Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri yang biasanya ditemukan pada kulit

dan dalam hidung orang yang sehat. Kadang-kadang bakteri ini dapat masuk ke

tubuh dan menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat berupa infeksi kecil (seperti

jerawat, bisul, dan kondisi kulit lainnya) atau serius dan kadang-kadang fatal

(seperti infeksi darah atau pneumonia). 23

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

dengan diameter 0,5-0,7 mm dan mempunyai dinding sel yang terdiri dari

peptidoglikan, asam teikoat, fibronectin binding protein, clumping factors dan

collagen binding protein. Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang

menyusun hampir 50% dari berat dinding sel. 16

Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida (asam N-asetilglukosamin

dan asam N-asetilmuramik), polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, D-Ala, D-ala) dan

sebuah jembatan pentaglisin. Melalui katalisis transpeptidase oleh Penicillin-

Binding Protein (PBP), setiap peptidoglikan akan saling berikatan dengan

peptidoglikan lainnya dengan cara merubah rantai alanin agar berikatan dengan

jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya. Proses menghasilkan suatu

struktur dinding sel yang padat.16

5
Universitas lambung mangkurat
6

Gambar 2.1 Gambar mikroskopik Staphylococcus aureus pada pewarnaan


Gram, Terlihat bakteri berbentuk bulat/coccus 13

Beberapa enzim juga dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, diantaranya

koagulase, clumping factor, hialuronidase dan β-laktamase, Staphylococcus

aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar luas dalam

jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai zat yang

berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim dan

toksin16

B. Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus

1. Definisi

Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA adalah merupakan

strain dari Staphylococcus aureus yang resisten terhadap isoxazoyl penicillin seperti

methicillin, oxacillin dan flucloxacillin. Infeksi MRSA merupakan infeksi

oportunistik, sama halnya dengan infeksi Staphylococcus aureus. 3,13

2. Epidemiologi

Data statistik menunjukkan bahwa sebanyak 19.000 orang per tahun

meninggal akibat MRSA di Amerika Serikat, data saat ini menunjukkan angka ini

Universitas lambung mangkurat


7

telah menurun sekitar 25%-35%, dan di Indonesia sebesar 28%,dalam beberapa

tahun terakhir, sebagian, karena praktek pencegahan di rumah sakit dan perawatan

di rumah dengan insiden tertinggi terdapat di area yang densitasnya padat dan

kebersihan individunya rendah. 17

3. Mekanisme Resistensi MRSA

Resistensi MRSA terhadap metisilin dan terhadap semua antimikroba

golongan betalaktam disebabkan perubahan pada Protein binding penicillin (PBP)

yang normal yaitu PBP2 menjadi PBP2a. PBP2a memiliki afinitas yang sangat

rendah terhadap betalaktam sehingga sekalipun bakteri ini dibiakkan pada media

mengandung konsentrasi tinggi β-laktam, MRSA tetap dapat hidup dan

mensintesis dinding sel. Pengamatan pada struktur PBP2a menunjukkan adanya

perubahan pada tempat pengikatan yang mengakibatkan rendahnya afinitas.

Faktor genetik lain seperti gen β-laktam dan faktor eksternal seperti temperatur,

tekanan oksigen. kandungan ion,osmolaritasnya dan cahaya juga mempengaruhi

resistensi. 12,13,21

Protein binding penicillin ikut berperan dalam biosintesa peptidoglikan

yaitu mengkatalasi reaksi transpeptidasi. Peptidoglikan tersebut merupakan

tempat di mana antibiotik β-laktam bekerja. PBP 1, 2 dan 3 memiliki aktivitas

transpeptidase primer sedangkan PBP4 memiliki aktivitas transpeptidase

sekunder. Resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi karena diproduksinya enzim

β-laktam seperti pada galur Staphylococcus aureus penghasil β-laktam dan

perubahan struktur PBP seperti yang terjadi pada MRSA. Selain berperan dalam

reaksi transpeptidasi, PBP2 juga memiliki aktivitas transglikolasi. Reaksi

Universitas lambung mangkurat


8

transglikolasi tersebut tidak berhubungan dengan aktivitas reseptor penisilin.

Afinitas PBP2a yang rendah terhadap betalaktam menyebabkan antibiotik

betalaktam tidak dapat mempengaruhi reaksi transpeptidasi sehingga sintesis

dinding sel tidak terganggu. Reaksi transglikolasi tidak terpengaruh oleh aktivitas

betalaktam sehingga reaksi transglikolasi dari PBP2a ini tetap utuh, hal tersebut

juga menentukan adanya resistensi MRSA. 18

4. Faktor resiko

a. Pada neonatus

Karier Staphylococcus aureus perlu diwaspadai karena adanya potensi

penularan Staphylococcus aureus. Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang sangat

mengkhawatirkan bila seorang wanita hamil memiliki kolonisasi Staphylococcus

aureus di tubuhnya, terutama didaerah perineum, dikarenakan bayi yang

dilahirkannya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk memiliki kolonisasi

Staphylococcus aureus.

b. Pada pembedahan

Infeksi MRSA setelah pembedahan biasanya jarang terjadi, namun kejadian

dapat hingga 33%. Infeksi MRSA dapat terjadi surgical site infections (SSI),

infeksi dada, atau infeksi aliran darah 19

5. Identifikasi MRSA

Identifikasi MRSA dapat dilakukan dengan uji biokimia terhadap protein A,

clumping factor, koagulase atau nuklease dan uji kepekaan terhadap antimikroba.

Universitas lambung mangkurat


9

Uji kepekaan terhadap antimikroba dapat menggunakan salah satu dari tiga media

yaitu Mueller Hinton agar (MHA), Columbia agar atau DST agar.28

6. Diagnosis

a. Diagnosis empiris

Diagnosis dari MRSA kemungkinan dapat dibuat secara empiris tanpa

konfirmasi kultur untuk pasien yang hadir dalam konteks wabah MRSA dikenal,

atau ketika peneliti menegaskan bahwa CA-MRSA adalah patogen dominan

beredar dalam masyarakat. Sebaliknya, diagnosis dugaan dari MRSA dapat dibuat

tanpa konfirmasi kultur untuk pasien yang hadir dimana beredar patogen dominan

adalah Metisilin-sensitif. 22

b. Diagnosis kultur

Infeksi MRSA yang didiagnosis oleh kultur bakteri aerobik rutin. Resistensi

Oksasilin, yang dideteksi oleh uji resistensi laboratorium, juga menunjukkan

methicillin-resisten. Kultur Positif MRSA dari darah dan cairan tubuh steril

(misalnya, cairan sendi, cairan pleura, cairan serebrospinal) dianggap diagnostik.

Kultur positif dari non steril (misalnya luka) kolonisasi bakteri atau infeksi. Kultur

luka yang diperoleh dari nanah (dengan menghindari kontaminasi kulit) atau

abses disedot bermakna diagnosa, sedangkan, kultur positif yang diperoleh

langsung dari permukaan luka adalah nilai terbatas dalam mendeteksi infeksi yang

sebenarnya. (23)

Sampel kulit , contoh nanah dari luka, atau darah, urin, atau bahan biopsi

(sampel jaringan) akan dikirim ke laboratorium mikrobiologi dan dikultur untuk

Universitas lambung mangkurat


10

Staphylococcus aureus. Jika. Staphylococcus aureus yang terisolasi (tumbuh di

cawan Petri), bakteri tersebut kemudian dipajankan dengan antibiotik yang

berbeda termasuk methicillin.. Staphylococcus aureus yang tumbuh baik pada

methicillin dalam kultur ini disebut MRSA, dan pasien didiagnosis terinfeksi

MRSA. Prosedur yang sama dilakukan untuk menentukan apakah seseorang

merupakan pembawa MRSA (skrining untuk karier), tetapi sampel kulit atau situs

selaput lendir hanya diswab, tidak dibiopsi. Tes ini membantu membedakan

infeksi MRSA dari perubahan kulit lainnya yang sering muncul pada awalnya

mirip dengan MRSA. 22

7. Tatalaksana

Seperti yang dinyatakan oleh Centers for Disease Control dan Prevention di

Amerika. 25

a. Langkah pertama pengobatan untuk abses ringan adalah insisi dan drainase.

b. Jika terapi antibiotik diindikasikan secara klinis, harus dipandu oleh profil

resistensi organisme.

Ketika tes dijalankan untuk menentukan bahwa bakteri Staphylococcus

diisolasi dari pasien yang diberikan adalah resisten methicillin, tes ini juga

memberikan informasi tentang antibiotik yang dapat membunuh bakteri (profil

kerentanan nya).

Untungnya, sebagian besar masih MRSA dapat diobati dengan antibiotik

khusus tertentu (misalnya, vankomisin, linezolid, dan lain-lain, sering dalam

kombinasi dengan vankomisin). Kebanyakan untuk infeksi sedang sampai berat

perlu diobati dengan antibiotik intravena, biasanya diberikan dalam perawatan

Universitas lambung mangkurat


11

rumah sakit. Beberapa MRSA dikomunitas strain rentan terhadap trimetoprim-

sulfametoksazol, doksisiklin, dan clindamycin ; walaupun laporan menunjukkan

resistensi klindamisin meningkat dengan cepat. 24,25

Vankomisin dan teicoplanin yang antibiotik glycopetide digunakan untuk

mengobati infeksi MRSA. Teicoplanin adalah struktural congener dari

vankomisin yang memiliki spektrum aktivitas sama namun lebih lama. Karena

penyerapan lisan vankomisin dan teicoplanin sangat rendah, agen ini harus

diberikan intravena untuk mengendalikan infeksi sistemik. 26

8. Pencegahan

Tidak melakukan kontak langsung dengan kulit, pakaian, dan setiap item

yang datang dalam kontak dengan baik pasien MRSA atau karier MRSA adalah

cara terbaik untuk menghindari infeksi MRSA. Dalam banyak kasus, situasi ini

sama sekali tidak praktis karena orang yang terinfeksi atau karier dapat tidak

segera diidentifikasi. Apa orang bisa lakukan adalah untuk mengobati dan

menutupi (misalnya, krim antiseptik) setiap istirahat kulit dan menggunakan

praktik kebersihan yang sangat baik (misalnya, mencuci tangan dengan sabun

setelah kontak pribadi atau menggunakan toilet, mencuci pakaian yang berpotensi

datang kontak dengan pasien MRSA atau pengangkut, dan menggunakan barang

sekali pakai ketika merawat pasien MRSA).Juga tersedia di toko-toko kebanyakan

solusi antiseptik dan tisu untuk kedua tangan yang bersih dan permukaan yang

dapat menghubungi MRSA.Tindakan ini membantu mengontrol tersebarnya

MRSA. 27

Universitas lambung mangkurat


12

C. Karier MRSA

1. Definisi

Karier MRSA adalah Orang yang menjadi pembawa MRSA ini tetap dalam

keadaan sehat tetapi dapat menyebarkan MRSA ke orang lain lewat kontak kulit

misalnya saat bersalaman. Ketika kulit menjadi tidak intak (misalnya pada luka

bakar dan bekas operasi), MRSA dapat menerobos pertahanan kulit lalu

menyebabkan infeksi. 15

2. Tatalaksana

Pengobatan topikal yang paling efektif untuk eradikasi di hidung adalah

mupirosin dengan dasar parafin (Bactroban Nasal®) yang dioleskan pada nares

anterior 3 x/ hari selama 5 hari. Namun saat ini ditemukan adanya strain MRSA

dengan level rendah (MIC 8-256 mg/1) dan level tinggi (>256 mg/1) yang

resisten terhadap mupirosin. Strain MRSA level rendah masih dapat berespons

terhadap mupirosin. Penggunaan mupirosin yang berulang-ulang dan lama dapat

menyebabkan munculnya resistensi ini. Agen topikal lain seperti klorheksidin 1%

dan Naseptin ®(klorheksidine 1% + neomisin 0,5%) kurang efektif namun dapat

mengurangi jumlah organisme di hidung. Agen topikal ini merupakan alternatif

untuk strain yang resisten mupirocin, khususnya pada strain yang diketahui

sensitif terhadap neomysin. Pemberian terapi sistemik dengan rifampisin

dipertimbangkan pada keadaan jika keuntungannya lebih besar daripada efek

sampingnya. Rifampisin harus selalu dikombinasikan dengan agen aktif lainnya

untuk melawan MRSA seperti sodium fusidate, siprofloksacin, atau trimethroprim

untuk mencegah timbulnya resistensi. Kejadian efek samping oleh karena

Universitas lambung mangkurat


13

rifampisin sangat tinggi, sehingga pasien harus diberi tahu efek samping yang

sering terjadi dan disarankan untuk menghentikan jika diperlukan.

3. Pencegahan

Walaupun tangan petugas kesehatan merupakan jalur utama penyebaran

MRSA, infeksi silang di bangsal masih sulit untuk dicegah. Bakteri

Staphylococcus dapat sangat mencemari lingkungan Rumah sakit dan akan

melepaskan partikel ke udara. Pasien yang terinfeksi dan jika memungkinkan

karier, harus diisolasi dalam satu ruangan atau jika ada di unit isolasi dengan

petugas khusus. Ruang isolasi harus selalu tertutup dan memiliki sistem ekstraksi

yang membuang udara dari kamar ke ruang bebas. Hal ini akan mengurangi

penyebaran antar ruang perawatan. Jika tidak ada unit isolasi khusus dan

terbatasnya kamar pasien, maka semua pasien yang terinfeksi atau terkolonisasi

MRSA dirawat dalam satu bangsal dengan petugas khusus untuk mengontrol

outbreak secara efektif. Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam

mengontrol infeksi jika tidak ada unit khusus isolasi adalah melakukan cuci

tangan dengan benar, penggunaan sarung tangan, pakaian pelindung, dan

pembuangan sampah. 24

Universitas lambung mangkurat

Anda mungkin juga menyukai