Anda di halaman 1dari 11

ELECTROSTATIS

PRESIPITATOR
INDUSTRI SEMEN
Limbah yang terbesar dari industri semen atau pabrik semen adalah debu dan partikel, yang termasuk
limbah gas dan limbah B3. Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Semen mempunyai empat komponen bahan kimia
utama yaitu kapur (batu kapur), silika (pasir), alumina (tanah liat) dan besi oksida (biji besi). Sedikit
gipsum biasanya ditambahkan pada saat penghalusan untuk memperlambat pengerasan.
Suatu Industri semen atau pabrik semen tentulah mempunyai limbah dari pengolahan-pengolahan
bahan baku tersebut, di antaranya NOx, Sox, CO, HK, bau dan partikel yang termasuk limbah gas dan
limbah B3. Industri dalam kemajuan tersebut juga dialami oleh industri semen, yang menggunakan dua
macam sistem penangkap debu yaitu electrostatic precipitator dan bag filter. Electrostatic precipitator
digunakan untuk kapasitas yang besar dan suhu dust yang tinggi, sedangkan bag filter digunakan untuk
kapasitas yang lebih kecil dan suhu yang lebih rendah. Pada industri semen biasanya menggunakan,
electrostatic precipitator yang digunakan pada alat Rotary Dryer, Raw Mill, Rotary Kiln, dan Finish Mill.
JENIS DAN KARAKTERISTIK
1. CO (Karbon Monoksida)
   Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin
diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat
mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar
karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon
monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar.
2.  Nitrogen Dioksida (NO2)

NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang
percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO 2 sebesar 800 ppm
akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Percobaan dengan
pemakaian NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas.

3.  Sulfur Oksida (SOx)


    Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida
(SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah
iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO 2 sebesar 5 ppm atau lebih,
bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO 2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.
4.   Ozon (O3)

    Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF 2). Meskipun di alam
terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk di
udara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen
5. Hidrokarbon (HC)
  Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut plycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang
banyak dijumpai di daerah industri dan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel
kanker.
6.  Khlorin (Cl2)
    Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen
khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang digunakan pada perang dunia ke-1.Selain bau yang menyengat gas khlorin dapat
menyebabkan iritasi pada mata saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat
membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan. Gas khlorin juga dapat mengalami proses oksidasi dan
membebaskan oksigen seperti pada proses yang terjadi di bawah ini.
7.  Partikulat Debu (TSP)
Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di
alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Sifat Fisik Pada dasarnya sisa pembakaran dari gas buang boiler yang bersifat debu dibedakan
menjadi dua jenis:
1. Bottom Ash (abu dasar), bersifat mengendap pada ruang pembakaran dan proses pembuangannya hanya menggunakan conveyor.
2. Fly Ash (abu terbang), partikulat debu melayang (fly ash) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang tersebar
di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Fly ash pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pula, tergantung dari mana sumber emisinya.
8.  Timah
   Logam berwarna kelabu keperakan yang amat beracun dalam setiap bentuknya ini merupakan ancaman yang amat berbahaya bagi anak di bawah usia 6 tahun,
yang biasanya mereka telan dalam bentuk serpihan cat pada dinding rumah. Logam berat ini merusak kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi
kemampuan untuk mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi. Zat-zat ini mulai dari asbes dan logam berat (seperti kadmium, arsenik,
mangan, nikel dan zink).
ElectroStatic Precipitator (ESP)

ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap debu


dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat cukup besar.
Dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang
keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana efektifitas
penangkapan debu mencapai 99,84%).

Gambar Proses Ionisasi


Gambar Electrostatic Precipitator
Cara Kerja ElectroStatic Presipitator
1. Cara kerja dari electro static precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas buang (flue gas)
melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate,
flue gas yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati
medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi
bermuatan negatif (-).
2. Partikel debu yang sekarang bermuatan negatif (-) kemudian menempel pada pelat-pelat
pengumpul (collector plate), lihat gambar 4. Debu yang dikumpulkan di collector plate
dipindahkan kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu
ini kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan 2, dan ditransport
(dipindahkan) ke flyash silo dengan cara di vakum atau dihembuskan.
Gambar 1
Gambar 2

Gambar 3
Gambar Bagian-bagian dari electrostatic precipitator
Proses Pembentukan Medan Listrik
(1) Terdapat dua jenis electrode, yaitu discharge electrode yang bermuatan negatif dan collector
plate electrode bermuatan positif.
(2) Discharge electrode diletakkan diantara collector plate pada jarak tertentu (memiliki jarak
antara discharge electrode dengan collector plate).
(3) Discharge electrode diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan minus (lihat gambar 3), pada
level tegangan antara 55 – 75 KvDC (sumber listrik awalnya adalah 380 volt AC, kemudian
dinaikkan oleh transformer menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan dirubah menjadi listrik DC oleh
rectifier, diambil hanya potensial negatifnya saja).
(4) Collector plate ditanahkan (di-grounding) agar bermuatan positif.
(5) Dengan demikian, pada saat discharge electrode diberi arus DC maka medan listrik terbentuk
pada ruang yang berisi tirai-tirai electrode tersebut dan partikel-partikel debu akan tertarik pada
pelat-pelat tersebut, Gas bersih kemudian bergerak ke cerobong asap.
Kelebihan ElectroStatic Presipitator

 Memiliki efisiensi yang tinggi, bisa mencapai 99%.

 Bisa mengumpulkan partikel berdiamater sangat kecil.

 Partikel dapat dikumpulkan dalam keadaan basah atau kering

 Dapat menangani debit gas yang besar.

 Kebutuhan listrik untuk mengalirkan udara cukup rendah.

 Debu dapat dikumpulkan dalam kondisi kering untuk recovery.

 Kehilangan tekanan dan temperatur kecil. Kehilangan tekanan biasanya tidak melebihi 0,5 inci kolom air.

 Dapat beroperasi secara kontinyu, dengan pemeliharaan sedikit dan periode waktu yang lama.

 Tidak terdapat komponen yang bergerak, sehingga bisa meminimasi biaya pemeliharaan.

 Dapat digunakan pada temperatur yang tinggi, temperatur yang bisa diterapkan adalah 700 of.
 Dapat digunakan untuk mengumpulkan asam-asam, yang sulit dikumpulkan dengan peralatan
lain.
 Material korosif dapat dikumpulkan dengan ESP jenis tertentu.
 Efisiensi dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan ukuran unit.
 Kelemahan ESP diantaranya adalah :
 Biaya investasi cukup mahal.
 Sensitif terhadap variasi beban debu atau aliran.
 Memerlukan tempat yang cukup besar.
 Tidak dapat diaplikasikan untuk menyisihkan kontaminan dalam fase gas.
 Terdapat bahaya listrik dengan tegangan cukup tinggi.
Kekurangan ElectroStatic Presipitator
 Biaya investasi cukup mahal.
 Sensitif terhadap variasi beban debu atau aliran.
 Memerlukan tempat yang cukup besar.
 Tidak dapat diaplikasikan untuk menyisihkan kontaminan dalam fase gas.
 Terdapat bahaya listrik dengan tegangan cukup tinggi.
 Biaya investasi cukup mahal.
 Sensitif terhadap variasi beban debu atau aliran.
 Memerlukan tempat yang cukup besar.
 Tidak dapat diaplikasikan untuk menyisihkan kontaminan dalam fase gas.
 Terdapat bahaya listrik dengan tegangan cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai