Wa0196
Wa0196
ADE FEBRYANTI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
“Proses Diferensiasi Sosial di Masyarakat Pedesaan” benar-benar hasil karya
saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan
tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan
Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini di buat dengan sesungguhnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Ade Febryanti
NIM. I34120144
iii
ABSTRAK
ABSTRACT
Oleh
ADE FEBRYANTI
I34120144
pada
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Ade Febryanti
Nomor Pokok : I34120144
Judul : Proses Diferensiasi Sosial di Masyarakat Pedesaan
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Diketahui oleh
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul “Proses Diferensiasi Sosial di Masyarakat
Pedesaan” dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi
syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains
Komunikasi dan Perngembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Rilus A. Kinseng
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Ibu Sukris Wati dan Bapak Ruki
Yanto, orang tua tercinta yang selalu berdoa dan senanatiasa melimpahkan kasih
sayangnya untuk penulis. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada teman-teman, terutama penghuni Bateng 23, Hanifah Firda, Eka Puspita
Sari dan Fenny Febri Krisdayanti yang telah memberi semangat dan menemani
penulis dalam proses penulisan laporan ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Ade Febryanti
NIM. I34120144
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................iii
PROSES DIFERENSIASI SOSIAL DI MASYARAKAT PEDESAAN........................iv
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................v
PRAKATA........................................................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
Latar Belakang...................................................................................................1
Tujuan Penulisan................................................................................................2
Metode Penulisan...............................................................................................2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA....................................................................3
Diferensiasi Sosial di Masyarakat Pedesaan..................................................21
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Diferensiasi Sosial..................24
Hasil Rangkuman dan Pembahasan...............................................................26
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian..........................................26
Usulan Kerangka Analisis Baru......................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................................30
viii
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi diferensiasi sosial di masyarakat pedesaan
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses diferensiasi sosial
di masyarakat pedesaan
Metode Penulisan
Studi literatur merupakan metode yang dipilih untuk menyusun Laporan Studi
Pustaka ini. Data sekunder diambil dari rujukan ilmiah seperti buku, jurnal-jurnal,
prosiding seminar, buku rangkuman hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi, artikel
dari kementerian Republik Indonesia, yang sesuai dengan topik penulisan Studi
Pustaka. Data sekunder yang telah didapat disajikan dalam bentuk deskriptif dengan
cara mengikhtisarkan dan menganalisis rujukan-rujukan ilmiah tersebut. Setelah
pengikhtisaran dan analisis rujukan ilmiah, dilakukan penyusunan tulisan ilmiah sesuai
dengan sistematika penulisan yang terdiri dari pendahuluan, ringkasan dan analisis,
rangkuman dan pembahasan yang menjadi rujukan tinjauan pustaka, serta simpulan
yang akan menghasilkan kerangka ilmiah dan rumusan masalah untuk penelitian.
3
Analisis Pustaka
Transformasi sistem produksi pertanian dari perladangan berpindah ke
pertanian menetap yang mengusahakan tanaman komersial kakao telah mendorong
proses transformasi struktur agraria. Dalam hal ini basis penguasaan sumberdaya
agraria beralih dari pemilikan kolektif ke pemilikan perorangan berimplikasi terhadap
diferensiasi sosial komunitas petani kakao. Jurnal ini menganalisis transformasi
sistem produksi pertanian dan struktur agraria serta implikasinya terhadap
diferensiasi sosial dalam komunitas petani. Peneliti menuliskan kerangka pemikiran
dalam bentuk penjelasan bukan dalam bentuk gambar, sehingga tidak ada
hipotesisnya. Metode penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Cross
Tabs (SPSS) tanpa menggunakan kuesioner dalam metode survey.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah transformasi sistem produksi
pertanian dari perladangan berpindah ke pertanian menetap atau pemilikan kolektif
ke pemilikan perorangan yang berpengaruh terhadap diferensiasi sosial komunitas
petani.
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tenggarong, Tenggarong Seberang, dan
Loa Kulu yang bertujuan untuk mengetahui dampak sosial, yaitu: perubahan
livelihood, gaya hidup, konflik horizontal dan vertikal, stratifikasi sosial, dan budaya
dalam kehidupan masyarakat lokal.
Keberadaan perusahaan pertambangan batu bara di sekitar desa dapat
memberikan dampak terhadap perikehidupan sosial-ekonomi-ekologi masyarakat
lokal, baik itu positif maupun negatif. Terlebih lagi karakteristik pertambangan batu
bara di Kutai Kartanegara didominasi oleh model open pit mining (pertambangan
terbuka). Model penambangan seperti itu akan merubah lanskap ekologi desa yang
menjadi wilayah kuasa pertambangan. Sehingga secara langsung maupun tidak
langsung, dapat memberikan dampak pada perubahan livelihood system (strategi
bertahan hidup atau mata pencaharian masyarakat). Pertambangan batu bara
memberikan dampak pada kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan ekologi-struktur
agraria masyarakat lokal. Karena masuknya kegiatan operasi pertambangan
membawa sistem budaya korporat seiring dengan masuknya sejumlah orang dari luar
sistem sosial masyarakat lokal. Disamping itu pula, pertambangan batu bara juga
membutuhkan lahan untuk melangsungkan kegiatan pertambangan (pit mining dan
sarana penunjang pertambangan seperti kantor, mess, stockfile, dan konvenyor).
Usaha tambang telah mendorong munculnya beragam jenis usaha atau mata
pencaharian yang baru. Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan atau mata
pencaharian di bidang jasa dan perdagangan sangat terlihat di Kelurahan Loa Tebu
dan kemudian disusul Desa Embalut. Dengan kata lain, tambang telah menyebabkan
terjadinya diferensiasi sosial pada masyarakat lokal di lokasi penelitian ini. Seiring
dengan semakin tingginya diferensiasi sosial, stratifiksi sosial juga mengalami
perubahan. Kini perbedaan antara strata bawah dengan strata paling atas semakin
mencolok, antara lain terlihat dari kepemilikan harta milik. Di era sekarang ini, para
petani maupun buruh lepas perusahaan berada pada strata paling bawah, sedangkan
para pedagang besar, pemborong, pengusaha batu bara, pengusaha jasa angkutan (bis
dan truk) menempati strata paling atas. Sementara itu, karyawan perusahaan,
pedagang, dan PNS menempati strata menengah. pendapatan masyarakat mengalami
peningkatan setelah kegiatan pertambangan berlangsung. Dampak langsung terhadap
perekonomian masyarakat menurut hasil pengamatan lapang, memang dengan
adanya aktivitas pertambangan ini, banyak memberikan kesempatan kerja dan
kesempatan bisnis bagi masyarakat desa/kelurahan.
Analisis Pustaka
Kegiatan pertambangan batu bara memberikan dampak pada kehidupan sosial-
budaya, ekonomi dan ekologi-struktur agraria masyarakat lokal. Karena masuknya
kegiatan operasi pertambangan membawa sistem budaya korporat seiring dengan
masuknya sejumlah orang dari luar sistem sosial masyarakat lokal menyebabkan
terjadinya diferensiasi sosial. Jurnal ini menganalisis Kegiatan pertambangan batu
bara memberikan dampak pada kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan ekologi-
struktur agraria masyarakat lokal. Peneliti menganalisis menggunakan metode
kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
7
kuesioner, namun dalam penelitian tidak disebutkan jumlah responden yang akan
menjadi informan. Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah dampak yang
ditimbulkan kegiatan pertambangan terhadap kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan
ekologi-struktur agraria masyarakat lokal.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Sosiologi
Volume (Edisi): Hal : Vol. 14, No. 1: 59-68
Alamat URL/doi : http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=258238
Tanggal diunduh : 13 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini bertujuan untuk menekankan sifat holistik yaitu tidak
mengabaikan konteks sejarah, politik-ekonomi, serta sosial-budaya yang
melatarbelakangi fenomena yang diamati serta mengungkap sejumlah persoalan
terkait dengan perilaku konsumtif masyarakat. Pemahaman terhadap perilaku
konsumsi yang tinggi akan berdampak positif dalam meningkatkan perekonomian
secara makro, menjadi suatu keniscayaan yang kuat. Dengan mengganti perspektif
kita tentang perilaku konsumtif masyarakat kepada persoalan sosial dan komunikasi,
maka kita akan melihat dampak lain yang disebabkan oleh perilaku konsumtif
tersebut. Dampak yang lain tersebut berupa diferensiasi sosial yang timbul akibat
perilaku konsumsi.
Perilaku konsumsi yang dilakukan orang-orang menentukan sekaligus
ditentukan oleh status, kelas sosial mereka. Sehingga tidaklah mengherankan apabila
kita mendengar tentang para selebritas yang gemar hidup mewah, membelanjakan
apa saja yang mereka inginkan. Status mereka sebagai “selebritas” seolah-olah
menjustifikasi mereka untuk menjadi individu yang konsumtif.
8
Diferensiasi sosial akibat dari perilaku konsumsi yang dimaksud disini adalah
persoalan terkait stratifikasi sosial (hirarki tingkat status, kelas sosial) di dalam
masyarakat yang ditentukan oleh kepemilikan atau penggunaan atas objek-objek
(produk) konsumsi. Perilaku konsumsi yang dilakukan orang-orang menentukan
sekaligus ditentukan oleh status, kelas sosial mereka. Diferensiasi sosial yang
ditimbulkan oleh perilaku konsumtif ini sudah jelas: orang melakukan konsumsi
untuk menciptakan atau meneguhkan status sosialnya. Eksistensi dan status sosial
seseorang tidak lagi ditentukan oleh keturunannya, atau oleh prestasi yang dibuatnya,
melainkan ditentukan oleh apa dan berapa banyak yang ia konsumsi. Kesetaraan dan
keadilan sosial diukur oleh kepemilikan atas produk konsumsi, suatu logika
materialistik.
Aktivitas konsumsi pada masyarakat konsumen sudah tidak menjadi aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan riil, melainkan aktivitas untuk menegaskan status sosial.
Hal ini terjadi karena adanya rekayasa nilai pada konoditas. Jika pada aktivitas
konsumsi dalam makna tradisional merupakan proses transfer nilaitukar dan nilai-
guna dari objek komoditas, maka pada masyarakat konsumen yang terjadi adalah
transfer nilai-simbol dan nilai-tanda.
Analisis Pustaka
Perilaku konsumsi yang tinggi akan berdampak positif dalam meningkatkan
perekonomian secara makro, menjadi suatu keniscayaan yang kuat. Dampak lain
yang ditimbulkan adalah berupa diferensiasi sosial yang ditimbulkan akibat perilaku
konsumsi. Jurnal ini menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat perilaku
konsumsi yang tinggi berupa diferensiasi sosial. Peneliti hanya menganalisis
menggunakan data sekunder berupa studi literatur penelitian sebelumnya sehingga
data uji yang dihasilkan tidak terukur pasti karena tidak melibatkan observasi atau
instrumen lain dalam melakukan penelitian. Penelitian ini tidak terdapat responden
yang diuji atau diamati. Peneliti tidak menjelaskan jurnal tersebut termasuk penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Peneliti juga tidak menjelaskan rumusan masalah dan
metode yang digunakan dalam penulisan jurnal tersebut.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah perilaku konsumsi yang tinggi
dapat meningkat perekonomian makro sehingga berdampak terhadap diferensiasi
sosial di masyarakat berdasarkan status sosial serta kelas sosial. Peneliti menekankan
bahwa diferensiasi sosial akibat dari perilaku konsumsi yang dimaksud disini adalah
persoalan terkait stratifikasi sosial (hirarki tingkat status, kelas sosial) di masyarakat.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : -
Volume(Edisi): Hal : Vol 3, No 2 (2013)
Alamat URL/doi : http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/artic
le/view/2943
Tanggal diunduh : 13 Oktober 2015 pukul 15.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Jetis yang terletak di Kecamatan
Sukaharjo, Kabupaten Sukaharjo dengan tujuan untuk mengetahui strategi bertahan
di masyarakat sekitar industri dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi.
Perkembangan jaman saat ini semakin pesat, teknologi yang digunakan semakin
maju, canggih dan modern. Banyak industri yang berdiri baik di kota maupun di
pedesaan. Wilayah pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan distribusi. Hal
ini mengakibatkan terjadinya transformasi mata pencaharian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan strategi
studi kasus ganda terpancang. Teknik pengambilan cuplikan menggunakan teknik
purposive dengan snowball sampling. Uji validitas data dilakukan dengan teknik
triangulasi metode.
Masyarakat mengalami transisi atau perubahan mata pencaharian dari sektor
pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non pertanian sebagai buruh
pabrik serta membuka usaha jasa. Keadaan ini mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan masyarakat terutama pada kehidupan sosial ekonomi mengalami
perubahan dan peningkatan. Berdirinya industri dapat membuka lapangan kerja bagi
masyarakat sekitarnya. Dahulu, masyarakat memiliki sifat solidaritas sosial yang
kuat. Namun, tanpa disadari keberadaan industri mengakibatkan solidaritas sosial
mulai melemah. Ciri-ciri masyarakat pedesaan mulai memudar. Masyarakat semakin
heterogen, individual, sibuk bekerja dan meninggalkan kegiatan sosial yang selama
ini diikutinya. Karena pembagian kerja yang tinggi.
Ranjabar 2006: 178-179) menyatakan bahwa, “pembangunan nasional adalah
suatu upaya melakukan transformasi atau perubahan masyarakat, yaitu transformasi
dari budaya masyarakat agraris tradisional menuju budaya masyarakat industri
modern dan masyarakat informasi yang tetap berkepribadian Indonesia”.
Masyarakat Jetis termasuk masyarakat transisi. Maksudnya, wilayah ini
mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Masyarakat Jetis
mengalami perubahan dari masyarakat pedesaan (rural community) atau tradisional
menuju masyarakat perkotaan (urban community) atau modern. Keberadaan industri
di wilayah Jetis menjadikan masyarakat beralih profesi. Masyarakat yang tadinya
10
bekerja di sektor pertanian dan buruh bangunan beralih ke sektor non pertanian.
Strategi ini digunakan untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan sosial dan
ekonomi.
Analisis Pustaka
Masyarakat mengalami transisi atau perubahan mata pencaharian dari sektor
pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non pertanian sebagai buruh
pabrik serta membuka usaha jasa. Banyak industri yang berdiri baik di kota maupun
di pedesaan. Wilayah pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan distribusi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya transformasi mata pencaharian. Jurnal ini
menganalisis pangaruh perubahan masyarakat transisi terhadap peningkatan mata
pencaharian. Peneliti hanya menganalisis menggunakan metode kualitatif berupa data
primer dan data sekunder penelitian sebelumnya sehingga data yang dihasilkan tidak
melibatkan observasi atau instrumen lain dalam melakukan penelitian. Penelitian ini
tidak terdapat responden yang diuji atau diamati. Peneliti menggunakan metode
kualitatif tidak kuantitatif.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah perubahan mata pencaharian
dari sektor pertanian ke sektor nin pertanian berpengaruh terhadap peningkatan
spesialisasi pekerjaan di masyarakat.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Wacana
Volume(Edisi): Hal : Vol. 13 No.2. April 2010
Alamat URL/doi : http://karyailmiah.fp.ub.ac.id/fp/wp-
content/uploads/2012/11/176-320-1-PB-KSK-
KHY-Jurnal-Wacana-Vol13-No2-2010.pdf
Tanggal diunduh : 20 Oktober 2015 pukul 20.00 WIB
11
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di ekosistem pesisir Karanggongso yang bertujuan
untuk menganalisis perubahan sosial masyarakat dan dinamika kapasitas ruang dan
titik kritis struktur sosial dalam ekosistem pesisir. Perspektif evolusioner menjelaskan
perubahan masyarakat dari sederhana menjadi kompleks. Kajian evolusioner dalam
struktur sosial berusaha memahami perkembangan masyarakat, dan memadukan
pendekatan ekosistem diharapkan lebih kontekstual. Studi sebelumnya (Susilo et al,
1991, Susilo et al. 2003-2005) memberikan dasar pada tiga periodesasi perubahan.
maksimum ruang struktur sosial.
Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pendekatan
subyektifitas bersifat mikro sampai sangat makro. Pendekatan evolusioner
Spencerian, menyatakan masyarakat berevolusi melalui diferensisasi struktural dan
fungsional: (1) dari sederhana menuju kompleks, (2) dari tanpa bentuk ke keterkaitan
antarbagian, (3) dari keseragaman (homogenitas) ke spesialisasi (heterogenitas), dan
(4) dari ketidakstabilan ke stabil. Berbagai status yang memasuki struktur sosial di
Karanggongso menjadi semakin banyak, yaitu: (1) investor (perikanan dan wisata),
(2) pengujung wisata, (3) pengusaha warung makan, (4) nelayan andhon, (5) LPK,
(6) Pengelola SD dan TK. Struktur pada masa isolasi mengalami perubahan dengan
masuknya unsur-unsur baru dalam struktur. Perubahan struktur sosial tidak saja
ditandai oleh masuknya status pembentuk struktur, tetapi juga oleh adanya perubahan
sistem pemanfaatan sumberdaya, atau oleh sistem ekonomi masyarakat.
Visualisasi struktural secara sederhana telah memberikan jawaban, bahwa
bentuk semula dari suatu proses deferensisasi tidak akan kembali. Sedangkan
pandangan evolusi yang disampaikan Parsons (1966) menyatakan bahwa paerubahan
evolusi-oner sebagai sebuah peningkatan kapasitas adaptif (deferensiasi,
keseimbangan, mengembangkan substruktur baru) adalah sebuah adaptive upgrading
yang mengarah pada bagaimana struktur mampu mening-katkan kemampuan
integrasinya. Penyebab utama perubahan struktur adalah masuknya unsur-unsur pem-
bentuk struktur dari luar (individu, sistem), atau karena meningkatnya akses masya-
rakat terhadap perubahan di lingkungan lokal, misalnya sektor pertanian di hutan,
pariwisata, atau pengolahan produk per-ikanan. Masyarakat Karanggongso mampu
mengikuti perubahan yang terjadi di Teluk Prigi, maupun akses pada peluang bekerja
di luar negeri.
Analisis Pustaka
Masyarakat mengalami transisi atau perubahan mata pencaharian dari sektor
pertanian sebagai petani dan buruh tani menuju sektor non pertanian sebagai buruh
pabrik serta membuka usaha jasa. Banyak industri yang berdiri baik di kota maupun
di pedesaan. Wilayah pedesaan yang strategis dipilih untuk memudahkan distribusi.
Hal ini mengakibatkan terjadinya transformasi mata pencaharian. Jurnal ini
menganalisis pangaruh perubahan masyarakat transisi terhadap peningkatan mata
pencaharian. Peneliti hanya menganalisis menggunakan metode kualitatif berupa data
primer dan data sekunder penelitian sebelumnya sehingga data yang dihasilkan tidak
berdasarkan tidak melibatkan observasi atau instrumen lain dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini tidak terdapat responden yang diuji atau diamati. Peneliti
tidak menjelaskan jurnal tersebut termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif.
12
Peneliti juga tidak menjelaskan rumusan masalah, tujuan, serta metode yang
digunakan dalam penulisan jurnal tersebut.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah perubahan mata pencaharian
dari sektor pertanian ke sektor nin pertanian berpengaruh terhadap peningkatan
spesialisasi pekerjaan di masyarakat.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Hutan dan Masyarakat
Volume(Edisi): Hal : 2(1): 151-167
Alamat URL/doi http://journal.unhas.ac.id/index.php/hm/article/vi
: ew/34
Tanggal diunduh : 06 November 2015 pukul 16.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di daerah studi adalah Hulu Sub DAS Minraleng
Kabupaten Maros, meliputi Kecamatan Cenrana, Kecamatan Camba, dan Kecamatan
Mallawa dengan tujuan untuk perumusan kebijakan program sistem penguasaan
lahan yang dapat meningkatkan pendapatan petani dan perbaikan kualitas atau
ekologi lahan wanatani. Penelitian ini merupakan penelitian “ex post fakto” yang
bersifat sampling survei. Penentuan desa sampel dengan menggunakan metode
cluster sampling.
Perubahan sistem penguasaan tanah menyebabkan perubahan sistem produksi
pertanian Amaluddin (1987). Sebelum tahun 1960, ada tiga jenis hak penguasaan
tanah komunal, yaitu hak bengkok, hak banda desa, hak narawita; serta satu yang
bersifat individual yaitu hak yasan. Hak narawita secara de facto sudah menjadi
milik individual, sehingga penjualan tanah berkembang, peluang tunakisma untuk
menggarap me-ngecil, dan mobilitas penguasaan cenderung terpolarisasi. Bersamaan
dengan itu, sistem produksi yang semula dilandasi nilai-nilai tradisonal digantikan
oleh sistem produksi komersial.
13
Analisis Pustaka
Dinamika tenurial yang terjadi pada Sub DAS Minraleng Hulu berpengaruh
terhadap perumusan kebijakan program sistem penguasaan lahan yang dapat
meningkatkan pendapatan petani dan perbaikan kualitas atau ekologi lahan wanatani.
Jurnal ini menganalisis pangaruh perubahan masyarakat transisi terhadap
peningkatan mata pencaharian. Diferensiasi pemilikan lahan akibat pertambahan
penduduk dan berkembangnya sistem teknologi pertanian bercorak komersil dan
kapitalis di Desa Timpuseng. Peneliti menganalisis menggunakan metode cluster
sampling sehingga tidak ada data survey dengan menggunakan kuesioner melainkan
berupa data wawancara mendalam. Peneliti tidak menjelaskan jumlah responden
karena seluruh petani menjadi informan dalam penelitian.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah dinamika tenurial yang terjadi
pada Sub DAS Minraleng Hulu berpengaruh terhadap perumusan kebijakan program
sistem penguasaan lahan yang menyebabkan terjadinya diferensiasi pemilikan lahan.
Analisis Pustaka
Transformasi strategi nafkah rumahtangga petani tembakau sosial-koletif ke
individual-materialism memberikan pengaruh terhadap berkembangnya kapitalisme di
komunitas pertanian tembakau. Peneliti menganalisis menggunakan metode kualitatif
tanpa metode kuantitatif sehingga data yang diperoleh bersifat tidak obyektif. Peneliti
tidak menjelaskan jumlah responden yang menjadi informan dalam penelitian.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah pengaruh modernisasi serta arus
komersialisasi memberikan pengaruh terhadap strategi rumahtangga petani terutama
petani berlahan sempit.
15
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : Jurnal Insani
Volume(Edisi): Hal : No. 12 : 67-74
Alamat URL/doi : http://stisipwiduri.ac.id/File/N/Full/2430-
JURNAL%20INSANI%20STISIP%20Widuri
%20Juni%202012-Retor.pdf
Tanggal diunduh : 06 November 2015 pukul 17.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara sistematis dampak sosial yang
mungkin terjadi sebagai akibat pembangunan atau proyek, baik bersifat retrospektif
maupun prospektif. Untuk itu, Andasos perlu memiliki payung hukum agar kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan rakyat menjadi
lebih terukur, komprehensif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Robert Chambers menyatakan, inti masalah kemiskinan terletak pada apa yang
disebut deprivation trap. Deprivation trap itu terdiri dari lima ketidakberuntungan
yang melilit kehidupan keluarga miskin, yaitu (1) kemiskinan itu sendiri, (2)
kelemahan fisik, (3) keterasingan, (4) kerentanan, dan (5) ketidakberdayaan.
Dalam komponen kepedudukan menunjukkan bahwa jumlah Penduduk, dengan
asumsi semakin besar jumlah penduduk dan semakin banyak diferensiasi kerja yang
ada di suatu lokasi kegiatan pembangunan, semakin kecil intensitas dampak sosial
yang diperkirakan, karena proyek dapat menggunakan tenaga kerja setempat. Hingga
saat ini pemerintah belum mampu mengatasi paradoks antara pembangunan ekonomi
dan pembangunan sosial. Pembangunan sosial mengedepankan hak terhadap
pembangunan dan hak asasi lainnya, serta hak dan tanggungjawab sosial untuk
kemajuan bagi semua. Artinya, semua orang memiliki hak untuk mendapatkan hidup
yang layak, dari terpenuhinya kebutuhan dasar sampai kesempatan untuk
mengembangkan potensi dirinya. Berkaitan dengan pembangunan sosial, secara
legalitas, Andasos perlu memiliki payung hukum tersendiri baik melalui Undang-
Undang, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Daerah,
untuk mengukur kinerja pemerintahan pusat dan daerah, serta proyek pembangunan.
16
Analisis Pustaka
Dalam komponen kependudukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk,
dengan asumsi semakin besar jumlah penduduk dan semakin semakin banyak
diferensiasi kerja yang ada di suatu lokasi kegiatan pembangunan. Peneliti tidak
menjelaskan rumusan masalah dan metode penelitian. Peneliti hanya menjelaskan
secara deskriptif tanpa menggunakan metode secara kuantitatif.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah analisis dampak sosial untuk
ukuran kinerja pemerintah yang memberikan pengaruh terhadap ekonomi, sosial-
budaya, dan kependudukan di masyarakat.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : -
Volume(Edisi): Hal : 1-9
Alamat URL/doi : http://ravik.staff.uns.ac.id/2008/04/22/mobilitas-
sosial-petani-di-sentra-industri-kecil/
Tanggal diunduh : 08 November 2015 pukul 19.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di Surakarta. Pekerjaan industri kecil sering dipandang
lebih "halus" dan tidak kasar dibandingkan sebagai pekerjaan bertani. Dari kajian
teoritis, mobilitas sosial petani ke pengrajin tidak lepas dari kategorisasi masyarakat
petani dan karakteristik mentalitasnya, baik yang masih primitif, peasant maupun
farmer ( Marzali, 1995; Foster, 1967; dan Wolf,1966) masyarakat industri yang
menggambarkan masyarakat modern perkotaan dengan segala ciri-cirinya.
Klasifikasi pengrajin industri kecil di pedesaan tempat studi ini, dapat
digolongkan menjadi: (1) buruh pengrajin, (2) pengrajin , dan (3) pengrajin
pengusaha. Pertama: Buruh pengrajin adalah tenaga kerja yang dibayar oleh pemilik
pekerjaan ( dalam hal ini oleh pengrajin), baik sebagai buruh harian atau buruh
mingguan. Kedua: Pengrajin adalah mereka yang berusaha dalam industri kecil, baik
sebagai pekerja sendiri maupun pengrajin yang dibantu oleh buruh. Ketiga: Pengrajin
pengusaha (pedagang pengumpul) adalah pengrajin besar yang sudah berpengalaman
dengan kecukupan modal tertentu bagi usahanya.
Pendidikan "magang" menjadi kunci untuk memulai dalam proses alih pekerjaan
ini. Pada umumnya proses magang dimulai dengan seseorang mengikut kepada
17
pengrajin dengan gaji ala kadarnya. Proses mengikut ini disebut sebagai "kenek," dan
lama waktunya tidak dapat ditentukan kecuali tergantung pada kemampuan dan
ketrampilan "kenek" tersebut. Proses magang yang menghantarkan petani ke
pekerjaan baru sebagai pengrajin industri kecil, menghasilkan kualitas pengrajin yang
bermacam-macam tingkatannya, tergantung pada motivasi masing-masing pemagang
dan kesempatan yang diberikan oleh pendahulunya.
Dari uraian diatas, transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin industri dapat
dikatakan tidak linier, dalam arti sewaktu yang bersangkutan telah mulai bekerja di
bidang industri kecil juga masih ada yang terus bekerja sebagai petani atau buruh
tani.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa terjadinya transformasi pekerjaan dari petani ke
pengrajin industri kecil dalam suatu desa yang semula merupakan desa pertanian,
telah mengarah pada terbentuknya kondisi yang tidak saja terjadinya diferensiasi
sosial tetapi juga terjadinya stratifikasi sosial. Semula pekerjaan yang dikenal oleh
anggota masyarakat hanyalah petani dan/atau buruh tani, pegawai dan penganggur.
Kini, kemudian muncul adanya kelompok sosial lain yaitu pengrajin dengan berbagai
jenis dan lapisan, terdiri dari: buruh pengrajin, pengrajin dan pengrajin pengusaha.
Itulah diferensiasi sosial yang terjadi. Diferensiasi sosial yang demikian ini muncul
karena adanya perbedaan kekayaan atau pemilikan barang, harga diri, dan pekerjaan,
yang kemudian mempertajam stratifikasi sosial. Manakah diantara petani dan
pengrajin yang lebih tinggi kelas sosialnya, menjadi proses yang terus bergulir di
masyarakat ini. Dengan banyaknya orang petani/buruh tani yang pindah pekerjaan
sebagai pengrajin/buruh pengrajin di desa-desa sentra industri kecil, kemudian
masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang lebih majemuk. Terjadinya
transformasi pekerjaan petani ke pengrajin, telah memperjelas munculnya stratifikasi
sosial ( setidaknya dalam kelas pekerja industri kecil itu), yaitu: adanya kelas buruh,
kelas pengrajin dan kelas pedagang pengumpul/pengusaha. Ketiga pelapisan tersebut
sekaligus membedakan status sosial diantara mereka. Keberhasilan magang industri
di kalangan petani telah merubah deferensiasi sosial dan stratifikasi sosial pedesaan
yaitu dengan munculnya kelompok-kelompok sosial pengrajin dengan berbagai jenis
dan lapisan. Dalam perkembangannya kelas sosial petani yang dianggap tinggi
tergeser oleh pengrajin.
18
Analisis Pustaka
Pendidikan "magang" menjadi kunci untuk memulai dalam proses alih pekerjaan
ini. Keberhasilan magang industri di kalangan petani telah merubah deferensiasi
sosial dan stratifikasi sosial pedesaan yaitu dengan munculnya kelompok-kelompok
sosial pengrajin dengan berbagai jenis dan lapisan. Terjadinya transformasi pekerjaan
petani ke pengrajin, telah memperjelas munculnya stratifikasi sosial ( setidaknya
dalam kelas pekerja industri kecil itu), yaitu: adanya kelas buruh, kelas pengrajin dan
kelas pedagang pengumpul atau pengusaha. Ketiga pelapisan tersebut sekaligus
membedakan status sosial diantara mereka. Peneliti tidak menuliskan metode dalam
penulisan penelitian secara kualitatif atau kuantitatif. Peneliti tidak menjelaskan
rumusan masalah, metode, dan tujuan penelitian dalam jurnal tersebut.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah keberhasilan magang di
industri telah merubah deferensiasi sosial dan stratifikasi sosial pedesaan yaitu
dengan munculnya kelompok-kelompok sosial pengrajin dengan berbagai jenis dan
lapisan.
Nama Editor : -
Judul Buku : -
Kota dan Nama : -
Penerbit
Nama Jurnal : -
Volume (Edisi): Hal : Vo. 1. No.7 : 39-46
Alamat URL/doi : https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/
2012/03/jurnal-vol-7-no-1-eko.pdf
Tanggal diunduh : 07 November 2015 pukul 19.00 WIB
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilakukan di Desa Semuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten
Paser, Provinsi Kalimantan Timur yang bertujuan untuk mengkaji secara mendalam
pengaruh perkembangan industri perkebunan kelapa sawit terhadap sistem struktur
sosial yang mencakup stratifikasi sosial dan kepemimpinan lokal. Sektor perkebunan
merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam struktur
perekonomian Kabupaten Paser, baik dalam pembentukan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja.
19
pengaruh dan peranan pemimpin desa baik formal maupun non formal dalam
masyarakat sebagai bentuk pergeseran peran kepemimpinan lokal di Desa Semuntai.
Analisis Pustaka
Berkembangnya industri kelapa sawit di Desa Semuntai memberikan pengaruh
di mata masyarakat yang dibedakan berdasarkan kekayaan yang dimilikinya serta
berkurangnya peran pemimpin desa baik formal maupun non formal sebagai bentuk
pergeseran peran kepemimpinan. Peneliti menganalisis menggunakan metode
kualitatid dengan mempelajari fenomena yang ada di masyarakat sehingga penelitian
tidak secara objektif. Peneliti tidak menjelaskan jumlah responden yang akan menjadi
informan dalam penelitian.
Variabel yang ditemukan dalam jurnal ini adalah berkembangnya industri
perkebunan kelapa sawit menyebabkan terbentuknya strata masyarakat baru.
Perbedaan horizontal mewujudkan gejala diferensiasi sosial. Sedangkan perbedaan
vertikal menyebabkan pelapisan sosial.
21
1
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yoyakarta [ID]. 119-124
22
Berdasarkan hasil review jurnal yang telah saya rangkum dan analisis,
ditemukan beberapa hal menarik dan tambahan yang akan penulis perdalam dalam
penelitian. Penulisan studi pustaka ini akan berlanjut kepada penelitian baru yang lebih
fokus mengkaji identifikasi diferensiasi sosial di masyarakat pedesaan dan faktor-faktor
pendorong terjadinya proses diferensiasi sosial serta hubungannya dengan diferensiasi
sosial dilihat dari aspek horizontal dan aspek vertikal. Berikut adalah perumusan
pertanyaan penelitian dari hasil studi pustaka ini adalah:
1. Bagaimana diferensiasi sosial yang terjadi di masyarakat pedesaan?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya proses diferensiasi
sosial di masyarakat pedesaan?
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya proses diferensiasi sosial. Pada usulan
kerangka analisis baru ini difokuskan pada identifikasi diferensiasi sosial di masyarakat
pedesaan dan faktor faktor yang mendorong terjadinya proses diferensiasi sosial
dianalisis secara aspek horizontal dan aspek vertikal.
27
: Saling Mempengaruhi
28
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
Ade Febryanti dilahirkan di Bengkulu Utara pada tanggal 22 Februari 1994, dari
pasangan Ruki Yanto dan Sukris Wati. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah
TK PKK Sukamakmur (1999-2000), SDN 08 Putri Hijau (2000-2006), SMPIT
Baitussallam Kadungora (2006-2009), dan SMAIT Assyifa Boarding School (2009-
2012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, melalui jalur Seleksi Uji Talenta Masuk IPB (UTM).
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa organisasi,
Anggota Departemen PSDM BEM TPB 49 (2012-2013), Anggota Public Relation BEM
FEMA IPB (2013-2014), Anggota Event Organizer Training dan Outbond ATOM
INDONESIA (2014-sekarang), dan Anggota FLP Bogor (2015-sekarang). Selain itu
penulis juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan di dalam kampus, yaitu Ketua
PDD acara Gravitasi (2013), Anggota Logstran acara BEM TPB CUP (2013), Sekertaris
acara SILIKA (2013), SG acara MPKMB 50 (2013), Sekertaris acara Fema Go Public
(2014), dan Anggota Humas acara LES 8 (Leadership Enterpreneur School) (2014).