LAPORAN PRAKTIKUM TSLS 5 Melinda Ratu Done
LAPORAN PRAKTIKUM TSLS 5 Melinda Ratu Done
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 4/F
I. Teori Dasar
1.1 Salep
lemak.
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
dengan air kurang lebih 2 kali beratnya. Agak sukar larut dalam
etanol, lebih larut dengan etanol panas. Mudah larut dalam eter dan
kloroform.
- Pka/Pkb :-
- pH larutan :-
mempengaruhi stabilitas
- Konsentrasi : 5%
(Rowe, et al,2009:379)
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
- Kelarutan :-
- pKa/pKb :-
- pH larutan :7
- Khasiat : Pelarut
- Ukuran pratikel :-
- Polimorfisme :-
- Pka/Pkb :-
- pH larutan :-
permangat
suhu 0°C
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
- Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam
etanol dingin atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah
639)
- pKa/pKb :-
- pH :-
antioksidan
- Polimorfisme : kubus
- Ukuran partikel :-
- Kelarutan : mudah larut dalam etanol 95%, eter,
- pKa/pKb :-
ibuprofen kristal
1.2 Gel
khas
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
- Pka/Pkb :-
- Bobot jenis :-
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
- Kelarutan :-
- pH larutan :7
- Khasiat : Pelarut
- Ukuran pratikel :-
- Polimorfisme :-
- pH larutan : 10,5
- Stabilitas : TEA dapat berubah warma menjadi coklat
menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak
tinggi
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
koloid yang kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol 955,
dan eter. Larut dalam campuran air dan alkohol dan pelarut
organik.
- pKa/pKb :-
- pH : 5,5-8,0
e. Natrium Alginat
- Polimorfisme :-
- Ukuran partikel :-
encer (pH kurang dari 3). Larut perlahan dalam air yang
- Titik didih :-
- pKa/pKb :-
- Bobot jenis :-
penyimpanan 2 tahun
- Inkompatibilitas : inkompatibel dengan turunan acridine,
Alat Bahan
Batang Pengaduk Adeps Lanae
Cawan Aquadest
Gelas Ukur Carbopol 940
Kaca Arloji HPMC
Kertas Perkamen Na-Alginat
Matkan Propilen Glikol
Mortir Stamper Setil Alkohol
Penjepit TEA
Pemantik Api
Pot Gel & Salep
Pipet Tetes
Timbangan Analitik
Spatel
Stirrer
Sudip
Waterbath
A. Formula I
B. Formula II
1. Propilenglikol (10%)
10
x 20 gram = 2 gram
100
2 gram + (10% x 2 gram)
2 gram + 0,2 gram = 2,2 gram
2. Vaselin Album
3.2 Gel
A. Formula I
1. Carbopol 940 (1,5%)
1,5
x 20 gram = 0,3gram
100
0,3 gram + 10% = 0,33 gram
2. TEA ad pH 7-8
3. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,33 gram = 21,67 mL
B. Formula II
1. HPMC (3%)
3
x 20 gram = 0,6gram
100
0,6 gram + 10% = 0,66 gram
2. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,66 gram = 21,34 mL
C. Formula III
1. Na Alginat (3%)
3
x 20 gram = 0,6gram
100
0,6 gram + 10% = 0,66 gram
2. Aquadest 20 mL + ( 10% x 20 mL)
20 mL + 2 mL = 22 mL
22 mL – 0,66 gram = 21,34 mL
sebanyak 1,1 gram dan Vaselin Album sebanyak 20,9 gram dicampurkan sambil
digerus di dalam mortir ad homogen. Setelah itu, basis salep yang telah terbentuk
Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama, alat dan
Album sebanyak 19,8 gram dan Propilenglikol sebanyak 2,2 gram dipanaskan di
dalam cawan penguap di atas penangas air (sampai lumer). Setelah itu, Basis salep
dimasukkan ke dalam mortir hangat diaduk hingga basis salep tersebut dingin dan
terbentuk massa semisolida. Lalu, pada sediaan salep yang telah terbentuk
menggunakan kertas perkamen dan dimasukkan ke dalam wadah (pot salep) serta
Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama, alat dan
dalam cawan penguap di atas penangas air (sampai lumer). Setelah itu, Basis salep
dimasukkan ke dalam mortir hangat diaduk hingga basis salep tersebut dingin dan
terbentuk massa semisolida. Lalu, pada sediaan salep yang telah terbentuk
menggunakan kertas perkamen dan dimasukkan ke dalam wadah (pot salep) serta
a)....................
a. Gel Formula I
stirrer sampai kental atau terbentuk massa gel. Kemudian, gel yang sudah
terbentuk yang ada didalam matkan dimasukkan kedalam wadah pot gel
gel.
gel yang sudah terbentuk yang ada didalam matkan dimasukkan kedalam
a)....................
b)..........................
c).....................
6.1 Salep
Stabilitas Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil
Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil
Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil
Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil
Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil Hari ke-5:
Konsistensinya agak
sedikit lebih
memadat dari
sebelumnya
6.2 Gel
Tabel 6.2 Data pengamatan sediaan gel
Stabilitas Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil Hari ke-1: Stabil
Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil Hari ke-2: Stabil
Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil Hari ke-3: Stabil
Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil Hari ke-4: Stabil
Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil Hari ke-5: Stabil
VII. Pembahasan
7.1 Salep
Pada percobaan ini, hal pertama yang praktikan lakukan adalah membuat
POM,1979:33), salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan
digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok. Salep menggunakan basis (pembawa) tertentu
kulit) dan pelicin pada sediaan. Berdasarkan basis salep yang digunakan sebagai
A. Salep Formula I
Hal hal yang dilakukan pada percobaan pembuatan sediaan salep formula I
yang terdiri dari Vaselin album dan Adeps Lanae 5% adalah pertama menentukan
metode cara pembuatan salep yang tepat yaitu menggunakan metode triturasi.
Alasan digunakannya metode tersebut adalah karena metode triturasi ini cocok
panas artinya bahan tersebut tidak tahan terhadap panas dan kemungkinan akan
lainnya adalah karena kedua bahan tersebut memiliki konsistensi yang sama.
yang digunakan harus bersifat stabil terhadap panas serta biasanya bahan yang
digunakan dalam suatu sediaan dalam jumlah yang banyak maka bisa pula metode
terdapat pada salep formula I ini adalah berperan sebagai basis. Artinya dalam
bersifat tidak berair, hidrofob, tidak larut dalam air dan tidak tercuci air sedangkan
salep serap adalah tidak larut dalam air dan kebanyakan tidak tercuci air. Apabila
dilihat dari salep yang digolongkan berdasarkan efek terapetiknya, salep formula I
ini tergolong ke dalam salep yang mempunya efek permukaan yaitu yang akan
yaitu untuk menutup kulit dan sebagai proteksi. Dasar salep yang digunakan pada
kedua basis tersebut homogen antar satu sama lain. Setelah homogen, sediaan
ditimbang sesuai kebutuhan serta dimasukkan ke dalam wadah pot salep dan
sediaan yang telah dibuat sudah memenuhi persyaratan serta untuk mengetahui
karakteristik dan sifat dari sediaan salep tersebut. Hingga nantinya sediaan akan
layak untuk didistribusikan serta digunakan oleh pasien. Pengujian evaluasi yang
dilakukan pada sediaan salep ini adalah yang pertama dilakukan evaluasi
warna serta konsistensi yang sedapat mungkin harus mendekati spesifikasi sediaan
yang telah ditentukan selama formulasi. Selain itu, tujuan dilakukannya evalusi
Tujuan dilakukannya evaluasi stabilitas dalam jangka waktu selama 5 hari adalah
untuk melihat dan memeriksa sediaan yang telah dibuat sudah memenuhi
persyaratan kestabilan yaitu sediaan tidak mengalami perubahan dan tidak terjadi
konsistensi. Dari sediaan salep tersebut, data yang dihasilkan yaitu sediaan
memiliki warna putih agak kekuningan, memiliki bau yang khas, dan memiliki
konsistensi semisolida yang sedang (+++). Hal ini sesuai dengan ketentuan yang
sediaan yang telah ditentukan selama formulasi. Alasan sediaan tersebut berwarna
putih agak kekuningan adalah karena merupakan efek dari warna zat adeps lanae
itu sendiri yang memiliki warna kuning. Sedangkan berbau khas adalah karena
efek dari sediaan ini mengandung adeps lanae yaitu yang terbuat dari lemak bulu
domba. Hal ini sesuai dengan literatur yang ada (Ditjen POM,1995:57).
Apabila dilihat dari konsistensinya, sediaan salep formula I ini menghasil sediaan
semisolida (setengah padat) yang pas artinya tidak terlalu padat dan tidak terlalu
encer. Hal ini sesuai pula dengan literatur yang ada. Sehingga sediaan tersebut
uji evaluasi homogenitas, sediaan menghasilkan data bahwa sediaan yang telah
dibuat menghasilkan campuran yang homogen. Hal ini dapat dilihat pada saat
sediaan ini dioleskan pada kaca objek atau permukaan kulit praktikan
Uji evaluasi yang terakhir adalah mengenai stabilitas sediaan pada hari ke-
1 setelah pembuatan sediaan hingga hari ke-5. Pada uji stabilitas yang diamati
adalah pemisahan, perubahan warna dan bau serta homogenitas. Pada hari ke-1
hingga hari ke-5 pada salep formula I tidak mengalami perubahan yaitu tidak
adanya pemisahan, warnanya tetap berwarna putih agak kekuningan, berbau khas
dan homogen Artinya sediaan salep formula I yang dibuat oleh praktikan bisa
dikatakan stabil.
B. Salep Formula II
ALKOHOL itu konsistensinya lebih keras si salepnya daripda yang lainnya. Itu
teh kenapa karena Bmnya tinggi sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan
Tolong bahasin pas hari ke-5 ceritanya si salepnya agak sedikit memadat
Semua pembahasan salep 2 3 SAMAIN aja kata katanya. bedanya udah aku kasih
tau di chat line multichat yaaa. Tingggal copas aje. Bahas sampe hasil evaluasinya
Dilihat dari hasil evaluasi yang ada beserta data formula sediaan salep
kelompo praktikan, baik sediaan salep formula I, formula II dan formula III,
sedian formula II lah yang paling bagus karena memberikan kenyaman saat
digunakan berbeda halnya dengan salep formula I dan formula III. Karena pada
formula I mengandung basis adeps lanae yang memiliki bau khas lemak bulu
domba yang mungkin tidak mengenakan dari segi bau yang ada. Sedangkan pada
sediaan formula III setelah diamati dalam jangka waktu 5 hari, sediaan salep ini
memiliki tekstur yang agak sedikit memadat sehingga praktikan agak sedikit
sehingga mudah untuk digunakan juga sediaan ini mudah dicuci dengan air.
Namun keuntungan yang praktikan maksud disini adalah bersifat relatif. Hal ini
memberikan usul formula yang baru. Walaupun dalam pengamatan selama 5 hari
ini pada ketiga sediaan salep tidak menimbulkan adanya ciri ketidakstabilan dari
sediaan salep contohnya seperti terjadinya pemisahan, timbulnya bau tengik, dan
salep Formula III yaitu konsistensi salep pada hari ke-5 agak sedikit lebih
DIBAHAS SAMA AKU. KECUALI YANG HARI KE-5 RESEP 3 udah aku isi datpeng
nya
Usulan formula yang baru meliputi adanya penambahan zat aktif tujuannya adalah
agar salep tersebut dapat ditentukan efek terapeutiknya serta bisa ditentukan
penetrasi. Zat tambahan ini tidak diberikan pada semua sediaan jenis sediaan
salep. Tetapi akan diberikan pada sediaan jenis salep tertentu contohnya ditujukan
untuk efek pada lapisan kulit dibawah epidermal yang harus dituju dengan cara
menembus lapisan stratum korneum yang sangat tebal sehingga sulit untuk
dilewati. Sejauh ini, dari ketiga formula tidak ada satupun sediaan yang
mengandung zat aktif sehingga bisa dikatakan bahwa semua sediaan tersebut
proteksi dan menutup kulit. Selain itu, usulan lainnya adalah penambahan zat
tambahan lainnya yaitu seperti zat pengawet yang ditujukan untuk menghambat
yang memiliki basis salep mengandung air. Karena air adalah media tempat
oksidasi dari minyak yang digunakan sehingga agar tidak menimbulkan adanya
bau tengik pada sediaan. Dan yang terakhir adalah penambahan zat untuk
berikut :
Alasan pada formula I tidak ditambahkan zat pengawet karena pada sediaan ini
7.2 Gel
Pada percobaan ini, hal pertama yang praktikan lakukan adalah membuat
suatu sediaan gel, dengan 3 formula yang berbeda. Menurut (Ditjen POM,2014 :
42) Gel kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel
Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
(misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan
harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal
ini tertera pada etiket.
A. Gel Formula I
B. Gel Formula II
R/ HPMC 7%
Propilenglikol 15%
Metilparaben 0,02%
Propilparaben 0,01%
Aquadest
C. Gel Formula III
VIII. Kesimpulan
8.1 Salep
1. Berdasarkan hasil percobaan ini dari ketiga sediaan formula salep yang
praktikan buat sudah sesuai dengan sebagaimana literatur yang ada. Hal ini
hasil yang lebih nyaman dibandingkan dengan sediaan formula I dan III
karena pada formula I mengandung basis adeps lanae yang memiliki bau
khas lemak bulu domba yang mungkin tidak mengenakan dari segi bau
yang ada. Sedangkan pada sediaan formula III setelah diamati dalam
jangka waktu 5 hari, sediaan salep ini memiliki tekstur yang agak sedikit
formula baru dengan menambahkan zat aktif agar sediaan salep tersebut
zat antioksidan untuk mencegah terjadinya bau tengik atau reaksi oksidasi
yang terjadi pada minyak, dan yang terakhir adalah penambahan zat
dalam pengolesan.
8.2 Gel