Anda di halaman 1dari 10

PAPER

METODE SELEKSI

MASKAR

1781321001

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pada umumnya perbaikan mutu genetik ternak dapat dilakukan dengan metode seleksi
dan persilangan. Seleksi pada ternak dilakukan agar generasi berikutnya memiliki frekuensi
gen yang lebih seragam sesuai dengan yang dikehendaki pemulia, sedangkan dengan
persilangan maka akan menyebabkan penambahan variasi gen pada generasi selanjutnya.
Walaupun kedua metode tersebut saling bertolak belakang, namun keduanya dapat diarahkan
untuk membentuk populasi yang memiliki mutu genetik lebih baik dari sebelumnya yang
ditunjukkan dengan penampilan sifat-sifat produksi dari sebelumnya.
Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu
genetik baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta memilih ternak yang dianggap
kurang baik untuk disingkirkan dan tidak dikembangbiakkan lebih lanjut
(HANDIWIRAWAN, 2001). Terdapat dua macam seleksi yaitu Seleksi Alam dan Seleksi
Buatan. Seleksi Alam adalah seleksi yang ditentukan oleh alam, sedangkan Seleksi Buatan
adalah bila pengamatan atau penentuan dilakukan olehmanusia.
Seleksi buatan dilakukan pemulia berdasarkan keunggulan yang dimiliki ternak sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan manusia/pasar. Hal ini dilakukan untuk mempercepat
perubahan mutu genetik ternak. Ukuran mutu genetik ternak yang dipergunakan sebagai
pegangan dalam melakukan seleksi, salah satunya adalah Nilai Pemuliaan (Breeding Value)
ternak yang bersangkutan. Nilai Pemuliaan adalah penilaian dari mutu genetik ternak untuk
suatu sifat tertentu, yang diberikan secara relatif atas dasar kedudukannya di dalam
populasinya. TRISLAWATI (2006) mengatakan terdapat 3 (tiga) macam metode seleksi yang
sering digunakan, diantaranya: (1) Seleksi Tandem; (2) Seleksi Batasan Sisihan Bebas
(Independent culling levels); dan (3) Seleksi Indeks. Pada papar ini akan dibahas tentang 3
(tiga) macam metode seleksi tersebut.
a. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa permasalahan :
1. Apa yang dimaksud dengan metode seleksi ?
2. Metode apa saja yang sering di gunakan dala seleksi ?

b. Tujuan
Tujuan dalam penulisan paper ini yaitu :
1. Memahami apa yang dimaksud dengan metode seleksi.
2. Memahami metode seleksi yang sering digunakan dalam pemuliaan ternak.
BAB II
PEMBAHASAN

Seleksi dalam pemuliaan ternak adalah memilih ternak yang baik untuk digunakan
sebagai bibit yang menghasilkan generasi yang akan datang. Untuk bidang peternakan, yang
diseleksi adalah sifat-sifat terukur seperti kecepatan pertumbuhan, bobot lahir, produksi susu
dan bobot sapih. Sifat-sifat ini memberikan manfaat secara ekonomi disamping harus
mempunyai kemampuan mewarisi yang tinggi yang dapat ditentukan dari nilai
heritabilitasnya (Falconer,1972).
Seleksi dalam program breeding dapat dijelaskan sebagai tindakan memilih ternak
yang dianggap baik untuk dikembangbiakan dan memilih ternak yang dianggap jelek untuk
disingkirkan. Keberhasilan suatu program peternakan rakyat banyak tergantung dari
ketepatan data yang terkumpul, oleh karena itu suatu sistim pengenalan ternak yang tidak
tertata dengan baik akan menjadi faktor penghambat yang merumitkan dikemudian hari.
Tidak banyak gunanya mengumpulkan data ternak yang akan dipilih jika data yang
terkumpul kurang jelas asal usulnya. Kehilangan atau salah membaca tanda pengenal atau
salah mengidentifikasi fisik ternak berarti salah dalam mengambil keputusan, dan segala
usaha yang telah dikerjakan akan menjadi sia-sia. Baik buruknya kualitas ternak yang akan
dipilih tergantung pada factor kejelian,kejujuran dan kemampuan mengenali bangsa bangsa
ternak. Tujuan pemilihan bibit adalah untuk menghasilkan keturunan yang baik sekaligus
menghasilkan produksi yang tinggi.
Dalam melaksanakan seleksi untuk tujuan pemuliaan ternak ada beberapa metode
yang dikenal dan dilaksanakan oleh para pemulia ternak untuk memperoleh performans yang
maksimum dari populasinya, baik untuk ternak bibit maupun ternak komersial.
Seleksi sering tidak ditunjukkan terhadap satu macam sifat saja tetapi terhadap
beberapa macam sifat. Seleksi seharusnya kepada sifat-sifat yang betul betul penting bila
ditinjau dari segi ekonomi. Dalam praktek, sering seleksi tidak ditujukan dalam satu kriteria
saja, tetapi terhadap beberapa criteria. Sering pemulia menganggap bahwa lebih dari satu sifat
mempunyai nilai ekonomi yang sama penting.

A. Seleksi Tandem

Metode yang digunakan untuk menyeleksi dan memperbaiki satu karakter hingga
tercapai batasan atau tingkat yang dikehendaki, kemudian selanjutnya melakukan seleksi
untuk karakter lainnya. Dengan demikian peningkatan dan perbaikan karakter dilakukan
secara bertahap. Cara ini paling umum dipergunakan dalam praktek.

Contoh:

Bila terdapat sifat yang akn diperbaiki, misalnya tebal lemak punggung (X),
pertumbuhan berat badan (Y), dan konversi pakan (Z), maka setiap sifat akan diseleksi secara
bergilir. Jadi, mulai menyeleksi sifat X sampai tercapai tingkat produksi yang diinginkan,
kemudian bergilir pada sifat Y dan seterusnya.

Keefektifan ini sangat bergantung pada adanya korelasi antara sifat X, Y, dan Z yang
diperbaiki. Bila terdapat korelasi antara sifat X dan Y maka dipilih sifat mana yang paling
mudah dan murah dalam pengukurannya. Bila sifat X yang dipilih maka sifat Y dengan
sendirinya akan meningkat sebab ada respon terkait. Sebaliknya, bila antara sifat X dan Y
negatif, maka bila sifat X yang dipilih (seleksi) maka sifat Y dengan sendirinya akan
menurun.

Dari segi waktu, cara ini kurang efisien sebab memerlukan waktu, kecuali bila sifat-
sifat yang dipilih untuk diseleksi mempunyai korelasi positif atau negatif. Selain itu juga
membutuhkan banyak calon bibit untuk memulai seleksi ini. Setelah setiap sifat selesai
diseleksi, dilakukan pengelompokan sehingga tersisa sedikit pada akhir seleksi.

B. Seleksi Batasan Sisihan Bebas (Independent culling levels)

Melakukan seleksi ternak pada batasan nilai mutu fenotipik masing-masing sifat yang
sudah ditentukan. Setiap ternak yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan akan
disisihkan (culled), setiap karakter harus melampaui batas minimum dan tidak ada
kompensasi dari satu karakter terhadap karakter lainnya.

Dengan cara ini, misalnya seleksi terhadap 3 sifat X, Y, dan Z, dilakukan secara
bersamaan pada generasi yang sama. Setiap sifat dianggap bebas satu dengan yang lainnya,
kemudian ditetapkan batas penyingkirannya atau batas syarat minimmal yang harus dimiliki
setiap sifat pada calon bibit. Setiap ternak yang tidak memiliki syarat minimal yang
ditetapkan langsung disingkirkan (culled/diafkir).

Jadi, bila tersedia 100 ekor calon bibit, mula-mula diseleksi sifat X, tersedia 80 ekor
yang memenuhi kriteria sifat tersebut, selanjutnya seleksi terhadap sifat Y, tersisa 60 ekor
yang memenuhi kriteria sifat tersebut, selanjutnya seleksi terhadap sifat Z, dan yang
memenuhi kriteria terdapat pada 40 ekor ternak yang tersedia. Maka seleksi hanya dilakukan
pada 40 ternak yang tersisi yang memiliki syarat minimal untuk sifat X, Y, dan Z, sejak awal
sampai akhir seleksi. Jadi peternak tidak dibebani untuk memelihara 100 ekor ternak pada
awal program seleksi.

Kelemahan cara ini yaitu intensitas seleksi setiap sifat menjadi kecil karena 3 sifat
sekaligus dan untuk mempertahankan populasi perlu mempertahankan ternak pengganti
(replacement stock) yang cukup besar, yaitu sekitar 50%. Kelemahan lainnya, seekor ternak
yang lemah pada salah satu sifat saja sudah harus gugur pada tahap seleksi awal. Padahal
ternak tersebut kuat pada sifat lainnya.

C. Seleksi Indeks

Seleksi indeks merupakan suatu seleksi yang dilakukan berdasarkan penilaian seluruh
perilaku ternak yang digabung (disebut total score atau indeks). Seperti diketahui nilai atau
batasan karakter dari ternak pada umumnya mempunyai kisaran tertentu, dari yang amat jelek
hingga yang amat baik. Dengan adanya system indeks, suatu perilaku yang kurang baik dapat
dikompensasi dengan yang baik selama perilaku tersebut tidak bersifat fatal dan
penggabungan angka dari perilaku-perilaku karakter tersebut dinamakan indeks.

Metode indeks ini lebih baik untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan secara
bersamaan dibandingkan metode “tandem selection” dan “Independent culling levels”, tetapi
perhitungannya lebih sulit karena perlu diketahui parameter-parameter genetik, seperti nilai
heritabilitas, korelasi genetik, korelasi fenotipik, dan pembobotan ekonomi untuk masing-
masing sifat. Apabila semuanya telah diketahui, suatu indeks dibentuk. Nilai pemuliaan
akhirnya diduga berdasarkan indeks tersebut. Dalam sistem indeks karakter yang satu akan
terkompensasi oleh karakter lainnya.

Dengan seleksi indeks, setiap calon bibit diseleksi atas dasar atau nilai indeks yang
merangkum sifat-sifat yang perlu ditingkatkan dengan rumus, sebagai berikut:

Indeks = I = b1X1 + b2X2 + .....bkXk

Keterangan:
X1, X2,.....,Xk : nilai fenotip setiap sifat ke 1, 2, ....., k
b1, b2,....., bk : nilai koefisien untuk sifat ke 1, 2, ....., k
Koefisien b1, b2,....., bk dicari melalui metode statistik, yaitu regresi ganda dengan
memasukkan faktor-faktor, seperti heritabilitas (h2) setiap sifat, nilai ekonomis setiap sifat,
dan korelasi genetik dan fenotip antar sifat.

Kelemahan dari seleksi indeks adalah sebagai berikut:


1. Memerlukan pencatatan yang rumit dan semua ternak harus dipelihara sampai akhir
masa seleksi.
2. Memerlukan fakta h2, nilai ekonomi dan korelasi genetik yang mungkin belum
tersedia.
3. Memerlukan alat komputasi cepat (komputer) untuk menghitung indeks.

Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan meiliki hanya dua sampai tiga sifat
penting saja untuk keperluan seleksi.

Berikut ini contoh seleksi indeks ternak babi:

I = 270 + (100 x ADG) – (150 x F) – (35 x FE)

Keterangan:
I = Indeks
ADG = Pertambahan Berat Badan Harian
F = Tebal Lemak Punggung
FE = Efisiensi pakan per pertambahan berat badan (lb/lb)

Contoh:
Babi A, dengan ADG = 1,9 F = 1,4 inch
FE = 3,3
Babi B, dengan ADG = 1,7 F = 1,2 inch
FE = 2,5
Indeks Babi A dan Babi B dapat dihitung dengan rumus di atas, yaitu sebagai berikut:

IA = 270 + (100 x 1,9) – (150 x 1,4) – 35 x 3,3 = 134,5

IB = 270 + (100 x 1,7) – (150 x 1,2) – 35 x 2,5 = 172,5


Dari data di atas, Babi A mempunyai pertumbuhan lebih baik, tetapi kualitas lemak
punggung dan efisiensi penggunaan pakan B lebih menguntungkan.

Walaupun penyusunan skor dan seleksi ini lebih rumit, tetapi hasil peramalannya lebih tepat.

Indeks Induk = 100 + 6,5 (L - L) + 1,0 (W-W)


Khusus untuk seleksi Induk, mencari induk mana yang baik digunakan suatu indeks yang
menggambarkan besar kecilnya produktifitas Seekor induk. Bentuk indeks yang digunakan
adalah:

L = Jumlah anak yang lahir hidup


L = Rataan jumlah anak yang lahir hidup
W = Berat anak pada umur 21 hari
W = Rataan berat anak pada umur 21 hari
Rumus indeks induk hanya digunakan untuk membandingkan performans induk babi satu
dengan lainnya. Namun untuk membandingkan performans antar anak-anak babi dan induk,
lebih baik digunakan ramalan produktivitas diwaktu mendatang, dengan rumus Most
Probable Sow Productivity.

MPSP = 100 + b (Indeks Induk - 100)


BAB III
KESIMPULAN

Seleksi merupakan suatu upaya untuk memperbaiki mutu genetik ternak. Dalam
melakukan seleksi, terdapat 3 (tiga) macam metode seleksi yang sering digunakan yaitu:

1. Seleksi Tandem : Metode yang digunakan untuk menyeleksi dan memperbaiki satu
karakter hingga tercapai batasan atau tingkat yang dikehendaki, kemudian selanjutnya
melakukan seleksi untuk karakter lainnya.
2. Seleksi Batasan Sisihan Bebas (Independent culling levels) : Melakukan seleksi ternak
pada batasan nilai mutu fenotipik masing-masing sifat yang sudah ditentukan. Setiap
ternak yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan akan disisihkan (culled),
setiap karakter harus melampaui batas minimum dan tidak ada kompensasi dari satu
karakter terhadap karakter lainnya.
3. Seleksi Indeks : Seleksi indeks merupakan suatu seleksi yang dilakukan berdasarkan
penilaian seluruh perilaku ternak yang digabung (disebut total score atau indeks).

Dari ketiga metode selksi tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, akan
tetapi metode yang paling baik untuk digunakan adalah metode seleksi Indeks, karena hasil
seleksi (peramalan) lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Falconer, D. S. 1972. Introduction To Quantitative Genetics. Longman. London.p. 365.


http://www.ilmuternak.com/2014/12/laporan-praktikum-seleksi-ternak-kambing.html
Handiwirawan, E. 2001. Seleksi Pada Ternak Kerbau Berdasarkan Nilai Pemuliaan.
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging
Sapi, Hal.79-88. Bogor
Montong, R. 2013. Pemuliaan Dan Sistem Perkawinan.
http://www.slideshare.net/RMontong/bab-v-pemuliaan-dan-perkawinan. Diakses: 16
Desember 2013, 20:16

Trislawati, L. 2006. Seleksi Domba Garut Pejantan di Peternakan Ternak Domba Sehat
Dompet Dhuafa Republika (tds – dd republika) Berdasarkan Ukuran-Ukuran Tubuh.
Skripsi. Fakultas Peternakan - Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai