Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BAHASA INDONESIA

COVER

VER
MAKALAH

PENGARUH PUPUK KALIUM KLORIDA DAN UMUR


PENJARANGAN TERHADAP KUALITAS BUAH SALAK
PONDOH

Oleh :

Nama : Radhitya Hari Wardhana


NIM : 20180210193

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Desember, 2018
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul : Pengaruh Pemupukan Kalium Klorida dan Umur


Penjarangan terhadap Kualitas Buah Salak
2.Tema : Pengembangan Pertanian di Indonesia
3. Topik : Pemupukan
4. Identitas Penulis
a. Nama Lengkap : Radhitya Hari Wardhana
b. NIM : 20180210193
c. Jurusan : Agroteknologi
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Yogyakarta, 4 Desember 2018

Menyetujui,
Dosen MK Bahasa Indoneia, Penulis,

(Ir. Agung Astuti, M.Si.) (Radhitya Hari Wardhana)


NIDN : 052309196201 NIM: 20180210193

ii
DAFTAR ISI

Halaman

COVER .................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
A. Kalium Klorida ......................................................................................... 3
B. Kualitas Buah ........................................................................................... 3
C. Salak Pondoh ............................................................................................ 3
D. Umur Penjarangan .................................................................................... 3
III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 4
A. Jenis Penulisan ......................................................................................... 4
B. Metode Penelusuran Informasi ................................................................. 4
C. Pengumpulan Data ................................................................................... 4
D. Metode Pengolahan Data .......................................................................... 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 5
V. PENUTUP .................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salak pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss) merupakan tanaman
hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Produksi salak di Indonesia
pada tahun 2015 mencapai 1.118.953 ton (Kementerian Pertanian, 2015). Salak
pondoh banyak dibudayakan karena rasanya yang manis, tekstur buah renyah, dan
tidak masam yang menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Setiap konsumen
pasti menginginkan buah salak pondoh dengan kualitas yang bagus dalam hal rasa,
bentuk, dan ukuran. Biasanya, buah yang dicari adalah yang memiliki rasa manis
dan teksturnya renyah. Bentuk buah salak yang bagus adalah yang berbentuk
lonjong, tidak terlalu pipih maupun terlalu bulat, serta berukuran besar sehingga
dihargai lebih tinggi daripada buah yang berukuran kecil. Buah yang besar biasanya
memiliki bobot individu yang lebih berat dibandingkan buah yang berukuran kecil.
Pemupukan dan pejarangan buah merupakan dua faktor penting untuk
menentukan kualitas salak pondoh. Kalium merupakan salah satu unsur yang
dibutuhkan tanaman salak. Kalium membantu proses aktivasi berbagai enzim serta
membantu pembentukan karbohidrat dan protein. Marschner cit. Pane (2003)
menyebutkan bahwa di dalam kalium terdapat kation yang berperan dalam proses
pembentukan pati dan translokasi fotosintat pembuluh floem.
Jenis pupuk yang mengandung kalium diantaranya KNO3 dan KCl.
Tanaman salak yang berumur lebih dari tiga tahun akan tumbuh dengan baik jika
diberi pupuk 20 gram KCl, 20 gram urea, dan 20 gram TSP per tanaman (Anonim,
2010). Dosis yang disarankan pada setiap penanaman pohon salak adalah 37,5 urea,
300 gram ZA, 200 gram Dolomit, 175 gram KCl, 3,75 Borax, dan 3.37 ZnSO4
(Kusumo dkk., 1995).
Penjarangan buah dilakukan 3 sampai 4 bulan setelah persarian untuk
menghasilkan buah berukuran besar. Kualitas buah juga dipengaruhi banyak
sedikitnya tandan-tandan yang tumbuh. Kusumainderawati dan Sholeh (1991)
menyatakan bahwa terlalu banyak tandan yang tumbuh dapat menghasilkan buah
berukuran kecil, daging buah tipis, dan bentuk yang tidak menarik.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pupuk KCl terhadap kualitas salak pondoh.
2. Bagaimana pengaruh penjarangan buah terhadap kualitas salak pondoh.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh KCl terhadap kualitas salak podoh.
2. Mengetahui pengaruh penjarangan buah terhadap kualitas salak pondo.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kalium Klorida
Kalium klorida merupakan senyawa garam yang terdiri dari kalium dan
klorida. Menurut Hadi (2014), kalium merupakan salah satu unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Novizan (2005) menyebutkan bahwa K bersama dengan
Cl diserap dalam tanah membentuk KCl (Kalium Clorida). Kalium mengandung
kation yang berperan dalam proses pembentukan pati dan translokasi fotosintat
pembuluh floem (Marschner cit. Pane, 2003). Penambahan unsur kalium akan
berpengaruh pada kualitas buah, baik dari ukuran maupun rasa buah.
B. Kualitas Buah
Menurut hasil penelitian, kualitas buah salak dipengaruhi oleh pemberian
pupuk kalium klorida dan umur penjrangan buah yang saling berinteraksi. Kualitas
tertinggi dihasilkan oleh salak yang diberi pupuk 20 gram KCl tanpa penjarangan
buah. Penjarangan menghasilkan buah dengan ukuran diameter lebih besar dan
daging yang lebih tebal dibanding tanpa penjarangan (Anarsis, 1996). Pemberian
pupuk KCl tidak terlalu berpengaruh pada sifat fisio-kimia buah salak.
C. Salak Pondoh
Salak pondoh (Salacca zalacca Gaertner Voss) merupakan tanaman
hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Produksi salak di Indonesia
pada tahun 2015 mencapai 1.118.953 ton (Kementerian Pertanian, 2015). Salak
pondoh sangat digemari para konsumen karena memiliki rasa yang manis, tekstur
buah renyah, dan tidak masam. Setiap konsumen pasti menginginkan buah salak
pondoh dengan kualitas yang bagus dalam hal rasa, bentuk, dan ukuran.
D. Umur Penjarangan
Menurut Santoso (1993), penjarangan buah juga berguna untuk mengurangi
persaingan buah dalam mendapatkan asimilat yang berperan dalam pertumbuhan
buah. Semakin awal penjrangan buah maka semakin besar diameter buah yang
dihasilkan. Penjarangan buah sejak dini membuat buah mampu berkembang dengan
baik serta menerima asimilat lebih banyak. Sedangkan penundaan penjarangan
membuat buah salak kurang mendapat asimilat sehingga buah saling berhimpit dan
berukuran kecil.

3
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penulisan
Makalah ini saya tulis menggunakan jenis penulisan makalah induktif.
Makalah induktif adalah makalah bersifat objetif berdasarkan data empiris yang
diperoleh dari lapangan namun tetap relevan dengan pembahasan. Metode
penulisan ini bersifat studi pustaka. Studi pustaka merupakan pengumpulan dan
informasi data berdasarkan literasi dari berbagai jurnal, catatan-catatan, dan buku-
buku dari penelitian terdahulu yang relevan dengan tema dan topik pembahasan.
B. Metode Penelusuran Informasi
1. Membaca berbagai jurnal di internet yang sesuai dengan tema dan topik.
2. Membandingkan data antara jurnal satu dengan yang lain yang sesuai
dengan tema dan topik.
3. Membaca data dari website suatu lembaga.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber
pustaka dari peneliti terdahulu yang relevan dengan tema dan topik pembahasan.
Data dan informasi yang digunakan yaitu jurnal, skripsi, website suatu lembaga,
dan artikel di internet.
D. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan metode analisis-sintesis, yaitu metode
analisis yang dilakukan berdasarkan sumber-sumber pustaka. Data-data tersebut
dikumpulkan dan digabungkan menjadi sebuah kesimpulan.

4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah yang digunakan untuk penelitian berupa tanah inseptisol, yaitu tanah
yang mengandung sedikit kalium. Berikut merupakan hasil analisis kandungan
kalium pada tanah di lahan penelitian yang disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1. Kandungan kalium dalam tanah lahan penelitian.
Dosis KCl (gram) Kadar air (%) K total (%) Status kalium
10 4,07 0,22 Rendah
20 3,95 0,22 Rendah
30 4,66 0,22 Rendah

Menurut Eviati dan Sulaeman (2009), hasil analisis kalium pada lahan
penelitian menunjukkan kriteria rendah (0,02% sama dengan 2 mg/100g). Tanah
inseptisol adalah tanah yang masih mentah berupa induk abu vulkanik dan tanah
daerah yang curam (Puslitanak cit. Putra, 2011). Fiksasi K dalam tanah inseptisol
sangat kuat dikarenakan kandungan liat yang relatif tinggi sehingga konsentrasi K
dalam tanah berkurang.
Menurut Santoso (1993), penjarangan buah dilakukan untuk mengurangi
persaingan antara buah satu dengan yang lain dalam mendapatkan asimilat yang
berpengaruh tehadap pertumbuhan buah. Tanpa penjarangan, buah salak akan
saling berhimpit satu sama lain sehingga buah salak yang dihasilkan tidak dapat
tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Tanaman salak yang berumur lebih dari tiga tahun akan tumbuh dengan baik
jika diberi pupuk 20 gram KCl, 20 gram urea, dan 20 gram TSP per tanaman
(Anonim, 2010). Dosis yang disarankan pada setiap penanaman pohon salak adalah
37,5 urea, 300 gram ZA, 200 gram Dolomit, 175 gram KCl, 3,75 Borax, dan 3.37
ZnSO4 (Kusumo dkk., 1995). Pemberian pupuk KCl dan penjarangan buah
berpengaruh terhadap bobot per butir, bentuk, diamter, dan panjang buah. Pengaruh
pemupukan dan penjarangan buah dapat dilihat pada tabel berikut.

5
6

Tabel 2. Pemberian dosis KCl dan umur penjarangan buah terhadap bobot per butir,
bentuk, diamter, dan panjang buah.
Bobot buah per Panjang Diameter
Perlakuan Bentuk buah
butir (gram) buah (cm) buah (cm)
10 g KCl 55,38 a 6,00 a 4,75 a 2,33 a
20 g KCl 56,31 a 6,04 a 4,74 a 2,21 a
30 g KCl 56,87 a 5,85 a 4,77 a 2,40 a
Tanpa penjarangan buah 53,36 p 6,04 p 4,56 p 1,89 p
2 bulan 54,35 p 5,84 p 4,88 p 2,56 p
3 bulan 60,25 p 5,99 p 4,82 p 2,44 p
4 bulan 56,80 p 6,04 p 4,76 p 2,36 p
Rata-rata 56,19 5,97 4,75 2,31
CV (%) 12,23 6,58 4,98 15,39
Keterangan :. Huruf yang sama tidak menunjukkan peredaan nyata pada uji DMRT
taraf 5%. Skor bentuk buah 1 = pipih, 2= lonjong, dan 3= bulat.

Tabel 2. menunjukkan tidak ada interaksi antara pupuk KCl dan umur
penjarangan buah. Hasil menunjukkan bahwa pupuk KCl tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot per butir, bentuk, diamter, dan panjang buah.
Sedangkan pada pemberian penjarangan buah terjadi perubahan bobot per butir,
bentuk, diamter, dan panjang buah menjadi ke ukuran yang lebih besar.
Kandungan nutrisi dan ketersediaan ruang tumbuh memeberikan pengaruh
pada ukuran dan bentuk buah salak. Pertumbuhan buah selalu mengarah ke ujung
dan kesamping buah. Buah akan membulat jika pertumbuhan terjadi ke arah
samping dan buah akan memanjang jika pertumbuhan buah mengarah ke ujung.
Pada gambar 1. Dapat dilihat bahwa penjarangan buah sejak dini, pertumbuhan dan
perkembangan buah dapat terjadi lebih awal. Penjarangan buah lebih awal
membuat proses pemanfaatan asimilat ke lubuk dapat bekerja lebih efektif.
7

5.2
5.15
5.1

Diameter (cm)
5 5
4.95
4.9
4.85
4.8 4.8
4.75
4.7
4.6
4.5
0 1 2 3 4 5
Umur Penjarangan (Bulan)

Grafik Diameter Buah dan Umur Penjarangan

Gambar 1. Hubungan antara diameter dengan umur penjarangan buah salak pondoh

Sebagian besar konsumen menyukai buah salak dengan tekstur renyah dan
masir seakan-akan buah tersebut masih segar yang baru dipetik dari pohonnya.
Semakin tinggi kualitas, bearti semakin tinggi bagian buah yang dimakan, sehingga
tidak terlalu banyak menghasilkan sampah. Berikut merupakan Pengaruh pupuk
KCl dan umur penjarangan buah terhadap kekerasan, kerenyahan, dan rasio daging
buah yang disajikan dalam tabel 1.

Tabel 3. Pengaruh pupuk KCl dan umur penjarangan buah terhadap kekerasan,
kerenyahan, dan rasio daging buah.
Rasio daging
Perlakuan Kekerasan (N) Kerenyahan
buah/biji
10 g KCl 78,63 a 2,33 a 2,69 a
20 g KCl 83,47 a 2,39 a 2,70 a
30 g KCl 80,88 a 2,44 a 2,84 a
Tanpa penjarangan buah 83,29 p 2,11 p 2,86 p
2 bulan 75,48 p 2,48 p 2,60 p
3 bulan 81,88 p 2,48 p 2,65 p
4 bulan 83,32 p 2,48 p 2,85 p
Rata-rata 80,99 2,39 2,74
CV (%) 12,96 21,14 10,04
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan peredaan nyata pada uji DMRT
taraf 5%.
8

Tabel 3. menunjukkan hasil percobaan bahwa tidak banyak perbedaan


terhadap variabel pengamatan. Aanggraini dan Suwedo cit. Atmadja (1998)
menyebutkan bahwa tingkat kerusakan, tebal kulit, kandungan zat padat, perbedaan
kadar pati, ukuran sel, dan turgor sel mempengaruhi tingkat kelunakan buah.

Meskipun pemberian pupuk KCl tidak memberikan perbedan yang nyata,


namun dosis pupuk KCl mempengaruhi tingkat ketebalan buah. Seamakin banyak
pemupukan maka semakin tebal daging buah. Begitu juga dengan penjarangan
buah, semakin awal proses penjarangan semakin tebal daging buah yang dihasilkan.
Selain itu, tingkat kandungan air, tingkat kemasakan buah, umur buah, dan tekstur
daging buah mempengaruhi tingkat kerenyahan buah salak. Buah yang diberi
perlakuan pupuk KCl dan penjarangan buah seharusnya memiliki daging buah lebih
tebal dibanding buah tanpa diberi perlakuan tersebut (Anarsis, 1996). Hal ini terjadi
karena adanya peningkatan bobot buah disertai dengan peningkatan bobot biji.

Menurut Santoso (2003), proses suplai fotosintat tidak berhenti pada daging
buah saja, namun juga pada biji buah sampai batas maksimum. Kandungan zat
kimia buah erat kaitannya dengan nilai gizi dan cita rasa buah. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kandungan zat-zat organik dalam buah. Buah salak mengandung
gula berupa fruktosa, glukosa, dan sukrosa serta mengandung asam berupa asam
malat dan asam sitrat. Pemberian dosis pupuk dan penjarangan buah tentunya juga
berpengaruh pada kadar zat kimia dalam buah salak.

Tabel 4. Menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara kandungan asam


tertitrasi, PTT, pH, dan vitamin C dengan dosis pupuk KCl dan umur penjarangan
buah. Pemberian pupuk KCl dan umur penjarangan tidak terlalu menunjukkan
perbedaaan yang berarti. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian dosis
KCl justru menurunkan kandungan vitamin C. Winarno cit. Yuliana (2011)
menyebutkan bahwa kondisi lingkungan, tempat tumbuh, jenis pupuk, varietas, dan
pematangan buah mempengaruhi kandungan vitamin C. Terdapat kemungkinan
pemberian dosis KCl menyebabkan buah mengalami pematangan buah lebih awal
sehingga pada umur panen yang sama buah mengalami degradasi kandungan
vitamin C lebih awal dibanding tanaman yang diberi dosis lebih rendah.
9

Tabel 4. Pengaruh pemberian dosis pupuk KCl dan umur penjarangan buah
terhadap kandungan asam tertitrasi, PTT, pH, dan vitamin C.
Asam
PTT (% Vitamin
Perlakuan tertitrasi Ph
Brix) C
(%)
10 g KCl 0,06 a 19,50 a 4,25 a 33,17 a
20 g KCl 0,07 a 19,58 a 4,36 a 28,80 a
30 g KCl 0,06 a 19,64 a 4,19 a 26,70 a
Tanpa Penjarangan
0,07 p 19,22 p 4,30 p 30,15 p
buah
2 bulan 0,06 p 19,27 p 4,18 p 30,68 p
3 bulan 0,06 p 19,82 p 4,22 p 28,50 p
4 bulan 0,06 p 19,99 p 4,37 p 28,89
Rata-rata 0,06 19,58 4,27 29,55
CV (%) 20,82 7,46 7,32 17,06
Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan peredaan nyata pada uji DMRT
taraf 5%.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Bobot buah paling tinggi dihasilkan oleh tanaman yang diberi perlakuan
dosis KCl tanpa penjarangan.
2. Pupuk KCl dan penjarangan buah menghasilkan diamter dan ukuran buah
lebih besar.
3. Semakin tinggi dosis KCl, semkain menurun kandungan vitamin C buah
salak.
B. Saran
Seiring meningkatnya permintaan masyarakat akan buah salak pondoh, para
produsen hendaknya mampu menghasilkan buah salak pondoh dengan kualitas
bagus. Para produsen hendaknya memberikan perawatan tanaman berupa
pemberian pupuk KCl dan umur penjarangan buah agar buah yang dihasilkan
berkualitas tinggi. Hal tersebut diharapkan mampu memberi kepuasan kepada
konsumen sehingga nantinya akan meningkatkan keuntungan produsen salak
pondoh.

10
DAFTAR PUSTAKA

Annisaurrhmah., Wiwik, H. dan Puji, H. 2014. Keanekaragaman Kultivar Salak


Pondoh di Banjarnegara Cultivar Diversity of Salak Pondoh in Banjarnegara.
Biosfer 31(2) : 71-83.

Fi’liyah., Nurjana, dan Syekhfani. 2016. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl Terhadap
N , P , K Tanah dan Serapan Tanaman pada Inceptisol untuk Tanaman Jagung
di Situ Hilir, Cibulang, Bogor. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(2) : 329–337.

Nurochman., S. Trisnowati dan S. Muhartini. 2013. Pengaruh Pupuk Kalium


Klorida dan Umur Penjarangan Buah terhadap Hasil dan Mutu Buah Salak
(Salacca zalacca (Gaertn.) Voss) ‘PONDOH SUPER’. Budidaya Pertanian.
2(1) : 4-12.

Putra, I.G. 2011. Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis untuk
Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Berbagai Status Hara Di Tanah
Inceptisol.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28015/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 21 November 2018.

Triastuti, U. Y., Priyanti, E., Akademi, D., Sosial, K., dan Kartini, I. 2017. Pelatihan
Pengolahan Buah Salak untuk Meningkatkan Potensi Salak ( Training of
Snake Fruit Processing to Increase The Potency Of Snake Fruit ).
Teknobuga. 5(2) 24–33.

Yasid Taufik. 2015. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2014. Direktorat


Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. Jakarta. 286 hal.

Yuliana. 2011. Penetapan Kadar Vtamin C dari Buah Melon secara Volumetri
dengan 2,6 Diklorofenol Indofenol.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29868/5/Chapter%20I.pdf.
Diakses tanggal 20 November 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai