Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekarang kita hidup di era yang modern, semua yang kita butuhkan
langsung tersedia secara instant. Fenomena ini bisa kita lihat di beberapa bidang.
Di bidang komonikasi, kita dulu masih SD tidak ada orang yang megang
handphone kecuali orang-orang tertentu saja, bahkan dulu TV sangat sulit kita
jumpai, tetapi pada era ini anak SD pun sekarang sudah banyak yang memkaia
HP, bahkan sekarang di desa-desa sudah ada yang namanya internet. Di bidang
kedokteran, sekarang orang yang hamil bisa diketahui apakah bayinya laki-laki
atau perempuan, bahkan juga bisa mengetahui istri yang sudah ditinggalkan
suaminya apakah dirahimnya terdapat bayinya atau tidak. Dan dibidang-bidang
yang lainya. Sejalan dengan perkembangan itu, persoalan-persoalan juga semakin
kompleks. Dan apakah hukum Islam bisa menjawab semua persoalan-persoalan
itu?. Dan apakah jawaban-jawaban itu masih relevan seperti zaman Nabi dan
sahabat-sahabat-Nya? Dan apa yang harus dilakukan jika jawaban-jawaban itu
tidak relevan lagi?
B.Topik Bahasan
Topik bahasan dalam hal ini adalah:
Ø Apa definisi dari pembaharuan hukum Islam itu sendiri?,
Ø Bagaimana sejarah perkembangan hukum Islam dari zaman Rasulullah SAW
sampai sekarang?
Ø Bagaiman caranya untuk melakukan pembaharuan hukum Islam itu?

C. Tujuan
Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui pembaharuan hukum Islam pada
masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang dan mengapa harus ada
pembaharuan hukum Islam dan bagaiman caranya untuk melakukan pembaharuan
hukum Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembahuruan Hukum Islam


Pembaharuan hukum Islam terdiri dari dua kata, yaitu “pembaharuan”
yang berarti modernisasi atau suatu upaya yang dilakukan untuk mengadakan atau
menciptakan suatu yang baru; dan “hukum Islam”, yakni kumpulan atau koleksi
daya upaya para fukaha dalam bentuk hasil pemikiran untuk menerapkan syariat
berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini hukum Islam sama dengan fiqh,
bukan syariat.
B.Islam Datang Ke Indonesia

Sebelum Islam datang ke Indonesia,sudah banyak agama-agama yang


dianut masyarakat setempat,dan ternyata Islam masuk bersamaan dengan mistis
dari agama Hindu Budha.
1. Awal mula masuknya Islam ke Indonesia
Islam datang ke Indonesia dengan proses penyesuaian dengan agama
sebelumnya dan tradisi budaya setempat seperti Wali Songo di jawa,hal ini yang
menyebabkan kepercayaan yang sifatnya sinkritisme.dan ada juga yang
berpendapat masuknya Islam ke Indonesia karena aspek hukumnya,dan jika
pendapat ini yang dipakai maka terjadi pelemahan proses dari
ajaran hukum Islam di Indonesia,artinya pada mulanya orang Indonesia taat
pada hukum Islam,kemudian mereka meninggalkanya.
Lepas dari perbedaan tersebut,pelaksanaan hukum Islam banyak dipengaruhi oleh
nilai-nilai tradisional setempat. Hal tersebut bertujuan untuk memperlancar proses
Islamisasi, tetapi kenyataanya terbalik,yaitu terjadi dominasi nilai-nilai tradisional
dan sedikitnya menimbulkan konflik yang berkepanjangan.
2. Kerajaan samudra pasai
Kerajan Islam pertama kali di Indonesia adalah kerajaan samudra pasai
dengan rajanya bernama Malikus Saleh.Disamping itu hukum Islam juga tertanam
kuat di Aceh sampai Indonesia merdeka.
Pepaduan antara kehadiran Islam dengan agama-agama lain,yang
melahirkan konsepsi Islam yang tidak saja berorientasi kepada nilai-nilai yang
tidak bersumber pada aslinya,tetapi juga banyak konsepsi baru yang banyak
menyimpang dari ajaran semula,sehingga timbul beberapa aliran kebatinan dan
aliran kepercayaan yang berbeda-beda.
3.Hukum Islam di kerajaan Mataram
Sebelum sultan agung menjadi sultan mataram,masyarakat setempat
memeluk agama hindu.setelah Sultan Agung menjadi sulatan
mataram hukum Islam sangat berpengaruh di kerajaan itu.hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya hukum kisas. Tidak hanya di daerah kerajaan agung saja,tetapi
disebelah utara jawa,terbukti dengan adanya pengadilan-pengadilan agama baik
yang berhubungan dengan keluarga atau yang lainya yang dipimpin langsung oleh
pemuka-pemuka kerajaan.
Setelah mataram menunjukkan kemunduran,nama fatahillah diabadikan
sebagai salah seorang tokoh Wali Songo. Dan meskipun mengalami kemunduran
pengaruh Islam masih sangat kental.
4. Kerajaan Banjar
Sebagian masyarakat banjar atau Kalimantan sudah ada yang memeluk
agama Islam. Pada saat Pangeran Samudra atau Pangeran Suriansyah mau
berperang dengan pamanya; Pangeran Tumenggung,beliau berjanji akan
masuk Islam jika menang dalam peperangan,sehingga kerajaan di Jawa banyak
yang membantu. Dengan masuknya pangeran suriansyah ke agama Islam,maka
proses ilamisasi di banjar semakin mudah,tetapi konsepsi hukum yang dianut
nampaknya juga tidak murni berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,karena
sebelumnya sudah ada agama Hindu.dan proses Islamisasi juga dipengaruhi oleh
faham tasawwuf (sufisme).
Dengan fawatnya pangeran Suriansyah, pengganti-penggantinyapun masih
meneruskan tradisi-tradisinya, bahkan mengalami ekspansi.Bukti dari,kehidupan
keagaman diwujudkan pula dengan dibentuknya mufti-mufti,yang
menangani hukum yang berkaitan dengan hukum-hukum keluarga dan
perkawinan.Dan qadli yang menangani masalah-masalah hukumprivat dan pidana
atau dikenal dengan had.tercatat dalam sejarah
banjar,diberlakukanya hukum bunuh terhadap orang Islam yang
murtad,hukum potong tangan untuk orang yang mencuri.bahkan hukumnya
dikodifikasikan dengan berorientasi kepada hukum Islam,atau disebut dengan
Undang-Undang Sultan Adam.Akhirnya kedudukan sultan selain sebagai
pemegang kekuasan dalam kerajaan juga diakui sebagai Ulul amri kaum muslimin
diseluruh kerajaan.
5. Hukum Islam pada masa kompeni
Hadirnya kompeni di Indonesia pada awalnya hanyak untuk mendapatkan
keuntungan materi saja,tetapi ketika mereka tahu kalau masyarakat Indonesia
kebanyakan beragama Islam,maka agama merekapun (kristen) dibawa masuk pula
ke Indonesia.secara umum kehadiran mereka di sambut kurang simpatik
penduduk (orang pribumi atau inlander),karena sudah ada
agama Islam sebelumnya,maka mau tidak mau mereka harus
menghormati Islam sebagai agama dan kenyataan yang ada di Indonesia dan tidak
bisa memaksakan pengaruhnya terutama kaitanya dengan bidang-bidang agama.
Dalam era penjajahan yang begitu lama,Indonesia seakan-akan berada
dalam keadaan”status qua”,artiunya hukum Islam hanyalah berkedudukan sebagai
sistem yang mempengaruhi,bukanya hukum yang secara kongkrit dan seluruhnya
diterapkan.
Di masa kompeni Islam dan konsepnya tidak dapat dengan mudah
dipengaruhi oleh agama dan budaya belanda,itu disebabkan karena didirikanya
pendidikan Islam yang dikenal dengan pesanteren,karena dipesantren merupakan
basis utama dalam mengembangkan akidah Islam.

C. Hukum Islam Menjelang Dan Sesudah Indonesia Merdeka


1. Pembaharuan Hukum Islam Dan Pergerakan Nasional
Hukum Islam pada masa ini bekembang cendung lamban,seirama denagan
ketradisionalan,ini semuanya disebabkan karena Indonesia belum merdeka. Dan
dapat dimaklumi jika sebagian serjan belanda melontarkan konsepnya
tentang hukum agama bahwa hukum agama merupakan hukum adat setempat dan
kedudukanya sebagai penunjang saja dan dapat dirombak jika tidak sesuai dengan
zaman. Dan dengan hadirnya para tokoh yang notabeni dari pesantren yang
sebagai konseptor merombak tata nilai berdasarkan hukum Islam,dan juga
berdasarkan pengetahuan moderan agar sesuai dengan zaman.
Untuk memurnikan kembali ajaran-ajaran Islam ditempuh melalui
organisasi baik yang sifatnya masa atau non-masa,prinsip dari organisasi
disamping mempunyai misi penyebaran agama juga mencerdaskan taraf berfikir
serta meningkatkan kehidupan sosial ekonomi,secara politis hal ini juga dijadikan
basis kuat untuk melahirkan kemerdekaan dengan menanamkan rasa nasionalisme
yang didasarkan kepada agama ,bahwa kemerdekaan bukan hanya kemerdekaan
Indonesia melainkan kemerdekaan kaum muslimin Indonesia dan
kemerdekaan Islam,sehingga organisasi itu diterima baik oleh masyarakat.
Secara konsepsional ibnu taimiyah (1263-1328) dan ibn qayyim (1292-
1350) memplopori gerakan pembaharuan atau tajdid yang bertujuan merombak
segala ketidak kebeneran dan penyimpangan terhadap nilai-nila agama,kemudian
diteruska oleh Muhammad abdul wahhab (1703-1787),dan pada abad ke dua
puluh ini dipopulerkan kembali oleh jamaluddin al-Afghani (1830-1897)
kemudian diteruskan oleh muridnya Muhammad Abduh (1845-1899) dan sayid
rasyid ridha (1866-1935).
Gerakan ini melalui pengaruh aliran wahabi dari arab yang dibawa oleh
pelopor perang paderi dari Sumatra bagian barat,mereka menganggap adat-adat
lama bertentangan dengan hukum Islam dan berkeinginan
mengembalikan hukum-hukum Islam sesuai konsep yang sebenarnya
dari Islam yang berdasarkan al-qur’an dan hadits,namun keadaan ini
dipertahankan oleh golongan tua,sehingga terjadi konflik besar-besaran.Segala
bentuk pembahuran yang dilakukan oleh para pemimpinya memiliki pola yang
berbeda-beda,sehingga gerakanya juga ada yang radikal dan tidak radikal.
2.Hukum Islam Pada Pendudukan Jepang
Jepang datang ke Indonesia tujuan utamanya adalah untuk menjadikan
Indonesia sebagai basis pangkalanya didaerah –daerah bagian selatan,
sehingga hukum yang konsepsional tergantung kepada keadaan.artinya,apapun
bentuk hukumnya kalau menganggu pemerintah militerisme maka akan
dilarang.dan jika konsepsi agamanya mendukung misinya maka dibiarkan
berkembang.
3. Saat Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Hukum Islam pada masa ini paling menentukan agar konsepsi Islam seimbang
antara kehidupan dunia akhirat dan bisa dijadikan Tata Hukum Di Indonesia.
4. Pembicaraan hukum Islam dalam sidang BPUPK
Dalam sidang-sidang BPUPK (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan) ini, terjadi perdebatan hangat antara golongan Islam dan golongan
nasionalis.
Konsepsi nasionalis pertama kali dilontarkan oleh Soekarmo,dalam
pidatonya yang dikenal dengan lahirnya pancasila pada tanggal 1 juni 1945.inti isi
dalam pidatonya itu menyatakan bahwa dasar Indonesia yang pertama adalah
kebangsaan.
Dalam siding BPUPK soekarno duduk dibarisa depan sambil menjelaskan
“nationale staat”.dalam konteks ini soekarno beusaha mencari pemecahan masalah
yang dapat mempertemukan golongan Islam dan nasionalis.namun dari konfontir
yang dikeluarkan tidak mendasarkan kepada ajaran-ajaran Islam,tetapi mengutip
konsepsi renan tentang syarat bahwa ssuatu bangsa haruslah merasa ndirinya
bersatu dan mau bersatu,soekarno menyatakan bahwa maksud dari nationale staat
adalah persatuan antara orang dan tempat.
Dari segi ini dapat dilihat toleransi pemeluk Islam,yang dengan ikhlasnya
tidak memaksa konsepsinya.ketoleransian itu didasarkan atas realita,bahwa
Indonesia tidak dihuni oleh orang Islam saja.
Konsepsi Soekarno disusul oleh Prof. Muh.Yamin,konsepsinya tidak jauh
berbeda dengan konsepsi soekarno,dengan mengajukan konsepsi dasar Negara
dengan meletakkan ketuhanan tetapi tidak mengulasnya terperinci,karena
Indonesia merupakan Negara sekuler.tetapi konsepsi itu tidak disetujui oleh Moh.
Hatta ,yang tegas-tegas menginginkan dipisahkanya agama dengan Negara.
Kemudian prof. soepomo memberikan perumpamaan “jika Indonesia
didirikan negara Islam,maka akan timbul masalah minderhiden,meskipun
negara Islam dengan sebaik-baiknya menjaga kepentingan golongan kecil
itu,tetapi golongan kecil itu tentunya tidak mau mempersatukan dirinya dengan
negara.oleh karena itu tidak sesuai dengan cita-cita negara persatuan,yang telah
diidam-idamkan oleh semua kita semua dan bala tentara”
Akhirnya Soepomo menyarankan agar Indonesia berdiri menggunakan
sistem totaliter,dengan tidak membedakan agama yang satu dengan agama yang
lainya.
5. Lahirnya Piagam Jakarta
Pada Tanggal 10 Juli 1945,BPUPK menyelenggarakan sidang yang
dihadiri oleh golongan Islam dan golongan nasionalis untuk mendengarkan hasil-
hasil rapat dari panitia (piagam jakarta) yang disampaikan oleh soekarna sebagai
ketua dari BPUKP.
Istilah piagam Jakarta itu dikemukakan oleh Muhammad yamin pada
tanggal 11 juli 1945.pada waktu saat itu beliau mengajukan konsepsinya tentang
dasar Indonesia merdeka.dan dijadikan sebagai kertas legal yang berisi garis-garis
pembentukan Negara merdeka republik Indonesia, yang merupakan perlawanan
kepada fasisme, kapitalisme, dan imperialisme serta dijadikan mukaddimah
Undang-Undang dasar 1945, juga berisi kalimat-kalimat proklamasi kemerdekaan
Indonesia.
6. Perkembangan Piagam Jakarta
Secara formal piagam Jakarta disetujui oleh badan penyelidik sebagai
pembukuaan Undang-Undang Negara yang akan berdiri.
Karena pembukuan sifatnya sangat fundamental,maka apa yang tertuang
akan dijabarkan lebih lanjut dalam batang tubuh Undang-Undang dasar, pasal
demi pasal, sehingga hasilnya tergantung aspirator.

D. Metode Untuk Melakukan Pembaharuan Hukum Islam


Dari sejarah diatas,kita dapat menyimpulkan bahawa hukum Islam itu
harus dinamis,sehingga tidak luput dari suatu pembaharuan. Untuk melakukan
suatu pembaharuan hukum Islam harus ditempuh melalui beberapa metode.dalam
hal ini ibrahim hosen seorang ahli hukum Islam Indonesia menawarkan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Pemahaman baru terhadap Kitabullah
Untuk mengadakan pembaharuan hukum Islam,hal ini dilakukan dengan
direkonstruksi dengan jalan mengartikan al-qur’an dalamkonteks dan
jiwanya.pemahaman melalui konteks berarti mengetahui asbab an-nusul.
Sedangkan pemahaman melalui jiwanya berarti memperhatikan makna atau
substansi ayat tersebut.
2) Pemahaman baru terhadap Sunah
Dilakukan dengan caramengklasifikasikan sunnah, mana yang dilakkan
Rasulullah dalam rangkka Tasyri’ Al-Ahkam (penetapan hukum) dan mana pula
yang dilakukannya selaku manusia biasa sebagai sifat basyariyyah (kemanusiaan).
Sunnah baru dapat dijadikan pegangan wajib apabila dilakukan dalam
rangkaTasyri’ Al- Ahkam. Sedangkan yang dilakukannya sebagai manusia biasa
tidak wajib diikuti, seperti kesukaaan Rosulullah SAW kepada makanan yang
manis, pakaian yang berwarna hijau dan sebagainnya. Disamping itu sebagaimana
aal-Qur’an, Sunnah juga harus dipahami dari segi jiwa dan semangat atau
substansi yang terkandung didalamnya.
3)Pendekatan ta’aqquli (rasional)
Ulama’ terdahulu memahami rukun Islam dilakukan dengan Taabbudi
yaitu menerima apa adanya tanpa komentar, sehingga kwalitas illat hukum dan
tinjauan filosofisnya banyakk tidak terungkap. Oleh karena itu pendekatan
ta’aquli harus ditekankan dalam rangka pembaharuan hukum Islam (ta’abadi dan
ta’aqquli). Dengan pendekatan ini illat hukumhikmahat-tashih dapat dicerna
umat Islam terutama dalam masalah kemasyarakatan.
4) Penekanan zawajir (zawajir dan jawabir) dalam pidana
Dalam masalah hukum pidana ada unsur zawajir dan jawabir. Jawabir
berarti dengan hukum itu dosa atau kesalahan pelaku pidana akan diampuni oleh
Allah. Dengan memperhatikan jawabir ini hukum pidana harus dilakukan sesuai
dengan nash, seperti pencuri yang dihukum dengan potong tangan, pezina muhsan
yang dirajam, dan pezina ghoiru muhsan didera. Sedangkan zawajir
adalah hukum yang bertujuan untuk membuat jera pelaku pidana sehingga tidak
mengulanginya lagi. Dalam pembaharuan hukum Islam mengenai pidana, yang
harus ditekakankan adalah zawajir dengan demikian hukum pidana tidak terikat
pada apa yang tertera dalam nash.
5) Masalah ijmak
Pemahaman yang terlalu luas atas ijmak dan keterikatan kepada ijamak
harus dirubah dengan menerima ijmak sarih,yang terjadi dikalangan sahabat
(ijmak sahabat) saja,sebagai mana yang dikemukakan oleh asy-
syafi’i.kemungkinan terjadinya ijmak sahabat sangat sulit,sedangkanijmak sukuti
(ijmak diam) masih diperselisihkan. Disamping itu,ijmak yang dipedomi haruslah
mempunyai sandaran qat’i yang pada hakikatnya kekuatan hukumnya bukan
kepada ijmak itu sendiri,tetapi pada dali yang menjadi sandaranya. Sedangkan
ijmak yang mempunyai sandaran dalil zanni sangat sulit terjadi.
6) Masalik al-‘illat (cara penetapan ilat)
Kaidah-kaidah yang dirumuskan untuk mendeteksi ilat hukum yang
biasanya dibicarakan dalam kaitan dengan kias. Dalam kaidah pokok dikatakan
bahwa “hukum beredar sesuai dengan ilatnya”. Ini fitempuh dengan merumuskan
kaidah dan mencari serta menguji alit yang benar-benar baru.
7)Masalih mursalah
Dimana ada kemaslahatan disana ada hukum Allah SWT adalah ungkapan
popular dikalangan ulama. Dalam hal ini masalih mursalah dijadikan
dalil hukum dan berdasarkan ini,dapat ditetapkan hukum bagi banyak masalah
baru yang tidak disinggung oleh al-qur’an dan sunah.
8) Sadd az-zari’ah
Sadd az-zari’ah berarti sarana yang membawa ke hal yang haram. Pada
dasarnya sarana itu hukumnya mubah,akan tetapi karena dapat membawa kepada
yang maksiat atau haram,maka sarana itu diharamkan. Dalam
rangka pembaharuan hukum Islam sarana ini digalakkan.
9) Irtijab akhalf ad-dararain
Dalam pembaharuan hukum Islam kaidah ini sangant tepat dan efektif
untuk pemecahan masalah baru. Umpamanya perang di bulan muharram
hukumnya haram, tetapi karena pihak musuh menyerang,maka boleh dibalas
dengan berdasarkan kaidah tersebut,karena serangan musuh dapat menggangu
eksistensi agama Islam.
10) Keputusan waliyy al-amr
Atau disebut juga ulil amri yaitu semua pemerintah atau penguasa,mulai
dari tingkat yang rendah sampai yang paling tinggi. Segala peraturan Undang-
Undangan wajib ditaati selama tidak bertentangan dengan agama. Hukum yang
tidak dilarang dan tidak diperintahakn hukumnya mubah. Contohnya,pemerintah
atas dasar masalih mursalah menetapkan bahwa penjualan hasil pertanian harus
melalui koperasi dengan tujuan agar petani terhindar dari tipu muslihat lintah
darat.
11) Memfiqhkan hukum qat’i
Kebenaran qat’i bersifat absolut. Sedangkan kebenaran fiqh
relative.menurut para fukaha, tidak ada ijtihad terhadap nas qat’i (nas yang tidak
dapat diganggu gugat). Tetapi kalau demikian halnya,maka hukum Islam menjadi
kaku. Sedangkan kita perpegang pada moto: al-Islam salih li kulli zaman wa
makan dan tagayyur al-ahkam bi tagayyur al-amkinah wa al-zaman.untk
menghadapi masalah ini qat’i diklasifikasikan menjadi:Qat’I fi jami’ al-ahwal dan
Qot’i fi ba’d al-ahwal. Pada qot’I fi al-ahwal tidak berlaku ijtihad,sedangkan pada
qot’I fi ba’d al-ahwal ijtihad dapat diberlakukan.tidak semua hukum qat’I dari
segi penerapanya (tatbiq) berlaku pada semua zaman

E.Tujuan Dilakukannya Pembaharuan Hukum Islam


Pembaharuan hukum Islam dimaksudkan agar ajaran Islam tetap ada dan
diterima oleh masyarakat modern. Untuk mengembalikan
aktualitas hukum Islam atau untuk menjembatani ajaran teoretis dalamkitab-kitab
fiqh hasil pemikiran mujtahid dengan kebutuhan masa kini. Itu semua dapat
ditempuh dengan beberapa cara:
1) Memberikan kebijakan administrasi
Hal ini sudah dilakukan di Mesir menjelang kehadiran Undang-Undang
perkawinan. Dalam kitab fiqh yang belaku disemua madzhab tidak ditemukan
pencatatan perkawinan. Pada masa mujtahid menghasilkan fiqhnya, hal tersebut
dirasakan tidak perludan tidak bermanfaat. Pada masa kini pencatatan perkawinan
sangat dibutuhkan untuk mengamankan perkawinan itu sendiri.
2) Membuat aturan tambahan
Tanpa mengubah dan mengurangi materi fiqh yang sudah ada,dibuat
aturan lain yang dapat mengatasi masalah social,seperti wasiyyah wajibah yaitu
wasiat wasiat yang diberikan kepada cucu yang tidak menerima waris karena
bapaknya telah meninggal lebih dahulu,sedangkan saudara bapaknya masih ada.
3) Talfiq (meramu)
Hasil ijtihad tertentu diramu menjadi suatu bentuk baru,seperti Undang-
Undang perkawinan turki yang menggabungkan madzhab hanafi yang mayoritas
dengan madzhab Maliki yang minoritas. Undang-Undang ini hanya bertahan
menjelang diberlakukanya Undang-Undang perkawinan swiss yang hingga
sekarang masih berlaku di Turki.
4) Melakukan reinterpretasi dan reformulasi
Dalil fiqh yang tidak actual lagi dikaji ulang,terutama yang menyangkut
hubungan dalil dengan rumusan hukum. Dalil yang pernah diiterpretasikan oleh
mujtahid dahulu diinterpretasikan sesuai dengan jiwa hukum dan tuntutan
masyakat pada saat itu. Formulasi baru berdasarkan interpretasi baru baru itu ada
yang dituangkan dalam Undang-Undang dan ada pula yang berbentuk fatwa. Hal
ini pada fiqh munakahat dapat dilihat dalam masalah monogami,bigami,poligami
yang dulunya mudah dan tidak bertanggung jawab,mulai dibatasi dan
dipersulit,bahkan ditentukan untuk dilakukan dipengadilan.
Para ulama Indonesia yang pada mulanya banyak menganut madzhab
syafi’i, pada saat ini telah terjadi pembaruan atau perubahan. Pendapat-pendapat
madzhab lain sudah mulai diterima dan semakin berintegrasi dengan masyarakat
Indonesia. Hal ini terlihat setelah ulama indonesia kembali dari pusat ilmu fiqh di
Timur Tengah yang memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai masalah
fiqh.umpanya uluma yang tergabung dalam organisasi Nahdlatul Ulama
(NU)meskipun pada mulanya mengikuti madzhab syafi’i secara baik,nerusaha
mengkaji kembali permasalahan fiqh dan membahasnya berdasarkan seluruh
paham yang ada. Mereka menilai dalil-dalil yang menghasilkan paham yang
berbeda-beda tersebut,kemudian mengambil satu paham yang lebih kuat.Hal ini
dilakukan oleh Bahtsul Masail Ad-Diniyah Nahdlatul Ulama (NU). Hal yang
sama dilakukan oleh ormas-ormas lain seperti seperti muhammadiyah dengan
Majelis Tarjih Muhammadiyah.
Pembaharuan hukum Islam di Indonesia juga bias dilihat dalam UU
No.1/1974 tentang perkawinan. Undang-Undang perkawinan ini adalah peraturan
yang berlaku di kalangan warga Indonesia,terutama untuk umat Islam yang selam
ini terikat pada fiqh munakahat. Undang-Undang perkawinan ini berbeda dengan
fiqh munakahat menurut paham madzhab syafi’i yang selam ini dijalankan oleh
umat Islam di Indonesia,bahkan juga berbeda dengan kitab-kitab fiqh yang selama
ini dipelajari di luar madzhab syafi’i,seperti penentuan batas usia perkawinan 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Hal ini tidak sesuai dengan
fiqh yang membolehkan perkawinan anak-anak.
Dalam hukum kewarisan di Indonesia,hazairin gelar pengeran
alamsyah,ahli hukum ada jauga menawarkan pembaruan. Ia mengadakan
interpretasi terhadap surah an-nisa ayat 33. kata mawali diartikan sebagai
pengganti ahli waris,sehingga makna ayat tersebut adalah:“bagi setiap ahli waris
kami jadikan pengganti ”. dalam hal ini adalah cucu yang bapaknya sudah
meninggal lebih dahulu,apabila ia berjasa mengurus kakeknya,dapat bertindak
sebagai pengganti ayahnya. Hal seperi ini tidak ditemui dalam fiqh ahlusunah atau
syiah. Akan tetapi pemikiran huzairi ini kurang mendapatkan sambutan dari ulama
Indonesia,kecuali dalam kalangan terbatas,meskipun ulama itu merasakan kalau
pendapatnya adil.
BAB III
KESIMPULAN

Pembaharuan hukum islam dilakukan dengan cara berijtihad,dan ijtihad


inilah yang menjadi intisari pembaharuan dalam islam. Dengan adanya
ijtihad,dapat diadakan penafsiran dan interpretasi baru terhadap ajaran-ajaran yang
zanni,dan dengan adanya ijtihad dapat ditimbulkan pendapat dan pemikiran baru
sebagai pengganti pendapat dan pemikiran ulama-ulam terdahulu yang tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman,Sesuai dengan moto: Al-Islam Salih Li
Kulli Zaman Wa Makan Dan Tagayyur Al-Ahkam Bi Tagayyur Al-Amkinah Wa
Al-Zaman.
Untuk melakukan suatu pembaharuan hukum Islam harus ditempuh
melalui beberapa metode.metode yang dipakai sebagai berikut:
1.Pemahaman baru terhadap Kitabullah
2.Pemahaman baru terhadap Sunah
3.Pendekatan ta’aqquli (rasional)
4.Penekanan zawajir (zawajir dan jawabir) dalam pidana
5.Masalah ijmak
6.Masalik al-‘illat (cara penetapan ilat)
7. Masalih mursalah
8.Sadd az-zari’ah
9. Memfiqhkan hukum qat’i
10. Keputusan waliyy al-amrIrtijab akhalf ad-dararain
Pembaharuan hukim islam dimaksudkan agar ajaran islam tetap ada dan
diterima oleh masyarakat modern,iniu semua dapat ditempuh dengan beberapa
metode,diantaranya adalah:
1) Memberikan kebijakan administrasi
2) Membuat aturan tambahan
3) Talfiq (meramu)
4) Melakukan reinterpretasi dan reformulasi
DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi hukum islam,1997, Jakarta,PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.


Mohammad Daud Ali,2004,Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di
Indonesia,Jakarta,PT. RajaGrafindo persada.
Muhammad Ali As-saayis,1995, Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum Fiqh,
Jakarta,
PT. RajaGrafindo Persada.
Rachmat Djatnika,Endang Saifuddin Anshari,dkk,1994,Hukum Islam Di
Indonesia Perkembangan Dan Pembentukan,bandung,PT. Remaja Rosdakarya.
Samsul Wahidin,Abdurrahman,1984,Perkembangan Ringkas Hukum Islam Di
Indonesia, Jakarta,Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai