Anda di halaman 1dari 9

Inilah Sejarah, Teori dan Perkembangan Islam di Indonesia

qolbunhadi > Home > Umum > Inilah Sejarah, Teori dan Perkembangan Islam di

Indonesia

qoryatulquran.wordpress.com

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Saat islam untuk pertama kalinya datang ke Indonesia, pada waktu itu berbagai
kepercayaan dan agama seperti Budha, Hindu, dinamisme dan anisme sudah
banyak dianut oleh bangsa Indonesia. Bahkan disebagai besar wilayah Indonesia
sudah berdiri kerajaan-kerajaan yang menganut agama Budha dan Hindu.
Contohnya, kerajaan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan Kutai di Kalimantan Timur,
Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat dan masih banyak kerajaan yang lainnya.
Akan tetapi, Islam datang ke wilayah-wilayah itu bisa diterima dengan baik, sebab
Islam datang dengan cara yang baik pula, mereka pembawa ajaran Islam datang
dengan prinsipi-prinsip persamaan antar manusia, perdamaian, ketentraman, serta
menghilangkan kasta dan perbudakan yang sebelumnya sering terjadi di wilayah
itu. Sehingga, tidak ada paksaan dari masyarakat di sana saat diajak untuk
mengucapkan dua kalimah syahadat, mereka melakukannya dengan senang hati.

Kalau bicara tentang kapan islam mulai datang dan masuk ke Indonesia, menurut
para ahli sejarah, islam masuk k Indonesia pada abad ke tujuh masehi atau abad
pertama hijriyah. Namun dari sumber lain, ada yang menyebutkan bahwa Islam
sudah mulai masuk ke Indonesia saat para pedagang dari Arab mulai singgah dan
memasuki wilatyah Indonesa. Waktu itu saat masih pemerintahan sahabat nabi,
Khulafaur Rasyidin.

Proses Masuknya Islam di Indonesia

asiawelcome.com

Berbeda dengan agama lain yang datang ke Indonesia dengan cara penindasan,
peperangan dan pemaksaan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdamaian,
para pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu dengan sabar dan gigih
menjelaskan tentang ajaran Islam pada penduduk setempat. Mereka pun tidak
memaksa penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Karena, dalam ajaran
islam itu tidak ada paksaan, Para ulama berpegang teguh pada prinsip salah satu
ayat Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 256.

Adapaun cara dan proses masuknya islam di Indonesia melalui beberapa cara,
antara lain sebagai berikut.
1. Perdagangan

Islam masuk ke Indonesia salah satunya lewat dengan cara perdagangan. Hal ini
bisa terjadi, karena orang-orang Melayu yang ada di Indonesia pada waktu itu
berhubungan dengan orang arab dalam hal perdagangan. Mereka sudah sangat
dekat antara satu sama lain. Jadi, saat pedagang arab mulai menyebarkan
pemahaman agama Islam, para orang melayu pun mudah untuk menerimanya.

Lambat tapi pasti, orang Melayu mulai banyak masuk ajaran Islam. Pengaruh
Islam semakin kuat pada waktu itu setelah berdirinya kerajaan Islam Malaka dan
kerajaan Samudra Pasai di Aceh. Maka makin ramailah para pedangang Arab serta
ulama yang datang ke Indonesia. Disamping mereka berdagang untuk mencari
keuntungan duniawi, mereka juga sambil berdakwah untuk menambah amal
mereka. Berbisnis sambil berdakwah, dunia dapat akhirat juga dapat.
2. Kultural

Maksud dengan kultural ini, penyebaran pemahaman Islam di Indonesia


menggunakan media kebudayaan. Contohnya yang dilakukan oleh para wali songo
di pulau Jawa. Sunan Kali Jaga pada waktu itu berdakwah dengan
mengembangkan kesenian wayang kulit, dia mengisi pementasan wayang yang
biasanya isinya itu bertema ajaran Hindu, dia ganti dengan ajaran Islam. Kemudian
ada juga Sunan Muria berdakwah dengan mengembangkan Gamelannya.
Sedangkan Sunan Giri berdakwah dengan cara membuat banyak sekali mainan
anak-anak seperti cublak Suweng, Jalungan, Jamuran dan lain sebagainya. Para
Sunan ini cerdik sekali, mereka membawa pemahaman ajaran Islam dengan
menggunakan bahasa yang sering digunakan oleh kaumnya. Kebetulan pada waktu
itu masyarakat Indonesia khususnya Jawa, mereka sangat menyukai kesenian-
kesenian itu.
3. Pendidikan

Salah satu cara efketif memasukan pemahaman ajaran Islam pada waktu itu dengan
melalui pendidikan, dan pesantren adalah lembaga pendidikan yang paling
strategis untuk melakukannya. Kebanyakan para da’i dan mubalig dalam
menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Indonesia, mereka it keluaran dari
pesantren. Contohnya Datuk Ribandang yang merupakan keluaran dari pesantrn
milik Sunan Giri, dia adalah seorang yang mengislamkan kerajaan Gowa Tolla di
Kalimantan timur. Selain Datuk Ribandang, banyak santri-santri Sunan Giri yang
menyebar ke pulau-pulau yang ada di Indonesia seperti Kangan, Haruku, Madura,
Bawean hingga Nusa Tenggara. Sampai saat ini, pesantren masih menjadi strategi
yang efektif untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh indonesia.
4. Kekuasaan Politik

Penyebaran Islam di Indonesia juga tidak terlepas dari dukungan para Sultan.
Contohnya di pulau Jawa, Kesultanan Demak merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung penyebaran agama Islam. Ada juga di pulau Sulawesi yaitu
Raja Gowa-Tolla yang menjadi pelindung bagi para da’i menyebarkan ajaran Islam
di sana. Para Sultan dan Raja saling berkomunikasi, tolong menolong dalam
melindungi perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Kekompakkan para sultan
ini juga menjadi cikal bakal lahirnya negara Indonesia.

Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia

1. Perkembangan Islam di Sumatera


Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya
pemahaman ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di
kedua wilayah tersebut masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di
Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan Samudera Pasai.
2. Perkembangan Islam di Jawa

Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal
kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh
masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu
sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan
Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang. Mungkin pada
waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap
berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan
Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu
pesat.
3. Perkembangan Islam di Kalimantan

Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana
melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan
Perlak. Jalur kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka
melakukan ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada
waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa,
salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da’i yang
berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu itu adalah
Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
4. Perkembangan Islam di Maluku

Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini
menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim
dari Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para
pedagang muslim ini, menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini
menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440
Islam mulai masuk ke Maluku.

Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut
sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim
adalah Zaenal Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin
mempercepat perkembangan Islam di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-
kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam. Namun dari
sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan
Ternate dan Tidore.

Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke
Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran
Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati,
Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Ada beberapa teori masuknya islam ke Indonesia. Berikut teori-teorinya.


1. Teori Mekah

Dalam teori ini, dikatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Arab atau Mekah yang berlangsung pada abad pertama tahun
hijriyah atau ke 7 M. Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka) adalah tokoh yang
memperknalkan teori ini. Beliau merupakan ulama sekaligus sastrawan Indonesia.
Beliau melontarkan pendapatnya ini pada tahun 1958 ketika menyampaikan orasi
di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Beliau menolak seluruh
pendapat yang menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia secara tidak
langsung melalui Arab. Beliau bercerita bahan argumentasinya yang dijadikan
bahan rujukannnya berasal dari sumber Arab dan sumber lokal Indonesia.
Menurutnya, motivasi awal kedatangan bangsa Arab dilandasi oleh motivasi
semangat menyebarkan agama Islam, bukan dilandasi faktor ekonomi. Menurut
pandangannya pula, jalur perdagangan antara Arab dengan Indonesia suda ada dan
brlangsung jauh sebelum tarik masehi.

Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan penolakan terhadap Teori Gujarat yang
dia anggap banyak kelemahannya. Dia malah curiga terhadap penulis teori Gujarat
yang berasal dari barat, mereka cenderung memojokkan Islam di Indonesia.
HAMKA berpendapat, penulis barat melakukan upaya yang sangat sistematik
untuk menghilangkan dan meniadakan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang
hubungan rohani yang akur dan erat antara mereka dengan bangsa Arab. Dalam
pandangannya juga, HAMKA berpendapat sebenarnya orang-orang Islam di
Indonesia memeluk islam berkat orang Arab, bukan hanya lewat perdagangan saja.
Pandangan dan pendapat HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang
dikeluarkan oleh A.H Johns yang menyatakan bahwa para pengembara lah
(musafir) yang pertama kali melakukan penyebaran ajaran Islam di Indonesia.
Biasanya kaum sufi mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
mendirikan perguruan tarekat.
2. Teori Gujarat

Teori Gujarat berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia terjadi


pada abad ke 13 M atau abad ke 7 H dan berasal dari Gujarat. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini kebanyakan sarjana yang berasal dari belanda. Seorang
Sarjana belanda yang pertama megeluarkan teori ini bernama J. Pijnapel dari
Universitas Leiden. Dalam pandangannya, bangsa Arab yang bermazhab Syafie
sudah tinggal di Gijarat dan Malabar sejak awal tahun Hijriyah. Akan tetapi, yang
menyebarkan langsung Islam ke Indonesia untuk pertama kalinya itu bukanlah
bangsa Arab, melainkan para pedangang Gujarat yang sudah memeluk Islam
terlebih dahulu. Para pedagang islam itu berdagang ke arah timur, salah satunya
Indonesia. Dalam perkembangannya, teori Gujarat ini diyakini dan disebarkan oleh
seorang tokoh terkemuka Belanda, yaitu Snouck Hurgronje. Dalam pendapatnya,
Islam lebih dahulu menyebar dan berkembang di kota-kota India. Selanjutnya,
orang-orang Gujarat yang lebih dahulu membuka hubungan perdagangan dengan
orang Indonesia dibanding pedagang Arab.

Kemudian teori Gujarat juga lebih dikembangkan oleh J.P. Moquetta pada tahun
1912. Dia memberikan alasan dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang
meninggal pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau sekitar tahun 1297 M di Pasai,
Aceh. Menurut dia, makam Maualan Malik Ibrahim yang meninggal pada tahun
1419 di Gresik dan batu nisam di pasai, semuanya mempunyai bentuk yang sama
dengan nisan yang ada di Kambay, Gujarat. Akhirnya Moquetta berpendapat
bahwa batu nisan itu adalah hasil impor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh
asli orang gujarat yang berada di Indonesia, atau juga orang Indonesia yang sudah
belajar kaligrafi khas Gujarat. Argumentasi lainnya yaitu kesamaan mahzab Syafie
yang dipercayai oleh orang muslim di Indonesia dan Gujarat.
3. Teori Persia

Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari persia (Sekatang Iran). Seorang sejarawan asal Banten yang bernama Hosein
Djajadiningrat adalah pencetus teori ini. Dalam paparannya, dia lebih
menitikberatkan analisisnya pada kesamaan tradisi dan budaya yang berkembang
antara masyarakat Indonesia dan Persia. Budaya dan tradisi itu diantaranya tradisi
merayakan tanggal 10 Muharram atau sering disebut hari Asyuro. Hari ini
merupakan hari suci kaum syiah yang mayoritas berada di iran. Tradisi ini juga
berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Selanjutnya tradisi lainnya
adalah ajaran mistik yang mempunyai banyak kesamaan. Kesamaan lainnya adalah
umat Islam di Indonesia banyak yang menganut mazhab Syafie, sama seperti
kebanyakan muslim yang ada di Iran. Namun, teori ini oleh banyak orang masih
dianggap lemah karena kurang bisa meyakinkan.
4. Teori Cina

Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam untuk pertama kalinya
ke Indonesia (Khususnya Jawa) itu berasal dari perantau Cina. Melalui
perdagangan, orang cina sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia jauh
sebelum Islam dikenal di Indonesia. ketika masa Hindu – Budha, orang-orang cina
ini sudah membaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam bukunya Arus Cina-
Islam Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, menurut catatan masa Dinasti Tang pada
tahun 618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao, Kanton dan pesisir cina bagian
selatan, di sana sudah terdapat sejumlah pemukimaan orang-orang Islam.

Bila dilihat dari beberapa catatan sumber dari dalam Indonesia maupun luar
Indonesia, memang teori Cina ini bisa diterima. Dalam beberapa sumber lokal
ditulis bahwa raja pertama Islam di jawa, yaitu Raden Patah dari Dmak, adalah
seorang keturunan Cina. disebutkan Ibu sang raja berasal dari daerah Campa, yakni
Cina bagian selatan (Kini Vietnam). Hal ini diperkuat oleh Hkayat Hasannudin dan
Sejarah Banten, dimana nama dan gelar raja-raja demak itu ditulis dengan
memakai istilah Cina, seperti “Jin bun”, “Cek Ko po“, “Cu-cu’‘, “Cun Ch”,
serta “Cek Ban Cun”. Bukti-bukti lainnya bisa dilihat dari masjid-masjid tua yang
mengandung nilai arsitektur Tiongkok yang dibangun oleh bangsa Cina di berbagai
wilayah di pulau Jawa.

Dari semua teori di atas, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan


tersendiri. Sampai saat ini, tidak ada yang tau percis teori mana yang memang
benar-benar terjadi dan bisa dipercaya 100% kebenarannya.

Anda mungkin juga menyukai