Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

GEOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI


ACAR I

DISUSUN OLEH :

NAMA : TRIVENNA A ORATMANGUN

NPM : 12.2016.1.00277

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kegiatan eksplorasi Minyak dan Gas Bumi (Hidrokarbon) merupakan serangkaian


kegiatan yang panjang, dari studi geologi permukaan, survey seismik, hingga dilakukan
pemboran. Khususnya dalam kegiatan pemboran, dilakukan suatu kegiatan pengukuran
log/logging, yaitu perekaman dan pengukuran data bawah permukaan (sifat-sifat fisik
batuan) di sepanjang lubang pemboran. Tujuan utamanya adalah untuk membuktikan
keberadaan hidrokarbon, yang kemungkinannya terindikasi dari penafsiran/interpretasi
seismik.

Data log yang diperoleh, kemudianm dilakukan evaluasi/analisa. Dalam perspektif


luas, sesungguhnya evaluasi data log mencakup beberapa bidang kajian yang saling
terkait, yaitu; Geologi, dan Geofisika, dll.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari praktikum ini adalah:


1. Apa yang anda ketahui tentang well log?
2. Bagaiman cara membaca data log kurva Gamma Ray, Resistivity, Densitas, dan
Neutron?
3. Bagaimana cara menentukan lithologi batuan dari data log kurva Gamma Ray?

1.3 BATASAN MASLAH


Batasan masalah dari praktikum ini adalah:
1. Kita dapat mengetahui apa itu data data well log.
2. Kita dapat mengetahui cara membaca data log kurva Gamma Ray, Resistivity,
Densitas, dan Neutron.
3. Kita dapat menentukan dan menganalisis lithologi batuan dari data log kurva
Gamma Ray.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apa itu data well
log, menentukan lithologi batuan pada data log kurva Gamma Ray dengan cara
menggunakan rumus yang sudah ada.
BAB II

DASAR TEORI

Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang menunjukkan
parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah sumur (Harsono,
1997).
Logging adalah pengukuran atau pencatatan sifat-sifat fisika batuan di sekitar
lubang bor secara tepat dan kontinyu pada interval kedalaman tertentu (Schlumberger,
1986). Maksud dari logging adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat
diinterpretasi litologi penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain porositas,
permeabilitas dan kejenuhan minyak.

2.1 LOG GAMMA RAY

Dalam analisa kualitatif, log Gamma Ray (GR Log) dapat digunakan untuk
identifikasi dan korelasi litologi serta estimasi tingkat kelempungan, karena prinsip
kerjanya yang mengukur tingkat radioaktivitas alami (sinar gamma) dari unsur-unsur
tertentu pada mineral mika, glaukonit, dan potasium feldspar, yang umum ditemukan
pada batu serpih (shale) dan lempung (clay). Secara umum (konvensional), kegiatan
eksplorasi dilakukan untuk mencari hidrokarbon pada batuan reservoar yang memiliki
porositas dan permeabilitas yang baik, yaitu batupasir dan batugamping. Karena
karakteristik batu serpih dan lempung yang memiliki porositas dan permeabilitas yang
kecil (kemudian dianggap sebagai batuan non-reservoar), dan bersifat “menyerpih”
dalam suatu tubuh batuan, maka dengan analisa log Gamma Ray ini dapat dilakukan
identifikasi litologi, membedakan zona reservoar dengan zona non-reservoar.

Batupasir dan batugamping yang clean (bebas kandungan serpih), pada


umumnya akan memiliki kandungan material radioaktif yang rendah, sehingga akan
menghasilkan pembacaan nilai GR yang rendah pula. Seiring dengan bertambahnya
kandungan serpih dalam batuan, maka kandungan material radioaktif akan bertambah
dan pembacaan nilai GR akan meningkat. Teknik interpretasinya, secara sederhana
yaitu dengan membuat suatu garis batas (cut off) antara shale base line (yang
menyatakan nilai GR tertinggi) dengan sand base line (yang menyatakan nilai GR
terendah). Sehingga diperoleh zona di sebelah kiri cut off sebagai zona reservoar, dan
zona non-reservoar di sebelah kanan garis cut off.

Gambar 2.1 (1). Respon Gamma Ray di berbagai litologi, (2) Analisa kualitatif log
GR.

Pengukuran log Gamma Ray memiliki kelemahan, terutama apabila terdapat


batuan selain serpih dan lempung yang memiliki radioaktivitas alami tinggi,
seperti tuff. Sehingga identifikasi litologi umumnya diperkuat dengan
pengukuran Spectral Gamma Ray, yang mampu mengetahui sumber radiasi.
2.2 LOG SPONTANEOUS POTENTIAL

Dari prinsip kerjanya, log SP ini dapat digunakan untuk identifikasi


batuan permeable, identifikasi lapisan serpih (non-reservoar) dan non-serpih
(reservoar), membantu korelasi litologi, dan menghitung nilai salinitas fluida formasi
(Rw). Pengukurannya berdasarkan adanya beda potensial karena perbedaan salinitas
antara lumpur pemboran (Rmf) dengan fluida formasi (Rw), dimana pada dasarnya nilai
salinitas berbanding terbalik dengan resistivitas.

Gambar 2.2 Teknis pengukuran log SP, beserta responnya.

Dalam interpretasinya, apabila data log SP menunjukkan kurva lurus (tidak ada
perubahan nilai) maka mengindikasikan salinitas fluida formasi sama dengan salinitas
lumpur pemboran, atau dapat juga sebagai indikasi lapisan batuan yang pejal (tight)
atau impermeable. Sedangkan apabila terdapat defleksi grafik/perubahan nilai log SP,
maka menunjukkan adanya perbedaan salinitas, adanya lapisan batuan permeable, dan
dapat diasumsikan sebagai reservoar. Dan apabila lapisan permable tersebut
mengandung saline water maka nilai Rw << Rmf, dan akan terjadi perubahan nilai SP
yang negatif, sedangkan lapisan yang mengandung fresh water memiliki
nilai Rw >> Rmf, mengakibatkan perubahan nilai SP positif.

2.3. LOG RESISTIVITAS

Log Resistivitas dapat digunakan untuk membedakan lapisan reservoar dan


non-reservoar, identifikasi jenis fluida (air formasi dan hidrokarbon) dan batas kontak
fluidanya, menghitung nilai resistivitas air formasi dan salinitas air formasi.

Terdapat dua macam pengukuran log resistivitas, yaitu Lateral Log;


meliputi Lateralog Deep (LLD), Lateralog Shallow (LLS), Micro Spherically Focused
Log (MSFL), dan Induction Log; yang meliputi Inductionlog Deep (ILD), Inductionlog
Shallow (ILS), Micro Spherically Focused (MFS). Mengacu dari adanya perbedaan
zona di sekitar dinding lubang pemboran, zona terinvasi dapat terindikasi dari rekaman
log MSFL atau SFL. Sedangkan untuk zona transisi dapat terindikasi dari rekaman log
LLS atau ILM. Untuk zona jauh dapat terbaca dari log LLD atau ILD.

Gambar 2.3 Rekaman log Resistivitas.


Dalam teknik interpretasinya, analisa log resistivitas, utamanya adalah untuk
mengetahui indikasi batuan yang porous dan permeable yang mengandung fluida
hidrokarbon atau air. Nilai-nilai LLD/ILD, LLS/ILS, dan MSFL umumnya ditampilkan
pada satu kolom grafik, dab berdasarkan karakteristik grafiknya, indikasi hidrokarbon
ditunjukkan oleh adanya perubahan nilai/defleksi grafik LLD/ILD yang relatif berada
di kanan terhadap defleksi grafik LLS/ILM dan MSFL. Sedangkan defleksi grafik LLD
yang relatif lebih negatif terhadap LLS/ILM dan MSFL akan mengindikasikan adanya
kandungan fluida air. Namun apabila ketiga grafik tersebut menunjukkan grafik yang
saling berhimpit tanpa adanya separasi yang jelas maka dapat mengindikasikan suatu
zona yang impermeable atau tight.

2.4. LOG DENSITAS (RHOB)

Log Densitas dapat digunakan untuk perhitungan densitas, perhitungan


porositas, dan identifikasi kandungan fluida. Dengan memanfaatkan pancaran sinar
gamma dan prinsip Hamburan Compton, prinsip kerjanya yaitu dengan mengukur
densitas bulk batuan, yang merupakan fungsi dari densitas elektron dalam batuan.
Secara teori, batuan berpori (umumnya berupa batupasir atau batugamping) akan
memiliki kandungan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan batuan pejal
(tight). Untuk batupasir (densitas ρ = 2,65 gr/cc) dan batugamping (ρ = 2,71 gr/cc) yang
mengandung fluida gas akan memiliki densitas bulk yang tinggi. Sedangkan serpih
akan memiliki nilai densitas bulk yang sangat tinggi apabila memiliki kandungan air
terikat (clay bound water).
Gambar 2.4 Respon log Densitas di berbagai litologi.

Interpretasi log Densitas dilakukan dengan mengamati karakteristik grafik yang


akan mengalami defleksi ke nilai yang lebih rendah apabila melalui suatu yang
mengandung fluida berupa gas, sedangkan akan mengalami defleksi ke arah nilai yang
lebih tinggi apabila melalui suatu yang mengandung fluida air maupun fluida minyak.

2.5. LOG NEUTRON (NPHI)

Log Neutron dapat digunakan untuk perhitungan porositas batuan, evaluasi


litologi, dan deteksi keberadaan gas. Prinsipnya adalah dengan mengukur persentase
pori batuan dari intensitas atom hidrogen di dalamnya, yang diasumsikan bahwa
hidrogen tersebut akan berupa hidrokarbon maupun air. Hasil pengukuran log Neutron
kemudian dinyatakan dalam Porosity Unit (PU).

Pada formasi yang mengandung minyak dan air, dimana kandungan


hidrogennya tinggi maka menyebabkan nilai Porosity Unit juga tinggi. Sedangkan
pada formasi yang mengandung gas yang memiliki kandungan hidrogen yang rendah
menyebabkan nilai PU yang rendah pula. Rendahnya nilai PU karena kehadiran gas
kemudian disebut dengan gas effect.

Gambar 2.5 Respon log Neutron di berbagai litologi.

Suatu grafik log Neutron akan menunjukkan defleksi ke arah nilai yang lebih
tinggi (ke arah kiri) apabila melalui suatu zona berporositas tinggi, dan sebaliknya,
grafik akan mengalami defleksi ke kanan apabila melalui zona berporositas rendah.

Log Neutron, umumnya tidak terlepas dari log Densitas, karena kedua log
tersebut memiliki korelasi dalam menentukan jenis fluida yang terindikasi, antara gas,
minyak, dan air, serta batas kontak antar fluida tersebut. Grafik log Neutron dan log
Densitas biasanya ditampilkan pada satu kolom, dan berdasarkan karakteristik grafik
keduanya, apabila terdapat suatu cross-over dengan jarak separasi yang besar maka
merupakan indikasi dari adanya gas. Sedangkan apabila jarak separasinya sempit dapat
mengindikasikan adanya minyak, lebih sempit lagi menunjukkan adanya fluida air.
Gambar 2.6 Analisa kualitatif log Neutron-Densitas untuk identifikasi jenis fluida
hidrokarbon.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1CARA ANALISIS WELL LOG GMB-35

3.1.1 LOG GAMMA RAY


Cara analisis data well log pada kurva Gamma Ray ini digunakan untuk
menentukan lithologi batuan yang berdasarkan interval kedalaman, dan
sebelum menentukan batasan lithologinya pertama-tama kita membuat garis
𝐺𝑟 max − 𝐺𝑟 𝑚𝑖𝑛
cut off dengan menggunakan rumus , setelah membuat garis cut
2

off maka kita membaginya dalam dua lithologi batuan, semakin kekiri maka
termasuk dalam batupasir, dan semakin kekanan adalah batulempung. Setelah
itu kita menentukan nilai midd point dari setiap interval kedalamannya.

3.1.2 LOG RESISTIVITY


Cara yang dilakukan untuk menentukan nilai log resistivity ini yaitu
dengan cara menghitung nilai LLD atau nilai porositas dari setiap interval
kedalaman tersebut.

3.1.3 LOG DENSITAS (RHOB)


Cara yang dilakukan dalam menentukan nilai RHOB adalah :
 Mengukur nilai porositas dari setiap interval kedalaman.
 Mengetahui atau mengenali komposisi atau indikasi terdapatnya
cadangan hidrokarbon pada formasi batuan tersebut.
3.1.4 LOG NEUTRON (NPHI)
Cara yang dilakukan dalam menentukan nilai NPHI adalah :
 Mengukur nilai porositas dari setiap interval kedalaman, tetapi pada
kurva NPHI ini berbeda dari yang lain, pengukurannya hihitung dari
kanan ke kiri untuk mendapatkan nilai NPHI-nya.
 Apabila kurva NPHI ini semakin kekiri, maka nilainya semakin
tinggi dan melewati porositas yang tinggi juga, sebaliknya kurva
NPHI ini semakin kekanan, maka nilainya semakin kecil dan
melewati porositas yang rendah juga.
 Kurva NPHI ini adalah lanjutan dari membagi lebih rinci lagi jenis-
jenis hidrokaron yang terdapat (air, minyak dan gas) dan menentukan
batas-batas kontak antara hidrokarbon-hidrokarbon tersebut.

3.2 HASIL ANALISIS WELL LOG GM-35

3.2.1 LOG GAMMA RAY

Hasil analisis dari log Gamma Ray ini terdapat dua lithologi batuan yaitu
batupasir dan batulempung. Dan dari kedua lithologi tersebut yang paling
dominan adalah batulempung. Serta termasuk dalam lapisan Inpermeable,
karena semakin tinggi intesitas radioaktiv maka semakin sedikit arus listrik
yang dihantarkan.

3.2.2 LOG RESISTIVITY


Hasil dari nilai LLD yang didapat, menghasilkan nilai resistivity yang
rendah. Maka semakin rendah nilai resistivity, semakin baik arus listrik yang
dihantarkan.
3.2.3 LOG DENSITAS (RHOB)
Hasil yang didapat dari nilai RHOB adalah keterdapatannya cadangan
hidrokarbon pada beberapa interval kedalaman, contohnya cadangan
hidrokarbon yang saya ambil pada interval kedalaman 1140m - 1160m.

3.2.4 LOG NEUTRON (NPHI)

Hasil yang di dapat dari log Neutron ini adalah pembagian hidrokarbon
yaitu: air, minyak dan gas. Contohnya bisah dilihat sendiri pada interval
kedalaman 1140m – 1160m terdapat cadangan hidrokarbon, dan menurut
interpretasi saya dan apa yang saya baca, maka hasil pembagian hidrokarbon
pada interval kedalaman 1155m – 160m terindikasi adanya cadangan fluida
air, sedangkan pada interval kedalam 1150m – 155m terindikasi adanya
cadangan minyak, dan pada interval kedalaman 140m – 150m terindikasi
adanya cadangan gas.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang saya dapat dari analisis data well log ini adalah :

 Menentukan lithologi batuan


 Menetukan nilai porositas dari masing – maing log
 Menetukan keterdapatan cadangan hidrokarbon
 Membagikan atau mengurutkan jenis-jenis keterdapatan cadangan hidrokarbon
yang ada (air, minyak, dan gas).

4.2 SARAN

Saran saya untuk praktikum ini agar lebih ditambah penjelasannya mengenai
pembagian jenis-jenis keterdapatan hidrokarbon pada suatu reservoir/cekungan. Dan
lebih ditingkatkan lagi materinya.
DAFTAR PUSTAKA

Catata pribadi

https://geohazard009.wordpress.com/2015/02/25/analisa-kualitatif-wireline-log/

Anda mungkin juga menyukai