Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
Nyamuk merupakan salah satu jenis serangga yang dapat merugikan

manusia karena perannya sebagai vektor penyakit. Beberapa jenis penyakit

yang disebabkan oleh nyamuk, seperti filariasis yang ditularkan melalui

nyamuk Culex sp (Andriani dkk, 2015). Nyamuk yang termasuk dalam

genus Culex dikenal sebagai vektor penular arbovirus, demam kaki gajah dan

malaria pada unggas. Nyamuk genus ini merupakan nyamuk yang banyak

terdapat disekitar kita. Selain itu, nyamuk ini termasuk serangga yang

beberapa spesiesnya sudah dibuktikan sebagai vektor penyakit,

disamping dapat mengganggu kehidupan manusia karena gigitannya(Ifa dkk,

2012).
Upaya pencencegahan penyakit tersebut telah banyak dilakukan, antara

lain sanitasi lingkungan, memasang kawat kasa pada jendela rumah,

memasang kelambu tidur, menggunakan obat nyamuk bakar, krim, lotion,

semprot, dan elektrik (yanti dkk, 2018). Namun, hampir semua anti nyamuk

berbahan sintetis yang beredar mengandung bahan aktif DEET

(dietiltoluamida) yang merupakan bahan kimia sintesis relatif berbahaya

(manaf dkk, 2012,). Anti nyamuk mengandung zat bersifat racun, tidak ada

racun yang aman. Untuk mengurangi dampak negatif tersebut, perlu

pengendalian alternatif, yaitu dengan cara mencari bahan aktif biologis dari

tanaman atau sumber daya hayati yang dapat digunakan sebagai insektisida

botani (hariana dkk, 2017).

1
Salah satu senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak daun

mangkokan merupakan penyebab kematian larva karena senyawa bioaktif

tersebut dapat berperan sebagai toksikan. Kematian larva disebabkan ketidak

mampuan larva dalam mendetoksifikasi senyawa toksik yang masuk ke dalam

tubuhnya (yunita dkk, 2009). Hasil uji fitokimia yang dilakukan pada daun

mangkokan zat toksik yang terkandung daun mangkokan tersebut, yaitu

berupa metabolit sekunder alkoloid (11,52%), saponin (9,22%), tanin (6,25%)

dan flavonoid (2,05%)(ifa dkk, 2012)


Aktifitas ini menyebabkan ektrak daun mangkokan berpotensi untuk

dikembangkan kedalam berbagai bentuk sediaan topikal, salah satunya adalah

lotion. Lotion merupakan bentuk sediaan yang sangat diminati masyarakat

karena penggunaan hanya cukup dioleskan pada kulit (ansel, 1989), lembut

jika dipakai, memberi aroma yang harum, nyaman dan tidak lengket, tidak

mengkilap, mudah dibersihkan dengan air, serta mudah menyebar pada kulit

(anief, 2006).
B. Rumusan Masalah
Apakah estrak daun mangkokan (Nothopanax scutellarium) dapat

diformulasikan sebagai lotion anti nyamuk yang memenuhi uji fisik

(Organoleptik, pH, Homogenitas,)

C. Tujuan
Untuk mengetahui formulasi sediaan lotion ektrak daun mangkokan

(Nothopanax scutellarium) sebagai antinyamuk yang memenuhi uji evaluasi fisik

(Organoleptik, pH, Homogenitas,)

2
BAB II
FORMULASI SEDIAAN
A. Master Formula
Tabel 1. Formulasi Ekstrak Daun Kenikir Anti Nyamuk (Suprianto dkk, 2012)

Bahan F1 F2 F3 F4

Ekstrak
0 5 10 15
Kenikir

TEA 4 4 4 4

Asam Stearat 15 15 15 15

Setil Alkohol 2 2 2 2

Gliserin 15 15 15 15

Nipagin 0,12 0,12 0,12 0,12

Nipasol 0,12 0,12 0,12 0,12

Aquadest ad 100 mL ad 100 mL ad 100 mL ad 100 mL

3
B. Modifikasi Formula
Modifikasi formula sediaan lotion ektrak daun mangkokan tiap 100 mg

mengandung :
Tabel 2. Lotion Anti Nyamuk Ekstrak Daun Mangkokan

Bahan F1 Range Fungsi Literatur

Ekstrak daun (Ifa dkk,


7% - Zat Aktif
mangkokan 2015)

(Rowe
TEA 4 2-4% Emulsifikasi
dkk, 2009)

(Rowe
Asam Stearat 15 1-20% Penstabil
dkk, 2009)

(Rowe
Cetil Alkohol 2 2-5% Emulsifikasi
dkk, 2009)

(Rowe
Gliserin 15 <30 Emolient
dkk, 2009)

Pengawet (Rowe
Nipagin 0,12 0,02-0,3
fase air dkk, 2009)

Pengawet (Rowe
Nipasol 0,12 0,01-0,6
fase minyak dkk, 2009)

Aquadest Ad 100 ml - Pelarut (FI ed III)

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Umum Tentang Anti Nyamuk
Menurut Triyadi (2013) Obat anti nyamuk atau obat nyamuk adalah obat

(ramuan) pembasmi (pengusir) nyamuk.Obat anti nyamuk terdapat dalam

beberapa jenis :
1. Obat nyamuk bakar
Obat nyamuk bakar adalah bahan insektisida serta bahan

kimiayang berbentuk padat dan penggunaanya dengan cara dibakar.

Dalam obat nyamuk bakar ternyat sangat berbahaya. Sebuah

penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa asap dari obat

nyamuk adalah setara dengan 100 batang rokok. Akibatnya, masalah

pernapasan pun kerap kali dialami oleh pengguna obat nyamuk bakar.
2. Obat nyamuk elektrik
Obat nyamuk elektrik merupakan inovasi atau perkembangan dari

obat nyamuk bakar.Obat nyamuk elektrik adalah suatu bahan kimia yang

dipadatkan yang kemudian dipanaskan menggunakan listrik dan

menghasilkan aroma yang tidak disukai oleh nyamuk. Obat nyamuk

elektrik mempunyai sifat hanya sebagai pengusir bukan sebagai pembasmi

tetapi untuk kandungan racun yang terdapat di dalamnya hampir sama

dengan apa yang terkandung dalam obat nyamu bakar dan spray

3. Obat nyamuk lotion

Obat anti nyamuk atau lotion anti nyamuk (Repellent) adalahsalah

satu jenis anti nyamuk yang digunakan untuk melindungi tubuh (kulit)

dari gigitan nyamuk.Di dalam lotion anti nyamuk terkandung zat - zat

kimiawi seperti DEET, permetrin, picaridin. Selain itu ada juga bahan

5
yang berasal dari tumbuhan seperti citronella, cedar, verbena, pennyroyal,

geranium, lavender, bawang putih, pine. Penggunaan jenis repellent yang

mengandung DEET > 30%yang terlampau sering dan berlebihan juga

dapat menimbulkan efek samping. Effek samping yang paling cepat

adalah allergi pada permukaan kulit, iritasi, dan eritema (kemerahan pada

kulit). Dan pada penggunaan DEET > 30% dapat menyebabkan kanker

kulit.

4. Obat nyamuk Spray

Obat nyamuk spray adalah anti nyamuk yang berbentuk cair yang

penggunaannya dengan disemprotkan.Sedangkan untuk bahan bantu

untuk pelarut bahan aktif dan penyemprotannya,minyak

tanahdigunakan untuk pelarutanya.Karena alasan tidak ramah lingkungan

maka bahan ini banyak dihindari. Akhirnya diganti dengan bahan-bahan

campuran senyawa hidrokarbon seperti propana, n-butana dan

isobutana, dimethyl ether (DME) dan methyl ethyl ether

B. Tinjuan Umum Daun Mangkokan

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

6
Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Apiales

Famili : Araliaceae

Genus : Nothopanax

Spesies : Nothopanax scutellarium

Gambar 2. Daun Mangkokan


(Nothopanax scutellarium.) (Saucer leaf, dkk)
2. Nama daerah
Mamanukan (Sunda), godong mangkokan (Jawa), puring

(Madura). Nusa Tenggara: lanido, ndalido, ranido, ndari (Roti). Sulawesi:

daun mangkok (Menado), mangko-mangko (Makasar). Maluku: ai lohoi,

ai laun niwel, daun koin, d. papeda (Ambon), goma matari, sawoko

(Halm.), rau paroro (Tern.), lanido (Roti). Melayu: daun koin, d. papeda, d.

mangkok, memangkokan, pohon mangkok. Platitos (Tag.), (Saucer leaf,

dkk)
3. Morfologi
Tanaman mangkokan merupakan perdu tahunan, tumbuh tegak,

tinggi 1 - 3 m. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang, dan

lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat berlekuk

seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung tepi bergerigi, diameter 6-12

cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua. Bunga mangkokan

7
merupakan bunga majemuk, bentuk payung, warnanya hijau. Buahnya

buah buni, pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan berwarna cokelat.(su-jiwu,

2007)
4. Kandungan Kimia
a. Alkaloida

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen

yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan

(tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan).

Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino

dan antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan

dengan prinsip yang sama, senyawa netral yang secara biogenetik

berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan ini. Alkaloid

merupakan kandungan terbanyak dalam daun mangkokan. Kandungan

alkaloid ini bertindak sebagai racun perut dan racun kontak. Alkaloid

berupa garam sehingga dapat mendegradasi membran sel saluran

pencernaan untuk masuk ke dalam dan merusak sel dan juga dapat

mengganggu sistem kerja saraf larva dengan menghambat kerja enzim

asetilkolinesterase. Dimana enzim ini tidak dapat melaksankan

tugasnya dalam tubuh terutama meneruskan pengiriman perintah

kepada saluran pencernaan larva (midgut) sehingga gerakannya tidak

dapat dikendalikan (yuantari, 2009). Terjadinya perubahan warna pada

tubuh larva menjadi lebih transparan dan gerakan tubuh larva yang

melambat bila dirangsang sentuhan serta selalu membengkokkan

badan juga disebabkan oleh senyawa alkoloid (cania dkk, 2013).

8
b. Tanin

Tanin merupakan kandungan terbanyak setelah alkaloid. Tanin

adalah senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks

dengan protein. Tanin tidak dapat dicerna lambung dan mempunyai

daya ikat dengan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral (ridwan

dkk, 2010) . Menurut Yunita dkk, tanin dapat mengganggu serangga

dalam mencerna makanan karena tanin akan mengikat protein dalam

sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk pertumbuhan

sehingga diperkirakan proses pencernaan larva Culex sp. menjadi

terganggu akibat zat tanin tersebut.

c. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yaitu

senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil

organik yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan

non gula (aglikon). Saponin dapat menghambat kerja enzim yang

menyebabkan penurunan kerja alat pencernaan dan penggunaan

protein. Sifat-sifat saponin ini yaitu berbusa dalam air, mempunyai

sifat detergen yang baik, beracun bagi binatang berdarah dingin,

mempunyai aktivitas hemolisis, tidak beracun bagi binatang berdarah

panas mempunyai sifat anti eksudatif dan mempunyai sifat anti

inflamatori (danusulistyo dkk, 2011). Selain itu, saponin mempunyai

kemampuan untuk merusak membran(yunita dkk,2009). Kemampuan

9
saponin untuk merusak membran dapat dilihat gambar 2 yang

menunjukkan rusaknya saluran pencernaan larva


d. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang

terbanyak terdapat dialam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab

terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kunig

dalam tumbuhan. Flavonoid merupakan senyawa kimia yang memiliki

sifat insektisida. Flavonoid menyerang bagian saraf pada beberapa

organ vital serangga, sehingga timbual suatu perlemahan saraf, seperti

pernapasan dan menimbulkan kematian. Flavanoid bekerja sebagai

inhibitor oernapasan. Inhibitor murpakan zat yang menghambat atau

menurunkan laju reaksi kimia. Flavonoid diduga mengganggu

metabolisme energi di dalam mitokondria dengan menghambat sistem

pengangkutan elektron (Agetha, 2008).

e. Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada

tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus

fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna

pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim

gugur(Wakhyulianto, 2005)
f. Protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin A, B dan C.
Merupakan senyawa hasil dari metabolit primer dari suatu

senyawa organik yang dapat terkandung dalam tumbuhan(Dalimarta.

1999).
5. Khasiat

10
Akar tumbuhan mangkokan berkhasiat sebagai peluruh kencing

(diuretik). Daun berkhasiat sebagai diuretik, anti-radang (anti-inflamasi).

(Dalimarta. 1999) Selain itu sumber lain mengatakan bahwa daun

mangkokan juga berkhasiat untuk radang payudara, rambut rontok, bau

badan, luka, dan melancarkan pengeluaran ASI.


C. Tinjuan Umum Lotion

1. Pengertian Lotion
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, definisi lotion adalah

sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat

luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan

ditambah bahan pensuspensi yang cocok, emulsi tipe o/w dengan surfaktan

yang cocok. Pelembab tubuh (moisturizer) umumnya dibuat dengan

karakteristik tersendiri sehingga memiliki kombinasi air, tipe minyak, dan

emolien (pengencer) yang berbeda satu sama lainnya.


2. Macam-macam lotion
Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh :
a. Body Lotion.
Body Lotion mempunyai konsistensi paling encer dibandingkan

dengan pelembab lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu greasy

(berminyak) saat digunakan dan dapat menyerap dengan cepat saat

dioleskan di kulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika

membutuhkan pelembab yang ringan atau bila digunakan untuk

seluruh tubuh. Karena bentuknya ringan dan tidak meninggalkan

residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa perlu khawatir bisa

menempel di pakaian dan juga digunakan jika tinggal di iklim yang

lembab atau ketika cuaca mulai panas.

11
b. Body Cream.
Body Cream bentuknya lebih pekat dibanding lotion dan

mengandung lebih banyak minyak pelembab. Krim tubuh (body

cream) ini paling baik digunakan di kulit yang kering, seperti lengan

dan kaki, yang tak memiliki banyak kelenjar minyak.


c. Body Butter.
Body Butter memiliki proporsi minyak paling tinggi, sehingga

sangat kental dan mirip margarin atau mentega. Biasanya body butter

memiliki kandungan shea butter, cocoa butter, dan coconut butter.

Bentuk pelembab seperti ini bisa jadi sangat berminyak dan sulit

dioleskan, maka akan sangat baik jika dioleskan di daerah yang amat

kering dan cenderung pecah misalnya sikut, lutut, dan tumit.


3. Keuntungan dan Kerugian Lotion

a. Keuntungan
1) Lebih mudah digunakan (penyebaran lotion lebih merata daripada

krim)
2) Lebih ekonomis (Lotion menyebar dalam lapisan tipis)
3) Umumnya dosis yang diberikan lebih rendah
4) Kerja sistemnya rendah
b. Kerugian
1) Bahaya alergi umumnya lebih besar
2) Penyimpanan BSO Lotion tidak tahan lama
3) BSO kurang praktis dibawa kemana-mana
D. Uraian Bahan
1. TEA
Triethanolamine secara luas digunakan dalam formulasi farmasi

topikal, terutama dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampur dalam

proporsi equimolar dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam

oleat, trietanolamina membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, yang

dapat digunakan sebagai agen pengemulsi menghasilkan emulsi minyak-

dalam-air yang halus dan stabil. Konsentrasi yang biasanya digunakan

12
untuk emulsifikasi adalah 2-4% v / v dari trietanolamina dan 2-5 kali dari

asam lemak. Dalam kasus minyak mineral, 5% v / v trietanolamina akan

dibutuhkan, dengan suatu peningkatan yang tepat dalam jumlah asam

lemak yang digunakan(Rowe dkk, 2009)


2. Asam Stearat
Asam stearat mempunyai nama resmi STEARIC ACID. Asam

stearat berbentuk zat padat keras mengkilat, menunjukan susunan hablur,

putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin. Titik didih asam stearat 384 o

dan titik lebur 54o. Kelarutan asam stearat yaitu sangat sedikit larut dalam

air, larut dalam alkohol, benzene kloroform, aseton, karbon tetraklorida,

karbon disulfide, amil asetat dan toluene ( Merck dkk, 1976).


3. Cetil Alkohol
Cetyl alcohol secara luas digunakan dalam kosmetik dan farmasi

formulasi seperti supositoria, dosis padat yang dimodifikasi-rilis bentuk,

emulsi, losion, krim, dan salep. Dalam supositoria setil alkohol digunakan

untuk menaikkan titik lebur dasar, dan dalam bentuk sediaan pelepasan

yang dimodifikasi dapat digunakan untuk itu membentuk lapisan

penghalang permeabel. Dalam lotion, krim, dan salep setil alkohol

digunakan karena emoliennya, daya serap air, dan sifat pengemulsi. Ini

meningkatkan stabilitas, meningkatkan tekstur, dan meningkatkan

konsistensi. Sifat-sifat emolien adalah karena penyerapan dan retensi dari

cetyl alcohol di epidermis, di mana melumasi dan melembutkan kulit

sambil memberikan karakteristik Tekstur 'beludru'. Cetyl alcohol juga

digunakan untuk properti penyerapan airnya di emulsi air dalam minyak.

Misalnya, campuran petrolatum dan cetyl alcohol (19: 1) akan menyerap

13
40–50% dari berat airnya. Cetyl alcohol bertindak sebagai pengemulsi

lemah dari tipe air-dalam-minyak, dengan demikian memungkinkan

pengurangan kuantitas agen pengemulsi lainnya digunakan dalam

formulasi. Cetyl alcohol juga telah dilaporkan meningkatkan konsistensi

emulsi air dalam minyak(Rowe dkk, 2009)


4. Gliserin
Nama resmi gliserin yaitu GLYCEROLUM. Gliserin berbentuk

garam jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, berbau khas lemah,

hidroskopik, netral terhadap lakmus. Kelarutan asam oleat yaitu dapat

bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter,

dalam minyak lemak, dan minyak menguap. Asam oleat Inkompabilitas

dengan bahan pengoksidasi kuat dan dapat meledak dengan bahan-bahan

tersebut. Kestabilan gliserin murni terutama pada pemanasan dengan gas

menghasilkan toksin bercampur dengan air, etanol dan Pb, yaitu stabil

secara kimia(FI ed III)


5. Nipagin
METHYLIS PARABENUM memiliki nama lain Nipagin dengan

rumus kimia C8H8O3. Nipagin memiliki bentuk Hablur kecil, tidak

berwarna atau serbuk hablur, putih tidak berbau, atau berbau khas lemah,

mempunyai sedikit rasa terbakar. Sukar larut dalam air, dalam benzena dan

dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Metilparaben secara luas digunakan sebagai pengawet antimikroba dalam

kosmetik, sebagai pengawet dengan rang 0,02-0,3% (Rowe, dkk. 2009).


6. Nipasol
PROPYLPARABEN memiliki nama lain yaitu Nipasol dengan

rumus molekul C10H12O3. Nipasol berbentuk Serbuk putih atau hablur kecil,

14
tidak berwarna. Sangat sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam

karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.

Propilparaben dan paraben lainnya banyak digunakan sebagai antimikroba

pengawet dalam dengan range 0,1-0,6% (Rowe dkk, 2009).


7. Aquadest
Nama resmi AQUA DESTILLATA dengan sinonim air

suling.Pemeriannya cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

mempunyai rasa.Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.Khasiat sebagai

pelarut (Depkes RI, 1979)

BAB IV

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pembuatan lotion yaitu, toples, batang

pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, cawan porselin, hot plate, lumpang dan alu.

Bahan yang digunakan ekstrak daun mangkokan, TEA, Asam Stearat, cetil

alkohol, gliserin, nipasol, nipagin, dan aquadest.

B. Perhitungan Bahan

Esktrak Daun mangkokan

15
TEA

Asam Stearat

Cetil Alkohol

Gliserin

Nipagin

Nipasol

Aquadest 100 – ( 7 + 4 + 15 + 2 + 15 + 0,12 +

0,12 )

100 – 43,24 = 56,76 ml

C. Cara Kerja

1. Pengambilan Sampel

Sampel di ambil didaerah Nohu-nohu pada pukul 10, daun

muda/tua (tidak kuning) dipetik secara manual.

2. Pengolahan Sampel

a. Disiapkan alat dan bahan


b. Disortasi basah dengan cara dipisahkan sampel dari bahan yang tidak

digunakan dan dibersihkan dari kotoran yang menempel.


c. Dicuci sampel dalam wadah yang berisi air, sebanyak 2 sampai 3 kali,

kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan.

16
d. Dikecilkan ukuran daun mangkokan menggunakan gunting stanliss

dengan tujuan untuk mempercepat proses pengeringan sampel.


e. Dikeringkan sampel di bawah sinar matahari ditutupi kain hitam
f. Disortasi kering sampel degan cara dipisahkan sampel yang rusak

akibat pengeringan atau dipisahkan sampel dari kotoran yang

menempel selama pengeringan sampel yang memiliki kadar air <

10%.
g. Ditimbang simplisia kering kemudian disimpan pada wadah kering

yang
3. Ekstraksi Maserasi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang Simplisia daun mangkokan sebanyak 1000 gram
c. Dimasukan kedalam bejanah yang berisi etanol 96% Perbandingan 1 :

7,5
d. Diamkan selama 3 hari di tempat gelap
e. Maserat yang diperoleh ditampung.
f. Maserat dievaporasi dengan rotary evaporator dan kandungan air

dihilangkan menggunakan waterbath dengan menjaga suhunya <60°C.


4. Pembuatan Sediaan
a. Asam stearat, cetyl alkohol, nipasol dan gliserin dimasukkan ke dalam

cawan penguap, kemudian dilebur di water bath dan diaduk sampai

homogen.
b. TEA masukkan dalam beaker glass, ditambah air panas, diaduk sampai

larut.
c. Nipagin dilarutkan dengan air mendidih, diaduk sampai larut.

Dimasukkan hasil leburan ke dalam mortir panas,


d. Ditambahkan TEA, diaduk sampai membentuk korpus emulsi.

Dimasukkan nipagin ke dalam mortir panas sedikit demi sedikit,

diaduk sampai homogen.


e. Ekstrak daun mangkokan di masukkan ke mortir panas diaduk sampai

homogen. Ditambahkan sisa aquadest.


f. Masukan kedalam wadah.

17
D. Evaluasi Fisik
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis diamati bentuk fisik sediaan yaitu bau,

warna, bentuk.
2. Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas menggunakan kaca objek. Dengan cara

meletakan sedikit sediaan pada kaca objek kemudian rapatkan kaca objek.

Jika masih tidak terlihat butiran yang tidak larut berarti sediaan tersebut

homogen (Syarifah siti dkk).


3. pH
Pengukuran Nilai pH sediaan menggunakan pH meter atau kertas

lakmus. pH sediaan harus masuk range konsentrasi dimana pH normal

kulit antara 4,5 – 6,5 (Syarifah siti dkk).

18

Anda mungkin juga menyukai