Anda di halaman 1dari 18

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan sarana penunjang

pembelajaran yang berisi perencanaan pembelajaran yang menguraikan

secara rinci tentang kompetensi yang akan dicapai siswa, rancangan

pembelajaran yang mengikuti sintak model pembelajaran tertentu,

pedoman kegiatan bagi siswa dan alat untuk mengukur ketercapaian

kompetensi siswa. Setiap pendidik dituntut untuk mampu merancang

pembelajaran yang baik dengan pemilihan metode yang tepat sesuai

dengan karakter materi (Prasetyo, 2015). Selanjutnya menurut Ernawati

(2014) Pengembangan perangkat pembelajaran diarahkan pada

peningkatan pemahaman dan aktivitas siswa dalam proses belajar

mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara optimal

Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013:5 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan

perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus

dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan

pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar,

perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Adapun perangkat yang

akan dikembangkan dalam penelitian ini, diantaranya: silabus, rencana


12

pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan peserta didik (LKPD)

berbasis masalah, tes penguasaan konsep (TPK) dan tes berpikir

kreatif (TBK). Secara rinci masing-masing perangkat tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran

untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit

memuat: identitas mata pelajaran, identitas sekolah, kompetensi inti,

kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian,

alokasi waktu,umber belajar. Silabus dikembangkan berdasarkan

Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada

setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. (Permendikbud

no.22 Tahun 2016:5). Komponen silabus yang akan di validasi dalam

penelitian ini adalah kesesuaian kompetensi dasar dengan indikator,

tujuan, materi pokok serta bahasa yang digunakan.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana

kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau

lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar

(KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun


13

RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP

disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan

atau lebih. (Permendikbud No. 22 Tahun 2016:6-7). Komponen RPP

terdiri atas:

1. Identitas sekolah

2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema

3. Kelas/semester

4. Materi pokok

5. Alokasi waktu

6. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD

7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi

8. Materi pembelajaran

9. Metode pembelajaran

10. Media pembelajaran

11. Sumber belajar

12. Langkah-langkah pembelajaran

13. Penilaian hasil pembelajaran


14

2. Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu

adanya model-model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru

dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas

sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia

sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial

(Suprijono, 2011).

Sejalan dengan pendapat di atas, model pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang

pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010).

Berbeda dengan pendapat di atas, dikemukakan bahwa model mengajar

merupakan suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan

mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan

belajar tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes

belajar mengajar (Sagala, 2010)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang digunakan dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran


15

digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran

di kelompok.

3. Inkuiri Terbimbing

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan

melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan

pembelajaran terjadi proses interaksi (hubung-an timbal balik) antara guru

dengan siswa. Guru memberikan materi sementara siswa tidak hanya

sekedar menerima begitu saja melainkan ada interaksi diantara keduanya

sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Salah

satu pembe-lajaran seperti ini adalah model pembelajaran inkuiri.

Menurut Suyanti (2010), pembelajaran inkuiri merupakan

pembelajaran yang berpu-sat pada siswa yang memiliki peran untuk

mencari dan menemukan sendiri materi pe-lajaran, sedangkan guru

berperan sebagai fasilitator untuk mendorong siswa dapat me-

ngembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan

memberikan per-tanyaan-pertanyaan.

Wena (2009) menuliskan bahwa pembelajaran inkuiri

dikembangkan oleh Richard Suchman untuk mengajarkan peserta didik

dalam memahami proses meneliti dan me-nerangkan suatu kejadian.

Menurut Suchman, kesadaran peserta didik terhadap proses inkuiri perlu

ditingkatkan sehingga mereka dapat diajarkan dengan prosedur pemeca-

han masalah secara ilmiah. Selain itu, kepada para peserta didik juga dapat

diajarkan bahwa pengetahuan itu bersifat sementara dan bisa berubah-ubah


16

dengan munculnya berbagai macam teori-teori baru. Oleh karena itu, para

peserta didik harus disadarkan dengan pernyataan bahwa pendapat orang

lain dapat memperkaya pengetahuan yang mereka miliki.

Trowbridge & Bybee (2007) mengemukakan “Inquiry is the

process of defining and investigating problems, formulating hypotheses,

designing experiments, gathering data, and drawing conculations about

problems”. Menurut mereka inkuiri adalah proses mendefinisikan dan

menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipote-sis, merancang

eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masa-lah-

masalah tersebut. Lebih lanjut lagi, dikemukakan bahwa esensi dari

pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang

berfokus pada siswa de-ngan memberikan bimbingan secukupnya dalam

menemukan konsep-konsep dan prin-sip-prinsip ilmiah.

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi yang

meliputi kegiatan-kegi-atan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang

relevan, mengevaluasi buku-buku dan sumber-sumber informasi lain

secara kritis, merencanakan penyelidikan atau in-vestigasi, mereview apa

yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperi-men dengan

menggunakan alat-alat untuk memperoleh data, menganalisis dan meng-

interpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan

hasilnya.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, pembelajaran inkuiri adalah

sebuah pembelaja-ran yang mempersiapkan peserta didik melakukan


17

eksperimen sendiri, dapat dikata-kan pula sebagai sistem atau cara dalam

melihat sebuah pengetahuan atau hal baru. Cara pandang inkuiri

membantu pengembangan pola dan cara berfikir yang akan terus bertahan

dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai pembelajar. Apabila cara

berfikir tersebut sudah dimiliki siswa, maka siswa akan menjadi pemikir

yang kreatif, mengembangkan kemampuan intelektual dalam berfikir

induktif, dan pribadi yang mampu memecahkan masalah. Inkuiri

menempatakan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif. Kendati

siswa sebagai sebagai subyek dalam belajar yang harus berperan aktif,

namun peran guru tetap sangat penting sebagai komponen proses be-lajar

mengajar. Karena guru mempunyai kewajiban untuk mengarahkan siswa

untuk melakukan kegiatan, seperti melontarkan pertanyaan, memberikan

komentar, dan saran kepada siswa.

Menurut Suparno (2007) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi

dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan itu lebih

ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan

tersebut. Pembela-jaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman

dalam belajar. Pembelajaran inkuiri terbimbing, guru memfasilitasi

penyelidikan dan mendorong siswa mengung-kapkan atau membuat

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk pe-nyelidikan

lebih lanjut. Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan

masalah.
18

Pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan agar para siswa bebas

mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Siswa diberi kesempatan

untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi secara individu atau

berkelompok, di dalam kelas mereka di-ajarkan berinteraksi sosial dengan

kawan sebayanya untuk saling bertukar informasi antar kelompok.

Pembelajaran inkuiri terbimbing ini selaras dengan pembelajaran

kontruktivisme.

Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran

inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan

atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk

merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

per-masalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan

proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan

de-ngan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.

Guru membimbing siswa untuk dapat menentukan langkah-langkah

peng-umpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau

grafik.
19

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumus-

kan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah mem-

peroleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis

yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak,

siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses pembelajaran inkuiri

yang telah dilakukannya.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesim-pulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Menurut Roestiyah (2008), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide

yang lebih baik.

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

d. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

e. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

f. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.


20

g. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka

dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:

a. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk

membantu siswa menemukan konsep.

b. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.

c. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru harus memiliki

kreativitas yang tinggi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

siswa. Guru harus lebih banyak me-ngaitkan meteri pembelajaran dengan

kehidupan sehari- hari yang sering dijumpai sis-wa sehingga siswa lebih

mudah menemukan konsep pembelajaran itu sendiri.

Dari pendapat para ahli di atas, inkuiri terbimbing dapat diartikan

sebagai salah satu metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian

masalah, pertanyaan-pertanyaan dan materi atau bahan penunjang

ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini dapat mendorong siswa

melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya. Ke-giatan siswa

dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang di-

tentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis

hasil, mem-buat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.


21

4. Motivasi Belajar

Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah energi

dalam diri seseorang ke dalam suatu aktivitas nyata untuk mencapai tujuan

tertentu (Djamarah, 2001). Motivasi merupakan salah satu faktor yang

turut menentukan keefektifan pembelajaran (Mulyasa, 2007).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar

siswa seperti yang dikemukakan Hasibuan dan Mudjiono (2002), yaitu :

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Keberhasilan mencapai keinginan menumbuhkan kemauan

bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dalam

kehidupan diikuti oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa

dan nilai-nilai kehidupan serta kepribadian. Dari segi pembelajaran,

penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah

keinginan menjadi kemauan yang kemudian menjadi cita-cita.

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu diikuti dengan kemampuan atau

kecakapan mencapainya. Kemampuan membaca perlu diikuti dengan

kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi-bunyi huruf.

Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan

pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan

menyenangkan hatinya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak

untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.


22

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang sedang

sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.

Sebaliknya bila siswa sehat, kenyang dan gembira akan lebih mudah

memusatkan perhatian. Bila kondisi jasmani dan rohani siswa sehat

dengan senang hati untuk belajar agar memperoleh nilai raport yang

lebih baik.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.

Sebagai anggota masyarakat seseorang siswa dapat terpengaru oleh

lingkungan sekitar. Dengan suasana lingkungan yang aman, tertib,

tenteram, indah dan nyaman akan memperkuat dan menambah

semangat motivasi belajar siswa.

e. Kematangan

Untuk mempengaruhi motivasi anak, harus diperhatikan

kematangan anak. Tidak bijaksana untuk merangsang aktivitas-

aktivitas sebelum individu matang secara fisik, psikis dan sosial.

Karena apabila tidak memperhatikan ini akan berakibat frustasi.

Frustasi emosi dapat mengurangi kapasitas belajar.

Motivasi adalah yang mendorong, mengubah sikap serta

membimbing siswa untuk belajar (Djamarah, 2002). Menurut, Mulyasa


23

(2007), macam-macam motivasi terdiri atas motivasi yang berasal dari

dalam diri seseorang (motivasi intrinsik) dan motivasi yang berasal dari

luar diri seseorang (motivasi ekstrisnik).

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam

aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat diperlukan terutama belajar

sendiri. Contohnya yaitu siswa yang memiliki motivasi cenderung

akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan yang mempunyai

keahlian dalam bidang tertentu (Djamarah, 2002).

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik,

yang merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan berarti

motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan.

Motivasi ini sangat diperlukan agar siswa mau belajar lebih kuat

berbagai cara dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar. Contoh

motivasi ekstrinsik memberi semangat kepada siswa dalam aktivitas

belajarnya (Djamarah, 2002).

5. Kemampuan Berargumentasi

Argumentasi adalah kemampuan membenarkan klaim melalui

penggunaan bukti. Argumentasi digunakan untuk membantah klaim yang


24

dibuat oleh orang lain, untuk membela klaim, desain, dan mengajukan

pertanyaan. Besnard dan Hunter menyatakan bahwa argumentasi pada

umumnya mencakup aktivitas mengidentifikasi asumsi-asumsi dan

simpulan-simpulan yang relevan dari suatu masalah yang dianalisis.

Argumentasi juga mencakup aktivitas mengidentifikasi konflik yang

hasilnya diperlukan untuk mendukung atau menolak kesimpulan-

kesimpulan tertentu. Argumentasi merupakan cara menghadapi suatu

masalah dengan mengambil keputusan, mempertahankannya dan

mempengaruhi orang lain berdasarkan data dan rasionalisasi yang ada.

Argumentasi menurut Tippett dikategorikan ke dalam 2 jenis,

yaitu: argumentasi lisan dan tertulis. Argumentasi tertulis menurut

Bathgatea, Crowellb, Schunna, Cannadyc, Dorphc bermanfaat untuk

meningkatkan pengetahuan ilmiah dan kemampuan menulis siswa.

Argumentasi lisan bermanfaat untuk melatih dan meningkatkan

kemampuan berbicara atau kemampuan mengungkapkan apa yang ada di

benaknya berdasarkan informasi atau data yang telah di peroleh.

Argumentasi menurut Simon, Erduran, & Osborne merupakan

proses mengumpulkan berbagai komponen yang dibutuhkan untuk

membangun suatu pendapat/argumen. Komponen argumentasi menurut

Toulmin terdiri dari claim, evidence, warrant, backing, qualifier, dan

rebuttal. Komponen ini mampu mengidentifikasi aspek argumentasi yang

akan dinilai serta dapat menilai pembenaran suatu argumen.


25

Komponen argumentasi Toulmin merupakan struktur dasar

argumentasi yang mampu meningkatkan kemampuan argumentasi siswa

secara lisan dan tertulis. Pengertian dari masing-masing komponen

argumentasi Toulmin telah disesuaikan oleh McNeill & Krajcik dengan

kemampuan siswa dan menghasilkan 4 komponen argumentasi, yaitu:

claim, evidence, reasoning, dan rebuttal.

Argumentasi merupakan cara seseorang secara rasional

menghadapi setiap pertanyaan, isu–isu serta membantah dan menghadapi

setiap masalah. Sebuah argumen terdiri dari sebuah klaim (solusi) yang

didukung oleh berbagai prinsip (jaminan), bukti dan berbagai bantahan

kontra argumen yang memadai. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran.

Menurut Jonassen argumentasi cukup esensial dalam mempelajari

cara untuk mengatasi sebagian besar jenis masalah, maupun sebagai

sebuah metode yang kuat untuk menilai kemampuan dalam

menyelesaikan masalah. Baik untuk masalah yang tidak terstruktur

maupun untuk masalah yang terstruktur dengan baik. Cross, Hendricks,

dan Hickey menegaskan bahwa belajar argumentasi dapat memperkokoh

pemahaman konsep, memungkinkan siswa mendapatkan ide-ide baru

yang dapat memperluas pengetahuan, dan menghilangkan miskonsepsi

yang dialami siswa. Dengan demikian argumentasi dapat memperoleh

landasan yang kuat dalam memahami suatu konsep secara utuh dan benar.
26

Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan argumentasi adalah

suatu pendapat yang digunakan untuk mengatasi suatu permasalahan yang

dibangun atau didukung oleh berbagai komponen.

Komponen argumentasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah komponen argumentasi McNeill & Krajcik antara lain: claim,

evidence, reasoning dan rebuttal.

a. Claim

Claim adalah sebuah jawaban untuk sebuah pertanyaan atau

sebuah masalah atau untuk mengidentifikasi sebuah argumen, kritik

terhadap sebuah argumen, dan pemahaman konseptual. Claim juga bisa

diartikan sebagai pernyataan tentang apa yang telah di pahami atau

kesimpulan yang telah di capai dari penyelidikan atau teks yang telah di

baca. Claim akan didukung oleh sebuah data.

b. Evidence

Evidence adalah sebuah data pendukung atau informasi yang

mendukung sebuah claim yang berasal dari sumber yang dapat diamati

dengan cara sama oleh siapa saja dan fitur diamati secara konstan. Data

harus sesuai dan cukup untuk mendukung claim tersebut. Semakin

banyak data yang diberikan maka semakin kuat claim yang di ajukan.

Data bisa diperoleh dari penyelidikan atau sumber lain termasuk

pengamatan, informasi yang ditemukan dalam teks, data yang

diarsipkan, dan informasi dari seorang ahli.


27

c. Reasoning

Reasoning adalah penjelasan tentang bagaimana bukti

mendukung claim tersebut dan mengajak atau menyakinkan orang lain

bahwa bukti yang digunakan dapat mendukung claim tersebut. Menurut

Meri dan Amy reasoning adalah pembenaran yang menghubungkan

klaim dan bukti dan mencakup prinsip-prinsip yang sesuai dan

memadai untuk membela klaim dan bukti. Setiap bukti mungkin

memiliki pembenaran yang berbeda untuk alasan mengapa data tersebut

dapat mendukung.

d. Rebuttal

Rebuttal adalah menggambarkan penjelasan alternatif atau

menyediakan bukti kontra. Dan penalaran mengapa alternatif tersebut

tidak tepat. Rebuttal juga dapat diartikan sebagai bukti yang

meniadakan atau tidak setuju dengan sanggahan tersebut.

B. Kerangka Berpikir

Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran yang dapat membimbing siswa SMP. Kegiatan

pengembangan merujuk pada masalah hasil observasi awal, seperti guru

bingung dalam mengarahkan siswa belajar menggunakan pendekatan

saintifik dengan model pembelajaran berbasis masalah, belum tersedianya

perangkat yang dapat membimbing siswa belajar aktif, LKS yang digunakan

siswa disusun penerbit, guru masih mendominasi pembelajaran sehingga


28

hasil belajar siswa masih banyak berada di bawah KKM (75) mata pelajaran

kimia.

Permasalahan tersebut tentu tidak relevan dengan tuntutan

kurikulum 2013 yang menekankan proses pembelajaran pada aktivitas siswa

dalam menemukan konsep dan mengembangkan kemampuan berpikir.

Atas dasar itu, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis

pendekatan saintifik dengan model pembelajaran berbasis masalah. Integrasi

pendekatan dan model tersebut melahirkan tahap pembelajaran yang

menekankan pada aktivitas belajar siswa melalui kegiatan ilmiah, sehingga

tepat digunakan dalam mengelola pembelajaran kimia di kelas. Dengan

tersusunnya perangkat tersebut diharapakan materi kimia yang diajarkan

menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa sehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar IPA dan kemampuan berargumentasi peserta didik SMP.

Anda mungkin juga menyukai