I. MASALAH UTAMA
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor Predisposisi
(1) Faktor perkembangan terhambat
(a) Usia sekolah (6 – 12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.
(b) Usia remaja (12 – 21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak
terselesaikan.
(2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan,
orang tua yang membandingkan anak-anaknya.
(3) Faktor psikologis
Menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan putus asa.
(4) Faktor genetik
Adanya keluarga yang menderita skizofrenia
b) Faktor Presipitasi
(1) Faktor sosial budaya
Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,
perceraian, dirawat di RS dan kematian)
(2) Faktor biokimia
Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamin atau zat halusinogenik
yang menyebabkan terjadinya halusinasi.
(3) Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah
atau kegagalan dalam hidup
2) Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitasnya dan
keparahannya. Keliat (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 (empat) fase
berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya, semakin berat fase halusinasi klien, semakin berat
mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase-fase Halusinasi menurut Depkes RI(2000) dalam buku Keperawatan
Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa karya Deden
dermawan (2013) adalah sebagai berikut:
a) Fase I : Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
(1) Karakteristik
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa
bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa
pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani non psikotik.
(2) Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai., menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika
sedang asyik sendiri, diam dan asyik sendiri
b) Fase II : Condeming (ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Psikotik
ringan.
(2) Perilaku klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, rentang
perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita.
c) Fase III : Controlling (ansietas berat : pengalaman sensori menjadi
berkuasa)
(1) Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik,
klien mungkin mengalami kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
Psikotik.
(2) Perilaku klien
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa
detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat seperti :
berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
d) Fase IV : Conquering (panik : umumnya menjadi melebur dengan
halusinasinya)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika
tidak ada intervensi terapiutik. Psikotik berat.
(2) Perilaku klien
Prilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide, aktifitas
fisik merefleksikan isi halusinasi seperti prilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah
komplek.
3) Jenis-Jenis Halusinasi
Deden (2013) membagi halusinasi menjadi 2 golongan sebagai berikut :
1. Halusinasi Non Patologis
Halusinasi non patologis dapat terjadi pada seseorang yang bukan
penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang
mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena
pengaruh obat-obatan (halusinasinogenik). Halusinasi ini antara lain :
a. Halusinasi Hipnogenik
Persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat sebelum seseorang
jatuh tertidur.
b. Halusinasi Hipnopomik
Persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat seseorang terbangun
tidur.
2. Halusinasi Patologis
a) Halusinasi dengar (Akustik, Audotorik)
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
mentertawakan atau mengancam dirinya padahal tidak ada suara
disekitarnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizoprenia.
b) Halusinasi lihat (Visual)
Individu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak
ada. Halusinasi lihat sering terjadi pada gangguan mental organik
(Acut organic brain syndrome).
c) Halusinasi bau atau hirup (Olfaktorik)
Halusinasi ini jarang ditemukan, individu yang mengalami halusinasi
bau mengatakan mencium bau – bauan seperti : bau bunga, bau
kemenyan, bau mayat yang tidak ada sumbernya.
d) Halusinasi kecap (Gustatorik)
Individu merasa mengecap suatu rasa di mulutnya. Halusinasi ini
sering terjadi pada seizure disorders.
e) Halusinasi raba /singgungan (Taktil)
Individu yang bersangkutan merasa binatang merayap pada kulitnya.
Bila rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka halusinasi ini
disebut Halusinasi Haptik.
4) Tanda dan Gejala
Tanda atau gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara kacau,
senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang tidak
jelas darimana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah,
ekspresi wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
(Mansjoer, 1999).
d. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakoterapi
a) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
b) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) Klopromazin
(Thorazine) Flufenazine (Prolixine,
Permiti)
Mesoridazin (Serentil) Perfenazin
(Trilafon) Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazine (Vesprin)
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen
(Navane)
Butirofenon Haloperidol (Haldol)
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil)
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane)
Dihidroindolon Molindone (Moban)
B. POHON MASALAH
menimbulkan halusinasi: