Anda di halaman 1dari 59

BAHAN BAKAR DAN TEKNIK

PEMBAKARAN
Pertemuan 1

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Listrik yang dihasilkan oleh PLTU adalah merupakan hasil yang diperoleh
dari proses merebus air (pada suhu tinggi) menjadiuap, yang selanjutnya
memutar generator. Energi yang dipakai untuk merebus air berasal dari
bahan bakar (minyak, batu bara, atau gas).

Jadi, untuk dapat mengoperasikan PLTU secara optimal, berarti termasuk


didalamnya proses pembakaran bahan bakar, proses pembuatan uap
(boiler), proses kondensasi dan lain-lain, harus berlangsung dengan baik/
sempurna. Proses-proses diatas merupaka proses kimia dan fisika, oleh
karena itu perlu diketahui sifat kimia dan fisika dari bahan-bahan yang
dipergunakan di PLTU antara lain, bahan bakar (minyak, gas dan batu
bara), minyak (minyak lumas, minyak trafo)

3
• Harapan Bahan Bakar :
1. mudah ditangani
2. tidak korosi terhadap logam
3. proses pembakaran baik
4. stabil pada saat penyimpanan
5. mempunyai nilai kalor yang tinggi

4
Sekilas Mengenai Kimia

Unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang
lebih sederhana dengan cara kimia biasa

SIMBOL

Satu Huruf Dua Huruf

O = Oksigen Na = Natrium
C = Karbon Ca = Kalsium
N = Nitrogen Ba = Barium

5
UNSUR-UNSUR PENTING DALAM
BAHAN BAKAR
Nama Simbol Berat Atom
Karbon C 12
Hidrogen H 1
Oksigen O 16
Nitrogen N 14
Belerang (Sulfur) S 32
Fosfor P 31
Kutor Cl 35,5
Barium Ba 137
Kalsium Ca 40
Natrium Na 23
Vanadium V 51
Besi (Ferum) Fe 55,5
Nikel Ni 59
Seng Zn 65,4
Timah Hitam (Timbal) Pb 207
Kalium K 39
Silika Si 28
Tembaga Cn 63,5
Bismut Bi 209
Magnesium Mg 24
Mangan Mn 55
6
SENYAWA ADALAH ZAT MURNI YANG DISUSUN
OLEH 2 UNSUR ATAU LEBIH

ASAM BASA GARAM

Hcl = Asam Khlorida NaOH = Natrium Hidroksida NaCl = Natrium Hidroksida


HNO3 = Asam Nitrat Ca(OH)2 = Kalsium Hidroksida K2SO4 = Kalium Sulfat
H2SO4 = Asam Sulfat K(OH) = Kalium Hidroksida BaCO3 = Barium Karbonat
H2CO3 = Asam Karbonat Ba(OH)2 = Barium Hidroksida Na2SO4 = Natrium Sulfat
H3PO4 = Asam Fosfat AgOH = Farak Hidroksida CaCl2 = Kalsium Khlorida
H2 S = Asam Sulfida Fe(OH)2 = Besi (II )Hidroksida Ca(NO3) = Kalsium Nitrat

7
Pertemuan 2
MOLEKUL = Bagian terkecil dari senyawa

Berat Molekul = Jumlah berat atau unsur penyusun senyawa


Berat Molekul Air H2O
= 2 x B.A.H + 1 x B.A.O
= 2 x 1 + 1 x 16 = 18
Berat Molekul CaCO3
= 1 x BA.Ca + 1 x BA.C + 3 x BA.O
= 1 x 40 + 1 x 12 + 3 x 16 = 100
Berat Molekul NaOH
= 1 x BANa + 1 x BA.O + 1 x BA.H
= 1 x 23 + 1 x 16 + 1 x 2 = 40
Berat Molekul H2SO4
= 2 x BA H + 1 x BA.S + 4 x BA.O
= 2 x 1 + x 32 + 4 x 16 = 98

9
Mol = Banyaknya Senyawa ( g )
Berat Molekul ( Berat Atom)

1 Mol C = 12 g
1 Mol NaOH = 40 g
1 Mol CaCO3 = 100 g
1 Mol H2SO4 = 98 g
1 Mol NaOH = 40 g

C + O2  CO2 (Reaksi seimbang)


C + O2  CO (Tidak seimbang)
2C = O2  2CO (Reaksi seimbang)
p.A + qB  nC + mD
A, B = Zat Pereaksi
C, D = Zat Hasil Reaksi
p, q, n & m = Koefisien Reaksi

10
Konsentrasi Larutan

Catatan : grek = gram ekivalen


Untuk asam, 1 grek asam = (1/(jumlah H+)) mol asam
1 grek basa = (1/(jumlah OH-)) mol basa
1 grek garam = (1/(jumlah garam)) mol garam
Pertemuan 3
Definisi Bahan Bakar

Bahan bakar adalah zat yang dapat dibakar dengan


cepat bersama udara (oksigen) dan akan menghasilkan
panas. Oleh karena itu bahan bakar harus mengandung
satu atau lebih unsur yang dapat terbakar.

Biasanya unsur-unsur pokok dalam bahan bakar adalah


karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), belerang (S),
nitrogen (N). Selain itu bahan bakar juga mengandung
logam-logam mineral, yang merupakan ikutan dari
tambang seperti, natrium (Na), besi (Fe), aluminium
(Al), mangan (Mn), Silika (Si), Vanadium (V), Kalsium
(Ca), Timah hitam (Pb), dsb.

13
JENIS BAHAN BAKAR

BAHAN BAKAR

PADAT CAIR GAS

ALAM BUATAN ALAM BUATAN ALAM BUATAN

Kayu Arang Minyak Bumi Terbatubara Gas Alam Gas Batubara


Gambut Kokas (Bensin) Minyak Distilasi
Batubara Briket (Solar)
(HSD)
(IDO)
(Residu)

14
Pertemuan 4

BAHAN BAKAR CAIR


PENYULINGAN MINYAK BUMI

16
• Kilang minyak di Indonesia :
1. Pelembang
2. Balikpapan
3. Cilacap
4. Pangkalan Berandan
5. Dumai
6. Cepu
Bahan bakar cair (minyak residu) yang dipakai sebagai bahan bakar PLTU adalah merupakan
hasil pengolahan minyak bumi secara distilasi bertingkat. Adapun fraksi minyak bumi adalah
sebagai berikut

NO NAMA FRAKSI TITIK DIDIH (ºF) KOMPOSISI PENGGUNAAN

Gas alam, bahan bakar gas


1. Gas hidro Karbon C1 - C4
dalam tabung
2. Petroleum eter sampai 160 C5 - C6 Pelarut, minyak cat, pembersih
3. Gasolin (bensin) 160 - 400 C7 - C8 Bahan bakar motor, pelarut
Minyak untuk penerangan,
4. Kerosin (minyak tanah) 400 - 575 C9 - C15 bahan bakar diesel bahan bakar
jet, bahan perengkahan
5. Minyak ringan (light oil) 575 - 850 C16 - C30 Minyak lumas, minyak trafo
6. Minyak berat (heavy oil) 850 - 1100 C30 - C50 Minyak bakar, minyak lumas
7. Residue > 1200 > C80 Ter, aspal, lilin, pengawet kayu

18
Bahan Bakar Minyak :
 Bensin

 Solar (HSD)
adalah Automotive Diesel Oil, yaitu bahan bakar untuk
mesin diesel putaran tinggi

 Minyak Diesel (IDO)


Adalah industrial diesel oil untuk bahan bakar mesin
diesel putaran menengah dan rendah

 Minyak Bakar (Residu)


(MFO) ≈ Marine Fuel Oil

19
SOLAR
Sebenarnya solar merupakan istilah umum untuk menyatakan praksi minyak bumi
dengan jarak titik didihnya antara kerosin dan minyak pelumas 250ºC - 300ºC,
tetapi batas yang pasti dari minyak jenis ini tak dapat ditentukan. Bensin yang
bermutu baik dapat diperoleh dari solar dengan jalan merengkah memakai
katalis. Komponen-komponen solar dapat diperoleh dengan jalan :
 Penyulingan langsung minyak bumi
 Proses dari perengkahan katalitik
 Penggunaannya : Bahan bakar untuk mesin diesel mobil.

MINYAK BAKAR (FUEL OIL)


Pada umumnya minyak bakar ini terdiri dari sisa penyulingan asmoferik dan
penyulingan hampa, juga dapat diperoleh dari sisa-sisa proses perengkahan,
biasanya dicampur dengan minyak pengencer untuk memenuhi syarat spesifikasi
titik tuang dan kekentalannya.
Penggunaannya :
 Bahan bakar industri
 Bahan bakar pembangkit tenaga

20
Pertemuan 5

SPESIFIKASI BAHAN BAKAR


Minyak Solar (HSD)
BATASAN METODE TEST
SIFAT
MIN MAX ASTM LAIN

Specific Gravity at 60/60ºF 0.820 0.870 D - 1298


Colour ASTM 3.0 D - 1500
Cetana Number or 45 D - 613
Alternatively Calculated
Cetana Index 48 D - 976
Viscosity Kinematic at 100ºF cS 1.6 5.8 D - 445
or Viscosity SSU at 100ºF secs 35 45.0 D - 88
Pourpoint ºF 65 D - 976
Sulphur Content % wt 0.5 D - 1551/1552
Copperstrip Corrosion, No.1 D - 130
(3 hrs/100º)
Conradson Carbon Residue
(on 10% vol. bottom) 0.1 D - 189
Water Content % vol 0.05 D - 95
Sediment % wt 0.01 D - 473
Ash Content % wt 0.01 D - 82

Neutralization Value
Strong Acid Number mg KOH/gr Nil D - 974
Total Acid Number mg KOH/gr 0.6
Flashpoint P.M. C.C. ºF 150 D - 93

Distillation
Recovery at 300ºC % vol 40

22
Minyak Bakar (MFO/ Marine Fuel Oil)

BATASAN METODE TEST


SIFAT
MIN MAX ASTM LAIN

Specific Gravity at 60/60ºF 0.990 D - 1298


1)
Viscosity Redwood 1/100ºF secs 400 1250 D - 445 IP - 70
Pourpoint ºF 80 D - 97
Calorific Value Gross BTU/lb 18000 D - 240
Sulphur Content % wt 3.5 D - 1551/1552
Water Content % vol 0.75 D - 95
Sedimen 0.15 D - 473

Neutralization Value

Strong Acid Number mg KOH/gr Nil


Flashpoint P.M. ºF 150 D - 93
Conradson Carbon Residue % wt 10 D - 189

23
SIFAT BEBERAPA MINYAK BAKAR DI NEGARA ASEAN

SINGAPORE MALAYSIA THAILAND PHILIPPINA INDONESIA

Density @ 15ºC Kg/I Max. 0.975 0.990 0.990 0.975 0.990 0.990 0.975 0.975 0.978 0.990
V.K. @ 50ºC cSt Min. 35 67 135 30
Max. 58 180 380 80 180 380 80 160 75 80 180
Sulphur %M Max. 2.0 4.0 4.0 3.5 3.9 3.5 3.0 3.2 2.5 1.5 3.5
Pour Point ºC Max. 21 21 21 21 24 27 21 24 21 24
Cal. Value Gross MJ/Kg Min. 43.0 - - 42.7 42.4 41.9 - 39.8 41.9
Flash Point PM.CCºC Min. 68 62 62 68 68 66 68 68 62 62 65
Water %V Max. 0.75 1.0 1.0 0.75 0.75 0.5 0.5 0.5 0.75 0.75 0.75
Sediment %M Max. 0.15 0.25 0.25 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
Vanadium (V2O5) mg/Kg Max. 75 - - 75 - 150
Strong Acid Number mg/KOH/g Nil Nil Nil Nil
Carbon R. Ramsbottom %M Max. - 14 14
Carbon R. Conradson %M Max. 12
Sodium mg/Kg Max. 100
Ash %M Max. - 0.1 0.1

24
Pertemuan 6
Bilangan Oktan (Octane Number)
• Bilangan oktan (octane number) merupakan ukuran dari
kemampuan bahan bakar untuk mengatasi ketukan sewaktu
terbakar dalam mesin. Nilai bilangan oktan 0 ditetapkan untuk n-
heptana yang mudah terbakar, dan nilai 100 untuk isooktana yang
tidak mudah terbakar. Suatu campuran 30% nheptana dan 70%
isooktana akan mempunyai bilangan oktan:
= (30/100 x 0) + (70/100 x 100)
= 70

• Bilangan oktan suatu bensin dapat ditentukan melalui uji


pembakaran sampel bensin untuk memperoleh karakteristik
pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian dibandingkan
dengan karakteristik pembakaran dari berbagai campuran n-
heptana dan isooktana. Jika ada karakteristik yang sesuai, maka
kadar isooktana dalam campuran n-heptana dan isooktana tersebut
digunakan untuk menyatakan nilai bilangan oktan dari bensin yang
diuji.
Fraksi bensin dari menara distilasi umumnya mempunyai bilangan
oktan ~70. Untuk menaikkan nilai bilangan oktan tersebut, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan:
• Mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi bensin menjadi
hidrokarbon rantai bercabang melalui proses reforming Contohnya
mengubah n-oktana menjadi isooktana.

• Menambahkan hidrokarbon alisiklik/aromatik ke dalam campuran


akhir fraksi bensin.
• Menambahkan aditif anti ketukan ke dalam bensin untuk
memperlambat pembakaran bensin. Dulu digunakan senyawa
timbal (Pb). Oleh karena Pb bersifat racun, maka penggunaannya
sudah dilarang dan diganti dengan senyawa organik, seperti etanol
dan MTBE (Methyl Tertiary Butyl Ether).
CETANE NUMBER
Yaitu suatu uji untuk mesin diesel.

Diesel High Speed --> C.N --> 52 – 54


Sp.Sd --> 0.84
S --> 0.5%
Pertemuan 7

BAHAN BAKAR PADAT


(BATUBARA)
Klasifikasi Batu Bara
Batu bara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan karena
adanya panas matahari saat awal geologi. Tumpukan
tumbuh-tumbuhan karena pengaruh alam, tertimbun
tanah dan kotoran-kotoran, sehingga kontak dengan
udara luar menjadi tertutup.

Dalam kurun waktu yang panjang tumpukan tumbuhan


itu terpengaruh oleh air, panas dan tekanan, sehingga
zat-zat organik dan selulosa berubah menjadi Carbon
dan Hydrogen. Secara bertahap pada kondisi ini kayu
berubah menjadi peat, brown coal, lignit, sub bituminus,
bituminus dan antracite.

30
Batu bara dapat diklasifikasi dalam beberapa tingkat
menurut rankingnya, yaitu :
₋ Antracit
₋ Bituminus
₋ Sub Bituminus
₋ Lignit

Dengan mengacu pada hasil analisis, fixed carbon,


nilai kalor, volatile matter, kita dapat membedakan
setiap jenis batu bara sesuai tingkatannya.

31
PERTEMUAN 8
Analisis Batu Bara
TOTAL MOISTURE
Kadar air dalam batu bara terdapat dalam 2 bentuk, yaitu:
 Free Moisture atau Surface Moisture
Kadar air ini terdapat pada permukaan/ bagian luar batu bara, dapat dihilangkan dengan
mengangin-anginkan di udara terbuka dalam ruangan tertutup pada suhu kamar.
 Inherent Moisture
Kadar air ini tertambat pada struktur bagian dalam batu bara, dapat dihilangkan dengan
memanaskan di dalam alat pengering pada temperatur 105-110 °C dalam suasana non oksidan.

KADAR ABU
Abu merupakan zat yang tidak dapat terbakar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
aslinya dan lapisan tanah, lumpur, batuan yang masuk ke dalam tumpukan batu bara
tersebut.

VOLATILE MATTER
Yaitu zat gas yang mudah menguap, berupa methane, acetyline, hydrogen dan
senyawa hidrokarbon lainnya. Volatile matter sangat berperan dalam proses
penyalaan batu bara. Batu bara yang mempunyai volatile matter tinggi akan semakin
mudah terbakar.

33
FIXED CARBON
Fixed carbon merupakan carbon yang tertambat dalam batubara yang tidak ikut menguap saat
pemanasan dan tersisa setelah kadar air. Volatile matter dan kadar abu.

GRINDABILITY INDEX (HGI)


HGI ditentukan untuk mengukur tingkat kesulitan didalam menggiling batubara. Tingkat kesulitan
dinyatakan dalam suatu angka. Makin tinggi angka tersebut berarti makin lunak, sebaliknya bila
makin rendah angka tersebut berarti batubara itu makin keras atau makin sulit untuk digiling.

NILAI KALOR
Nilai kalor merupakan hasil pembakaran (oksidasi) bahan bakar. Dengan mengetahui hasil
analisis nilai kalor kita dapat menghitung neraca kalor dari suatu ketel, sehingga kita dapat
menghitung efficiency ketel.

BERAT PER KUBIC (BERAT JENIS)


Berat jenis batubara ditentukan untuk menghitung total berat batubara yang digunakan selama
proses operasi, karena alat ukur yang tersedia berupa satuan volume.

TOTAL CARBON
Carbon dalam ultimate analisis merupakan totalnya, yang berasal dari volatil matter, aciltelyne
(C2H2), methan (CH4), CO dan Hydrocarbon lainnya, maupun fixed carbon (carbon tertambat)
yang tidak ikut menguap saat dipanaskan pada suhu tinggi (950ºC).

34
ASH FUSION
Abu dari setiap batubara mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda, baik titik lelehnya (ash
fusion) maupun susunan kimianya.
Dengan mengacu pada hasil analisis titik leleh abu kita dapat menyimpulkan apakah abu
tersebut akan meleleh dalam ruang bakar atau tidak.
Dari data-data analisis diatas dapat disimpulkan bahwa abu tidak akan meleleh dalam ruang
bakar, karena ash fusionnya 1350 - 1620ºC diatas suhu gas keluar furnance (1230ºC) pada beban
puncak.

HYDROGEN
Hydrogen dalam batubara merupakan zat yang tidak berguna. Hydrogen akan bereaksi dengan
oksigen dari dalam batubara itu sendiri membentuk air (H2O), dengan menghasilkan panas
34000 Kcal/Kg H2 sebelum batubara tersebut digunakan dalam proses pembakaran dalam ketel.
Kejadian ini sering kita lihat dimana batubara terbakar dengan sendirinya ketika masih berada
dalam penimbunan di stock area.

NITROGEN
Nitrogen dalam batubara tidak berguna sama sekali. Pada saat pembakaran nitrogen akan
terosidasi membentuk gas NO2/NOx. Gas ini merupakan sumber pencemar udara.
N + O2 == NO2
Gas ini akan teremisi ke udara dan membentuk asaam saat hujan

35
ELEMENT-ELEMENT DALAM ABU BATUBARA

Element-element batubara dapat berupa oksidasi dari besi (Fe2O3), aluminium (Al2O3), calsium
(CaO), magnesium (MgO), sodium (Na2O), potasium (K2), titanium (TiO2), silica (SiO2), dan
phosphor (P2O5). Berdasarkan pada data-data hasil analisis dapat kita evaluasi kemungkinan
terbentuknya slagging dalam ruang bakar.
Apabila ratio basa dan asam dari oksida elemen-elemen tersebut berkisar antara 0,4 – 0,7 maka
akan sangat potensial membentuk slogging didalam ruang bakar.

KLASIFIKASI BATUBARA

ULTIMATE-DRYASH AIR - DRY


PROXIMATE ARDRY BASIS
JENIS FREE BASIS CV (Net)
%C %H %O %MN SHINE % V.M % ASH Cal/ g kj/kg

Peat 60 6 34 20 70/60 1/10 3500 14.650


Lignite 70 8 22 15 50/40 8/12 5000 20.900
Sub bituminius coal 75/82 6/5 20/12 10 40/30 5/10 5500 23.000
Bituminius coal 82/90 6/4.5 12/3 2 35/20 5 7750 32.440
Semi anthracite 91/93 4 4 1 10 5 8000 33.490
Anthracite 94 3 2 1 8 3 8000 33.490

Coke 95 1 2 2 8 7 7300 36.560

36
Pertemuan 9
METODE ANALISIS BATU BARA
Typical Analytical Data for the Range of Coals, and Coke

A rough preliminary grouping is given in table above, peat ang lignite are no
metallurgical importance, but where available in.
Pertemuan 10

BAHAN BAKAR GAS


KARAKTERISTIK GAS BUMI

Gas bumi merupakan hidrokarbon gas dengan berbagai senyawa pengotor atau
kontamian, diantaranya uap air, senyawaan sulfida, hidrokarbon yang lebih berat,
dan lain-lain. Campuran hidrokarbon tersebut umumnya terdiri dari metana,
etana, propane, butana, pentana dan sejumlah kecil heksana, heptana, oktana dan
fraksi yang lebih berat. Gas bumi tidak berwarna dan tidak berasa. Komposisi gas
bumi dari tiap-tiap sumber berbeda-beda meskipun berasal dari reservoar yang
sama. Perbedaan ini akan mengakibatkan adanya sifat gas bumi yang bervariasi.

Demi keamanan, penambahan senyawa odoran sangatlah penting, yaitu suatu


senyawa kimia yang dapat memberikan bau pada gas bumi apabila terjadi
kebocoran gas. Odoran yang biasa digunakan diantaranya adalah senyawa
mekaptan (RSH). Odoran ini sangat penting peranannya, terutama apabila terjadi
kebocoran dapat segera dideteksi sebelum sampai pada tingkat yang
membahayakan.

42
STRUKTUR MOLEKUL DARI BEBERAPA KOMPONEN GAS BUMI DAPAT
DILIHAT PADA GAMBAR 1

43
CONTOH KOMPOSISI GAS BUMI

KOMPONEN SIMBOL RUMUS KIMIA KONSENTRASI (%)


Metana C1 CH4 88,47
Etana C2 C2 H6 2,33
Propana C3 C3 H8 1,10
i-Butana i-C4 C4 H10 0,24
n-Butana n-C4 C4 H10 0,25
i-Pentana i-C5 C5 H12 0,13
n-Pentana n-C5 C5 H12 0,09
Kesana C6 C6 H14 0,07
Nitrogen - N2 0,49
Karbon dioksida - CO2 6,83

44
Pertemuan 11
KOMPONEN PEMBAKARAN

• Komponen pembakaran gas bumi terdiri dari 3 komponen


yang penting untuk terjadinya pembakaran, yaitu : bahan
bakar, oksigen dan sumber api, biasa disebut sebagai segitiga
api, seperti terlihat pada gambar di bawah. Gas bumi akan
terbakar pada suhu antara 1100 atau 1200 °F. Bila salah satu
dari tiga komponen tersebut ditiadakan, maka pembakaran
dapat dicegah atau pembakaran akan terhenti.
• Tetapi baru-baru ini diketahui bahwa ternyata komponen
pembakaran bukan segitiga tetapi tetrahedron, dengan
adanya tambahan satu komponen penting lain, yaitu reaksi
kimia, reaksi kimia yang terjadi antara bahan bakar dan
oksigen untuk menghasilkan panas.
• Gambaran dari tetrahedron api dapat dilihat pada gambar
berikut :
• Jadi terlihat disini ada nilai maksimum dan minimum
perbandingan bahan bakar terhadap oksigen yang
memungkinkan terjadinya pembakaran.
• Jika terlalu banyak oksigen, kurang bahan bakar untuk
menyala. Jika terlalu banyak bahan bakar, maka oksigen akan
berkurang untuk mendukung penyalaan.
• Persentase minimum dari bahan bakar yang diperlukan untuk
pembakaran disebut ‘Lower Explosive Limit” (LEL) disebut
juga “Lower Flammable Limit” (LFL). Persentase maksimum
dari bahan bakar yang menunjukkan pembakaran disebut
“Upper Explosive Limit” (UEL) disebut juga “Upper Flammable
Limit”.
NILAI KALOR GAS BUMI
Pertemuan 12

TEKNIK PEMBAKARAN
Reaksi-reaksi dalam proses pembakaran sebagai berikut :

C + O2 CO2 + 14000 BTU/lb


2C + O2 2CO + 4000 BTU/lb
2H2 + O2 2H2O + 62000 BTU/lb
S + O2 SO2 + 4000 BTU/lb
CH4 + 202 CO2 + 2H2O + 23800 BTU/lb
2CO + O2 2CO2 + 4345 BTU/lb

Secara teori, pembakaran sempurna dicapai apabila hasil-hasil pembakaran


sudah tidak dapat dibakar lagi untuk mendapatkan energi atau semua
karbon (C), dalam bahan bakar telah dirubah menjadi karbon dioksida (CO2)

51
KIMIA PEMBAKARAN (COMBUSTION CHEMISTRY)
PEMBAKARAN SEMPURNA

Untuk mencapai pembakaran yang mendekati sempurna (pembakaran yang optimal) adalah perlu
diperhatikan yaitu :

a. Bahan bakar

b. Kebutuhan oksigen untuk pembakaran

c. Tiga faktor yaitu waktu, turbulensi dan suhu (WTS)

Dalam operasi rutin yang memungkinkan dikontrol adalah mengenai kwalitas bahan (analisa) dan
kebutuhan oksigen untuk pembakaran. Kebutuhan oksigen ini dapat dilihat dari kelebihan oksigen untuk
pembakaran (excess air). Ini didapat dari perhitungan teoritis oksigen dibutuhkan untuk pembakaran
sempurna dan ditambah sedikit kelebihan ± 2,5%.
REAKSI PEMBAKARAN

(1) H2 + ½O2  H2O (uap) +57810 Kcal/mol


(2) H2 + ½O2  H2O (cair) +68360 Kcal/mol
(3) C + ½O2  CO +29430 Kcal/mol
(4) CO + ½O2  CO2 +68220 Kcal/mol
(5) C + O2  CO2 +97650 Kcal/mol
(6) CO2 + C  2CO -38790 Kcal/mol
(7) C + H2O  CO + H2 -28380 Kcal/mol
(8) CH4 + 2O2  CO2 + 2H2O + 192400 Kcal/mol
(9) C2H2 + 2½O2  2CO2 + H2O +312400 Kcal/mol
(10) C2H2 + 3O2  2CO2 + 2H2O +345800 Kcal/mol
(11) H2S + 1½O2  H2O + SO2 +124850 Kcal/mol
(12) S + O2  SO2 +69800 Kcal/mol
Pertemuan 13
MENGHITUNG KEBUTUHAN UDARA

Tahapan-tahapan untuk menghitung udara pembakaran,


1. Tulis reaksi tiap unsur bahan bakar dengan ooksigen
2. Ubah (%) analisa bahan bakar menjadi berat, dengan menganggap
bahan bakar yang dianalisa 100 kg
3. Ubah berat menjadi mol
4. Hitung O2 dalam tiap reaksi unsur bahan bakar dalam proses
pembakaran
5. Ubah mol O2 menjadi volume 1 mol gas = 22,4 liter
6. Hitung volume udara berdasarkan O2 yang dibutuhkan udara =
79% N2 + 21% O2
CONTOH MENGHITUNG
C =
KEBUTUHAN UDARA
50 = 4.166
12
Cara menghitung kebutuhan oksigen untuk pembakaran sempurna sebagai berikut :
H2 = 6 = 3,00
Bahan bakar dengan analisa :
C = 50% (berat) 2
H2 = 6% O2 = 43 = 1,25
O2 = 43%
32
N2 = 0,3%
S = 3% N2 = 0,3 = 0,01
Abu = 0,6% 3

S 100
Komposisi bahan bakar dalam mol (dalam = kg bahan
28 = 0,09
bakar).
32

C = 50 = 4.166 Reaksi yang terjadi


12
C + O2 CO2 ....... (1)
H2 = 6 = 3,00
2 2H2 + O2 2H2O ....... (2)
O2 = 43 = 1,25 N2 + 2O2 2NO2 ....... (3)
32
S + O2 SO2 ....... (4)
N2 = 0,3 = 0,01
3

S = 28 = 0,09
32

Reaksi yang terjadi 58


C + O2 CO2 . . . . . . . (1)
Sesuai dengan Dulong, oksigen yang ada dalam bahan bakar akan bereaksi terlebih
dulu dengan hidrogen yang ada dalam bahan bakar dengan perbandingan 2 : 1. Sisa
hidrogen ini baru bereaksi dengan oksigen dari udara.
Jadi dalam pembakaran oksigen dibutuhkan sesuai reaksi adalah :
Maka sesuai reaksi diatas, maka O2 dibutuhkan adalah :

59

Anda mungkin juga menyukai