Anda di halaman 1dari 15

ANALISA KINERJA ELECTROSTATIC

PRECIPITATOR (ESP) BERDASARKAN BESARNYA


TEGANGAN DC YANG DIGUNAKAN TERHADAP
PERUBAHAN EMISI DI POWER BOILER INDUSTRI
PULP AND PAPER
Noza Afrian*, Firdaus**, Edy Ervianto**

*Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293, Indonesia
Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau
E-mail: noza.afrian@yahoo.com

ABSTRACT

Coal-fired power plant can be a source of air pollution if the combustion of coal
is not handled properly. The ash from the combustion of coal in a boiler to
produce fly ash and bottom ash. Based on this condition, required tools to reduce
or control the fly ash. The most effective tool to be used is the electrostatic
precipitator (ESP). This observation purposes to Analyze the performance of ESP
by the magnitude of the DC voltage used and able to improve the performance of
ESP based on the magnitude of the voltage used to changes in emissions. Based
on the observations made that the greater the emissions into the ESP, the greater
the voltage, which is the actual maximum voltage of 70 kV and a maximum
emission incoming (135 mg/Nm ), as well as the efficiency of ESP is
3
also
influence by the voltage generated, the greater the voltage generated then the
efficiency would be increase.

Keywords: Electrostatic precipitator (ESP), voltage, emissions


1. PENDAHULUAN akan kebutuhan listrik meningkat. Pada
Pencemaran udara merupakan salah saat ini di Indonesia pembangkit listrik
satu pencemaran yang dikategorikan yang paling banyak digunakan adalah
sebagai pencemaran yang sangat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
berbahaya dan memberikan dampak yang Hal ini dikarenakan di Indonesia masih
cukup besar. Hal ini dikarenakan partikel banyak terdapat tambang batubara,
polutan dari pencemaran ini berukuran minyak bumi dan gas bumi. Namun,
sangat kecil sehingga tidak disadari oleh yang lebih banyak digunakan adalah
masyarakat. Berdasarkan wujud fisiknya, batubara, karena jumlahnya masih cukup
pencemar-pencemar yang terdapat di banyak dibanding dengan minyak bumi
udara tidak hanya berupa gas atau uap, dan gas bumi.
melainkan dapat juga benda-benda padat Batubara adalah mineral organik yang
sebagai partikel, yaitu berupa debu, asap dapat terbakar, terbentuk dari sisa
dan bau. tumbuhan purba yang mengendap dan
Bertambahnya perindustrian yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses
muncul saat ini menyebabkan tuntutan fisika dan kimia yang berlangsung
Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 1
selama jutaan tahun, sehingga batubara mengandung unsur kimia yang tidak baik
termasuk dalam kategori bahan bakar bagi lingkungan. Adapun abu hasil
(1)
fosil . Sehubungan dengan itu maka pembakaran batubara dalam ruang bakar
kelestarian lingkungan sekitarnya harus menghasil Fly ash (Abu terbang) dan
tetap diperhatikan, karena PLTU dengan Bottom ash (Abu dasar).
bahan bakar batubara dapat menjadi Adapun faktor yang mempengaruhi
(3)
sumber polusi udara apabila sisa penangkapan debu , yaitu:
(4)
pembakaran batubara tidak ditangani a. Resistifitas Partikel
dengan baik. Abu sisa pembakaran Resistifitas partikel, suatu ukuran
batubara ini merupakan partikel kecil resistansi partikel terhadap listrik,
yang besarnya sebagian besar sekitar 10 yang merupakan indikator kecepatan
(2)
µm . migrasi partikel. Resistifitas sangat
Adapun abu hasil pembakaran penting dalam mempengaruhi
batubara dalam boiler menghasilkan abu efisiensi ESP. Satuan untuk
terbang (Fly ash) dan abu dasar (Bottom resistifitas adalah Ω.cm. Adapun
ash). Abu terbang disebut fly ash adalah persamaan resistifitas partikel, yaitu:
material yang tidak bisa terbakar habis 𝐴
𝜌=𝑅 � (1)
dan yang ikut terbawa terbang oleh gas
panas. Sedangkan, Abu Dasar (Bottom Dimana:
𝜌 = Resistifitas (Ω.cm)
ash) adalah material sisa pembakaran
batubara yang tidak terbawa oleh gas R = Tahanan (Ω)
panas. Abu terbang hasil pembakaran A = luas penampang (𝑐� )
2
batubara umumnya dilepaskan ke � = Panjang penghantar (cm)
atmosfir tanpa adanya pengendalian, Nilai resistifitas bahan secara umum
sehingga dapat menimbulkan berada diantara 10 sampai
−3
pencemaran udara. Oleh karena itu 10
diperlukan adanya perhatian terhadap 14
Ω-cm, sedangkan nilai resistivitas
lingkungan dan pengendalian partikel yang baik utuk ESP adalah
pencemaran terhadap abu terbang 10 - 10 Ω-
tersebut sebelum dilepaskan ke alam. 7 10
Berdasarkan hal tersebut maka cm.
diperlukan alat untuk mengurangi atau b. Ukuran Partikel
mengkontrol abu terbang. Alat yang Semakin besar ukuran partikel
paling efektif untuk digunakan adalah debu, semakin besar kemungkinan
electrostatic precipitator (ESP). ion gas menabraknya sehingga
Berdasarkan latar belakang di atas semakin besar muatan yang
maka akan dilakukan observasi dengan dimilikinya. Dengan demikian
judul Analisa Kinerja Electrostatic kecepatan partikel untuk bergerak ke
Precipitator (ESP) Berdasarkan Besarnya elektroda positif (collecting plate)
Tegangan DC Yang Digunakan Terhadap akan semakin cepat. Ini berlaku
Perubahan Emisi Di Power Boiler PT. untuk partikel yang berukuran lebih
RPE. dari 1 mikrometer
c. Pengaruh Temperatur
2. LANDASAN TEORI Jika temperature naik maka
kuat medan listrik akan turun dan
2.1 Debu
Debu merupakan partikel yang kecil daya penangkapan debu akan
dimana sangat mudah terbawa oleh turun sehingga efisiensi ESP
udara. Pada PLTU dimana proses akan turun.
pembakaran batubara pada ruang bakar d. Pengaruh Spark
menghasilkan abu yang masih Spark dapat timbul jika
lapisan debu pada permukaan
collecting electrode terlalu tebal.
2.2 Flue Gas System b. Collecting plate system terdiri dari
Flue Gas system adalah bagian yang collecting plate dan discharge
sangat penting untuk menjaga agar PLTU electrode setelah mendapatkan arus
tidak menyebabkan polusi berlebihan tegangan tinggi akan timbul medan
kepada lingkungan. magnet dan collecting plate akan
berfungsi sebagai pengumpul atau
2.3 Electrostatic Precipitator (ESP) collection ash, karena setelah ash
Electrostatic precipitator atau yang atau abu yang keluar dari boiler dan
disebut ESP adalah suatu alat yang masuk kedalam ESP maka abu
berfungsi sebagai alat penangkap abu tersebut akan terurai menjadi
atau Ash collection pada industri dan partikel-partikel yang akan
berfungsi untuk mengurangi polusi yang menempel pada permukaan dinding
ditimbulkan oleh hasil pembakaran collecting plate.
batubara dalam furnace.

(9)
Gambar 2.2 Collecting plate
Gambar 2.1 Electrostatic
Precipitator

2.3.1 Prinsip Kerja ESP


Prinsip kerja ESP adalah gas
buang yang keluar dialirkan melalui inlet
ESP kemudian dilewatkan collecting
plate system yang sudah diberi muatan
listrik sehingga abu akan menempel pada
dinding collecting plate, dilakukan
pengetukan oleh rapping system dan abu
akan jatuh kedalam hopper, setelah itu
gas buang menjadi bersih dan terpisah Gambar 2.3 Discharge Electrode
(10)
dari abu, kemudian gas tersebut akan
(5)
keluar melalui stack . c. Rapper atau rapping system ini
berfungsi sebagai pemukul atau
2.3.2 Komponen Utama ESP pembuat getaran yang mana setelah
Adapun masing-masing abu menempel pada permukaan
komponen dan fungsinya adalah sebagi collecting plate maka dipukul
berikut : menggunakan rapping system,
a. Transformer berfungsi sebagai sehingga abu yang menempel di
pemberi daya arus listrik
dinding collecting plate akan jatuh
bertegangan tinggi pada collecting
kedalam hopper.
plate system dari listrik yang semula
hanya 660 volt menjadi 110 KV DC.
µ = Viskositas gas (pascal . detik)
��0 = Permittivity (8,85x10
−12
�/�)
Adapun persamaan lain untuk mencari
(5)
kecepatan migrasi , yaitu :
𝑄
𝜔 = − 𝐴 �� (1- 𝞰) (3)
Gambar 2.4 Rapping System
(11) Dimana:
𝜔 = Kecepatan migrasi partikel (�⁄s)
d. Hopper ini berfungsi sebagai Q = Laju aliran gas
penampung abu yang jatuh dari hasil (� ⁄s)
3
pemukulan oleh rapping system. A = Luas media penangkap
(� )
2

𝞰 = Efisiensi ESP
2.6 Efisiensi Pengumpulan
(3)
Partikel
Efisiensi pengumpulan partikel dari
sebuah ESP pertama dikembangkan
secara empiris oleh Elvald Anderson
ditahun 1919 dan dikembangkan secara
teoritis oleh W. deutsch di tahun 1922.
Gambar 2.5 Hopper Persamaan ini dikenal sebagai persamaan
Deutsch-Anderson. Adapun persamaan
2.4 Pengumpulan Partikel Deutsch-Anderson sebagai berikut:
Pengumpulan partikel pada ESP 𝑤𝐴

terjadi ketika partikel-partikel bermuatan ��� = 1 − �


− ( 𝑄 )
pindah menuju permukaan collecting (4)
plate dan terjebak oleh medan Dimana:
electrostatik partikel-partikel tersebut. 𝜔 = Kecepatan migrasi partikel
(�⁄��)
2.5 Kecepatan Migrasi Partikel A = Luas media penangkapan (�
(𝝎) ) 2
(4)
Kecepatan migrasi partikel Q = Laju aliran gas
adalah kecepatan gerak partikel ketika (� ⁄��)
diberi muatan negatif bergerak menuju
e =3 Bilangan napier
electroda plat pengumpul. Variable yang
mempengaruhinnya yaitu ukuran
partikel, kuat medan listrik dan viskositas 3. Metode Observasi
gas. sehingga kecepatan migrasi partikel 3.1 Umum
dapat dinyatakan dengan persamaan: Metode yang digunakan untuk
2 ��0 𝑝𝑎 ��𝑐 ��𝑝 menyelesaikan tugas akhir ini adalah
dengan peninjauan langsung ke lokasi
observasi untuk memperoleh data yang
digunakan dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.

3.2 Langkah-Langkah Observasi


Adapun proses (langkah-langkah)
𝜔= observasi ini dilaksanakan sebagai
3𝜇
(2) berikut:
Dimana : 1. Pengumpulan data
𝜔 = Kecepatan migrasi partikel 2. Analisa dan pengolahan data
(�⁄��) Untuk langkah-langkah observasi
A = Jari-jari partikel (m) yang lebih terstruktur dapat
p = Tekanan (1 atm) dilihat pada flowchart.
�� = Kuat medan listrik (v/m)
�𝑝 = Kuat medan precipitator (v/m)

Dapat dianggap bahwa �� = �𝑝 =

E
3.3 lokasi observasi melihat kondisi fisik transformator,
Observasi ini dilaksanakan di PT. hopper, ID fan, rapper, collecting plate.
RPE pada ESP Power Boiler 3.
3.5.2 Mengamati Nilai Tegangan
3.4 Data Dan Arus Aktual Pada ESP
Data yang diperlukan untuk Untuk mengamati nilai tegangan
observasi ini adalah sebagai berikut: dan arus aktual pada ESP dapat dilihat
1. Spesifikasi ESP pada system control unit pada ESP, yaitu
2. Jumlah emisi per setengah jam hasil PIACS-DC. PIACS DC (Precipitator
pembakaran didapur boiler Integrated Automatic Control System)
3. Tegangan dan arus settingan pada merupakan perangkat pengontrolan yang
ESP terintegrasi atau satu paket dengan
4. Tegangan dan arus aktual pada ESP electrostatic precipitator yang digunakan
5. Laju aliran gas untuk tegangan tinggi DC. Adapun salah
6. Ukuran partikel abu satu pengontrolnya adalah tegangan dan
arus.

Mulai

Pengumpulan Data :
- Spesifikasi ESP
- Jumlah Emisi per setengah jam hasil
pembakaran di dapur boiler
- Tegangan dan arus settingan pada
ESP
- Tegangan dan arus aktual pada ESP
- Laju aliran gas
- Ukuran partikel abu

Perhitungan efisiensi ESP, abu yang tertangkap


resistansi partikel, kecepatan migrasi partikel
dan kuat medan listrik

Analisa data untuk menentukan besarnya


tegangan yang optimal sehingga losser
Gambar 3.2 Panel PIACS-DC
tegangan pada ESP berada pada ukuran
minimum 3.5.3 Mengumpulkan Data Hasil
Pengukuran
Kesimpulan Pada tahap ini data yang didapat
melalui proses pengamatan tegangan dan
arus aktual pada ESP terhadap
Selesai perubahan emisi. Adapun pengamatan
Gambar 3.1 Pembahasan Observasi dilakukan dengan cara bertahap. Hal ini
dilakukan karena untuk mengukur
3.5 Prosedur Observasi efisiensi ESP, serta untuk mengetahui
kecepatan partikel.
3.5.1 Observasi Ke ESP Power Mengamatin besar nilai tegangan
Boiler dan arus settingan serta nilai aktualnya.
Observasi ke ESP dimaksudkan Setelah masing-masing nilai
untuk melihat ESP serta melihat tegangan dan arus aktual didapat, peneliti
komponen-komponen apa saja yang juga menghitung nilai efisiensi ESP per
terdapat pada ESP kemudian melihat fieldnya, resistivitas partikel, perhitungan
bagaimana kondisi fisik ESP serta kecepatan migrasi partikel, kuat medan
listik dan jumlah abu yang tertangkap Dimana tegangan 110 kV merupakan
setiap field ESP. tegangan maksimum pada transformator.

4. Analisa Dan Hasil


4.1.3 Tegangan dan Arus Aktual
4.1 Menentukan Besarnya
ESP Terhadap Perubahan
Tegangan yang Optimum
Emisi
Terhadap Perubahan Emisi Adapun nilai tegangan minimum,
Untuk menganalisa besarnya tegangan
tegangan maksimum, arus minimum dan
yang optimum terhadap perubahan emisi arus maksimum aktual setiap field ESP
perlu diketahui beberapa parameter yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
menjadi acuan sebelum menentukan
tegangan tersebut. Diantaranya efisiensi
ESP aktual, resistifitas partikel, Tabel 4.2 Tegangan dan Arus Aktual
kecepatan migrasi partikel, abu yang Setiap Field ESP
tertangkap setiap field dan kuat medan Tegangan
listrik. Untuk itu perlu adanya ESP FIELD (kV) Arus (mA)
perhitungan masing-masing parameter Min Max Min Max
berdasakan survey dan pengukuran yang
dilakukan pada ESP PB 3. 1 77.76 89.26 488.5 854.37
ESP
2 64.42 69.5 747.15 922.32
4.1.1 Jumlah Emisi 1
Dari data emisi tersebut dapat 3 64.34 78.69 1088.65 1189.56
dilihat nilai minimum dan maksimum
emisi. Dimana emisi minimum outlet 1 31.89 38.6 41.59 59.28
partikulat 29 mg/Nm dan maksimum ESP
3 2 62.83 70.49 762.75 1119.33
outlet sebesar 40 mg/Nm dan 2
3
untuk 3 62.32 72.46 859.61 985.19
jumlah abu yang masuk di flue gas
minimum
maksimum 297 sebesar
kg/s. 178 kg/s dan RATA-TATA 61 70 665 855

4.1.2 Tegangan dan Arus Setting Dimana efisiensi tegangan aktual setiap
pada ESP field adalah:
Berdasarkan data yang didapat Eff = Vakt ua l
dari hasil survey yang dilakukan, besar
Vsettin x 100
tegangan dan arus setting pada ESP PB 3.
g
%
Tabel 4.3 Efisiensi Tegangan Pada
Tabel 4.1 Tegangan dan Arus Setting Saat Emisi Minimum dan Maksimum
pada ESP Efisiensi Tegangan (%)
ESP Field
Tegangan Emisi MIN Emisi Max
ESP Field (KV)1 Arus
71 (mA) 81
ESP 1
1 1102 59 1000 63
ESP
1 2 1103 58 1000 72
3 1101 29 1000 35
ESP 2
ESP 1 1102 57 1000 64
2 2 1103 57 1000 66
3 110 1000
4.1.4 Resistifitas Partikel E = 699 kV/m
Setelah mengetahui besar
tahanan partikel setiap field maka dapat Maka besar tegangan yang dibutuhkan
dilakukan perhitungan besar resistifitas untuk menimbulkan kuat medan listrik
partikel dengan menggunakan persamaan seperti diatas dapat dihitung dengan
(1). persamaan :
V=E.d
Tabel 4.4 Besar Resistifitas Partikel Pada Diketahui:
E = 699 kV/m
Saat Emisi Minimum dan Maksimum
d = 0,15 m
maka:
Resistifitas Partikel (Ω.cm) V = 699 x 0,15
ESP Field = 105 KV
Emisi Min Emisi Max
4.1.6 Menghitung Kuat Medan
1 284 x 107 187 x 107 Listrik dan Kecepatan Migrasi
ESP Partikel Berdasarkan Kondisi
1 2 154 x 107 135 x 107 Aktual
3 106 x 107 118 x 107 Adapun besar kuat medan
listriknya, yaitu:
1 1369 x 107 1163 x 107 1. Besar kuat medan listrik pada saat
ESP emisi minimum :
𝑉 61 �𝑉
2 2 147 x 107 112 x 107 E= = = 407 kV/m
� 0,15 �
3 129 x 10 7
131 x 10 7
2. Besar kuat medan listrik pada saat
emisi maksimum :
4.1.5 Kecepatan Migrasi Partikel 𝑉 70 ���
E=� = 0,15 �= 467 kV/m
Berdasarkan Desain
ESP yang dirancang untuk Jadi, besar besar kuat medan listrik rata-
efisiensi 99,52%, maka kecepatan rata, yaitu:
407 kV + 467 kV
migrasi partikel nya dapat dihitung Erata−rata = = 437 kV/m
2
dengan menggunakan persamaan (3),
yaitu : sehingga, kecepatan migrasi partikel
Dik : A = 11785 aktual pada ESP dapat diketahui, yaitu:
2 ��0 𝑝����𝑐 ��𝑝
�2
Q = 176,6 ⁄𝑠 𝜔= 3𝜇
Maka : � 3
𝑄
=
𝜔 = − �� (1- 𝞰) 2 (8 , 85 × 10
−12
) (0 ,5 × 10
−6
)( 4 37 . 00 0)

𝐴176 , 6 ( 43 7. 0 00 )
= − 11785 �� (1- 0,9952) 3(1,8 × 10 )
−5
= 0,080 �⁄𝑠 = 0,031 �⁄𝑠
Jadi kecepatan migrasi partikel Dalam hal ini terjadi penurunan
berdasarkan desain adalah 0,080 kecepatan migrasi partikel, berdasarkan
�⁄ . inspeksi ESP yang dilakukan oleh PT.
�� RPE maintenance ditemukan kerusakan
Adapun untuk menghitung kuat medan pada collecting plate, berupa
listrik yang dibutuhkan partikel untuk pembengkokan dan korosi. Pada bagian

bergerak sebesar 0,080 dapat rapping banyak terjadi rapper atau


�⁄
𝑠 E2 =
3 x 0 , 08 0 ( 1, 8 x 10 )
menggunakan persamaan (2) adalah :
3 ω µ
E2 = 2 (8,85 x 10−12 ) (0,5 x 10−6)
2 K0 P a −5
pemukul mengalami aus karena gesekan
dan juga anvil atau palu sudah tidak
simetris lagi sehingga menyebabkan
collecting bengkok. Kemudian pada
poros maupun bantalan hammer korosi
3 34.57 22.77 11.8
mengakibatkan gerak pukul hammer
menjadi terhambat, Serta pada emitting
Berdasarkan tabel diatas didapat efisiensi
wire beberapa bagian putus sehingga
kedua ESP sebesar 95%.
panjang emitting wire berkurang yang
dapat mengakibatkan muatan medan
listrik berkurang. Faktor ini lah yang 4.2 Hubungan Efisiensi ESP
menyebabkan penurunan kecepatan Terhadap Tegangan
migrasi partikel. Setalah dilakukan pengambilan dan
analisa data, maka dibuat grafik
4.1.7 Analisa Perhitungan Jumlah Abu perbandingan efisiensi terhadap tegangan
Yang Tertangkap Setiap Field dan emisi terhadap tegangan, sebagai
ESP berikut:
Karena ESP pada PB 3 ada 2 buah
maka diasumsikan setiap abu yang masuk
dibagi 2.

Tabel 4.5 Jumlah Abu Minimum yang


Masuk

Abu (kg/s)
ESP Field Tertang Terlep
Masuk kap as
1 88.83 62.83 26
ESP
1 2 26 15.22 10.78
3 10.78 6.28 4.5 Gambar 4.1 Grafik Efisiensi ESP
1 88.83 25.76 63.07 Terhadap Tegangan
ESP
2 2 63.07 36.01 27.06
Berdasarkan gambar grafik diatas dapat
3 27.06 15.36 11.7 dilihat bahwa besar tegangan efisiensi
aktual minimum sebesar 91 % dan
Berdasarkan tabel diatas didapat efisiensi efisiensi aktual maksimum sebesar 95%.
kedua ESP pad sebesar 91%. Sehingga, semakin besar tegangan maka
semakin tinggi efisiensi ESP. Namun
Tabel 4.6 Jumlah Abu Maksimum yang disini efisiensi aktual tidak sesuai dengan
Masuk
efisiensi desain, yang mana efisiensi
aktual maksimal hanya sebesar 95%,
Abu (kg/s) sedangkan efisiensi ESP desain sebesar
ESP Field Tertang Terle 99,52%.
Masuk kap pas
4.3 Hubungan Emisi
1 148.31 120.4 27.91 Tertangkap dan
ESP Terhadap Tegangan
1 2 27.91 17.63 10.28
Dilihat juga abu yang masuk,
3 10.28 7.38 2.9 tertangkap dan yang keluar terhadap
ESP 1 148.31 52.04 96.27 tegangan serta grafik emisi yang masuk,
2 emisi yang tertangkap dan emisi yang
2 96.27 61.7 34.57 keluar terhadap tegangan dibawah ini.
masuk ke dalam ESP masih dalam
keadaan standar. Namun, perusahaan
tetap menggunakan ESP karena
perusahaan ini berjalan dalam waktu
jangka panjang. Sehingga, diperkirakan
sewaktu-waktu emisi yang keluar bisa
melebihin batas ambang standar, serta
perusahaan berkomitmen untuk menjaga
kelestarian lingkungan hidup dari zat
pencemar.
Adapun batas persentase
tegangan dan emisi apabila terjadi
Gambar 4.2 Grafik Abu masuk, gangguan tanpa harus mematikan ESP.
tertangkap dan keluar Terhadap Hal ini dimaksudkan sebagai antisipasi
Tegangan mencegah emisi yang keluar melebihin
standar, serta dapat juga mengetahui
adanya kerusakkan yang fatal pada
komponen-komponen ESP, sehingga
ESP dapat di trip kan. Diasumsikan besar
toleransi antara tegangan dan emisi
sebesar ±10%. Maka dapat dilihat
grafiknya sebagai berikut.

Gambar 4.3 Grafik Particulate Intlet,


captured dan outlet Terhadap
Tegangan

Berdasarkan gambar grafik (4.2)


dan (4.3) bahwasanya semakin besar abu
atau emisi yang masuk ke dalam ESP
maka semakin besar tegangannya untuk (a)
menangkap emisi tersebut. Besar
tegangan inilah yang mempengaruhi
efisiensi ESP. Pada grafik (4.3) terlihat
juga besar partikulat maksimum yang
keluar atau terlepas ke udara adalah
sebesar 40 mg/Nm . Dalam hal ini dapat
3
dikatakan bahwa ESP pada power boiler
3 masih dalam sesuai standar walaupun
dibagian komponen ESP sebagian
mengalamin kerusakan, yang mana batas
ambang gas buang untuk partikulat pada
power boiler berdasarkan kep-
13/MENLH/3/1995+ attachment IIB/kep- (b)
205/BAPEDAL/07/1996) sebesar 230
Gambar 4.4 a) Grafik Batas Normal
mg/Nm . Dapat dilihat juga
3 Tegangan b) Batas Normal Emisi
bahwasannya besar partikulat yang
Berdasarkan grafik 4.4a dapat partikulat yang masuk sebesar 728
dilihat pada saat emisi minimum batas mg/Nm , partikulat yang tertangkap 510
3
tegangan minimum sebesar 55 kV dan mg/Nm dan partikulat yang keluar
batas maksimum 67 kV, dan pada saat sebesar 3218 mg/Nm . Dalam hal ini,
emisi maksimum batas tegangan 3
apabila emisi yang keluar melebihi batas
minimum sebesar 63 kV dan maksimum ambang yang telah ditetapkan maka ESP
sebesar 77 kV. Begitu juga pada grafik akan TRIP.
4.4b pada saat terjadi perubahan pada
emisi namun tegangan tetap yang mana 5. KESIMPULAN DAN SARAN
pada saat tegangan minimum batas emisi 5.1 Kesimpulan
minimum sebesar 873 mg/Nm3 dan Berdasarkan observasi yang
maksimum 107mg/Nm , dan pada saat
tegangan maksimum batas emisi dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
3
minimum sebesar 121mg/Nm3 dan batas dan saran sebagai berikut:
maksimum 148 mg/Nm . Didalam hal
ini, apabila tegangan atau emisi 1. Berdasarkan observasi yang telah
melebihin batas normal yang telah dilakukan, besar tegangan yang
ditentukan maka dapat diartikan ESP disetting pada ESP PB 3 sebesar
mengalamin gangguan. 110 kV DC sudah tepat
2. Semakin besar emisi yang masuk
4.4 Penentuan Besarnya Tegangan ke dalam ESP maka semakin
besar tegangannya untuk
yang Optimum Terhadap
menangkap emisi tersebut, yang
Emisi mana tegangan aktual
Berdasarkan observasi yang telah
maksimumnya sebesar 70 kV dan
dilakukan besar tegangan yang disetting
pada ESP PB 3 PT. RPE sebesar 110 kV emisi maksimum yang masuk
DC sudah tepat. Dapat dilihat dari grafik 135 mg/Nm
3
4.3 apabila grafik emisi yang masuk 3. Efisiensi ESP tergantung pada
diekpresikan dengan persamaan tegangan yang dibangkitan,
polynomial y = 0,2164𝑥 – 24,146x + semakin besar tegangan yang
2 dibangkitkan maka efisiensi akan
765,46 untuk particulate intlet, y =
0,1515𝑥 – 16,902x + 535,82 untuk naik.
2 4. Terjadinya penurunan efisiensi
particulate captured dan y = 0,0649𝑥 –
2 ESP dan kecepatan migrasi
7,2439x + 229,64 untuk particulate
outlet dapat dilihat pada grafik dibawah partikel, yang mana efisiensi ESP
ini. aktual sebesar 95% dan
kecepatan migrasi partikel 0,031
�⁄𝑠 , sedangkan efisiensi
desain
99,52% dan kecepatan migrasi
partikel 0,080
�⁄��.
5. Efisiensi tegangan aktual per
field maksimum sebesar 81%.
6. Berdasakarkan dari grafik batas
Gambar 4.5 Grafik Particulate persentase tegangan dan emisi.
Apabila tegangan atau emisi
Berdasarkan dari grafik 4.5 jika melebihin batas normal yang
tegangan mencapai 110 kV maka telah ditentukan maka ESP
mengalamin gangguan.
7. Berdasarkan kep-
13/MENLH/3/1995+ attachment
IIB/kep-
205/BAPEDAL/07/1996) batas
ambang gas buang particulate control engineering. Humana
pada power boiler sebesar 230 Press Inc. Totowa, New Jersey.
mg/Nm . Berarti emisi [5] Sugeng, M. dan Supriyo.
3
particulate yang dikeluarkan Pengaruh kegagalan collecting
oleh power boiler 3 PT. RPE plate system electrostatic
sebesar 40 mg/Nm precipitator dengan kenaikan
3
emisi pada pembangkit listrik
sesuai
tenaga uap. Jurnal Teknologi
dengan standar.
Industri, Vol XIII, No. 2. Hal 22-
8. Dari hasil survey dan inspeksi
ESP yang dilakukan oleh PT. 40.
RPE maintenance terdapat [6] Yahdi, U. 1995. Pengantar fisika
kerusakan pada komponen- listrik magnet. Gunadarma.
Jakarta.
komponen ESP. sehingga hal ini
[7] Sunardi A. F. Annonymus.
lah penyebab efisiensi pada ESB
Perancangan dan pembuatan
berkurang.
model miniature electrostatic
precipitator (pengedap debu
5.2 Saran
electrostatic) untuk mengurangi
1. Sebaiknya dilakukan perbaikan
dan penggantian komponen yang partikel debu gas buang pabrik
rusak, serta melakukan gula krebet baru I kabupaten
perawatan ESP secara berkala malang. Skripsi. Universitas
agar efisiensi ESP dan umur Brawijaya. Malang
pakai ESP akan bertambah [8] Hartono, R. 2012. Analisa
panjang. electrostatic precipitator (ESP)
untuk penurunan emisi gas
Daftar pustaka buang pada recovery boiler di
PT. RAPP. Skripsi. Teknik mesin
[1] Whardani, E. M. Sutisna dan A.
STTP. Pekanbaru
H. Dewi. 2012. Evaluasi
http://www.hamonusa.com/aftermarket/h
pemanfaatan abu terbang (Fly
ash) batubara sebagai campuran
media tanam pada tanaman rc/equipment/collectingplates,
tomat (Solanum lycopersicum). Akses tanggal 28 maret 2015 jam
Jurnal Itenas Rekayasa Institut 20.00
Teknologi Nasional, Vol. XVI, www.vaayushanti.in/discharge-
No. 1. Hal 45. electrodes.htm, Akses tanggal 28
[2] Chiang, T. W. 2001. Simulasi maret 2015 jam 20.10
electrostatic
sejajar 10 precipitator
KV DC. keeping
Skripsi. http://www.hindawi.com/journals/amse/2
014/136059/fig10/, Akses
Fakultas Teknologi Industri tanggal 28 maret 2015 jam 20.35
Universitas Kristen Petra.
Surabaya.
[3] Wibowo, H. Y. 2010. Pemicuan
metode intermittent energization
pada rawmill electrostatic
precipitator PT. inducement
tunggal prakarsa Tbk. Plant 9.
Makalah seminar kerja praktek.
Teknik elektro Universitas
Diponegoro. Semarang
[4] Wang, L. K., N. C. Pereira dan
Y. Hung. 2004. Air pollution
Jom FTEKNIK Volume 2 No. 2 Oktober 2015 12

Anda mungkin juga menyukai