Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MAKALAH

SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI


“LEUKEMIA”

Disusun Oleh :

1. Titik Pusparini (10215021)


2. Iit Retnaning M (10215023)
3. M. Perdana Sigo P (10215024)
4. Yunita Sari (10215025)
5. Shinta Putri Gitayu (10215026)
6. Dewi Khusnita Sari (10215027)
7. Richard Abdul Azis (10215028)
8. M. Rohyan Gogot N (10215030)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah dari-Nya ,sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Leukemia” ini.

Makalah ini merupakan tugas akademik program studi Sarjana Keperawatan


semester 3 (tiga) Insitut Ilmu Kesehatan. Maka dari itu makalah ini kami buat
dengan usaha semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan semua pihak,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan
Makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yang Terhormat, Bapak/Ibu pengajar mata kuliah sistem imun dan
hematologi yang memberi dukungan kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
2. Bapak/Ibu pembimbing akademik yang selalu membimbimg kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Serta kedua orang tua kami dan teman-teman yang selalu memberi
semangat.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari
semua pihak tetap kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
selanjutnya. Terima Kasih.

kediri, 30 November 2016


DAFTAR ISI
Cover ........................................................................................................... i
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Darah .................................................................. 3


B. Definisi Leukemia ............................................................................. 5
C. Klasifikasi Leukwmia ....................................................................... 6
D. Etiologi ............................................................................................... 8
E. Patofisiologi ....................................................................................... 9
F. Manifestasi Klinis ............................................................................. 10
G. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 11
H. Komplikasi ........................................................................................ 13
I. Penatalaksanaan ............................................................................... 13
J. Pathway ............................................................................................. 16
K. Diagnosa Keperawatan .................................................................... 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ......................................................................................... 17
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 18
C. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 21
D. Intervensi Keperawatan ................................................................... 22

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 28
B. Saran .................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit keganasan jaringan hematopoetik yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal dengan sel darah
abnormal (neoplastik). Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13 per 100.000
penduduk per tahun. Leukemia merupakan 2.8% dari seluruh kasus kanker.
Pada tahun 2006 di Indonesia, dari jumlah penderita kanker di rumah sakit,
leukemia berada pada urutan kelima setelah kanker payudara, kanker serviks,
kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, serta limfoma non-Hodgkin.
Diperkirakan, pada tahun 2011, terdapat 44.600 orang (25.320 laki-laki dan
19.280 perempuan) telah terdiagnosis menderita leukemia dan 21.780 orang
akan meninggal dunia akibat leukemia. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
leukemia akut dan leukemia kronik.
Sebagai seorang perawat sangat penting mengetahui tentang penyakit
leukemia ini. Dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana
leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan ini maka penulis tertarik untuk
menulis makalah mengenai leukemia dan mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan leukemia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, klasifikasi dan etiologi pada pasien denganLeukemia ?
2. Bagaimana patofisiologi, sign and symptom dan pemeriksaan diagnostik
pada pasien dengan Leukemia ?
3. Bagaimana komplikasi, penatalaksanaan dan pathway pada pasien dengan
Leukemia ?
4. Bagaiman diagnosa keperawatan pada pasien dengan Leukemia?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Leukemia ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, klasifikasi dan etiologi dari
Leukemia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi, sign and symptom dan
pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Leukemia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi, penatalaksanaan dan pathway
pada pasien dengan Leukemia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Leukemia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Darah


Darah adalah cairan kental yang terdiri dari sel-sel dan plasma. Proses
pembentukan sel darah (hemopoesis) terdapat di 3 tempat:
1. Sumsum Tulang
Sumsum tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah tulang
vertebrae, sternum, dan costa.
2. Hepar
3. Limpa
Limpa berfungsi sebagai organ limfoid, memfagositosit material tertentu
dalam sirkulasi darah dan merombak sel darah merah yang rusak.
Volume darah pada tubuh sekitar 4-5 liter. Keadaan jumlah tersebut
tergantung pada usia, keadaan jantung dan pembuluh darah. Temperatur darah
38o C dan memiliki pH 7,37-7,45.
Fungsi darah secara umum terdiri dari:

1. Sebagai alat pengangkut


2. Sebagai alat pertahanan tubuh
3. Sebagai pengatur suhu tubuh

Darah terbagi atas :

1. Sel-sel darah
a. Eritrosit
Tidak berinti, Memiliki bentuk bulat pipih bagian tengahnya
cekung (bikonkaf), jumlahnya kurang lebih 5jt/mm3, berwarna
kuning kemerahan karena mengandung Hb.
b. Leukosit
Berinti, bentuknya berubah-ubah (amoeboid) dan bergerak
dengan pseudopodia, jumlahnya kurang lebih 4000-11.000/mm3.
Memiliki kemampuan fagositosit yaitu mampu membunuh
kuman penyakit dengan cara memakan kuman tersebut untuk
menghancurkan kuman penyakit, leukosit dapat menembus
dinding pembuluh darah (diapedesis). Leukosit dibedakan
menjadi 5 bagian yaitu: Neutrofil, Limfosit, Monosit, , Eosinofil,
dan Basofil.

Gambar bagian-bagian leukosit


c. Trombosit
Warnanya putih dengan jumlah sekitar 150.000-450.000/mm3.
2. Plasma darah
Adalah cairan yang berwarna bening kekuningan, bagian darah yang
encer tanpa sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari 90% air serta zat-
zat lain 7-10%.
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral berfungsi untuk metabolisme dan
mengatur pH darah.
c. Protein darah (Albumin & Globulin) berfungsi meningkatkan
viskositas darah dan tekanan
osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam
tubuh.
d. Zat makanan (zat amino,
glukosa, lemak, mineral,
vitamin).
e. Hormon yaitu zat yang
dihasilkan dari kelenjar tubuh.
f. Antibodi atau anti toksin.

B. Definisi Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk
membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel
tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel
darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Beberapa pengertian
leukemia yaitu:
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C
and Bare, B.G, 2002:248).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain dan pada normal, jumlahnya berlebihan dan
dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian
(Hasan, 1997).
Leukemia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah (Wong’s Essentials of Pediatrik
Nursing.Edisi 6 Hal: 1137).

C. Klasifikasi Leukemia
1. Leukemia Akut
Adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukimia akut memiliki
perjalan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-
rata dalam 4-6 bulan.
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB), leukemia akut
terbagi menjadi 2, Acute Limphocytic Leukemia (ALL) dan Acute
Myelogenous Leukemia (AML).
a. Acute Limphocytic Leukemia (ALL)
Merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya poliferasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali
(pembesaran organ dalam) dan
kegagalan organ.
ALL lebih sering ditemukan pada
anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden ALL akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Acute Myelogenous Leukemia (AML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid (monosit, granulosit, eritrosit,
eritrosit dan trombosit).
AML merupakan
leukemia nonlimfositik
yang paling sering
terjadi. Lebih sering
ditemukan pada orang
dewasa (85%)
dibandingkan anak-
anak (15%).
Permulaanya mendadak dan progesif dalam masa 1-3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak dilakukan pengobatan, akan
berakibat fatal dalam 3-6 bulan.
2. Leukemia Kronis
Dibagi menjadi 2 yaitu Leukemia Limfositik Kronis (LLK) dan
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK).
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
perjalanan penyakit ini
biasanya perlahan, dengan
akumulasi progesif yang
berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang.
Leukemia Limfositik Kronis
(LLK) merupakan kelainan ringan yang menyerang individu
yangberusia 50 sampai 70 tahun.
b. Leukemia Mielogenus Kronis/Leukemia Granulositik
Kronis(LMK/LGK)
Adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (sel granulosit) yang relatif matang. Juga
dimasukkan dalam
keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel
normal dibanding pada
bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih
ringan.
LMK/LGK mencakup 20% leukimia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada
90-95% klien dengan LMK/LGK. LMK/LGK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat
sesuai pertambahan usia. Sebagian besar penderita LMK/LGK akan
meninggal setela memasuki fase akhir yang disebut fase krisis
blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
meloblas atau promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.

D. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (Tcell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzena, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, insektidiadan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik, seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
6. Kelainan kromosom, misalnya Down Syndrom. Penderita Down Syndrom
memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat anti kanker.,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan
genetik tertentu (misalnya sindrom down dan sindrom fanconi) juga lebih peka
terhadap leukemia.

E. Patofisiologi
Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya
overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari
sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal.
Produksi sel darah putih yang sangat meningkat akan menekan elemen sel
darah yang lain seperti penurunan produksi eritrosit mengakibatkan anemia,
trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia (mengakibatkan
mudahnya terjadi perdarahan), sel darah putih yang normal menjadi sedikit
mengakibatkan leukopenia (menyebabkan mudahnya terjadi infeksi) dan
pembesaran kelenjar limpa mengakibatkan limfadenopati (menyebabkan terjadi
tekanan pada pembuluh darah dan pembuluh getah bening, yang mengakibatkan
terjadi edema lokal) .
Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan
periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang.
Disamping itu infiltrasi ke berbagai organ seperti otak (menyebabkan keluhan
sakit kepala), ginjal (menyebabkan hematuria dan gagal ginjal), paru
(menyebabkan sesak dan batuk), gusi (menyebabkan hipertrofi gusi dan sering
disertai perdarahan pada gusi), dan kelenjar getah bening (menyebabkan
pembesaran kelenjar getah bening sehingga terjadi tekanan diabdomen yang
menyebabkan nyeri perut dan rasa cepat kenyang).
F. Manifestasi klinis/Sign and Symptom
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderia,
namun secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu
mengakibatkan:
 Anemia
Sel darah merah terlalu sedikit. Penderita akan nampak cepat
lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal
menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita
bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan
oxygen dalam tubuh). Pada awalnya, anemia dapat menjadi
berat akibat penggantian total sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan.
 Kesulitan Bernafas
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan
nyeri dada.
 Infeksi
Karena berkurangnya jumlah sel darah putih. Sel darah putih
berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan
penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih yang
terbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak
berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
 Perdarahan
Karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit. Ketika Platelet
(sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit). Perdarahan dapat berupa ekimosis,
petekie, epistaksis dan perdarahan gusi.
 Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone
marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
 Nyeri perut
Dimana sel leukemia dapat berkumpul pada organ ginjal, hati dan
empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh dan
menimbulkan nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
 Berat Badan Turun Drastis
Akan mengalami anoreksia sehingga berat badannya turun dengan
drastis.
2. Organomegali (Pembesaran organ dalam)
 Hepatomegali
 Splenomegali : Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
 Limpadenopati : Limfadenopati merujuk kepada
ketidaknormalan kelenjar getah benin.

G. Pemeriksaan Penunjang
Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan,
diantaranya adalah: Darah tepi, Sumsum tulang, Pemeriksaan fisik,
Biopsy limpa, Cairan cerebrospinal, Sitogenik.
1. Pemeriksaan darah tepi
Terdapat leukosit yang imatur. Berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis, dan terdapatnya sel blas
(sel muda beranak inti). Sel blas merupakan gejala patognomik untuk
leukemia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan gambaran monoton, yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesak (aplasia sekunder). Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
aspirasi (yang diambil hanya sumsum tulan) dan biopsy (mengangkat
sepotog kecil tulang dan sumsum tulang). Biopsy adalah cara pasti untuk
mengetahui apakah sel-sel leukemia ada di sumsum tulang. Hal ini
memerlukan anestesi lokal. Sumsum tulang diambil dari tulang pinggul
atau tulang besar lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan terhaap pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, dan
hati.
4. Biopsy Limpa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan poliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal,
RES, dan granulosit.
5. Cairan cerebrospinal
Processus spinosus, prosedur ini menggunakan jarum yang panjang dan
tipis, yang digunakan untuk mengambil cairan cerebrospinal (yaitu
cairan yang mengisi ruang di otak dan di sumsum tulang belakang).
Sebelum prosedur ini dimulai pasien akan dilakukan pembiusan lokal
terlebih dahulu. Kemudian cairan yang sudah diambil tersebut akan
diteliti di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya sel leukemia
di dalam otak, bila terjadi peninggian sel patologis maka hal ini berarti
terjadi leukemia meningeal. Untuk mencegahnya dilakukan lumbal
pungsi pada penderita.
6. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat
dihubungkan dengan prognosis. Sitogenetik, adalah pemeriksaan
laboratorium dengan cara mengambil dan memeriksa sel kromosom dari
sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar getah bening. Jika
kromosom abnormal ditemukan, dapat menunjukkan jenis leukemia
yang diderita.

H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita leukemia adalah Sepsis, Perdarahan,
Gagal organ (Splenomegali, hepatomegali,dll), Iron deficiency anemia,
Kematian.
 Sepsis
Suatu keadaan dimana tubuh bereaksi hebat dengan bakteri atau
mikroorganisme lain. Sepsis merupakan keadaan yang mesti ditangani
dengan baik. Bila tidak segera diatasi, sepsis dapat menyebabkan kematian.
 Iron deficiency anemia
Kondisi dimana tubuh kekurangan zat besi menyebabkan penurunan jumlah
sel darah merah.

I. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi, antara lain:
a. Fase Induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah
sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

Kemoterapi sesuai dengan klasifikasinya :


a. Kemoterapi pada penderita LLA ( Leukimia Limfosit Akut)
Pengobatan umumnya secara bertahap, meskipun tidak semua fase
yang digunakan untuk semua orang.
b. Kemoterapi pada penderita LMA ( Leukimia Mielositik Akut)
 Fase induksi
Adalah regimen kemoterapi yang intensif. Bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukimia secara maksimal sehingga
tercapai remisi komplit.
 Fase konsolidasi
Dilakukan sebagai tindakan lanjut dari fase induksi. Kemoterapi
konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih
besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan
pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata
hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun
hanya 10%.
c. Kemoterapi pada penderita LLK (leukimia Limfosit Kronik)
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi
terapi dan prognosis. Salah satu satu sistem penderajatan yang
dipakaiialah klasifikasi Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/hepatomegali
 Stadium III: limfositosis dan anemia (Hb < 11gr/dl)
 Stadium IV: limfositosis dan trombositopenia < 100.000/mm3
dengan atau tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvesional, terutama untuk mengendalikan gejala.
Pengobatan tidak di berikan kepada penderita tanpa gejala karena
tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV
diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata
adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup > dari 10 tahun.
Pasien dengan stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata
dapat hidup kurang dari 2 tahun.

d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK


 Fase kronik : Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat
pilihan yang mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk
jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat
yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK
yang tidak diarahkan pada tindakan transplatasi sumsum
tulang.
 Fase akselerasi : Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi
respon sangat rendah.
2. Radioterapi
Terapi Radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukemia. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan
ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.)
3. Transplantasi sumsum tulang
Transplatasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selaian
itu, transplatasi sumsum tulang berguna untuk menggantikan sel-sel
darah yang rusak karena kanker.
4. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini
diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik.
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang
digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri
pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan
untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami (interferon) untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.
5. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.

J. PATHWAY

(Terlampir)

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi b.d imunitas turu.
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d suplai O2 ke jar. perifer
inadekuat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hipermetabolisme.
4. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit.
5. Resiko nyeri b.d pembengkakan organ-organ
6. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan struktur tulang dan penurunan
kekuatan otot.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LEUKIMIA

A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Data Demografi
1) Biodata
Nama :
Usia :
Alamat :
Agama :
Status Pernikahan :
Pekerjaan :
2) Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan klien :
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien
biasanya lemah, lelah,wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia,
kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak,
nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan
adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medula yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis.
Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri (Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang
mengalami gangguan hematologis serta adanya faktor herediter
misal kembar monozigot.

B. Pemerikasaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran
bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg).
Nadi :Suhu : meningkat jika terjadi infeksi.
RR : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak.
Biasanya pada penderita leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau
tidak,warna, hygiene. Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau
tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
2) Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan. Konjungtiva:
anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis. Sclera: ikterik atau tidak. Sclera
penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik
3) Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi
adanya polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung
yang normal.
4) Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau
bakteri ), perdarahan gusi. Biasa pada penderita leukemia,
ditemukan bibir pucat, sudut-sudut bibir pecah-pecah.
5) Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan.
Periksa fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita
leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat
normal.
6) Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer
tiroid, JVP, normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami
pembesaran kelenjer tiroid.
7) Pemeriksaan thorak
a. Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan.
Pada penderita leukemia, iktus terlihat. Palpasi : raba iktus
kordis. Normalnya, iktus teraba. Perkusi : tentukan batas
jantung.. Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2,
normal.
b. Paru – paru
Inspeksi: kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan
ekspirasi, biasanya normal. Palpasi: vokal femoris teraba,
simetris kiri dan kanan. Perkusi:Auskultasi : biasanya bunyi
nafas vesikuler.
8) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas
operasi, dsb. Auskultasi : bising usus normal. Palpasi : palpasi
apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat
nyeri tekan, dan hepar akan teraba. Perkusi : lakukan perkusi,
biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen.
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada
ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia
akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
c. ADL (Activity Daily Living)
1) Pola Nutrisi
Selama sakit klien bisa mengalami intake nutrisi kurang adekuat di
sebabkan karena hipermetabolisme, vomit, perasaan kenyang akibat
organomegali sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan.
2) Pola Hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktifitas sehari-hari, kurangnya kebersihan badan
karena mobilitas yang terbatas.
3) Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan.
4) Pernafasan
Terganggu (dipsneu, thakipneu) karena perubahan volume paru-
paru, suplai O2 yang inadekuat.
5) Keamanan
Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat atau faktor
lingkungan.
6) Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,
keterbatasan mobilitas fisik.
7) Pola Istirahat dan tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena
kesulitan untuk bernafas merasakan neri pada tubuhnya akibar
dari pembengkakan organ.
8) Pola aktivitas
Biasanya sakitnya mengganggu aktivitasnya, serta dalam
melakukan kegiatan sehari-hari klien membutuhkan bantuan
orang lain.

C. Pemeriksaan Penunjang
1) Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC)
Penderita memiliki CBC kurang dari 10.000/mm3 saat
didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik, jumlah
lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang
baik pada sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga
menunjukkan normositik, anemia normositik.
2) Hemoglobulin : dapat kurang dari 10gr/100ml
3) Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5) WBC : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan
WBC immature
6) PTT : memanjang
7) LDH : mungkin meningkat
8) Asam urat serum : mungkin meningkat
9) Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut
dan mielomonositik
10) Copper serum : meningkat
11) Zink serum : menurun
D. Intervensi Keperawatan

Dx1 Resiko infeksi b.d imunitas turun


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Immune status, knowladge: Untuk meminimalkan terpaparnya klien
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung. Batasi pengunjung jika
infection control, risk faktor dari sumber infeksi
perlu.
Untuk meminimalkan pajanan pada
c. Awasi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan
Kriteria hasil : organisme infektif
kemoterapi. Monitor kerentanan terhadap infeksi dan pertahankan teknik
a. Normotermia ( kondisi suhu Untuk mencegah kontaminasi silang
asepsis.
tubuh normal) Untuk intervensi dini penanganan
d. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
b. Hasil kultur negatif infeksi
e. Cegah menggigil: tingkatkan intake cairan, berikan mandi komperse.
c. Peningkatan penyembuhan Menambah energi untuk penyembuhan
Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
dan regenerasi seluler
f. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
Untuk mendukung pertahanan alami
g. Edukasi pada pasien dan keluarga (tentang bagaimana cara menghindari
tubuh
infeksi, tanda gejala infeksi)
Diberikan sebagai profilaktik atau
h. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap,
mengobati infeksi usus
apakah WBC turun, hitung granulosit. Berikan antibiotik bila perlu.
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin. Berikan diet rendah bakteri
misal makanan diproses dgn direbus.
Dx2 Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d suplai O2 ke jar. perifer inadekuat
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan: circulation status & tissue perfusion Memberikan informasi tentang
a. Awasi tanda vital
derajat atau keadekuatan perfusi
b. Awasi pernafasan
Kriteria hasil: Setelah di lakukan tindakan jaringan
c. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan:
kapiler
Menunjukkan dispnea, karena
a. Tekanan systole dan diastole dalam d. Catat perubahan tingkat kesadaran
regangan jantung lama atau
rentang yang diharapkan. e. Pertahankan masukan cairan adekuat
peningkatan curah jantung
b. Tidak ada tanda peningkatan f. Evaluasi terjadinya edema
intrakranial (tidak > dari 15mmHg). g. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium: GDA,
Mengidentifikasi definisi dan
c. Tingkat kesadaran membaik, tidak AST/ALT, CPK, BUN. Elektrolit serum, berikan pengganti
kebutuhan pengobatan/respon
ada gerakan-gerakan involunter. sesuai indikasi. Berikan cairan hipoosmolar
terhadap terapi
d. Ttv stabil
e. Nadi teraba
f. Kulit hangat dan tidak sianosis
Dx3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hipermetabolisme

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Tujuan : food & fluid intake, nutrient intake, weight
a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan
control Mengidentifikasi kekurangan / kebutuhan
cairan dan keseimbangna cairan.
nutrisi berfokus pada masalah membuat
b. Monitor berat badan, kadar albumin, total
Kriteria hasil : suasana negatif dan mempengaruhi masukan
protein, Hb
a. Volume cairan adekuat c. Monitor turgor kulit, pengisian kapiler dan
Mengawasi keefektifan secara diet.
b. Mukosa lembab kondisi membran mukosa.
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 d. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie,
Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan
x/menit, RR 20 x/mnt area ekimosis, perhatikan perdarahan gusi.
nutrisi dapat ditingkatkan.
d. Nadi teraba e. Edukasi pada keluarga & pasien (tentang
e. Tidak ada tanda malnutrisi kebutuhan nutrisi, membuat catatan makanan
Dapat mengurangi mual
harian)
f. Kolaborasi:menentukan jumlah kalori dan
Melibatkan pasien dalam perencanaan,
nutrisi yang dibutuhkan. Beri diet halus.
memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan
Berikan intake Fe, protein, vit.C. Berikan
mendorong untuk makan
cairan IV sesuai indikasi. Beri masukan cairan
3-4 L/hari. Monitor pemeriksaan laboratorium:
Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan
trombosit, Hb/Ht, pembekuan. Berikan RBC,
nafsu makan klien
trombosit, faktor pembekuan.
Dx4 Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan Karena perdarahan memperberat kondisi
a. Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan
dengan adanya anemia
tempat tusukan IV terhadap perdarahan
Kriteria hasil :
b. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
a. Tidak ada hematuria dan c. Minta pasien untuk mengatakan pada perawat bila ada
Untuk mencegah perdarahan yang berlebih
hematemesis rembesan darah dari gusi
b. TD normal d. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan
c. Hb dan Ht (hematokrit) dalam berikan kompres dingin dan tekan perlahan.
Untuk memberikan intervensi dini dalam
batas normal e. lindungi klien dari trauma yang dapat menyebabkan
mengatasi perdarahan
perdarahan. Beri bantalan tempat tidur untuk cegah
trauma. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat
gigi halus. Gunakan jarum ukuran kecil, menghindari
Karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
resiko perdarahan
f. Kolaborasi: monitor lab ( koagulasi) yang meliputi PT,
PTT, trombosit. Pantau hitung trombosit dengan jumlah
50.000/ ml, resiko terjadi perdarahan. Pantau Ht dan Hb
terhadap tanda perdarahan. Hindari pemberian aspirin dan
anti koagulan.
Dx5 Resiko nyeri b.d pembengkakan organ-organ
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : nyeri teratasi
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala Informasi memberikan data
0-10) dasar untuk mengevaluasi
Kriteria hasil:
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot, kebutuhan atau keefektifan
a. Pasien menyatakan nyeri gelisah. intervensi
hilang atau terkontrol c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
b. Menunjukkan perilaku d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal. Untuk meminimalkan rasa
penanganan nyeri e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut. tidak aman
c. Tampak rileks dan mampu f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan
istirahat psikologis) Untuk menentukan kebutuhan
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri perubahan dosis. Waktu
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien. pemberian atau obat sebagai
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan relaksasi/nafas analgetik tambahan
dalam, sentuhan. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
j. Kolaborasi: Awasi kadar asam urat. Berika obat sesuai indikasi: analgesik Untuk mencegah kambuhnya
(asetaminofen), narkotik (kodein, meperidin, morfin, hidromorfon). Agen nyeri
antiansietas (diazepam, lorazepam)
Dx6 Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan struktur tulang dan penurunan kekuatan otot
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : pasien mampu mentoleransi mobilitas Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal
a. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan,
fisiknya
Bantu klien saat berjalan dan cegah
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan
terjadinya cidera.
Kriteria hasil: ketahanan otot
b. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
a. Peningkatan mobilitas fisik yang dapat ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
Untuk mengetahui perkembangan klien
diukur aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan
b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari periode istirahat tanpa ganggaun
sesuai tingkat kemampuan c. Implementasikan teknik penghematan
c. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas energi, contoh lebih baik duduk daripada
berdiri, pengunaan kursi untuk mandi
d. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika perlu.
e. Kolaborasi : terapi fisik.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. Leukemia dibagi
menjadi 2 tipe umum : leukemia akut dan leukemia kronik. Sedangkan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa cara yaitu
dengan penatalaksanaan kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang,
terapi suportif. Komplikasi yang terjadi pada penderita leukemia adalah Sepsis,
Perdarahan, Gagal organ (Splenomegali, hepatomegali,dll), Iron deficiency
anemia, Kematian.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam
rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran
adalah sebagai berikut:
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit leukemia
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan
tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara
teoritis maupun praktek tentang penyakit leukemia agar dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan profesional.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada
penderita leukemia mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang
seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk
mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit leukemia.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, R.et.al. 1997. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1,2,3. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: FKUI.

Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC.

Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed.
I. 2001. Jakarta : Salemba Medika.

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner& Suddarth.


Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. 2001. Ed. 8. Jakarta :
EGC.

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Kingdom : Markono Print Media. news-medical.net/health/What-is-Leukemia-
(Indonesian).aspxakses tanggal November 2016

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatriks,Vol 2.Jakarta: EGC.


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai