Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Definisi
Kistoma ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecilmaupun yang
besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Delam kehamilan tumor ovarium
yang dijumpai paling sering adalah kista dermonal, kista coklat atau kista
lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat mengahalangimasuknya kepala ke dalam panggul
(Winjosastro dkk dalam Amin dan Hardhi, 2015).

B. Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu (Amin dan Hardhi,
2015) :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis

C. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe
kista ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat
dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan
terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada
beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal
tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
(Corwin, 2009)
D. Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif
lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. Kista-
kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang penyakit
tersebut diluar cakupan artikel ini (Nugroho Taufan dalam Ain dan Hardhi,
2015).
E. Manifestasi Klinis
Artikel yang diterbitkan oleh NHS (National Health Service) tahun
2016, menjelaskan gejala yang mungkin muncul pada pasien dengan masalah
kista ovarium adalah:
1. nyeri panggul - ini dapat berkisar dari sensasi yang tumpul dan berat
hingga nyeri yang tiba-tiba, berat dan tajam
2. nyeri saat berhubungan seks
3. kesulitan mengosongkan isi perutmu
4. kebutuhan yang sering untuk buang air kecil
5. periode (menstruasi) yang berat, periode tidak teratur atau periode lebih
sering dari biasanya
6. kembung dan perut bengkak
7. merasa sangat kenyang setelah hanya makan sedikit
8. kesulitan hamil - meskipun kesuburan tidak terpengaruh pada kebanyakan
wanita dengan kista ovarium (lihat kista ovarium dan kesuburan)
F. Pemeriksaan penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan (NHS, 2016) dan (Amin dan Hardhi, 2015) :
1. Ultrasonografi (USG): Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi: Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis
dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat
melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan
percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap: Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
G. Pengkajian
1. Langkah I (pertama) :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter
dalam 30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi.
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun,
dkk. 2009).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam
masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan :Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.

2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.


Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahanutama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita
yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang
saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah
atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat
ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakityang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan
tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan
bau serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien
seharihari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas
terhadap kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa
keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-
komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu,
nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem
atau tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera
ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris
atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah
atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek
patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid
atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,
digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit.

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009:
115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama
ibu, umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang
dialami ibu.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data
dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah
Potensial
Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan
dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang
gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu (Muslihatun, dkk. 2009)
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
(Muslihatun, dkk. 2009).
5. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap
hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan
harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian
pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas
perawat adalah merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan
rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya.
6. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien
(Muslihatun, dkk. 2009: 118).
7. Langkah VII (terakhir): Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana
tersebut efektif, sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat
proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui
proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan tersebut.
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta
orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien
dan situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan
saja.

H. Diagnosa
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan
kista ovarium adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
I. Intervensi Keperawatan
Berikut merupakan diagnosa keperawatan sesuai konsep menurut penerapan
NANDA (2018), NIC (2016), dan NOC (2016)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan  Kontrol kecemasan
Faktor keturunan, Krisis  Koping Anxiety Reduction
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan (penurunan kecemasan)
perubahan status kesehatan, selama ……………klien
ancaman kematian, kecemasan teratasi dgn  Gunakan pendekatan
perubahan konsep diri, kriteria hasil: yang menenangkan
kurang pengetahuan dan  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
hospitalisasi mengidentifikasi dan harapan terhadap pelaku
mengungkapkan pasien
DO/DS: gejala cemas  Jelaskan semua
- Insomnia  Mengidentifikasi, prosedur dan apa yang
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan dirasakan selama
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik prosedur
- Berfokus pada diri sendiri untuk mengontol  Temani pasien untuk
- Iritabilitas cemas memberikan keamanan
- Takut  Vital sign dalam batas dan mengurangi takut
- Nyeri perut normal  Berikan informasi
- Penurunan TD dan denyut  Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai
nadi wajah, bahasa tubuh diagnosis, tindakan
- Diare, mual, kelelahan dan tingkat aktivitas prognosis
- Gangguan tidur menunjukkan  Libatkan keluarga untuk
- Gemetar berkurangnya mendampingi klien
- Anoreksia, mulut kering kecemasan  Instruksikan pada
- Peningkatan TD, denyut pasien untuk
nadi, RR menggunakan tehnik
- Kesulitan bernafas relaksasi
- Bingung  Dengarkan dengan
- Bloking dalam penuh perhatian
pembicaraan
 Identifikasi tingkat
- Sulit berkonsentrasi
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian obat
anti cemas:........

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level secara komprehensif
jaringan Setelah dilakukan termasuk lokasi,
tinfakan keperawatan karakteristik, durasi,
DS: selama …. Pasien tidak frekuensi, kualitas dan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan faktor presipitasi
DO: kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri nyeri (tahu penyebab  Bantu pasien dan keluarga
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu untuk mencari dan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik menemukan dukungan
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk  Kontrol lingkungan yang
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
menyeringai) mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa pencahayaan dan
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan kebisingan
(penurunan persepsi menggunakan  Kurangi faktor presipitasi
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri nyeri
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
interaksi dengan orang (skala, intensitas, untuk menentukan
dan lingkungan) frekuensi dan tanda intervensi
- Tingkah laku distraksi, nyeri)  Ajarkan tentang teknik non
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa farmakologi: napas dala,
menemui orang lain nyaman setelah nyeri relaksasi, distraksi,
dan/atau aktivitas, berkurang kompres hangat/ dingin
aktivitas berulang-ulang)  Berikan analgetik untuk
 Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti mengurangi nyeri: ……...
rentang normal
diaphoresis, perubahan  Tingkatkan istirahat
 Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan  Berikan informasi tentang
gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi nyeri seperti penyebab
pupil) nyeri, berapa lama nyeri
- Perubahan autonomic akan berkurang dan
dalam tonus otot antisipasi ketidaknyamanan
(mungkin dalam rentang dari prosedur
dari lemah ke kaku)  Monitor vital sign sebelum
- Tingkah laku ekspresif dan sesudah pemberian
(contoh : gelisah, analgesik pertama kali
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement :
- Gangguan metabolisme Active Exercise therapy : ambulation
sel  Mobility Level
- Keterlembatan  Self care : ADLs  Monitoring vital sign
sebelm/sesudah latihan
perkembangan  Transfer performance
- Pengobatan dan lihat respon pasien
Setelah dilakukan
- Kurang support saat latihan
tindakan keperawatan
lingkungan selama….gangguan  Konsultasikan dengan
- Keterbatasan ketahan mobilitas fisik teratasi terapi fisik tentang
kardiovaskuler dengan kriteria hasil: rencana ambulasi sesuai
- Kehilangan integritas dengan kebutuhan
 Klien meningkat
struktur tulang dalam aktivitas fisik  Bantu klien untuk
- Terapi pembatasan gerak menggunakan tongkat
 Mengerti tujuan dari
- Kurang pengetahuan saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas
tentang kegunaan terhadap cedera
 Memverbalisasikan
pergerakan fisik perasaan dalam  Ajarkan pasien atau
- Indeks massa tubuh diatas tenaga kesehatan lain
meningkatkan
75 tahun percentil sesuai tentang teknik ambulasi
kekuatan dan
dengan usia kemampuan  Kaji kemampuan pasien
- Kerusakan persepsi dalam mobilisasi
berpindah
sensori
 Memperagakan  Latih pasien dalam
- Tidak nyaman, nyeri pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat
- Kerusakan ADLs secara mandiri
Bantu untuk
muskuloskeletal dan sesuai kemampuan
mobilisasi (walker)
neuromuskuler  Dampingi dan Bantu
- Intoleransi pasien saat mobilisasi
aktivitas/penurunan dan bantu penuhi
kekuatan dan stamina kebutuhan ADLs ps.
- Depresi mood atau cemas  Berikan alat Bantu jika
- Kerusakan kognitif klien memerlukan.
- Penurunan kekuatan otot,  Ajarkan pasien
kontrol dan atau masa bagaimana merubah
- Keengganan untuk
memulai gerak posisi dan berikan
- Gaya hidup yang bantuan jika diperlukan
menetap, tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau
umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk
berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai
langkah pendek)
- Keterbatasan motorik
kasar dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat
dan tidak terkoordinasi

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Pertahankan teknik
- Prosedur Infasif control aseptif
- Kerusakan jaringan dan  Risk control  Batasi pengunjung bila
peningkatan paparan Setelah dilakukan perlu
lingkungan tindakan keperawatan  Cuci tangan setiap
- Malnutrisi selama…… pasien tidak sebelum dan sesudah
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan tindakan keperawatan
lingkungan patogen kriteria hasil:  Gunakan baju, sarung
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda tangan sebagai alat
- Tidak adekuat pertahanan dan gejala infeksi pelindung
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan  Ganti letak IV perifer dan
Leukopenia, penekanan kemampuan untuk dressing sesuai dengan
respon inflamasi) mencegah timbulnya petunjuk umum
- Penyakit kronik infeksi  Gunakan kateter
- Imunosupresi  Jumlah leukosit dalam intermiten untuk
- Malnutrisi batas normal menurunkan infeksi
- Pertahan primer tidak  Menunjukkan perilaku kandung kencing
adekuat (kerusakan kulit, hidup sehat  Tingkatkan intake nutrisi
trauma jaringan,  Status imun,  Berikan terapi
gangguan peristaltik) gastrointestinal, antibiotik:.........................
genitourinaria dalam ........
batas normal  Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam

J. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dinarti dan Yuli (2017) Membandingkan secara sistematik dan terncana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetampkan dengan kenyataan
yang ada pada klien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir
dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu ada pendekatan lain.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Dinarti dan Yuli Mulyanti (2017). Bahan Ajar: Dokumentasi Keperawatan.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, BPPSDMK Tahun 2017.

Gloria M. Bulechek. Nurshing Intervention Classification (NIC). Edisi Keenam.


2016. ELSEVIER; Singapore

Herdman, T Heather (ed). 2011. NANDA Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Jhonson, Marion., Maridean Maas. (2016). Nurshing Outcomes Classification


(NOC). Edisi Keenam. 2000. ELSEVIER; Singapore

Muslihatun, Wafi Nur, dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya.

Nanda. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi11


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

NHS (National Health Service). 2016. Ovarium Cyst. Diakses 18/10/18


http://www.nhs.uk

Anda mungkin juga menyukai