Anda di halaman 1dari 36

TUGAS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS


RANGKUMAN MENGENAI HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL

Disusun oleh :
Evvalisa
1314190018
Fakultas Ekonomi – Akuntansi S1
A. Desain Industri

 Pengertian Desain Industri

Desain Industri (DI) adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

 Sejarah Pengaturan Desain Industri

Pengaturan tentang Desain Industri dikenal pada abad ke-18 terutama di


Inggris karena adanya Revolusi Industri. Desain Industri awalnya berkembang pada
sektor tekstil dan kerajinan tangan yang dibuat secara massal. UU pertama yang
mengatur mengenai Desain Industri adalah "The designing and printing of linens,
cotton, calicoes and muslin act" sekitar tahun 1787. Pada saat ini Desain Industri
hanya dalam bentuk 2 Dimensi. Sedangkan Desain Industri dalam bentuk 3 (tiga)
Dimensi mulai diatur melalui Sculpture Copyright Act 1798 pengaturannya masih
sederhana hanya meliputi model manusia dan binatang. Lalu pada tanggal 20 Maret
1883 The Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Paris
Convention). Amanat pada pasal 5 Paris Convention menyatakan bahwa Desain
Industri harus dilindungi di semua negara anggota Paris Convention.

 Estetika Versus Fungsionalitas

Perlindungan desain memberikan hak monopoli kepada pemilik desain atas


bentuk, konfigurasi, pola atau ornamentasi tertentu dari sebuah desain. Dengan
demikian, hukum desain hanya melindungi penampilan bentuk terluar dari suatu
produk. Undang-Undang Desain Industri tidak melindungi aspek fungsional dari
sebuah desain, seperti cara pembuatan produk, cara kerja, atau aspek keselamatannya.
Pembuatan, pengoperasian dan ciri-ciri barang tertentu dilindungi oleh hukum paten.
 Syarat-Syarat Perlindungan Desain

Hak Desain Industri diberikan untuk desain industri yang baru, Desain Industri
dianggap baru apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama
dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya, meskipun terdapat kemiripan.
Pengungkapan sebelumnya, sebagaimana dimaksud adalah pengungkapan desain
industri yang sebelum :
a. Tanggal penerimaan; atau
b. Tanggal prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas.
c. Telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau luar Indonesia.
Suatu Desain Industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka waktu
paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal penerimaannya, desain industri tersebut :
1. Telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional ataupun internasional di
Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi; atau
2. Telah digunakan di Indonesia oleh pendesain dalam rangka percobaan dengan
tujuan pendidikan, penelitian, atau pengembangan.
Selain itu, Desain Industri tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau kesusilaan.

 Dasar Perlindungan Desain Industri

 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang


Desain Industri yang mulai berlaku sejak 20 Desember 2000
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2005 tentang
Pelaksanaan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri.

 Sistem Konstitutif dalam Perlindungan Desain Industri

 Perlindungan Desain Industri menganut sistem First to File Principle


 Suatu Desain Industri dari suatu produk yang dimiliki tidak akan
mendapatkan perlindungan hukum apabila tidak terdaftar.
 Lingkup Hak Desain Industri

Pemegang Hak Desain Industri memiliki hak eklusif untuk melaksanakan Hak
Desain Industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau
mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

 Subjek dari Hak Desain Industri

 Yang berhak memperoleh hak desain industri adalah pendesain atau yang
menerima hak tersebut dari pendesain.
 Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak
desain industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika
diperjanjikan lain.
 Jika suatu desain Industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, atau yang dibuat orang lain berdasarkan
pesanan, pemegang hak desain industri adalah pihak yang untuk dan/atau
dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain
antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila
penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan dinas.
 Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan
pesanan, orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai
pendesain dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan
lain antara kedua pihak.

 Jangka Waktu Perlindungan Desain Industri

 Perlindungan terhadap Hak Desain Industri diberikan untuk jangka waktu


10 (sepuluh) tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
 Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan sebagaimana
dimaksud dicatat dalam Daftar Umum Desain Industri dan diumumkan
dalam Berita Resmi Desain Industri
 Prosedur Pengajuan Desain Industri

1. Permohonan pendaftaran Desain Industri diajukan pada Direktorat


Jenderal Kekayaan Intelektual dengan cara mengisi formulir yang
disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 3 (tiga)
2. Pemohon wajib melampirkan: tanggal, bulan, dan tahun surat Permohonan
 nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pendesain
 nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pemohon
 nama dan alamat lengkap Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui
Kuasa
3. Permohonan ditandatangani oleh Pemohon atau Kuasanya serta dilampiri
dengan:
 contoh fisik
 surat kuasa khusus, dalam hal Permohonan diajukan melalui Kuasa;
 surat pernyataan bahwa Desain Industri yang dimohonkan
pendaftarannya adalah milik Pemohon atau milik Pendesain.
4. Dalam hal Permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
Pemohon, Permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon
dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para Pemohon lain.
5. Dalam hal Permohonan diajukan oleh bukan Pendesain, Permohonan
harus disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup
bahwa Pemohon berhak atas Desain Industri yang bersangkutan.
6. Membayar biaya permohonan sebesar Rp 300.000,00 untuk Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) serta Rp 600.000,00 untuk non-UKM untuk setiap
permohonan.

 Pengalihan Hak dan Lisensi Desain Industri

Hak Desain Industri dapat beralih atau dialihkan dengan cara pewarisan,
hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri tersebut harus disertai
dengan dokumen tentang pengalihan hak dan wajib dicatat dalam daftar umum desain
industri pada Ditjen HKI dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Pengalihan hak desain industri yang tidak dicatatkan
dalam daftar umum desain industri tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
Pengalihan hak desain industri tersebut akan diumumkan dalam berita resmi desain
industri.
Lisensi Hak Desain Industri
Pemegang Hak Desain Industri dapat memberikan lisensi kepada pihak lain
berdasarkan perjanjian lisensi dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu untuk
melaksanakan hak desain industri dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau
mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau sebagaian desain yang
telah diberi hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain. Perjanjian lisensi ini
dapat bersifat ekslusif atau non ekslusif. Perjanjian lisensi wajib dicatatkan dalam
daftar umum desain industri pada Ditjen HKI dengan dikenai biaya sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Perjanjian lisensi ini kemudian
diumumkan dalam berita resmi desain industri. Perjanjian lisensi yang tidak
dicatatkan tidak berlaku terhadap pihak ketiga.

Bentuk dan Isi Perjanjian Lisensi


Pada dasarnya bentuk dan isi perjanjian lisensi ditentukan sendiri oleh para
pihak berdasarkan kesepakatan bersama, namun tidak boleh memuat ketentuan yang
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan bagi perekonomian Indonesia atau memuat
ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.

 Pembatalan Desain Industri

Desain industri yang telah terdaftar dapat dibatalkan dengan 2 (dua) cara,
yaitu:
1. Berdasarkan permintaan pemegang hak.
2. Berdasarkan gugatan (putusan pengadilan).

Gugatan pembatalan pendaftaran desain industri dapat diajukan oleh pihak


yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 4
UUDI kepada Pengadilan Niaga.
Pembatalan pendaftaran desain industri menghapuskan segala akibat hukum
yang berkaitan dengan hak desain industri dan hak-hak lain yang berasal dari desain
industri tersebut.
B. Desain Tata Letak Sirkuit

 Pengertian Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan UU Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST) yang menjadi


payung hukum DTLST di Indonesia, pengertian DTLST dibedakan menjadi dua
bagian yaitu desain tata letak dan sirkuit terpadu. Pasal 1 Ayat (2) UUDTLST
menyatakan bahwa desain tata letak diartikan sebagai kreasi berupa rancangan
peletakan tiga dimensi dari berbagai elemen, sekurang–kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, serta sebagian atau semua interkoneksi dalam suatu
sirkuit terpadu dan peletakan tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan
pembuatan sirkuit tepadu. PPDTLST selanjutnya memberikan pengertian yang serupa
untuk desain tata letak pada Pasal 1 Ayat (2).
Pengertian sirkuit terpadu dalam Pasal 1 Ayat (1) UUDTLST diartikan sebagai
produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang di dalamnya terdapat berbagai
elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang
sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu di dalam
sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi
elektronik. Pengertian sirkuit terpadu tersebut juga terdapat dalam PPDTLST Pasal 1
Ayat (1).
OK Saidin selanjutnya memberikan pengertian DTLST (integrated circuit)
adalah merupakan bagian dari temuan yang didasarkan pada kreatifitas intelektual
manusia yang menghasilkan fungsi elektronik. Dengan demikian, yang diberi
perlindungan adalah DTLST yang menghasilkan fungsi elektronik. Adami Chazawi
juga memberikan pengertian DTLST yaitu merupakan bagian dari temuan yang
didasarkan pada kreatifitas intelektual manusia yang menghasilkan fungsi elektronik
sebagai penggerak utama kemajuan teknologi dalam dua dekade terakhir, khususnya
industri komputer dan teknologi terkait.
Ditinjau dari segi fungsinya, beberapa jenis DTLST dapat berfungsi sama
akan tetapi rangkaian di dalamnya dapat berlainan, ini tergantung pada cara
merangkai antara jenis-jenis komponen yang digunakan. Letak keahlian pendesain
sangat ditentukan oleh kemampuan intelektualitas. Oleh karena itu wajarlah jika
temuan rangkaian ini dilindungi sebagai hak atas kekayaan intelektual.
Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM RI menjelaskan bahwa Hak
DTLST sendiri dapat diartikan sebagai hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka DTLST dapat
diartikan sebagai hasil kreasi berbahan semikonduktor yang memiliki fungsi
elektronik dan diberikan dengan hak eksklusif.

 Subjek Hukum Pendaftaran dan Pembatalan Pendaftaran Desain Tata


Letak Sirkuit Terpadu

1. Subjek Hukum Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Subjek hukum atas hak DTLST yang telah didaftarkan diatur dalam Pasal 5
dan Pasal 6 UUDTLST. Pasal 5 Ayat (1) UUDTLST menyatakan bahwa yang berhak
memperoleh hak DTLST adalah pendesain atau yang menerima hak tersebut dari
pendesain. Pasal 5 Ayat (2) UUDTLST selanjutnya menyatakan bahwa dalam hal
pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak DTLST diberikan kepada
mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan lain.
Ketentuan Pasal 5 UUDTLST tersebut dengan demikian menyatakan hanya
pendesain atau yang menerima hak DTLST dari pendesain yang berhak mendapatkan
perlindungan hukum dan disebut sebagai pemegang hak DTLST. Pendesain di dalam
Pasal 1 Ayat (3) PPDTLST dinyatakan sebagai seorang atau beberapa orang yang
menghasilkan DTLST. Jadi, pendesain merupakan “creatur” atau pencipta dari
DTLST yang dianggap orisinal.
Penjelasan dalam UUDTLST yang menyatakan bahwa pihak penerima hak
dari pedesain merupakan subjek hukum DTLST sebagaimana yang diatur di dalam
Pasal 5 Ayat (1) lebih lanjut dijelaskan di dalam Pasal 23 Ayat (1) UUDTLST. Pasal
23 Ayat (1) UUDTLST menyatakan bahwa pihak penerima hak dari pendesain dapat
diartikan sebagai pihak-pihak yang mendapatkan hak DTLST dari pendesain
berdasarkan pengalihan hak melalui pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau
sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan ataupun
perjanjian lisensi. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan tersebut adalah putusan pengadilan yang menyangkut kepailitan
sebagaimana yang dijelaskan dalam penjelasan Pasal 23 Ayat (1) UUDTLST tersebut.
Ketentuan di dalam UUDTLST mengenai subjek hukum pendaftaran DTLST
lebih lanjut diatur di dalam Pasal 6 UUDTLST. Pasal 6 Ayat (1) UUDTLST
menyatakan bahwa jika suatu DTLST dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain
dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak adalah pihak yang untuk dan/atau
dalam dinasnya DTLST itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain antara kedua pihak
dengan tidak mengurangi hak pendesain apabila penggunaan DTLST itu diperluas
sampai keluar hubungan dinas.
Pasal 6 Ayat (1) UUDTLST tersebut menegaskan prinsip bahwa hak DTLST
yang dibuat oleh seseorang berdasarkan pesanan, misalnya dari instansi pemerintah,
tetap dipegang oleh instansi pemerintah tersebut selaku pemesan, kecuali
diperjanjikan lain. Ketentuan ini tidak mengurangi hak pendesain untuk mengklaim
haknya apabila DTLST digunakan untuk hal-hal diluar hubungan kedinasan tersebut.
Ketentuan dalam Pasal 6 Ayat (1) dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 6 Ayat
(2) UUDTLST yang menyatakan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) berlaku pula bagi DTLST yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang
dilakukan dalam hubungan dinas. Hubungan dinas adalah hubungan kepegawaian
antara pegawai negeri dan instansinya.
Menurut Wahyu Jati Pramanto DTLST yang dibuat dalam hubungan kerja
atau berdasarkan pesanan, maka orang yang membuat DTLST tersebut dianggap
sebagai pendesain dan pemegang hak, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua
pihak.9 Ketentuan yang dijelaskan tersebut sesuai dengan Pasal 6 Ayat (3)
UUDTLST.
Pasal 6 Ayat (3) UUDTLST menyatakan bahwa jika suatu DTLST dibuat
dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan, orang yang membuat DTLST itu
dianggap sebagai pendesain dan pemegang hak, kecuali jika diperjanjikan lain antara
kedua pihak. Hubungan kerja adalah hubungan kerja di lingkungan swasta, atau
hubungan akibat pemesanan DTLST oleh lembaga swasta, ataupun hubungan
individu dengan pendesain. Hal ini diatur di dalam penjelasan Pasal 6 Ayat (3)
UUDTLST.
Berdasarkan ketentuan di dalam Pasal 5 dan Pasal 6 UUDTLST tersebut maka
subjek hukum DTLST merupakan pendesain ataupun pihak lain yang mendapatkan
hak tersebut dari pendesain. Selain itu, pemegang hak DTLST yang telah didaftarkan
kepada Ditjen HKI tidaklah harus merupakan pendesainnya sendiri tetapi dapat juga
orang lain yang menerima hak DTLST dari pendesain karena hubungan kerja,
hubungan dinas, berdasarkan pesanan, dan berdasarkan pengalihan hak.

2. Subjek Hukum Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit


Terpadu

Berbeda halnya dengan subjek hukum pendaftaran DTLST, subjek hukum


pembatalan pendaftaran DTLST adalah pemegang hak DTLST dan pihak lain yang
mengajukan gugatan secara perdata. Perbedaan subjek hukum tersebut merupakan hal
yang wajar mengingat peristiwa hukum yang terjadi antara kedua hal tersebut adalah
berbeda dan melalui tahap-tahap yang berbeda pula sebagaimana yang diatur di dalam
UUDTLST.
Subjek hukum pembatalan pendaftaran DTLST diatur di dalam Pasal 29 Ayat
(1) dan 30 Ayat (1) UUDTLST. Pasal 29 Ayat (1) UUDTLST menyatakan bahwa
DTLST terdaftar dapat dibatalkan oleh Ditjen HKI atas permintaan tertulis yang
diajukan oleh pemegang hak. Pasal 30 Ayat (1) UUDTLST kemudian menyatakan
bahwa gugatan pembatalan secara perdata dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan dengan alasan sebagaimana yang dimaksud di dalam Pasal 2 atau
Pasal 3 UUDTLST. Alasan pengajuan gugatan tersebut berkaitan dengan ketentuan
mengenai objek DTLST yang diatur di dalam Pasal 2 dan Pasal 3 UUDTLST. Pasal 2
UUDTLST mengatur tentang kriteria DTLST yang orisinil sedangkan Pasal 3
UUDTLST mengatur tentang DTLST yang ridak mendapatkan perlindungan oleh
DTLST.
Berdasarkan hal tersebut maka terdapat perbedaan antara subjek hukum
pendaftaran DTLST dengan pembatalan pendaftaran DTLST. Hal ini dikarenakan
pembatalan pendaftaran DTLST hanya dapat diajukan oleh pemegang hak dan juga
pihak lain yang mengajukan gugatan secara perdata dengan alasan Pasal 2 dan Pasal 3
UUDTLST. Hal ini kemudian dapat memberikan kepastian bahwa pihak ketiga yaitu
penerima hak berdasarkan lisensi tidak memiliki hak untuk mengajukan pembatalan
pendaftaran DTLST kepada pengadilan niaga.
 Konsep dan Sistim Pendaftaran dan Pembatalan Pendaftaran Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu

1. Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

DTLST agar mendapatkan perlindungan hukum harus didaftarkan terlebih


dahulu. Kamus besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa pendaftaran adalah
proses, cara, perbuatan mendaftar (mendaftarkan); pencatatan nama, alamat, dsb.
Wahyu Jati Pramanto memberikan pengertian pendaftaran DTLST sebagai permintaan
pendaftaran DTLST yang diajukan oleh pemohon kepada Ditjen HKI. 14 Pemohon di
dalam Pasal 1 Ayat (5) PPDTLST dinyatakan sebagai pihak yang mengajukan
permohonan.
Permohonan pendaftaran DTLST merupakan suatu syarat untuk mendapatkan
perlindungan serta kepastian hukum terhadap DTLST yang telah dihasilkan oleh
pendesain. Prinsip tersebut harus diterapkan karena sistem yang dianut dalam
UUDTLST merupakan sistem konstitutif yang artinya bahwa hak atas DTLST baru
timbul dan mendapat perlindungan hukum dengan adanya pendaftaran. Permohonan
pendaftaran DTLST dapat dilakukan oleh pemohon dalam hal ini adalah pendesain
atau yang menerima hak tersebut dari pendesain DTLST. Berdasarkan ketentuan
UUDTLST, kewenangan untuk memeriksa permohonan dan mengeluarkan
pengumuman penerimaan permohonan pendaftaran DTLST ada pada Ditjen HKI. Hal
ini disebabkan instansi yang berwenang dalam mengelola HKI di Indonesia adalah
Ditjen HKI yang berada di bawah naungan Departemen Kehakiman dan HAM
Republik Indonesia.
Pendaftaran hak DTLST dalam UUDTLST didasarkan pada prinsip bahwa
DTLST adalah pemberian kepemilikan oleh negara atas suatu DTLST kepada
pendesain. Kepemilikan hak DTLST dapat dimilki apabila DTLST tersebut diajukan
permohonannya kepada Ditjen HKI dan memenuhi syarat serta prosedur yang diatur
di dalam UUDTLST. Permohonan pendaftaran diatur secara detail di dalam Pasal 9
sampai dengan 22 UUDTLST yang mewajibkan para pemohon untuk mengisi
formulir yang telah disediakan dengan menyertakan beberapa lampiran serta
membayar biaya permohonan. Diajukan permohonan pendaftaran ini adalah supaya
dapat memperoleh hak eksklusif untuk mengeksploitasi DTLST.
Diperolehnya hak eksklusif tersebut membuat pemegang hak memiliki hak
ekonomi dan hak moral. Hak ekonomi yakni hak khusus bagi pendesain untuk
mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya, dan/atau memberi izin kepada orang
lain untuk menggunakan desain miliknya sedangkan hak moral adalah hak yang
berkenaan dengan mengadakan larangan bagi orang lain untuk mengadakan
perubahan karya desainnya, larangan mengadakan perubahan nama pendesainnya, dan
hak bagi pendesain untuk mengadakan perubahan karya desainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka pendaftaran DTLST wajib dilakukan oleh
pendesain apabila DTLST yang dihasilkannya ingin mendapatkan perlindungan serta
kepastian hukum sebagaimana yang dijamin di dalam UUDTLST. Hal ini dikarenakan
UUDTLST menganut sistim konstitutif sehingga DTLST hanya akan mendapatkan
perlindungan hukum dengan adanya pendaftaran kepada Ditjen HKI. Pengajuan
permohonan pendaftaran DTLST tersebut tentunya harus memenuhi syarat serta
prosedur yang telah diatur di dalam UUDTLST.

2. Pembatalan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

DTLST yang sudah didaftarkan dapat dimintakan pembatalannya. Pembatalan


pendaftaran DTLST dapat dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan permintaan
pemegang hak ataupun berdasarkan gugatan. Pengaturan tentang pembatalan
pendaftaran DTLST, tata cara mengajukan pembatalan pendaftaran DTLST dan akibat
dari pembatalan pendaftaran DTLST diatur dalam Pasal 29 sampai dengan 36
UUDTLST.
Menurut Abdulkadir Muhammad hak atas DTLST dapat dibatalkan
pendaftarannya oleh Ditjen HKI atas permohonan tertulis yang diajukan oleh
pemegang hak. Selain itu, pembatalan pendaftaran DTLST kepada Ditjen HKI dapat
diajukan oleh pihak lain melalui gugatan perdata kepada pengadilan niaga sesuai
dengan ketentuan yang diatur di dalam Pasal 30 Ayat (1) UUDTLST.
Menurut Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata bahwa seseorang sebagai
pemilik suatu hak dapat meminta pembatalan daripadanya, tidak merupakan sesuatu
hal yang baru. Akan tetapi, dinyatakan bahwa apabila memang sudah tercatat hak dari
penerima lisensi, maka tidak dapat dilakukan pembatalan apabila tidak disertai
persetujuan tertulis dari si penerima lisensi ini. Sehingga dapat diartikan bahwa
pemegang hak tidak dapat secara sepihak mengajukan permohonan pembatalan
pendaftaran DTLST kepada pengadilan niaga apabila terdapat perjanjian lisensi dan
pihak ketiga tersebut tidak menyetujui diajukannya pembatalan pendaftaran DTLST.
Keputusan pembatalan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberitahukan
secara tertulis oleh Direktorat Jendral kepada :
 Pemegang hak
 Penerima lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan dalam
Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
 Pihak yang mengajukan pembatalan dengan menyebutkan bahwa Hak
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang telah diberikan dinyatakan
tidak berlaku lagi terhitung sejak tanggal keputusan pembatalan.
DTLST yang diajukan berdasarkan gugatan perdata sebagaimana yang
dimaksud di dalam Pasal 30 Ayat (1) UUDTLST diajukan kepada Pengadilan Niaga
dengan mengikuti syarat dan prosedur yang diatur dalam UUDTLST. Pengajuan
pembatalan pendaftaran DTLST tersebut didasarkan pada pelanggaran Pasal 2 dan
Pasal 3 UUDTLST yang dapat dibuktikan oleh pihak lain yang merasa lebih
berkepentingan. DTLST yang nantinya diputuskan dibatalkan pendaftaranya
disampaikan kepada Ditjen HKI paling lama 14 (empat belas) hari setelah tanggal
putusan diucapkan. Gugatan pembatalan pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu diajukan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam wilayah hukum tempat
tinggal atau domisili tergugat.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pembatalan pendaftaran DTLST dapat
dilakukan berdasarkan permintaan pemegang hak ataupun berdasarkan gugatan
perdata sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 29 Ayat (1) dan Pasal 30 Ayat (1)
UUDTLST dengan mengikuti syarat dan prosedur yang diatur oleh UUDTLST.

 Hak Pemegang Hal DTSLT

 Pemegang Hak memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan Hak


DTLST yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa
persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor
dan/atau mengedarkan barang yang di dalamnya terdapat seluruh atau
sebagian Desain
 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pemakaian DTLST untuk kepentingan penelitian dan
pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan dari pemegang
DTLST

 Pengalihan Hak dan Lisensi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Pemegang hak berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan


perjanjian lisensi untuk melaksanakan semua perbuatan yaitu membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang didalamnya
terdapat seluruh atau sebagian desain yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu, kecuali jika diperjanjikan lain.
Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut diatas, pemegang hak tetap dapat
melaksanakan sendiri atau memberi lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan
perbuatan sebagaimana disebutkan diatas, kecuali jika diperjanjikan lain.
Perjanjian lisensi wajib dicatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu pada Direktorat Jendral dengan dikenai biaya sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. Yang wajib dicatatkan adalah perjanjian lisensi itu sendiri dalam
bentuk yang disepakati oleh para pihak, termasuk isi perjanjian lisensi tersebut,
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan undang-undang ini.
Perjanjian lisensi yang tidak dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Perjanjian lisensi
diumumkan dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Perjanjian lisensi
dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan bagi
perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan
usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan negara dari
kemungkinan akibat-akibat tertentu dari perjanjian lisensi tersebut. Direktorat Jendral
wajib menolak pendataan perjanjian lisensi yang memuat ketentuan tersebut diatas.
Ketentuan mengenai pencatatan perjanjian lisensi diatur dengan Keputusan Presiden.
Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat beralih atau dialihkan dengan:
 pewarisan;
 hibah;
 wasiat;
 perjanjian tertulis; atau
 sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu disertai dengan dokumen
tentang pengalihan hak :
 Segala bentuk pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
wajib dicatat dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang tidak
dicatatkan dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
 Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diumumkan dalam
Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
 Pengalihan Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu tidak
menghilangkan hak Pendesain untuk tetap dicantumkan nama dan
identitasnya, baik dalam Sertifikat Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu maupun dalam Daftar
Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

 Jangka Waktu Perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

 Perlindungan terhadap Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu


diberikan kepada Pemegang Hak sejak pertama kali desain tersebut
dieksploitasi secara komersial dimana pun atau sejak Tanggal
Penerimaan.
 Dalam hal Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu telah dieksploitasi secara
komersial, Permohonan harus diajukan paling lama 2 (dua) tahun
terhitung sejak tanggal pertama kali dieksploitasi.
 Perlindungan diberikan selama 10 (sepuluh) tahun.
 Tanggal mulai berlakunya jangka waktu perlindungan dicatat dalam
Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan diumumkan
dalam Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
 Prosedur Prndaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu diberikan atas dasar permohonan.
Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat Jendral
dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Permohonan tersebut ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya.
Permohonan harus memuat :
 Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan
 Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain
 Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pemohon
 Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan
melalui kuasa, dan
 Tanggal pertama kali dieksploitasi secara komersial apabila sudah
pernah dieksploitasi sebelum permohonan diajukan.
Permohonan tersebut juga harus dilampiri dengan :
 Salinan gambar atau foto uraian dari Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
yang dimohonkan pendaftaran
 Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa
 Surat pernyataan bahwa Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang
dimohonkan pendaftaraannya adalah miliknya
 Surat keterangan yang menjelaskan mengenai tanggal sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf e.
Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu
pemohon, permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu pemohon dengan
melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon lain.
Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus
disertai pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhak
atas Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang bersangkutan.
Yang dimaksud dengan “bukti yang cukup” adalah bukti yang sah, benar serta
memadai yang menunjukkan bahwa pemohon berhak mengajukan permohonan.
Ketentuan tentang tata cara permohonan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah. Setiap permohonan hanya dapat diajukan untuk satu Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu.
Pemohon yang bertempat tinggal diluar wilayah Negara Republik Indonesia,
harus mengajukan permohonan melalui kuasa.
Pada prinsipnya permohonan dapat dilakukan sendiri oleh pemohon. Khusus
untuk pemohon yang bertempat tinggal diluar negeri, permohonan harus diajukan
melalui kuasa untuk memudahkan pemohon yang bersangkutan, antara lain mengingat
dokumen permohonan seluruhnyan menggunakan bahasa Indonesia. Selain itu,
dengan menggunakan kuasa (yang adalah pihak Indonesia) akan teratasi persyaratan
domisili hukum pemohon. Pemohon tersebut harus menyatakan dan memilih domisili
hukumnya di Indonesia.
Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk dapat diangkat sebagai Konsultan
Hak Kekayaan Intelektual diatur dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tata cara
pengangkatannya diatur dengan keputusan presiden.
Tanggal penerimaan adalah tanggal diterimanya permohonan, dengan syarat pemohon
telah :
 Mengisi formulir permohonan
 Melampirkan salinan gambar atau foto dan uraian Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu yang dimohon, dan
 Membayar biaya
Persyaratan ini adalah persyaratan minimal untuk mempermudah pemohon
mendapatkan tanggal penerimaan seperti didefinisikan dimuka tanggal tersebut
menentukan saat mulai berlakunya perhitungan jangka waktu perlindungan atas
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Apabila ternyata terdapat kekurangan pemenuhan syarat-syarat dan
kelengkapan sebagaimana yang telah ditetapkan, Direktorat Jendral memberitahukan
kepada pemohon atau kuasanya agar kekurangan tersebut dipenuhi dalam waktu 3
bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuaan pemenuhan
kekurangan tersebut.
Tenggang waktu 3 bulan yang diberikan kepada pemohon untuk melengkapi
syarat-syarat yang kurang dihitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan
kekurangan tersebut, bukan dihitung sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan
oleh pemohon.
Tanda pengirim dibuktikan dengan cap pos, dokumen pengiriman atau bukti
pengiriman lainnya. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 1
bulan atas permintaan pemohon.
Apabila kekurangan tidak terpenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan
tersebut, Direktorat Jendral memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau
Kuasanya bahwa Permohonannya dianggap ditarik kembali.
Dalam hal permohonan dianggap ditarik kembali, segala biaya yang setelah
dibayarkan kepada direktorat jendral tidak dapat ditarik kembali. Biaya seluruhnya
yang telah dibayarkan kepada Direktorat Jendral tidak dapat ditarik kembali terlepas
apakah permohonan diterima, ditolak ataupun ditarik kembali.
Permintaan penarikan kembali permohonan dapat diajukan secara tertulis
kepada Direktorat Jendral oleh pemohon atau kuasanya selama permohonan tersebut
belum mendapat keputusan.

 Ligitasi dan Penyelesaian Sengketa dalam Desain Tata Letak Sirkuit


Terpadu

Pemegang hak Desain tata letak sirkuit terpadu dapat menggugat siapa saja
yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 8, yaitu membuat, memakai,
menjual, mengimpor, mengekspor dan atau mengedarkan barang yang didalamnya
terdapat seluruh atau sebagian desain yang telah diberikan Hak Desain tata letak
sirkuit terpadu. Pelanggaran Desain tata letak sirkuit terpadu selain dapat digugat
secara perdata juga tidak menutup kemungkinan untuk digugat secara pidana.
a. Pengadilan Arbitrase

Hak atau penerima lisensi desain tata letak sirkuit terpadu dapat menggugat
siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan berupa:
 Gugatan ganti rugi, dan/atau
 Penghentian semua perbuatan
Gugatan sebagaimana tersebut diatas diajukan ke Pengadilan Niaga.
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud diatas, para pihak dapat
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternative penyelesaian
sengketa. Klausul arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa saat ini menjadi trend
dalam kontrak-kontrak bisnis termasuk kontrak lisensi yang objeknya HAKI. Dalam
transaksi bisnis internasional pun, klausul ini menjadi pilihan para pihak dalam
penyelesaian sengketa. Di indonesia, peraturan tentang ini dimuat dalam Undang-
undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase internasional dan Konvensi New
York Tahun 1958 yang telah diratifikasi melalui Keppres Nomor 34 Tahun 1981
tanggal 5 Agustus 1981. Putusan arbitrase asing diindonesia menurut konvensi
tersebut, mengacu pada dua bentuk keputusan yakni :
 Pengakuan (recognition), dan
 Pelaksanaan (enforcement)
Dengan demikian konvensi tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari tata hukum Indonesia.
Ada dua hal pokok yang harus dicermati terhadap putusan arbitrase asing, yaitu :
1. Pengertian atau Definisi putusan arbitrase asing yaitu “setiap putusan arbitrase
yang diambil diluar wilayah Republik Indonesia”. Putusan tersebut meliputi
putusan yang diambil oleh arbitrase institusional award made by permanent
bodies.
2. Asas resiprositas, yaitu asas pengakuan atau ketersediaan melaksanakan
eksekusi atas putusan arbitrase asing
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh jika penyelesaian sengketa itu menempuh
jalur arbitrase yaitu :
a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak.
b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal procedural dan
administratif
c. Para pihak dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai
pengetahuan , pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai masalah
yang disengketakan, jujur dan adil.
d. Para pihak dapat menentukan pilihan untuk menyelesaikan masalah serta
proses dan tempat penyelenggaraan arbitrase
e. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan langsung
dapat dilaksanakan.
Penerapan klausul arbitrase dalam perjanjian lisensi tersebut harus mengacu
kepada ketentuan: klausul arbitrase atau ADR merupakan syarat yang harus ada
secara tertulis yang disepakati oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian
lisensi tersebut. Apabila tidak disebut secara tegas didalam klausula tersebut,
(arbitrase ad hoc atau lembaga arbitrase seperti BANI) maka keduabelah pihak
harus menyepakati dahulu lembaga mana yang harus arbitrase. Apabila terdapat
ambivalensi didalam klausul arbitrase yang tercantum didalam kontrak lisensi yang
dibuat oleh notaris , maka perlulah diajukan/dirujuk ketentuan pasal 11 UU No. 39
Th 1999 yang telah mengingatkan, bahwa :
 Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk
mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam
perjanjian tersebut ke Pengadilan Negeri.
 Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak ikut campur didalam suatu
penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam
hal-hal tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian tersebut.
Tahap-tahapan/procedural yang dilalui dalam proses penyelesaian sengketa melalui
arbitrase secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Permohonan diajukan oleh pemohon sendiri melalui kuasa hukumnya secara
tertulis dengan melampirkan perjanjian lisensi yang dimaksud, yang memuat
klausula arbitrase dalam bahasa Indonesia
b. Permohonan tersebut dikirim kepada termohon disertai permintaan agar dalam
waktu 14 hari termohon memberikan jawaban atau tanggapannya.
c. Pihak pemohon sekaligus mengajukan permohonan tentang pilihan arbiternya
secara tertulis dan pihak arbiter yang bersangkutan memberi pernyataan
menerima atau menolak. Demikian juga pihak termohon bersamaan dengan
jawabannya harus mengajukan arbiter pilihannya.
d. Pihak ketiga dapat turut campur serta menggabungkan diri berdasar
kepentingannya, keikutsertaannya harus disetujui oleh kedua belah pihak dan
majelis arbiter.
e. Pada permohonan pemohon dapat diajukan sita jaminan, penitipan barang
kepada pihak ketiga atau menjual barang yang mudah rusak. Atas permohonan
itu oleh Majelis Arbiter atau dapat dijatuhkan putusan provisional atau putusan
sela.
f. Arbiter atau Majelis Arbiter menentukan tanggal dan tempat sidang dengan
tidak mengurangi hak para pemohon dan termohon untuk melaksanakan kk.
Hari sidang pertama telah ditetapkan paling lama 14 hari terhitung sejak mulai
perintah untuk hadir kepada kedua pihak atau kuasanya dikeluarkan.
g. Rekonvesi dapat diajukan oleh pihak termohon dalam jawabannya atau
selambat-lambatnya pada sidang pertama yang diperiksa dan diputus oleh
Majelis Arbiter bersama pokok perkara.
h. Kalau pemohon tanpa suatu alasan yang sah tidak hadir pada sidang yang telah
ditetapkan, maka tuntutannya dinyatakan gugur dan dianggap telah selesai.
i. Permohonan dapat dicabut sebelum ada jawaban termohon dan apbila sudah
ada jawaban termohon maka perubahan atau penambahan pada tuntutan harus
disetujui oleh pihak termohon sepanjang tidak mengubah dasar hukum
permohonan.
j. Pemeriksaan perkara arbitrase harus selesai dalam waktu paling lama 180 hari
dihitung sejak arbiter atau Majelis Arbiter terbentuk dan dapat diperpanjang
atas persetujuan para pihak.
k. Kesaksian dilakukan sebagaimana pada peradilan umum.
l. Lembaga arbitrase dapat memberikan pendapat yang mengikat (bindling
opinion) atas suatu hubungan hukum tertentu yang tidak dapat dilakukan
perlawanan melalui upaya hukum apa pun.
m. Putusan harus memuat syarat-syarat normative, yang terutama harus memuat
kepala putusan (irah-irah) “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
n. Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 3 hari setelah pemeriksaan
ditutup. Putusan itu dapat dikoreksi terhadap kekeliruan administrative dan
atau mengurangi atau menambah suatu tuntutan putusan dalam waktu paling
lama 14 hari setelah putusan diterima, namun tidak mengubah substansi
putusan.
Eksekusi putusan arbitrase, menurut UU No. 39 Tahun 1999 meliputi dua bagian :
a. Bagian pertama tentang eksekusi terhadap putusan arbitrase nasional
b. Bagian kedua tentang pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional.
Terhadap kedua putusan tersebut berlaku ketentuan universal, bahwa putusan arbitrase
adalah final dan mengikat, tidak dapat disbanding atau kasasi.
UU No. 39 Tahun 1999 mengatur kemungkinan pembatalan putusan arbitrase dengan
batasan pada 3 alasan :
 Surat atau dokumen yang dijadikan dasar permohonan setelah putusan
dijatuhkan ternyata diakui palsu atau dinyatakan palsu
 Setelah putusan diambil diketemukan dokumen yang menentukan yang
disembunyikan pihak lawan, atau
 Putusan diambil dan hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak
dalam pemeriksaan sengketa.
Permohonan pembatalan harus diajukan secara tertulis dalam waktu 30 hari
setelah penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan
Negeri dan diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Dalam waktu 30 hari setelah
permohonan diterima Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan putusannya. Putusan ini
hanya dapat disbanding ke Mahkamah Agung dan dalam waktu 30 hari Mahkamah
Agung sudah harus mengeluarkan putusannya dengan putusan dalam tingkat pertama
dan terakhir.
b. Tuntutan Pidana

Tindak pidana terhadap pelanggaran sirkuit terpadu merupakan delik aduan,


jadi bukan delik biasa. Penyidikan hanya dapat dilakukan bila ada pengaduan dari
yang berhak, yakni pemegang hak atau penerima hak.
Ada banyak perdebatan dikalangan ahli hukum tentang penempatan delik atas
tindak pidana terhadap desain tata letak sirkuit terpadu (termasuk juga hak atas
kekayaan intelektual lainnya, kecuali hak cipta) antara lain ada pendapat yang
mengatakan karena hak atas desain tata letak sirkuit terpadu itu adalah merupakan hak
privat seseorang. Jadi apbila ada pelanggaran atas hak tersebut maka yang dirugikan
hanya si pemilik hak, jadi tidak merugikan kepentingan umum. Padahal tidak ada
bedanya seseorang yang melakukan pencurian atas barang yang dimiliki oleh orang
lain, justru dalam KUHP Indonesia ditempatkan sebagai delik biasa.
Kami sendiri berpandang bahwa penempatan delik aduan terhadap kejahatan
yang objeknya adalah hak atas kekayaan intelektual termasuk hak atas desain tata
letak sirkuit terpadu adalah merupakan kekeliruan oleh karena dapat saja si pemegang
hak tidak mengetahui bahwa haknya telah dilanggar oleh karena peristiwa
pelanggaran itu mungkin terjadi ditempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Tentu saja
dalam kasus ini si pemilik hak terus menerus dirugikan tetapi ia tidak mengetahuinya.
Bila kejahatan itu termasuk pada delik aduan maka tentu si pelaku tindak pidana
tersebut tidak dapat dijatuhi hukuman selama yang bersangkutan tidak melakukan
pengaduan.
Dalam UU No. 32 Tahun 2000 ancaman pidana terhadap kejahatan tersebut
dirumuskan sebagai berikut :
a. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan salah satu perbuatan
yaitu membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau
mengedarkan barang yang didalamnya terdapat seluruh atau sebagian Desain
yang telah diberi Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
300.000.000,00.
b. Barangsiapa dengan sengaja melakukan perbuatan yaitu tidak menghapus hak
pendesain untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan
Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, seluruh pegawai Direktorat
Jendral atau orang yang karena tugasnya bekerja untuk dan/atau atas nama
Direktorat Jendral tidak menjaga kerahasian permohonan sampai dengan
diumumkannya permohonan yang bersangkutan atau pengalihan hak desain
tata letak sirkuit terpadu tidak menghilangkan hak pendesain untuk tetap
dicantumkan nama dan identitasnya, baik dalam Sertifikat Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Berita Resmi Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu maupun
dalam Daftar Umum Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
45.000.000,00.
Sedangkan untuk penyidik atas tindak pidana tersebut, selain Penyidik Pejabat
Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Hak
Kekayaan Intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagimana
dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Penyidik sebagaimana dimaksudkan diatas berwenang :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan tindak pidana
dibidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari para pihak sehubungan dengan
peristiwa tindak pidana dibidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan dan dokumen lain yang
berkenaan dengan tindak pidana dibidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
e. Melakukan pemeriksaan ditempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen lain.
f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan/atau barang hasil pelanggaran yang
dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana dibidang Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu
g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang Desain Tata Letak Sirkut Terpadu.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam tugasnya memberitahukan dimulainya
penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada penyidik pejabat polisi
negara republik Indonesia. Dalam hal penyidikan sudah selesai, Penyidik Pejabat
Pegawai Negeri Sipil menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum
melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat
ketentuan pasal 107 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

C. Rahasia Dagang

 Pengertian Rahasia Dagang

Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang
teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan
usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

 Dasar Perlindungan Rahasia Dagang

Perlindungan atas rahasia dagang diatur dalam Undang-undang Nomor 30


Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UURD) dan mulai berlaku sejak tanggal 20
Desember 2000, memberikan lingkup perlindungan rahasia dagang yaitu meliputi
metode produksi, pengolahan, penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi atau
bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.
Dasar hukum yang digunakan adalah pasal 322 ayat 1 KUHP menyatakan
bahwa bagi orang yang dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pekerjaannya baik itu yang sekarang ataupun yang dulu dapat
diancam pidana penjara paling lama 9 bulan atau denda paling banyak sembilan juta
rupiah.
Jika pelanggaran rahasia dagang tersebut dilakukan setelah buruh itu tidak lagi
bekerja di perusahaan tersebut dan ia berada pada waktu dimana ia masih harus
menjaga rahasia dagang tersebut maka ketentuan dalam KUHP yang digunakan tidak
lagi pasal 322 ayat 1, tetapi menggunakan pasal 323 ayat 1.
Pasal 323 ayat 1 menyatakan bagi orang yang dengan sengaja memberitahukan
hal-hal khusus tentang suatu perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, dimana ia
bekerja atau dahulu bekerja, yang seharusnya dirahasiakan, diancam pidana penjara
paling lama 9 bulan atau denda paling banyak sembilan juta rupiah.
Dalam pasal 323 ayat 2 disyaratkan pula adanya pengaduan dari pengusaha untuk
dapat mengajukan tuntutan (delik aduan).
Suatu Rahasia Dagang akan mendapatkan perlindungan apabila informasi
tersebut bersifat :
 Bersifat rahasia, maksudnya bahwa informasi tersebut hanya diketahui oleh
pihak tertentu atau tidak diketahui secara umum oleh masyarakat.
 Mempunyai nilai ekonomi, maksudnya bahwa sifat kerahasiaan informasi
tersebut dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha yang bersifat
komersial atau dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomi.
 Informasi dianggap dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak
yang menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

 Jangka waktu perlindungan Rahasia Dagang

Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam suatu rahasia dagang, maka


menyebabkan rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, karena
yang terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya untuk
menjaga kerahasiaan dari informasi, maka informasi tersebut masih tetap dalam
perlindungan rahasia dagang.

 Lisensi Rahasia Dagang

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik kepada pihak lain melalui
suatu perjanjian berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk
menikmati manfaat ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberi perlindungan
dalam jangka waktu tertentu dan syarat tertentu.
Perjanjian lisensi wajib dicatatkan pada DJHKI dengan dikenai biaya
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
 Pengalihan Hak Rahasia Dagang

Dalam Undang-undang Rahasia Dagang pasal 5 ayat 1 menyebutkan bahwa


peristiwa-peristiwa hukum yang dapat mengakibatkan peralihan rahasia antara
lain:
 pewarisan;
 hibah;
 wasiat;
 perjanjian tertulis
 Pengalihan Hak Rahasia dagang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
disertai dengan dokumen tentang pengalihan hak
 Segala bentuk pengalihan Hak Rahasia Dagang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib dicatatkan pada DJKI dengan membayar biaya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.
 Pengalihan Hak Rahasia Dagang yang tidak dicatatkan pada Direktorat
Jenderal tidak berakibat hukum pada pihak ketiga.
 Pengalihan Hak Rahasia Dagang sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
diumumkan dalam Berita Resmi Rahasia Dagang.

 Lingkup Rahasia Dagang

Lingkup perlindungan Rahasia Dagang meliputi metode produksi, metode


pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau bisnis
yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat umum.

 Hak Pemilik Rahasia Dagang

 Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya


 Memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk
menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan kepada pihak
ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial.

 Pelanggaran dan Sanksi

Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Rahasia Dagang


pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atau
Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia Dagang yakni apabila :
 Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia
Dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan dan
keamanan, kesehatan atau keselamatan masyarakat
 Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari
penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan semata-
mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang
bersangkutan.
Yang dimaksud dengan rekayasa ulang (reverse engineering) dalam hal
ini adalah suatu tindakan analisis dan evaluasi untuk mengetahui
informasi tentang suatu teknologi yang sudah ada.

 Permohonan Pencatatan Rahasia Dagang

Yang “wajib dicatatkan” pada DJHKI hanyalah mengenai data yang bersifat
administratif dari dokumen pengalihan hak dan tidak mencakup substansi rahasia
dagang yang diperjanjikan.

D. Perlindungan Varietas Tanaman / PVT

 Pengertian Hak Perlindungan Varietas Tanaman / PVT

Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya disingkat PVT, adalah


perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas
Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui
kegiatan pemuliaan tanaman.
Hak Perlindungan Varietas Tanaman adalah hak khusus yang diberikan negara
kepada pemulia dan/atau pemegang hak Perlindungan Varietas Tanaman untuk
menggunakan sendiri varietas hasil pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada
orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya selama waktu tertentu.
Varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok
tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe
atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama
oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak
mengalami perubahan.
Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman adalah pejabat yang berdasarkan
keahliannya diangkat oleh Menteri dan ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
substantif dan memberikan rekomendasi atas permohonan hak Perlindungan Varietas
Tanaman.

 Dasar Hukum Perlindungan Varietas Tanaman

Di Indonesia perlindungan tentang varietas tanaman sudah dimulai sejak tahun


1990, yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kemudian tahun 1992, terbit lagi Undang-Undang No. 2 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman disusul dengan terbitnya Undang-Undang No. 16 tahun
1992 tentang Karantina Hewan dan Tanaman. Kesemuanya peraturan
perundangundangan hanya mengatur secara varsial (dan tersirat) tentang perlindungan
varietas tanaman.
Baru kemudian pada tahun 2000, melalui Undang-Undang No. 29 tahun 2000,
Indonesia memiliki Undang-Undang yang sudah ada leibh rinci yang mengatur
tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

 Ruang Lingkup Pemberian Hak Atas Perlindungan Varietas


Tanaman/PVT

Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang selanjutnya
menjadi nama varietas yang bersangkutan dengan ketentuan bahwa:
 Nama varietas tersebut harus dapat digunakan meskipun masa
perlindungan telah habis;
 Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-
sifat varietas;
 Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan
pada kantor PVT;
 Apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan butir b, maka Kantor
PVT menolak penamaan tersebut dan meminta penamaan baru;
 Apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain
maka pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut;
 Nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek
dagang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

 Persyaratan Permohonan Hak Perlindungan Varietas Tanaman/PVT

Perlindungan Varietas Tanaman/PVT dapat diberikan pada varietas tanaman


dari jenis atau spesies tanaman yang baru, unik, seragam, stabil dan diberikan nama.
 Tanaman sebagaimana yang dimaksud adalah tanaman semusin dan
tanaman tahunan.
 Suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan
permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari
varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah
diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah
diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk
tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan.
 Suatu varietas dianggap unik apabila varietas tersebut dapat dibedakan
secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui
secara umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT.
 Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat-sifat utama atau penting
pada varietas tersebut terbukti seragam meskipun bervariasi sebagai
akibat dari cara tanam dan lingkungan yang berbeda-beda.
 Suatu varietas dianggap stabil apabila sifat-sifatnya tidak mengalami
perubahan setelah ditanam berulang-ulang, atau untuk yang
diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus, tidak mengalami
perubahan pada setiap akhir siklus tersebut.
 Varietas yang dapat diberi PVT harus diberi penamaan yang
selanjutnya menjadi nama varietas yang bersangkutan, dengan
ketentuan bahwa :
- Nama varietas tersebut terus dapat digunakan meskipun masa
perlindungannya telah habis;
- Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap
sifat-sifat varietas
- Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan
didaftarkan pada Kantor PVT
- Apabila penamaan tidak sesuai dengan ketentuan, maka
Kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta
penamaan baru; Apabila nama varietas tersebut telah
dipergunakan untuk varietas lain, maka pemohon wajib
mengganti nama varietas tersebut; Nama varietas yang diajukan
dapat juga diajukan sebagai merek dagang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

 Jangka Waktu dan Berakhirnya Hak Perlindungan Varietas Tanaman

Jangka waktu perlindungan PVT adalah 20 tahun untuk tanaman semusim dan
25 tahun untuk tanaman tahunan.

Hak PVT berakhir karena :


 berakhirnya jangka waktu;
 pembatalan;
 pencabutan.

 Hak dan Kewajiban Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman/PVT

Hak yang diperoleh pemegang PVT adalah hak untuk menggunakan dan
memberikan persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakan
varietas berupa benih dan hasil panen yang digunakan untuk propagasi. Ketentuan ini
berlaku juga untuk varietas turunan esensial yang berasal dari suatu varietas yang
dilindungi atau varietas yang telah terdaftar dan diberi nama, varietas yang tidak dapat
dibedakan secara jelas dari varietas yang dilindungi, dan varietas yang diproduksi
dengan selalu menggunakan varietas yang dilindungi. Hak untuk menggunakan
varietas tersebut meliputi kegiatan:

 memproduksi atau memperbanyak benih;


 menyiapkan untuk tujuan propagasi;
 mengiklankan;
 menawarkan;
 menjual atau memperdagangkan;
 mengekspor;
 mengimpor;
 mencadangkan untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam butir 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7.
Selain memperoleh hak sebagaimana dijelaskan di atas, pemegang hak PVT
juga mempunyai kewajiban sebagai berikut:
 melaksanakan hak PVT-nya di Indonesia;
 membayar biaya tahunan PVT;
 menyediakan dan menunjukkan contoh benih varietas yang telah
mendapatkan hak PVT di Indonesia.

 Pusat Perlindungan Varietas Pertanian dan Perijinan Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT. 140/10/2010


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian Pertanian maka terhitung
tanggal 1 Desember 2011, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Pusat Perizinan
Pertanian berubah menjadi Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan
Pertanian (Pusat PVTPP). Kantor PVT dan Perizinan Pertanian (PVTPP) menjadi
kantor yang ditunjuk untuk menangani pendaftaran PVT baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Kantor Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan
Pertanian (PVTPP) berada di bawah naungan Departemen Pertanian Republik
Indonesia.
Tidak Dianggap Sebagai Pelanggaran Hak Perlindungan Varietas Tanaman
apabila :
 Penggunaan sebagian hasil panen dari varietas yang dilindungi,
sepanjang tidak untuk tujuan komersial;
 Penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian,
pemuliaan tanaman, dan perakitan varietas baru;
 Penggunaan oleh Pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam
rangka kebijakan pengadaan pangan dan obat-obatan dengan
memperhatikan hak-hak ekonomi dari pemegang hak PVT.
 Prosedur Pendaftaran Perlindungan Varietas Pertanian/PVT di
Indonesia

Pendaftaran PVT dari dalam negeri bisa langsung mengajukan ke Pusat


Perlindungan Varietas Pertanian dan Perizinan Pertanian (PVTPP) atau melalui jasa
Konsultan PVT terdaftar. Adapun pendaftaran PVT yang tidak bertempat tinggal atau
berkedudukan tetap di wilayah Indonesia harus melalui Konsultan Perlindungan
Varietas Tanaman di Indonesia selaku kuasa.

Alur pendaftaran sebagai berikut :

1. Pemohon mengisi formulir permohonan hak PVT dan formulir


deskripsi varietas baru dengan melampirkan foto berwarna yang
memperjelas deskripsi (lampiran Permentan Nomor
121/Permentan/OT.140/11/2013) dan bukti pembayaran permohonan
hak PVT;
2. Permohonan yang lengkap dan benar akan diumumkan selama 6
(enam) bulan melalui Berita Resmi PVT yang dipublikasikan di kantor
Pusat PVTPP, majalah INFO PVT & PP, dan websitePusat PVTPP
(http://pvtpp.setjen.pertanian.go.id/). Selama masa pengumuman,
varietas diberikan perlindungan sementara;
3. Apabila selama enam bulan tidak terdapat pandangan dan/atau
keberatan dari pihak mana pun, pemohon harus mengajukan
permintaan pemeriksaan substantif paling lambat 1 (satu) bulan setelah
masa pengumuman selesai;
4. Pelaksanaan pemeriksaan substantif oleh Pusat PVTPP;
5. Klarifikasi hasil pemeriksaan substantif oleh Komisi PVT sebagai
dasar rekomendasi (pemberian/penolakan hak PVT) kepada Kepala
Pusat PVTPP;
6. Sertifikat Hak PVT diberikan kepada permohonan yang diterima;
7. Surat penolakan diberikan kepada permohonan yang ditolak;
8. Pengajuan banding dapat dilakukan oleh pemohon paling lambat 3
(tiga) bulan sejak tanggal pengiriman surat penolakan.

Pengumuman permohonan hak perlindungan varietas tanaman :

1. 6 bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT


2. 12 (dua belas) bulan setelah tanggal penerimaan permohonan hak PVT
dengan hak prioritas.

 Subjek Hak Perlindungan Varietas Pertanian/PVT

Sesuai dengan Pasal 5 UU Perlindungan Varietas Pertanian/PVT pemegang


hak PVT adalah pemulia atau orang atau badan hukum, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak PVT dari pemegang hak PVT sebelumnya. Jika suatu
varietas dihasilkan berdasarkan perjanjian kerja, maka pihak yang memberi pekerjaan
itu adalah pemegang hak PVT, kecuali diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan
tidak mengurangi hak pemulia. Jika suatu varietas dihasilkan berdasarkan pesanan,
maka pihak yang memberi pesanan itu menjadi pemegang hak PVT, kecuali
diperjanjikan lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pemulia

 Pengalihan Hak dan Lisensi Perlindungan Varietas Tanaman

Hak PVT dapat beralih atau dialihkan karena :


1. pewarisan;
2. hibah;
3. wasiat;
4. perjanjian dalam bentuk akta notaris; atau
5. sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang.

Pengalihan hak PVT harus disertai dengan dokumen PVT berikut hak lain
yang berkaitan dengan itu. Setiap pengalihan hak PVT wajib dicatatkan pada Kantor
PVT dan dicatat dalam Daftar Umum PVT dengan membayar biaya yang besarnya
ditetapkan oleh Menteri. Syarat dan tata cara pengalihan hak PVT diatur lebih lanjut
oleh Pemerintah. Pengalihan hak PVT tidak menghapus hak pemulia untuk tetap
dicantumkan nama dan identitas lainnya dalam Sertifikat hak PVT yang bersangkutan
serta hak memperoleh imbalan.
Pemegang hak PVT berhak memberi lisensi kepada orang atau badan hukum
lain berdasarkan surat perjanjian lisensi. Perjanjian lisensi harus dicatatkan pada
Kantor PVT dan dimuat dalam Daftar Umum PVT dengan membayar biaya yang
besarnya ditetapkan oleh Menteri. Dalam hal perjanjian lisensi tidak dicatatkan di
Kantor PVT sebagaimana dimaksud diatas, maka perjanjian lisensi tersebut tidak
mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga. Ketentuan mengenai perjanjian
lisensi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

 Upaya melindungi Perlindungan Varietas Tanaman/PVT

Upaya melindungi varietas tanaman hasil pemuliaan adalah:


1. Untuk perlindungan awal terhadap varietas tanaman hasil pemuliaan
dapat dilakukan melalui pendaftaran varietas.Pendaftaran
varietas tidak dikenakan biayadan akan menyatakan hubungan
hukum antara varietas yang bersangkutan dengan pemiliknya dan/atau
penggunanya.
2. Apabila potensi ekonomi atau bisnisnya cukup bagus, sebelum
dilakukan pelepasan varietas sebaiknya didaftarkan terlebih dahulu hak
PVT-nya. [5]Hal ini diperlukan mengingat syarat kebaruan dalam PVT,
dimana suatu varietas dianggap baru apabila pada saat penerimaan
permohonan hak PVT, bahan perbanyakan atau hasil panen dari
varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia atau sudah
diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah
diperdagangkan di luar negeri tidak lebih dari empat tahun untuk
tanaman semusim dan enam tahun untuk tanaman tahunan. Selain itu,
apabila suatu varietas baru dilindungi dengan PVT, maka
pemilik/pemegang hak PVT mempunyai kekuatan hukum untuk
melarang pihak lain menggunakan varietas tersebut tanpa seijin
pemilik/pemegang hak PVT.
3. Pelepasan varietas merupakan tahapan akhir yang perlu dilakukan
mengingat UU No. 12/1992 yang mengharuskan suatu varietas yang
akan diperjualbelikan/diedarkan/ diperdagangkan harus melalui
prosedur pelepasan varietas.

Varietas tanaman yang diberikan perlindungan hukum harus mendapat penamaan


yang selanjutnya menjadi nama varietas tanaman yang bersangkutan dengan ketentuan :
1. Nama varietas tanaman tersebut tetap dapat digunakan meskipun masa
perlindungan telah habis.
2. Pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat
varietas
3. Penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT) dan didaftarkan pada kantor Perlindungan Varietas
Tanaman (PVT)
4. Apabila penanam tidak sesuai dengan ketentuan butir b, maka kantor
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) berhak menolak penamaan
tersebut dan meminta penamaan baru
5. Apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan oleh varietas lain, maka
pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut.
6. Nama varietas yang diajukan sebagai merek dagang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai