Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

I. MASALAH UTAMA
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


a. Pengertian
Persepsi mengacu pada indentifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Perubahan persepsi
sensori merupakan gejala umum dari skizoprenia dan termasuk dalam gangguan
orientasi realita yaitu ketidakmampuan klien menilai dan berespon pada realita.
Klien tidak mampu membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respon secara
tepat sehingga tampak prilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Perubahan persepsi sensori adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat yang
diprakarsai secara internal atau eksternal disertai dengan pengurangan, melebih-
lebihkan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus. (Stuart dan Sundeen
1998).
Menurut Varcarolis dalam buku Keperawatan Jiwa karya Iyus Yosep (2013)
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang
dimana tidak terdapat stimulus. Sedangkan menurut Suliswati (2005), halusinasi
adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang terjadi pada sistem pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh atau tidak. Maksudnya rangsangan terjadi pada klien dalam
keadaan dapat menerima rangsangan dari luar tapi tidak dapat membedakan antara
rangsangan dari luar dan dari dalam individu. Dengan kata lain klien berespon
terhadap rangsangan yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat
dibuktikan oleh orang lain.
Dapat disimpulkan perubahan persepsi sensori : halusinasi yaitu gangguan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu tanpa adanya rangsangan dari luar.
b. Respon Neurobiologis
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam buku Keperawatan Jiwa Konsep
dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa oleh Deden Dermawan (2013)
rentang respon neurobiologis pada pasien halusinasi adalah sebagai berikut.
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIS

Respon Adaptif Respon Maladaptif


 Pemikiran logis  Distorsi pikiran  Kelainan
pikiran/delusi
 Persepsi akurat  Ilusi  Halusinasi
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Ketidakmampuan
dengan berlebihan atau mengalami emosi
pengalaman kurang
 Perilaku sesuai  Perilaku ganjil / tak  Ketidakberaturan
lazim
 Hubungan sosial  Menarik diri  Isolasi sosial
Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologis

c. Psikopatologi
1) Etiologi
a) Faktor Predisposisi
(1) Faktor perkembangan terhambat
(a) Usia sekolah (6 – 12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.
(b) Usia remaja (12 – 21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak
terselesaikan.
(2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi tertutup, tidak ada komunikasi, tidak ada kehangatan,
orang tua yang membandingkan anak-anaknya.
(3) Faktor psikologis
Menutup diri, harga diri rendah, mudah kecewa dan putus asa.
(4) Faktor genetik
Adanya keluarga yang menderita skizofrenia
b) Faktor Presipitasi
(1) Faktor sosial budaya
Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,
perceraian, dirawat di RS dan kematian)
(2) Faktor biokimia
Stress yang mengakibatkan lepasnya dopamin atau zat halusinogenik
yang menyebabkan terjadinya halusinasi.
(3) Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah
atau kegagalan dalam hidup
2) Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitasnya dan
keparahannya. Keliat (2005) membagi fase halusinasi dalam 4 (empat) fase
berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya, semakin berat fase halusinasi klien, semakin berat
mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase-fase Halusinasi menurut Depkes RI(2000) dalam buku Keperawatan
Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa karya Deden
dermawan (2013) adalah sebagai berikut:
a) Fase I : Comforting (ansietas sedang : halusinasi menyenangkan)
(1) Karakteristik
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa
bersalah, takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa
pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat ditangani non psikotik.
(2) Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai., menggerakkan bibir tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika
sedang asyik sendiri, diam dan asyik sendiri
b) Fase II : Condeming (ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikkan)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan
oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Psikotik
ringan.
(2) Perilaku klien
Meningkatkan tanda-tanda sistem syarat otonom akibat ansietas seperti
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, rentang
perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realita.
c) Fase III : Controlling (ansietas berat : pengalaman sensori menjadi
berkuasa)
(1) Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik,
klien mungkin mengalami kesepian jika sensori halusinasi berhenti.
Psikotik.
(2) Perilaku klien
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti, kesukaran
berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa
detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat seperti :
berkeringat, tremor, tidak mampu mengikuti perintah.
d) Fase IV : Conquering (panik : umumnya menjadi melebur dengan
halusinasinya)
(1) Karakteristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah
halusinasinya. Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika
tidak ada intervensi terapiutik. Psikotik berat.
(2) Perilaku klien
Prilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide atau homicide, aktifitas
fisik merefleksikan isi halusinasi seperti prilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah
komplek.
3) Jenis-Jenis Halusinasi
Deden (2013) membagi halusinasi menjadi 2 golongan sebagai berikut :
1. Halusinasi Non Patologis
Halusinasi non patologis dapat terjadi pada seseorang yang bukan
penderita gangguan jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang
mengalami stress yang berlebihan atau kelelahan bisa juga karena
pengaruh obat-obatan (halusinasinogenik). Halusinasi ini antara lain :
a. Halusinasi Hipnogenik
Persepsi sensori yang palsu yang terjadi sesaat sebelum seseorang
jatuh tertidur.
b. Halusinasi Hipnopomik
Persepsi sensori yang palsu yang terjadi pada saat seseorang terbangun
tidur.
2. Halusinasi Patologis
a) Halusinasi dengar (Akustik, Audotorik)
Individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
mentertawakan atau mengancam dirinya padahal tidak ada suara
disekitarnya. Halusinasi dengar sering terjadi pada skizoprenia.
b) Halusinasi lihat (Visual)
Individu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak
ada. Halusinasi lihat sering terjadi pada gangguan mental organik
(Acut organic brain syndrome).
c) Halusinasi bau atau hirup (Olfaktorik)
Halusinasi ini jarang ditemukan, individu yang mengalami halusinasi
bau mengatakan mencium bau – bauan seperti : bau bunga, bau
kemenyan, bau mayat yang tidak ada sumbernya.
d) Halusinasi kecap (Gustatorik)
Individu merasa mengecap suatu rasa di mulutnya. Halusinasi ini
sering terjadi pada seizure disorders.
e) Halusinasi raba /singgungan (Taktil)
Individu yang bersangkutan merasa binatang merayap pada kulitnya.
Bila rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka halusinasi ini
disebut Halusinasi Haptik.
4) Tanda dan Gejala
Tanda atau gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara kacau,
senyum dan tertawa sendiri, mengatakan mendengar suara-suara yang tidak
jelas darimana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah,
ekspresi wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
(Mansjoer, 1999).

d. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakoterapi
a) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia
yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.
b) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG)
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) Klopromazin
(Thorazine) Flufenazine (Prolixine,
Permiti)
Mesoridazin (Serentil) Perfenazin
(Trilafon) Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine) Tiodazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazine (Vesprin)
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen
(Navane)
Butirofenon Haloperidol (Haldol)
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil)
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane)
Dihidroindolon Molindone (Moban)

2) Terapi kejang listrik


Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektroda.
Dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
3) Psikoterapi dan Rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke
masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul
dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien
tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti
terapi modalitas.

III. A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah
NO Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
1 Gangguan sensori  Menyatakan mendengar  Tidak dapat
persepsi : Halusinasi suara-suara dan melihat membedakan hal yang
sesuatu yang tidak nyata nyata dan tidak nyata
 Tidak percaya terhadap  Pembicaraan kacau
lingkungan kadang tidak masuk
 Sulit tidur akal
 Tidak dapat  Sulit membuat
memusatkan perhatian keputusan
dan konsentrasi  Tidak perhatian
 Merasa berdosa terhadap perawatan
 Menyesal dan bingung dirinya
terhadap halusinasinya  Sering menyangkal
 Perasaan tidak aman dirinya sakit atau
 Merasa cemas kurang menyadari

 Takut dan kadang- adanya masalah

kadang panik  Ekpresi wajah sedih

 Kebingungan.  Ketakutan atau gembira


 Klien tampak gelisah
 Kontak mata kurang
 Tidak ada minat untuk
makan.
2 Harga Diri Rendah  Mengungkapkan ingin  Merusak diri sendiri
diakui jati dirinya  Merusak orang lain
 Mengungkapkan tidak  Menarik diri dari
ada lagi yang peduli hubungan sosial
 Mengungkapkan tidak  Tampak mudah
bisa apa-apa tersinggung
 Mengungkapkan dirinya  Tidak mau makan dan
tidak berguna tidak tidur
 Mengkritik diri sendiri  Perasaan malu
 Tidak nyaman jika jadi
pusat perhatian
3 Kerusakan Interaksi  Mengungkapkan tidak  Ekspresi wajah kosong
Sosial (KIS) berdaya dan tidak ingin  Tidak ada kontak mata
hidup lagi ketika diajak bicara
 Mengungkapkan enggan  Suara pelan dan tidak
berbicara dengan orang jelas
lain
 Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan
orang lain
4 Risiko Tinggi  Klien memberi kata-kata  Mata merah, wajah
mencederai diri ancaman. agak merah, nada suara
sendiri, orang lain,  Mengatakan benci dan tinggi dan keras, bicara
dan lingkungan kesal kepada seseorang. menguasai, ekspresi
wajah, pandangan
tajam, merusak, dan
melempar barang-
barang.
 Klien suka membentak
dan menyerang orang
yang mengusiknya jika
sedang kesal,
melukai/merusak
barang-barang dan
tidak mampu
mengendalikan diri.
5 Defisit perawatan  Mengungkapkan tidak  Badan bau
diri pernah mandi  Pakaian kotor
 Mengungkapkan tidak  Rambut dan kulit kotor
pernah menyisir rambut  Kuku panjang dan
 Mengungkapkan tidak kotor
pernah menggosok gigi  Gigi kotor dan mulut
 Mengungkapkan tidak bau
pernah memotong kuku  Penampilan tidak rapi
 Mengungkapkan tidak  Tidak bisa
pernah berhias menggunakan alat
 Mengungkapkan tidak mandi
bisa menggunakan alat
mandi/kebersihan diri

B. POHON MASALAH

Risiko tinggi mencederai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan

Gangguan Sensori Persepsi (Halusinasi) Defisit Perawatan


(CORE PROBLEM) Diri

Kerusakan Interaksi Sosial (KIS)

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (HDR)


(ETIOLOGI)
Gambar 2. Pohon Masalah Cor Problem Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Harga Diri Rendah (HDR)
d. Kerusakan Interaksi Sosial (KIS)
e. Defisit Perawatan Diri

II. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Tgl No Dx Perencanaan
Dx keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 Gangguan TUK: Setelah diberikan 1. Bina hubungan
sensori 1. Klien tindakan keperawatan ... saling percaya
persepsi: dapat pertemuan selama … dengan
halusinasi membina hari dimana setiap menggunakan
(lihat/dengar hubungan pertemuan lamanya … prinsip komunikasi
/penghidu saling menit diharapkan klien terapeutik:
/raba/kecap) percaya. menunjukkan tanda-  Sapa klien dengan
tanda percaya kepada ramah baik verbal
perawat: maupun non-verbal
 Ekspresi wajah  Perkenalkan nama,
bersahabat nama panggilan
 Menunjukkan rasa dan tujuan perawat
senang berkenalan
 Ada kontak mata  Tanyakan nama
 Mau berjabat lengkap dan nama
tangan panggilan yang
 Mau menyebutkan disukai klien
nama  Buat kontrak yang
 Mau menjawab jelas
salam  Tunjukkan sikap
 Mau duduk jujur dan menepati
berdampingan janji setiap kali
dengan perawat interaksi
 Bersedia  Tunjukkan sikap
mngungkapkan empati menerima
masalah yang apa adanya
dihadapai  Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
 Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi
klien
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien.
2. Klien Setelah diberikan 2.1 Adakan kontak
dapat tindakan keperawatan sering dan singkat
mengenal …. pertemuan selama secara bertahap.
halusinasiny … hari dimana setiap 2.2 Observasi tingkah
a pertemuan lamanya … laku klien terkait
menit diharapkan dengan
2.1 Klien menyebutkan : halusinasinya
 Isi (dengar/lihat
 Waktu /penghidu/raba/
 Frekuensi kecap ), jika

 Situasi dan menemukan klien

kondisi yang yang sedang

menimbulkan halusinasi:

halusinasi  Tanyakan apakah


klien mengalami
2.2 Klien menyatakan sesuatu
perasaan dan (dengar/lihat/
responnya saat penghidu/raba/
mengalami kecap)
halusinasi :  Jika klien
 Marah menjawab ya,
 Takut tanyakan apa
 Sedih yang sedang
 Senang dialaminya.

 Cemas  Katakan bahwa

 Jengkel perawat percaya


klien mengalami
hal tersebut,
namun perawat
sendiri tidak
mengalaminya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa
ada klien lain
yang mengalami
hal yang sama
 Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
Jika klien sedang
berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi,
diskusikan dengan
klien:
 Isi, waktu dan
frekuensi
trejadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore ,
malam atau
sering dan
kadang-kadang)
 Situasi dan
kondisi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi

2.3 Diskusikan dengan


klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya
2.4 Diskusikan dengan
klien apa yang
dilakukan untuk
mengatasi
perasaan tersebut.
2.5 Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialami bila klien
menikmati
halusinasinya
3. Klien Setelah diberikan 3.1 Identifikasi bersama
dapat tindakan keperawatan klien cara atau
mengontrol …. pertemuan selama tindakan yang
halusinasiny … hari dimana setiap dilakukan jika
a pertemuan lamanya … terjadi halusinasi
menit diharapkan (tidur, marah,
3.1 Klien menyebutkan menyibukkan
tindakan yang diri,dll).
biasanya dilakukan 3.2 Diskusikan cara
untuk yang digunakan
mengendalikan oleh kien:
halusinasinya.  Jika cara yang
3.2 Klien menyebutkan digunakan adaftif
cara baru beri pujian
mengontrol  Jika cara yang
halusinasi digunakan
3.3 Klien dapat memilih maladaptif
dan memperagakan diskusikan
cara mengatasi kerugian cara
halusinasi tersebut
(dengar/lihat/ 3.3 Diskusikan cara
penghidu/ baru untuk
raba/kecap) memutus/
3.4 Klien melaksanakan mengontrol
cara yang telah timbulnya
dipilih untuk halusinasi:
mengendalikan  Katakan pada diri
halusinasinya sendiri bahwa ini
3.5 klien mengikuti tidak nyata (”saya
terapi aktivitas tidak mau
kelompok dengar/lihat/
penghidu
/raba/kecap pada
saat halusinasi)
 Menemui orang
lain
(perawat/teman/
anggota keluarga)
untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya
 Membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun.
 Meminta
keluarga, teman,
perawat menyapa
jika sedang
berhalusinasi
3.4 Bantu klien
memilih cara yang
sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya
3.5 Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih
dan dilatih
3.6 Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih
dan dilatih jika
berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas
kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.
4. Klien Setelah diberikan 4.1 Buat kontrak
mendapat tindakan keperawatan dengan keluarga
dukungan …. pertemuan selama untuk pertemuan
dari … hari dimana setiap (waktu, tempat,
keluarga pertemuan lamanya … topik)
dalam menit diharapkan 4.2 Diskusikan dengan
mengontrol 4.1 Keluarga keluarga (pada saat
halusinasiny menyatakan setuju pertemuan
a untuk mengikuti keluarga/kunjungan
pertemuan dengan rumah)
perawat.  Pengertian
4.2 Keluarga halusinasi
menyebutkan  Tanda dan gejala
pengertian, tanda dan halusinasi
gejala proses  Proses terjadinya
terjadinya halusinasi halusinasi
dan tindakan untuk  Cara yang dapat
mengendalikan dilakukan klien
halusinasi. dan keluarga
untuk memutus
halusinasi
 Obat-obatan
halusinasi
 Cara merawat
anggota keluarga
yang halusinasi di
rumah (beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian
bersama,
memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi)
 Beri informasi
waktu kontrol ke
rumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi
tidak dapat diatasi
di rumah
5. Klien Setelah diberikan 5.1 Diskusikan dengan
dapat tindakan keperawatan klien tentang
memanfaatk …. pertemuan selama manfaat dan
an obat … hari dimana setiap kerugian tidak
dengan baik pertemuan lamanya … minum obat, nama,
menit diharapkan warna, dosis, cara,
5.1 Klien menyebutkan: efek terapi dan
 Manfaat minum efek samping
obat penggunaan obat
 Kerugian tidak 5.2 Pantau klien saat
minum obat penggunaan obat
 Nama, warna, 5.3 Beri pujian jika
dosis, efek terapi klien menggunaan
dan efek samping obat dengan benar
obat. 5.4 Diskusikan akibat
5.2 Klien berhenti minum
mendemonstrasikan obat tanpa
penggunaan obat konsultasi dengan
dengan benar dokter
5.3 Klien menyebutkan 5.5 Anjurkan klien
akibat berhenti untuk konsultasi
minum obat tanpa kepada dokter atau
konsultasi dokter perawat jika terjadi
hal – hal yang
tidak diinginkan
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,Deden.Rusdi.2013.Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa.Jogjakarta:Gosyen Publishing
Keliat, B.A ., Ria Utami P., Novi Helena (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi
ke 2. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. (1999) . Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3), Jakarta :
EGC.
Suliswati dkk, (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus.2013.Keperawatan Jiwa.Bandung:PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai