33 gram
TEA Ad pH 7-8
Aquadest 21,67 mL

B. Formula II

1. HPMC (3%)
3
x 20 gram = 0,6gram
100
0,6 gram + 10% = 0,66 gram
2. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,66 gram = 21,34 mL

Tabel 3.2 Data penimbangan formula gel II

Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram


HPMC 3% 0,66 gram
Aquadest 21,34 mL

C. Formula III

1. Na Alginat (3%)
3
x 20 gram = 0,6gram
100
0,6 gram + 10% = 0,66 gram
2. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,66 gram = 21,34 mL

Tabel 3.3 Data penimbangan formula gel III

Nama Zat Konsentrasi Untuk 20 gram


Na Alginat 3% 0,66 gram
Aquadest 21,34 mL
V. Prosedur (PARAGRAF PASIF SPOK kalimatnya, mortir

ditambahkan. Bukan ditambahkan mortir)

5.1 Prosedur Percobaan Salep

A. Formula I (Metode Triturasi)


Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama, alat dan

bahan disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan sebagaimana kebutuhan serta

dilanjutkan dengan penimbangan masing masing bahan. Kemudian, Adeps Lanae

sebanyak 1,1 gram dan Vaselin Album sebanyak 20,9 gram dicampurkan sambil

digerus di dalam mortir ad homogen. Setelah itu, basis salep yang telah terbentuk

ditimbang sejumlah 20 gram sebagaimana sesuai kebutuhan lalu dimasukkan ke

dalam wadah (pot salep) dan sediaan dilakukan evaluasi.

B. Formula II (Metode Funsion atau Pelelehan)

Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama, alat dan

bahan disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan sebagaimana kebutuhan serta

dilanjutkan dengan penimbangan masing masing bahan. Kemudian, Vaselin

Album sebanyak 19,8 gram dan Propilenglikol sebanyak 2,2 gram dipanaskan di

dalam cawan penguap di atas penangas air (sampai lumer). Setelah itu, Basis salep

dimasukkan ke dalam mortir hangat diaduk hingga basis salep tersebut dingin dan

terbentuk massa semisolida. Lalu, pada sediaan salep yang telah terbentuk

ditimbang sesuai dengan sebagaimana kebutuhan yaitu sebanyak 20 gram dengan

menggunakan kertas perkamen dan dimasukkan ke dalam wadah (pot salep) serta

sediaan dilakukan evaluasi.

C. Formula III (Metode Funsion atau Pelelehan)

Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama, alat dan

bahan disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan sebagaimana kebutuhan serta

dilanjutkan dengan penimbangan masing masing bahan. Kemudian, Vaselin


Album sebanyak 20,9 gram dan Setil Alkohol sebanyak 1,1 gram dipanaskan di

dalam cawan penguap di atas penangas air (sampai lumer). Setelah itu, Basis salep

dimasukkan ke dalam mortir hangat diaduk hingga basis salep tersebut dingin dan

terbentuk massa semisolida. Lalu, pada sediaan salep yang telah terbentuk

ditimbang sesuai dengan sebagaimana kebutuhan yaitu sebanyak 20 gram dengan

menggunakan kertas perkamen dan dimasukkan ke dalam wadah (pot salep) serta

sediaan dilakukan evaluasi..

5.2 Prosedur Percobaan Gel

a)....................

a. Gel Formula I

b. Gel Formula II (HPMC+Aquadest)

Hal-hal yang dilakukan dalam percoban ini yang pertama alat

bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya, masing-masing

bahan yang telah disiapkan ditimbang. HPMC 0,66 gram dikembangkan

dengan air panas 21,34 mL didalam matkan, lalu diaduk menggunakan

stirrer sampai kental atau terbentuk massa gel. Kemudian, gel yang sudah

terbentuk yang ada didalam matkan dimasukkan kedalam wadah pot gel

menggunakan sudip. Setelah itu, dilakukan pengamatan evaluasi sediaan

gel.

c. Gel Formula III (Na Alginat+Aquadest)

Hal-hal yang dilakukan dalam percoban ini yang pertama alat

bahan disiapkan sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya, masing-masing

bahan yang telah disiapkan ditimbang. Na Alginat 0,66 gram


dikembangkan dengan air panas 21,34 mL didalam matkan, lalu diaduk

menggunakan stirrer sampai kental atau terbentuk massa gel. Kemudian,

gel yang sudah terbentuk yang ada didalam matkan dimasukkan kedalam

wadah pot gel menggunakan sudip. Setelah itu, dilakukan pengamatan

evaluasi sediaan gel.

5.3 Prosedur Evaluasi Salep dan Gel ( yang dilakuin aja)

a)....................

b)..........................

c).....................

VI. Hasil Pengamatan

6.1 Salep

Tabel 6.1 Data pengamatan sediaan salep


Parameter Formula Salep I Formula Salep II Formula Salep III

Organoleptis Bewarna putih Bewarna putih; Bewarna putih; tidak


-Warna agak sedikit tidak berbau; berbau; konsistensi
- Bau kekuningan; konsistensi semisolida (++++)
-Konsistensi berbau khas; semisolida (+++)
konsistensi
semisolida (+++)

Homogenitas Homogen Homogen Homogen

Stabilitas Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil
Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil
Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil
Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil
Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil Hari ke-5:
Konsistensinya agak
sedikit lebih
memadat dari
sebelumnya

6.2 Gel
Tabel 6.2 Data pengamatan sediaan gel

Parameter Formula Gel I Formula Gel II Formula Gel III

Organoleptis Bewarna tidak Bewarna tidak Bewarna tidak


-Warna berwarna; tidak berwarna; tidak berwarna; tidak
- Bau berbau; konsistensi berbau; konsistensi berbau; konsistensi
-Konsistensi tinggi rendah sedang

Homogenitas Homogen Homogen Homogen

Stabilitas Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil
Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil
Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil
Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil
Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil

VII. Pembahasan

7.1 Salep

Pada percobaan ini, hal pertama yang praktikan lakukan adalah membuat

suatu sediaan salep, dengan 3 formula yang berbeda. Menurut (Ditjen

POM,1979:33), salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen

dalam dasar salep yang cocok. Salep menggunakan basis (pembawa) tertentu

untuk menghantarkan obat dan untuk menghasilkan sifat emoliensa (melunakan

kulit) dan pelicin pada sediaan. Berdasarkan basis salep yang digunakan sebagai

pembawa, basis salep tergolong kedalam 4 kelompok yaitu dasar salep


hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep larut air dan dasar salep dapat dicuci

dengan air (Agoes,2012:29).

A. Salep Formula I

Hal hal yang dilakukan pada percobaan pembuatan sediaan salep formula I

yang terdiri dari Vaselin album dan Adeps Lanae 5% adalah pertama menentukan

metode cara pembuatan salep yang tepat yaitu menggunakan metode triturasi.

Alasan digunakannya metode tersebut adalah karena metode triturasi ini cocok

untuk pembuatan sediaan salep yang mengandung bahan termolabil terhadap

panas artinya bahan tersebut tidak tahan terhadap panas dan kemungkinan akan

mengalami kerusakan bila dilakukannya proses pemanasan. Selain itu alasan

lainnya adalah karena kedua bahan tersebut memiliki konsistensi yang sama.

Berbeda halnya dengan metode pelelehan/fusion. Pada metode tersebut, bahan

yang digunakan harus bersifat stabil terhadap panas serta biasanya bahan yang

digunakannya memiliki konsistensi yang berbeda. Apabila jumlah bahan yang

digunakan dalam suatu sediaan dalam jumlah yang banyak maka bisa pula metode

yang digunakannya adalah metode pelelehan/fusion. Pada kedua bahan yang

terdapat pada salep formula I ini adalah berperan sebagai basis. Artinya dalam

sediaan tersebut tidak mengandung zat aktif. Dasar salep berdasarkan

penggunaannya sebagai pembawa, basis salep Vaselin Album termasuk kedalam

golongan dasar salep hidrokarbon sedangkan Adeps lanae termasuk ke dalam

golongan dasar salep serap (Anief, 1997: 52)

Menurut (Syamsuni,2006:65) dasar salep hidrokarbon adalah dasar salep yang

bersifat tidak berair, hidrofob, tidak larut dalam air dan tidak tercuci air sedangkan
salep serap adalah tidak larut dalam air dan kebanyakan tidak tercuci air. Apabila

dilihat dari salep yang digolongkan berdasarkan efek terapetiknya, salep formula I

ini tergolong ke dalam salep yang mempunya efek permukaan yaitu yang akan

membentuk lapisan film di permukaan kulit yang memiliki fungsi diantaranya

yaitu untuk menutup kulit dan sebagai proteksi. Dasar salep yang digunakan pada

efek permukaan ini adalah dasar salep senyawa hidrokarbon.

Pada pembuatan sediaan salep formula I ini, dilakukan proses

pencampuran kedua bahan basis salep ke dalam mortar. Kemudian dilanjutkan

dengan proses pengadukan. Tujuan dilakukannya pengadukan ini adalah agar

kedua basis tersebut homogen antar satu sama lain. Setelah homogen, sediaan

ditimbang sesuai kebutuhan serta dimasukkan ke dalam wadah pot salep dan

dilakukan evaluasi. Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk menguji bahwa

sediaan yang telah dibuat sudah memenuhi persyaratan serta untuk mengetahui

karakteristik dan sifat dari sediaan salep tersebut. Hingga nantinya sediaan akan

layak untuk didistribusikan serta digunakan oleh pasien. Pengujian evaluasi yang

dilakukan pada sediaan salep ini adalah yang pertama dilakukan evaluasi

organoleptis yang meliputi warna, bau dan konsistensi sediaan. Tujuan

dilakukannya evaluasi organoleptis ini adalah untuk memeriksa kesesuaian bau,

warna serta konsistensi yang sedapat mungkin harus mendekati spesifikasi sediaan

yang telah ditentukan selama formulasi. Selain itu, tujuan dilakukannya evalusi

konsistensi adalah untuk menjamin bahwa sediaan tersebut mudah untuk

digunakan dalam pengolesan. Kedua adalah dilakukan evaluasi homogenitas.

Tujuan dilakukannya evaluasi homogenitas adalah untuk menjamin distribusi zat


aktif maupun zat tambahan yang homogen pada suatu sediaan. Ketiga adalah

dilakukan evaluasi konsistensi. Dan yang terakhir adalah evaluasi stabilitas.

Tujuan dilakukannya evaluasi stabilitas dalam jangka waktu selama 5 hari adalah

untuk melihat dan memeriksa sediaan yang telah dibuat sudah memenuhi

persyaratan kestabilan yaitu sediaan tidak mengalami perubahan dan tidak terjadi

pemisahan atau tidak.

Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh adalah yang pertama

evaluasi organoleptik yang dilakukan berdasarkan proses pengamatan yang

dilakukan melibatkan pancaindera yaitu mengevaluasi parameter warna, bau serta

konsistensi. Dari sediaan salep tersebut, data yang dihasilkan yaitu sediaan

memiliki warna putih agak kekuningan, memiliki bau yang khas, dan memiliki

konsistensi semisolida yang sedang (+++). Hal ini sesuai dengan ketentuan yang

ada. Hasil evaluasi organoleptis sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi

sediaan yang telah ditentukan selama formulasi. Alasan sediaan tersebut berwarna

putih agak kekuningan adalah karena merupakan efek dari warna zat adeps lanae

itu sendiri yang memiliki warna kuning. Sedangkan berbau khas adalah karena

efek dari sediaan ini mengandung adeps lanae yaitu yang terbuat dari lemak bulu

domba. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada (Ditjen POM,1995:57).

Apabila dilihat dari konsistensinya, sediaan salep formula I ini menghasil sediaan

semisolida (setengah padat) yang pas artinya tidak terlalu padat dan tidak terlalu

encer. Hal ini sesuai pula dengan literatur yang ada. Sehingga sediaan tersebut

mudah untuk digunakan dalam pengolesan.


Uji evaluasi yang kedua adalah mengenai homogenitas. Berdasarkan hasil

uji evaluasi homogenitas, sediaan menghasilkan data bahwa sediaan yang telah

dibuat menghasilkan campuran yang homogen. Hal ini dapat dilihat pada saat

sediaan ini dioleskan pada kaca objek atau permukaan kulit praktikan

menghasilkan lapisan yang menunjukkan susunan yang homogen.

Uji evaluasi yang terakhir adalah mengenai stabilitas sediaan pada hari ke-

1 setelah pembuatan sediaan hingga hari ke-5. Pada uji stabilitas yang diamati

adalah pemisahan, perubahan warna dan bau serta homogenitas. Pada hari ke-1

hingga hari ke-5 pada salep formula I tidak mengalami perubahan yaitu tidak

adanya pemisahan, warnanya tetap berwarna putih agak kekuningan, berbau khas

dan homogen Artinya sediaan salep formula I yang dibuat oleh praktikan bisa

dikatakan stabil.

B. Salep Formula II

Hal hal yang dilakukan pada........................

C. Salep Formula III

Hal hal yang dilakukan pada................................. BAHAS YA SETIL

ALKOHOL itu konsistensinya lebih keras si salepnya daripda yang lainnya. Itu

teh kenapa karena Bmnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan

konsistensi sehingga menjadi sediaan semisolid.

Tolong bahasin pas hari ke-5 ceritanya si salepnya agak sedikit memadat

konsistensinya soalnya udah aku rencanakan di pembahasannya bawahnya sampai


kesimpulannya intinya salep 3 agak sedikit memadat jadi sulit dalam melakukan

pengolesan. Baca aja di kesimpulan no 1 atau pembahasan bawah 

Semua pembahasan salep 2 3 SAMAIN aja kata katanya. bedanya udah aku kasih

tau di chat line multichat yaaa. Tingggal copas aje. Bahas sampe hasil evaluasinya

juga yaa kan beda hasil evaluasinya juga

Dilihat dari hasil evaluasi yang ada beserta data formula sediaan salep

kelompo praktikan, baik sediaan salep formula I, formula II dan formula III,

sedian formula II lah yang paling bagus karena memberikan kenyaman saat

digunakan berbeda halnya dengan salep formula I dan formula III. Karena pada

formula I mengandung basis adeps lanae yang memiliki bau khas lemak bulu

domba yang mungkin tidak mengenakan dari segi bau yang ada. Sedangkan pada

sediaan formula III setelah diamati dalam jangka waktu 5 hari, sediaan salep ini

memiliki tekstur yang agak sedikit memadat sehingga praktikan agak sedikit

kesulitan dalam melakukan pengolesan sediaan tersebut pada permukaan kulit.

Pada sediaan salep formula II memiliki keuntungan tersendiri yaitu selain

konsistensinya yang pas dengan sediaan salep yang sebagaimana mestinya

sehingga mudah untuk digunakan juga sediaan ini mudah dicuci dengan air.

Namun keuntungan yang praktikan maksud disini adalah bersifat relatif. Hal ini

tergantung dari segi tujuan penggunaan salep itu sendiri.

Berdasarkan dari hasil data yang demikian, maka praktikan dapat

memberikan usul formula yang baru. Walaupun dalam pengamatan selama 5 hari

ini pada ketiga sediaan salep tidak menimbulkan adanya ciri ketidakstabilan dari
sediaan salep contohnya seperti terjadinya pemisahan, timbulnya bau tengik, dan

tumbuhnya mikroorganisme. Namun perubahan yang terjadi dapat dilihat pada

salep Formula III yaitu konsistensi salep pada hari ke-5 agak sedikit lebih

memadat dibandingkan hari hari sebelumnya.

TERGANTUNG HASIL KALIAN AKU MAH MAU DISTABILIN SEMUA KARENA

SUDAH PUSYING  STABILIN AJA WEH YUUUUUUUUK PLIS UDAH KAGOK

DIBAHAS SAMA AKU. KECUALI YANG HARI KE-5 RESEP 3 udah aku isi datpeng

nya

Usulan formula yang baru meliputi adanya penambahan zat aktif tujuannya adalah

agar salep tersebut dapat ditentukan efek terapeutiknya serta bisa ditentukan

penambahan zat tambahannya. Contohnya adalah zat tambahan peningkat

penetrasi. Zat tambahan ini tidak diberikan pada semua sediaan jenis sediaan

salep. Tetapi akan diberikan pada sediaan jenis salep tertentu contohnya ditujukan

untuk efek pada lapisan kulit dibawah epidermal yang harus dituju dengan cara

menembus lapisan stratum korneum yang sangat tebal sehingga sulit untuk

dilewati. Sejauh ini, dari ketiga formula tidak ada satupun sediaan yang

mengandung zat aktif sehingga bisa dikatakan bahwa semua sediaan tersebut

memiliki efek terapeutiknya adalah pada permukaan yang ditujukan sebagai

proteksi dan menutup kulit. Selain itu, usulan lainnya adalah penambahan zat

tambahan lainnya yaitu seperti zat pengawet yang ditujukan untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme yang dapat mengganggu kestabilan sediaan salep

yang memiliki basis salep mengandung air. Karena air adalah media tempat

pertumbuhan mikroorganisme yang baik. Selain itu, dapat pula dilakukan


penambahan zat antioksidan yang ditujukan untuk mencegah terjadinya reaksi

oksidasi dari minyak yang digunakan sehingga agar tidak menimbulkan adanya

bau tengik pada sediaan. Dan yang terakhir adalah penambahan zat untuk

memperbaiki konsistensi. Formula sediaan salep yang diusulkan adalah sebagai

berikut :

Formula I (untuk 20 gram sediaan salep)

Adeps Lanae 5% (Dasar salep serap)

Vaselin Album q.s (Dasar salep hidrokarbon)

........................ ...... (zat antioksidan)

................................ ( zat memperbaiki konsistensi)

Alasan pada formula I tidak ditambahkan zat pengawet karena pada sediaan ini

tidak menggunakan basis yang mengandung air.

Formula II ( untuk 20 gram sediaan salep)

Propilenglikol 10% (Dasar salep larut dalam air)

Vaselin Album q.s (Dasar salep hidrokarbon)

........................ ...... (zat antioksidan)

.................................. (zat pengawet)

........................ (zat memperbaiki konsistensi)

Formula III ( untuk 20 gram sediaan salep)

Setil alkohol 5% (Dasar salep larut dalam air)

Vaselin Album q.s (Dasar salep hidrokarbon)

........................ ...... (zat antioksidan)

.................................. (zat pengawet)


........................ (zat memperbaiki konsistensi)

7.2 Gel

Pada percobaan ini, hal pertama yang praktikan lakukan adalah membuat
suatu sediaan gel, dengan 3 formula yang berbeda. Menurut (Ditjen POM,2014 :
42) Gel kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel
Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
(misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan
harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal
ini tertera pada etiket.

A. Gel Formula I

B. Gel Formula II

Pada praktikum dilakukan pembuatan sediaan semidolid berupa gel


dengan basis HPMC (Hidroxy Propyl Methyl Cellulose). Gel merupakan sediaan
topikal, sediaan gel mempunyai keuntungan diantaranya tidak lengket, mudah
mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. Selain itu HPMC
menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna, stabil pada pH 3-11,
mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba, dan memberikan
kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit (Sprowls, 1970). Basis HPMC
merupakan basis gel atau polimer pembentuk gel golongan polimer sintetik.
Berdasarkan sifat alir gel umumnya adalah pseudoplastis dimana viskositas akan
menurun ketika laju pengadukan ditingkatkan (rate of shear). Rheologi
pseudoplastis merupakan cairan non newton atau zat yang tidak mengikuti
persamaan alir newton yang tidak dipengaruhi waktu.

Pada percobaan sediaan pembuatan gel ini menggunakan basis HPMC


yang berfungsi untuk polimer pembentuk gel atau biasa disebut gelling agent. Hal
pertama yang dilakukan yaitu alat dan bahan disiapkan HPMC 0,66 gram
dikembangkan dengan air panas 80ºC 21,34 mL didalam matkan. Berdasarkan
sifat pelarutnya gel yang dibuat merupakan ge golongan hidrogel yang
menggunakan pelarut air. Pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer
hidrofilik yang saling sambung melalui ikatan kimia atau kohesi seperti interaksi
ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel punya biokompatibilitas
yg tinggi karena tegangan permukaan yg rendah dengan cairan biologi jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adesi sel. Kekuatan
hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yg rendah. Lalu diaduk
menggunakan stirrer sampai kental atau terbentuk massa gel dilakukan dengan
perlahan untuk menghindari timbulnya buih yang berlebihan, pengadukan dengan
menggunakan stirrer bertujuan agar pengadukan optimal dan mendapatkan massa
gel yang homogen. Kemudian, gel yang sudah terbentuk yang ada didalam
matkan dimasukkan kedalam wadah pot gel menggunakan sudip. Setelah itu,
dilakukan pengamatan evaluasi sediaan gel.

Pengujian evaluasi ini dilakukan untuk mengamati dan mengetahui bahwa


sediaan gel yang telah dibuat sudah memenuhi syarat gel yang baik hingga
nantinya sediaan akan layak untuk didistribusikan serta digunakan oleh pasien.
Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh adalah yang pertama evaluasi
organoleptik yang dilakukan berdasarkan proses pengamatan yang dilakukan
melibatkan pancaindera yaitu mengevaluasi parameter warna, bau serta
konsistensi. Berdasarkan data yang diperoleh gel tidak berwarna dan tidak berbau
sesuai dengan pemerian HPMC itu sendiri dimana tidak berbau hal ini sesuai
dengan literatur (Ditjen POM,1995). Kemudian konsistensi basis gel HPMC 3%
bertujuan untuk menjamin bahwa sediaan tersebut mudah untuk digunakan dalam
pengolesan hasil pengamatan yang diperoleh konsistensi basis gel HPMC 3%
agak cair atau memiliki viskositas yang rendah, disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi HPMC maka semakin kental basis gel yang diperoleh dan diperlukan
waktu pengembangan yang cukup lama untuk HPMC.

Pada pengamatan evaluasi yang kedua adalah homogenitas, tujuan


dilakukannya evaluasi homogenitas adalah untuk menjamin distribusi zat aktif
maupun zat tambahan yang homogen pada suatu sediaan Berdasarkan hasil
pengamatan evaluasi homogenitas diperoleh sediaan yang telah dibuat
menghasilkan campuran yang homogen. Hal ini dapat dilihat pada saat sediaan ini
dioleskan pada kaca objek atau permukaan kulit praktikan menghasilkan lapisan
yang menunjukkan susunan yang homogen.

Pada pengamatan evaluasi yang terakhir yaitu evaluasi stabilitas dalam


jangka waktu selama 5 hari bertujuan untuk melihat dan memeriksa sediaan yang
telah dibuat sudah memenuhi persyaratan kestabilan yaitu sediaan tidak
mengalami perubahan dan tidak terjadi pemisahan atau tidak sediaan pada hari ke-
1 setelah pembuatan sediaan hingga hari ke-5. Pada uji stabilitas yang diamati
adalah pemisahan, perubahan warna dan bau serta homogenitas. Pada hari ke-1
hingga hari ke-5 pada gel dengan menggunakan basis HPMC 3% tidak mengalami
perubahan yaitu tidak adanya pemisahan, maka dapat dinyatakan formula gel
dengan basis HPMC yang dibuat oleh praktikan bisa dikatakan stabil.

Setelah dilakukan evaluasi seluruhnya pada sediaan ini, praktikan dapat


memberikan usulan formula yaitu dengan penambahan metilparaben dan
propilparaben sebagai pengawet yang telah dilarutkan dalam propilenglikol
sebagai humektan, kemudian peningkatan konsentrasi dari HPMC. Hal ini karena
menurut hasil pengamatan evaluasi peningkatan konsentrasi HPMC agar dapat
semakin kental basis gel karena semakin tinggi konsentrasi HPMC maka semakin
kental basis gel yang diperoleh. Kemudian untuk menstabilkan sediaan gel dalam
jangka waktu yang lama dikarenakan kemungkinan adanya kontaminasi bakteri
dan jamur, ditambahkan bahan pengawet methylparaben 0,02% dan
prophylparaben 0,01% ke dalam sediaan sesuai dengan penggunaan
methylparaben pada penggunaan topikal yaitu 0,02-0,3% (Rowe et al, 2009: 442)
sedangkan untuk penggunaan prophyl paraben pada enggunaan topikal yaitu 0,01-
0,6% (Rowe et al, 2009:596). Formula sediaan gel yang diusulkan adalah sebagai
berikut :

R/ HPMC 7%

Propilenglikol 15%

Metilparaben 0,02%

Propilparaben 0,01%

Aquadest
C. Gel Formula III

VIII. Kesimpulan

8.1 Salep

1. Berdasarkan hasil percobaan ini dari ketiga sediaan formula salep yang

praktikan buat sudah sesuai dengan sebagaimana literatur yang ada. Hal ini

dapat dilihat pada tabel 6.1. Apabila dibandingkan dari segi

kenyamanannya, menurut praktikan sedian formula salep II memberikan

hasil yang lebih nyaman dibandingkan dengan sediaan formula I dan III

karena pada formula I mengandung basis adeps lanae yang memiliki bau

khas lemak bulu domba yang mungkin tidak mengenakan dari segi bau

yang ada. Sedangkan pada sediaan formula III setelah diamati dalam

jangka waktu 5 hari, sediaan salep ini memiliki tekstur yang agak sedikit

lebih memadat sehingga praktikan agak sedikit kesulitan dalam melakukan

pengolesan sediaan tersebut pada permukaan kulit .

2. Berdasarkan dari hasil formula yang ada, praktikan memberikan usul

formula baru dengan menambahkan zat aktif agar sediaan salep tersebut

dapat ditentukan efek terapeutiknya serta dapat ditentukan dilakukan

penambahan zat peningkat penetrasi atau tidak. Selain itu, praktikan


memberi usul zat tambahan berupa zat pengawet untuk menghambat

pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan salep basis mengandung air,

zat antioksidan untuk mencegah terjadinya bau tengik atau reaksi oksidasi

yang terjadi pada minyak, dan yang terakhir adalah penambahan zat

memperbaiki konsistensi agar sediaan tersebut stabil konsistensinya tidak

mengalami perubahan dari waktu ke waktu agar mudah digunakannya

dalam pengolesan.

8.2 Gel

3. Berdasarkan uji evaluasi sediaan gel dengan menggunakan

basis HPMC konsentrasi 3% merupakan gel yang

memenuhi persyaratan yang baik untuk oraganoleptis,

konsistensi, stabilitas, homogenitas dan organoleptis. Gel

ini merupakan sediaan gel hidrogel berdasarkan dari jenis

pelarutnya yaitu air.


IX. Daftar Pustaka

Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1979, Farmakope III,


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal: 96, 613, 639

Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995, Farmakope IV,


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal: 57, 712

Ditjen POM Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2014, Farmakope V,


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal: 42, 1172, 1312

Rowe, R.C. et Al., 2006, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th, London,


page: 452, 794

Rowe, R.C. et Al., 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,


London, page: 89, 155, 297, 369, 442, 596, 633, 766, 822

Sprowls Jr.,JB.,1970. Prescription Pharmacy, 2nd ed., 247 Lippincott.,


Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai