Gunung Kelud
Disusun oleh :
KETERANGAN UMUM
NAMA KAWAH :-
POS PENGAMATAN : Posisi Geografi 08° 55' 40,14" LS dan 112° 14' 45,48"
BT
PENDAHULUAN
Jalan yang biasa digunakan oleh kendaraan bermotor adalah dari Kediri menuju Wates
dilanjutkan ke Margomulyo - Bambingan hingga puncak (mulut terowongan), dengan
kondisi jalan beraspal.
Demografi (kependudukan):
Data penduduk yang berada di Kawasan Rawan Bencana G. Kelud menurut BPS
Kabupaten Kediri dan Blitar bulan Juni 2004 berjumlah 427.702 jiwa.
Tabel jumlah penduduk yang terletak di Kawasan Rawan Bencana tahun 2004
Kediri 3 19 34 31.001
Blitar 6 79 - 396.701
Wisata
Manfaat G. Kelud bagi daerah sekitarnya dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara
lain aspek wisata, budaya maupun ekonomi. Aspek wisata berkaitan dengan
pengembangan dan pemanfaatan nilai-nilai alam, misalnya wisata alam dan agrowisata
yang mengembangkan kawasan perkebunan di sekitar Kelud dan hutan di sepanjang
jalan menuju kawah serta wisata alam di daerah sekitar kawah.
Aspek budaya dapat dilihat dari peninggalan purbakala berupa candi-candi yang
terdapat di daerah Blitar dan Kediri. Keberadaan candi-candi tersebut berkaitan dengan
perkembangan sejarah dan budaya Jawa pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu
seperti Jenggala, Kediri dan Singasari. Pada perkembangan selanjutnya, beberapa
candi di daerah sekitar G. Kelud telah terpendam akibat dari bencana lahar dan letusan
dari G. Kelud, mengikuti surutnya masa keemasan kerajaan tersebut.
Aspek ekonomi, letusan dan lahar menghasilkan material pasir dan batu yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat disekitarnya sebagai bahan galian golongan C untuk
bahan bangunan.
Kawah dan sekitarnya merupakan daya tarik wisata yang perlu dikembangkan.
Keberadaan terowongan yang merupakan budidaya manusia untuk mengurangi
bencana juga merupakan ciki khas dari G. Kelud.
Pemilihan lokasi wisata di sekitar kawah dapat mempertimbangkan berbagai hal, antara
lain kemudahan pencapaian lokasi, tingkat bahaya, variasi jenis wisata. Lokasi wisata
di daerah sekitar kawah antara lain kawasan hutan lindung, air terjun, pemandian air
panas alam dan panjat tebing.
Kekayaan obyek wisata di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Blitar yaitu berupa
kekayaan obyek sejarah dan kekayaan obyek alamiah. Banyaknya peninggalan candi-
candi berhubungan erat dengan Gunung kelud. Kehancuran candi-candi, dari analisis
di lapangan umumnya disebabkan karena tertimbun material produk letusan seperti
abu, pasir serta endapan lahar. Banyak peninggalan budaya, yang pada saat ini, berada
di bawah permukaan rata-rata tanah. Hal ini menandakan besarnya pengaruh letusan
G, Kelud terhadap keberadaan situs-situs budaya yang ada pada saat lampau.
G. Kelud - Geologi
GEOLOGI
G. Kelud (1731 m) merupakan produk dari proses tumbukan antara lempeng Indo-
Australia yang menunjam ke bawah lempeng Asia tepatnya di sebelah selatan Jawa.
Sebagai gunungapi muda yang tumbuh pada zaman Kwarter Muda (Holosen), G.Kelud
merupakan salah satu gunungapi dalam deretan gunungapi yang tumbuh dan
berkembang di dalam Sub Zona Blitar dari Zona Solo, yang dimulai dari daerah bagian
selatan Jawa bagian tengah (G.Lawu) hingga Jawa bagian timur (G.Raung), yang
dibatasi gawir sesar Pegunungan Selatan. Perkembangan gunungapi muda ini sangat
terbatas, hal ini nampak dari kerucut gunungapi yang rendah, puncak tidak teratur,
tajam dan terjal. Keadaan puncak - puncak tersebut disebabkan oleh sifat letusannya
yang sangat merusak (eksplosif) yang disertai dengan pertumbuhan sumbat- sumbat
lava seperti puncak Sumbing, Gajahmungkur dan puncak Kelud.
Satuan Morfologi Puncak dan kawah mempunyai ketinggian diatas 1000 m dpl
tersusun oleh aliran lava, kubah lava, dan batuan piriklastik; bentuk morfologi tidak
teratur, bukit - bukit kecil dengan tebing curam dengan kemiringan lereng lebih besar
dari 40 , serta pola aliran yang ada pada satuan morfologi ini adalah pola aliran radial.
Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi terletak pada ketinggian antara 600 - 1000 m dpl,
tersusun atas batuan piroklastik aliran, jatuhan dan endapan lahar. Kemiringan lereng
antara (5 - 20), serta pola aliran yang berkembang adalah pola radial - paralel.
Satuan Morfologi Kerucut Samping yang terdiri dari bukit Umbuk (1014 m) di sebelah
barat daya, bukit Pisang (865 m) di sebelah selatan dan bukit Kramasan (944 m)
disebelah tenggara lereng G.Kelud. Satuan ini tersusun oleh aliran lava, piroklastik
aliran dan kubah lava. Satuan morfologi ini mempunyai kemiringan lereng lebih besar
dari 20. Satuan Morfologi Kaki dan Dataran mempunyai ketinggian kurang dari 600 m
dpl, kemiringan lereng kurang dari 5 dan pola alirannya parallel - braided, litologi
penyusunnya terdiri dari endapan lahar dan piroklastik jatuhan.
G. Kelud - Sejarah Letusan
SEJARAH LETUSAN
Sejarah aktivitas G.Kelud yang tercatat sejak tahun 1000 hingga abad 20 tercantum
pada tabel di bawah ini.
Tahun Korban Jiwa Keterangan
Karakter letusan
Ada tiga macam ciri letusan yaitu :
1. Letusan semi magmatik merupakan letusan freatik yang terjadi akibat penguapan air
danau kawah yang merembes melalui rekahan pada dasar kawah yang secara serentak
kemudian dihembuskan ke atas permukaan. Jenis letusan ini umumnya mengawali
aktivitas gunung Kelud terutama memicu terjadinya letusan magmatik.
2. Letusan magmatik merupakan letusan yang menghasilkan rempah- rempah
gunungapi baru berupa lava, jatuhan piroklastik, dan aliran piroklastik. Letusan
magmatik yang terjadi umumnya bersifat eksplosif yang dipengaruhi penambahan
kandungan gas vulkanik disertai meningkatnya energi letusan terutama energi panas.
3. Erupsi efusif, magma mengalir ke permukaan, dapat membentuk kubah lava atau
mengalir ke lereng
Letusan G. Kelud Februari 1990
Danau kawah G. Kelud sebelum muncul kubah lava (kiri atas) dan sesudah ada kubah
lava (kanan atas) diambil dari kamera CCTV. Kawah G.Kelud setelah terisi kubah
lava (kiri bawah) dan air danau kawah yang masih tersisa (kanan bawah).
G. Kelud - Kawasan Rawan Bencana Gunungapi
Berdasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, Peta Kawasan Rawan Bencana G.
Kelud dapat dibagi menjadi tiga tingkat kerawanan, yakni: Kawasan Rawan Bencana-
III (KRB-III), Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), dan Kawasan Rawan Bencana-I
(KRB-I).
Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan yang selalu terlanda lahar
letusan, awan panas, bahan lontaran batu pijar, gas beracun, dan kemungkinan aliran
lava. Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa
mendatang lebih besar dari letusan 1990 atau terjadi percampuran magma (magma
mixing) sehingga terjadi letusan hebat yang banyak merubah morfologi G. Kelud
secara drastis. KRB-III ini meliputi areal seluas 14, 36 km2 (1.436 ha).
Daerah yang kemungkinan besar berpotensi terlanda oleh produk erupsi akan datang,
adalah lereng atas bagian barat dan baratdaya dengan jarak tidak lebih dari 5 km dari
pusat letusan. Sebaliknya sebaran ke arah lain dikontrol oleh adanya morfologi di
sekitar puncak, seperti G. Gajahmungkur (+1455 m), G. Kelud (+1731 m), dan G.
Umbuk (+1014 m).
Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan
panas, lahar letusan, aliran lava, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava dan
lahar letusan.
b. Kawasan rawan bencana terhadap bahan lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu
(pijar), hujan abu lebat.
Perluasan awan panas kemungkinan dapat terjadi apabila letusan di masa datang lebih
besar dari letusan 1990 atau terjadi percampuran magma (magma mixing) sehingga
terjadi letusan hebat yang banyak merubah keadaan morfologi G. Kelud secara drastis.
Luas Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II) ini diprediksi mencakup areal seluas 91,8
km2 (9.180 ha).
Data geologi dan sejarah kegiatan masa lalu menunjukkan, bahwa produk letusan G.
Kelud banyak didominasi oleh aliran piroklastik (awan panas) dan lahar panas (lahar
letusan), bahkan hingga letusan magmatik terakhir (1990) masih didominasi aliran
piroklastik (awan panas) dan jatuhan piroklastik yang terutama menghancurkan dan
menutup lereng barat dan baratdaya G. Kelud. Sementara lahar hujan dialirkan melalui
K. Bladak (sungai besar yang mengalir ke arah baratdaya).
Kawasan Rawan Bencana Terhadap Bahan Lontaran dan Hujan Abu Lebat
Material lontaran adalah semua jenis bahan letusan yang dilontarkan ke semua arah
pada saat terjadi letusan berupa bom vulkanik (kerak roti) yang berasal dari magma
dan pecahan batuan tua (fragmen litik). Bahan lontaran ini tidak terpengaruh oleh arah
tiupan angin saat terjadi letusan, karena berukuran besar.
Berdasarkan data geologi, morfologi dan pengamatan di lapangan, daerah-daerah yang
diperkirakan dapat terkena material lontaran (bom gunungapi, pecahan lava), hujan
lumpur (panas) dan fragmen batuan lainnya serta hujan abu lebat diperkirakan meliputi
kawasan hingga radius 5 km dari pusat erupsi.
Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar
dan kemungkinan terkena penyimpangan aliran lahar. Apabila letusannya membesar,
maka kawasan ini berpotensi tertimpa bahan jatuhan piroklastik berupa hujan abu dan
lontaran batu (pijar). Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I) ini dibedakan menjadi dua
bagian, terdiri dari:
a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan
penyimpangan aliran lahar, terletak di sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di
bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak.
Kawasan Rawan Bencana-I ini diberi warna kuning, meliputi areal seluas 351 km2
(35.100 ha). Apabila saat terjadi letusan/kegiatan gunungapi disertai dengan turun
hujan lebat, maka masyarakat yang bertempat tinggal di dalam Kawasan Rawan
Bencana-I (KRB-I) perlu meningkatkan kewaspadaan.
Kawasan Rawan Bencana Terhadap Aliran Massa
Daerah yang perlu waspada terhadap lahar umumnya terletak di dekat lembah atau
bagian hilir sungai, sedangkan perluasannya sering terjadi terutama pada kelokan-
kelokan sungai yang bertebing rendah. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa
berupa lahar, dan kemungkinan penyimpangan aliran lahar (apabila terjadi letusan yang
lebih besar dari 1990).
Lahar/banjir yang mungkin terjadi di lereng dan kaki selatan akan melalui sungai K.
Putih, K. Semut, dan K. Lekso. Unit-unit pemukiman yang berpotensi terlanda lahar di
alur K. Putih, di antaranya adalah Kp. Leling, Purwosari, Sumberharjo, Mungklung,
Tawang 1, Jeblog 1, Sonogunting, dan sebagian Kp. Kali Putih. Sedangkan di alur K.
Semut, di antaranya adalah Kp. Lading 1, Babadan, Bogoangin, Kromasan 2, dan
sebagian Kp. Sragi. Penyimpangan aliran lahar kemungkinan dapat melanda kawasan
hulu dan cabang-cabang K. Semut, K. Soso, K. Icir, dan K. Putih. Sungai yang
berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng dan kaki selatan-baratdaya adalah K. Abab dan
K. Jari. Pemukiman yang berpotensi dilanda lahar di kawasan ini adalah Kp.
Karangrejo, Babadan, Tawangsari, Jurangmenjeng, Garum, Diren, Combong Gajah,
Kuningan, dan sebagian Kp. Gaprang Dua. Penyimpangan aliran lahar kemungkinan
dapat terjadi di daerah hulu dan lembah K. Abab dan K. Jari.
Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng dan kaki baratdaya adalah K.
Lahargedog, K. Bladak, dan K. Kajar. Kawasan yang berpotensi terlanda
penyimpangan aliran laharr adalah di hulu K. Bladak.
Sungai yang berpotensi dilalui lahar/banjir di lereng utara adalah K. Konto dengan
sejumlah unit pemukiman, di antaranya adalah Kp. Sukorejo, Ngalik, Damarwulan,
Pandeyan, Sambong, Besuk, dan sebagian Kp. Blereng. Penyimpangan aliran lahar
kemungkin bisa terjadi di sekitar hulu K. Konto.
Berdasarkan letusan 1990 menunjukan bahwa, bom volkanik dan bahan lontaran batu
(pijar) lain bediameter >2 cm dapat mencapai jarak 5 km dari kawah pusat, dan bahan
lontaran berdiameter lebih kecil dari 2 cm bisa mencapai jarak lebih dari 10 km dari
kawah pusat, sedangkan jatuhan abu letusan bisa mencapai jarak yang lebih jauh lagi.
Apabila terjadi letusan kembali di kawah pusat G. Kelud (setelah beristirahat 14 tahun),
maka skala letusannya bisa kecil, menengah atau besar. Besar/kecilnya skala letusan di
masa mendatang, akan sangat bergantung kepada besar/kecilnya akumulasi energi
yang dikumpulkan selama G. Kelud beristirahat. Untuk mengantisipasi hal tersebut
maka sebaran bahan lontaran (berbutir lebih besar dari 2 cm) dibatasi pada radius 5 km
dari pusat letusan, sedangkan untuk butir lebih halus (lebih kecil dari 2 cm) berupa
pasir halus dan abu diperkirakan dapat mencapai jarak hingga 10 km dari pusat erupsi.
Radius sebaran bahan lontaran bisa saja lebih besar lagi manakala skala erupsi G. Kelud
lebih besar dari skala letusan 1990.
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Kelud
G. Kelud - Mitigasi Bencana Gunungapi
Untuk mengantisipasi sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan oleh letusan
G.Kelud, maka telah dilakukan usaha penanggulangan bahaya baik sebelum, selama
berlangsung dan sesudah letusan. Kegiatan usaha penanggulangan bahaya sebelum
kejadian letusan antara lain adalah : pemantauan aktivitas gunung secara menerus dan
terpadu baik secara visual ataupun non visual dengan bermacam- macam metoda
geofisika .
Visual
Seismik
Bujur Lintang
Timur Selatan
east Java,Indonesia,thesis,1991.
Buku Kelud Seri Letusan 2007, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
2007.
Mulyana A.R., dkk, 2003. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kelud.