Siklus Kerja mesin Diesel 4 langkah, pada prinsipnya hampir sama dengan
mesin Otto, dimana piston bergerak secara translasi dari Titik Mati Atas (TMA) ke
Titik Mati Bawah (TMB) dan sebaliknya berulang-ulang sebanyak 4 kali dalam satu
siklus. Urutan Siklusnya sebagau berikut.
1. Langkah Hisap (Intake)
Katup hisap terbuka dan piston bergerak dari TMA ke TMB, menghisap udara pada
tekanan mendekati atmosfir yang menjadikan rung bakar terisi udara.
2. Langkah Kompresi (Compression)
Semua katup tertutup dan piston bergerak dari TMB ke TMA,
mengkompresi udara sehingga menaikan suhu dan tekanan. Injeksi bahan
bakar terjadi persis sebelum TMA dan segera sesudahnya terjadi pembakaran yang
menyebaban kenaikan suhu dan tekanan cukup tinggi.
3. Langkah Ekspansi (Power)
Semua katup tertutup dan piston bergerak dari TMA ke TMB,
mengekspansi ruang bakar sehingga mengurangi suhu dan tekanannya.
Simulasi CFD ..., Dody Darsono, FT UI, 2010
4. Langkah Buang (Exhaust)
Katup buang terbuka dan piston bergerak dari TMB ke TMA, membuang
semua hasil pembakaran dan menyelesaikan siklus.
m
Simulasi CFD ..., Dody Darsono, FT UI, 2010
Dimana ρ
a
adalah densitas udara (kg/m
3
) dalam ruang bakar dan ∆P
L
adalah
perbedaan tekanan antara saluran sistem injeksi dan ruang bakar. Satuan SMD,
ν
m
,ρ
m
dan γ
m
adalah µm, m
2
/detik, kg/m
3
dan N/m. Persamaan tersebut telah
digunakan oleh Ejim et al [9] untuk memprediksi ukuran butiran hasil injkesi pada
mesin diesel injeksi langsung (DI). Hasil perhitunga SMD menggunakan
persamaan tersebut juga tidak menunjukkan variasi yang signifikan jika tipe
injektor dan geometri injektor berubah. Viskositas, densitas dan tegangan
permukaan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah pada temperatur mesin
diesel sekitar 80
o
C.
Gambar 2.4. Tipikal Diagram Kecepatan Heat Release pada Pembakaran Mesin
Diesel Injeksi Langsung
Waktu pembakaran
bergantung pada beberapa faktor, antara lain pada tekanan dan temperatur udara
pada saat bahan bakar mulai disemprotkan, gerakan udara dan bahan bakar, jenis
dan derajat pengabutan bahan bakar, serta perbandingan bahan bakar - udara
lokal. Jumlah bahan bakar yang disemportkan selam periode persiapan
pembakaran tidaklah merupakan faktor yang terlalu menetukan waktu persiapan
pembakaran.
b) Fase pembakaran cepat b-c (premixed or rapid combustion phase)
Pada fase ini udara dan bahan bakar yang telah tercampur (air-fuel mixture)
akan terbakar dengan cepat dalam beberapa derajat. Proses pembakaran tersebut
terjadi dalam suatu proses pengecilan volume (selama piston masih bergerak
menuju ke top dead center ). Sampai piston bergerak kembali beberapa derajat
sudut engkol sesudah TDC, tekananya masih bertambah besar tetapi laju kenaikan
tekanan yang seharusnya terjadi dikonvensasikan oleh bertambah besarnya
volume ruang bakar sebagai akibat bergerak piston dari TDC ke BDC (buttom
Simulasi CFD ..., Dody Darsono, FT UI, 2010
dead center). Pada premixed terjadi kenaikan tekanan dan temperatur secara
drastis.
c) Fase pembakaran terkendali c-d (mixing controlled combustion
phase).
Setelah campuran bahan bahan bakar-udara (air-fuel mixture) terbakar
pada fase premixed, kecepatan pembakaran ditentukan oleh tersedianya campuran
yang siap terbakar. Beberapa proses yang terjadi disini adalah antara lain
atomisasi bahan bakar, penguapan, pencampuran dengan udara dan reaksi kimia,
sehingga proses pembakaran ditentukan oleh proses pencampuran antara udara
dan bahan bakar.
d) Fase pembakaran lanjutan d-e(late combustion phase )
Pada fase ini terjadi proses penyempurnaan pembakaran dan pembakaran
bahan bakar yang belum sempat terbakar. Pelepasan energi akan terus
berlangsung dengan kecepatan rendah sampai langkah ekspansi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembakaran lanjut ini
antara lain sebagian kecil bahan bakar belum terbakar dan sebagian energi bahan
bakar tersebut menjadi soot dan produk pembakaran campuran kaya, yang
energinya masih dapat terlepas.
2.2. Prinsip Dasar CFD
CFD adalah suatu teknik analisa dari suatu sistem meliputi aliran fluida,
perpindahan panas dan fenomena yang terlibat didalamnya seperti reaksi kimia
dengan bantuan komputer berdasarkan simulasi.
Pada CFD semua kodenya terdiri dari tiga unsur utama yaitu:
a). Pre processor, melibatkan definisi geometri dari daerah yang dianalisa,
pengembangan grid, pemilihan fenomena fisik yang diperlukan dan spesifikasi
dari kondisi batas yang sesuai.
Simulasi CFD ..., Dody Darsono, FT UI, 2010
b). Solver, melibatkan aproksimasi dari variabel fluida yang tidak diketahui
dengan bantuan fungsi sederhana, diskretisasi dari aproksimasi kedalam
persamaan atur aliran dan manipulasi matematis dan solusi dari persamaan
aljabar.
c). Post processor, termasuk geometri domain dan grid display, pengeplotan
vektor, garis dan plot kontour bayangan, plot permukaan 3 dimensi.
2.3. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin Diesel yang dibuat dari
bahan nabati. Pada umumnya Biodiesel dapat diproduksi dari minyak nabati dan
lemak hewan. Diantaranya minyak sawit, kelapa, jagung, kedelai, jatropha, castor,
nyamplung, kisemir dll
Methyl ester (Biodiesel) dapat dibuat dengan proses transesterifikasi minyak
nabati dengan methanol atau proses esterifikasi langsung asam lemak hasil
hidrolisis minyak nabati dengan methanol. Pemilihan proses berdasarkan
kandungan FFA (Free Fatty Acid) pada bahan baku. Bila FFA < 5% maka proses
yang digunakan adalah transesterifikasi. Dan bila FFA > 5% maka perlu
dilakukan pre-esterifikasi dengan menggunakan katalis asam.
No
MEJatropha
C, cSt 2,3-6,0 4,50 4,40 13,75
Bilangan Setana Min 51 59-70 57 42,3
Stabilitas Oksidasi,
hrs
Min 6 13,37 3,3 0,67
(risinoleat)
Titik Pengkabutan,
o
C Max. 18 16 4 -11,3
HFFR Lubrisitas
60
o
C, µm
- 217 - -
Asam Lemak Tak
Jenuh, %
- 56,6 80% >95%