Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugrah dari-Nya ,sehingga
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Leukemia” ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari
semua pihak tetap kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
selanjutnya. Terima Kasih.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................................... 17
B. Pemeriksaan Fisik ............................................................................ 18
C. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 21
D. Intervensi Keperawatan ................................................................... 22
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 28
B. Saran .................................................................................................. 28
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan penyakit keganasan jaringan hematopoetik yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal dengan sel darah
abnormal (neoplastik). Insiden leukemia di Negara Barat adalah 13 per 100.000
penduduk per tahun. Leukemia merupakan 2.8% dari seluruh kasus kanker.
Pada tahun 2006 di Indonesia, dari jumlah penderita kanker di rumah sakit,
leukemia berada pada urutan kelima setelah kanker payudara, kanker serviks,
kanker hati dan saluran empedu intrahepatik, serta limfoma non-Hodgkin.
Diperkirakan, pada tahun 2011, terdapat 44.600 orang (25.320 laki-laki dan
19.280 perempuan) telah terdiagnosis menderita leukemia dan 21.780 orang
akan meninggal dunia akibat leukemia. Leukemia dibagi menjadi 2 tipe umum :
leukemia akut dan leukemia kronik.
Sebagai seorang perawat sangat penting mengetahui tentang penyakit
leukemia ini. Dengan mengetahui lebih jauh tentang apa dan bagaimana
leukemia ini membuat seorang perawat menjadi lebih percaya diri dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan ini maka penulis tertarik untuk
menulis makalah mengenai leukemia dan mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan leukemia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi, klasifikasi dan etiologi pada pasien denganLeukemia ?
2. Bagaimana patofisiologi, sign and symptom dan pemeriksaan diagnostik
pada pasien dengan Leukemia ?
3. Bagaimana komplikasi, penatalaksanaan dan pathway pada pasien dengan
Leukemia ?
4. Bagaiman diagnosa keperawatan pada pasien dengan Leukemia?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Leukemia ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi, klasifikasi dan etiologi dari
Leukemia.
2. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi, sign and symptom dan
pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan Leukemia.
3. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi, penatalaksanaan dan pathway
pada pasien dengan Leukemia.
4. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Leukemia.
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sel-sel darah
a. Eritrosit
Tidak berinti, Memiliki bentuk bulat pipih bagian tengahnya
cekung (bikonkaf), jumlahnya kurang lebih 5jt/mm3, berwarna
kuning kemerahan karena mengandung Hb.
b. Leukosit
Berinti, bentuknya berubah-ubah (amoeboid) dan bergerak
dengan pseudopodia, jumlahnya kurang lebih 4000-11.000/mm3.
Memiliki kemampuan fagositosit yaitu mampu membunuh
kuman penyakit dengan cara memakan kuman tersebut untuk
menghancurkan kuman penyakit, leukosit dapat menembus
dinding pembuluh darah (diapedesis). Leukosit dibedakan
menjadi 5 bagian yaitu: Neutrofil, Limfosit, Monosit, , Eosinofil,
dan Basofil.
B. Definisi Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan
jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan
jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk
membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel
tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya. Tapi, terkadang
proses yang teratur ini berjalan menyimpang, sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya.
Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel
darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain. Beberapa pengertian
leukemia yaitu:
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal (Smeltzer, S C
and Bare, B.G, 2002:248).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Leukemia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain dan pada normal, jumlahnya berlebihan dan
dapat menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian
(Hasan, 1997).
Leukemia merupakan poliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur
dalam jaringan tubuh yang membentuk darah (Wong’s Essentials of Pediatrik
Nursing.Edisi 6 Hal: 1137).
C. Klasifikasi Leukemia
1. Leukemia Akut
Adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukimia akut memiliki
perjalan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-
rata dalam 4-6 bulan.
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB), leukemia akut
terbagi menjadi 2, Acute Limphocytic Leukemia (ALL) dan Acute
Myelogenous Leukemia (AML).
a. Acute Limphocytic Leukemia (ALL)
Merupakan jenis leukemia dengan
karakteristik adanya poliferasi dan
akumulasi sel-sel patologis dari
sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali
(pembesaran organ dalam) dan
kegagalan organ.
ALL lebih sering ditemukan pada
anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden ALL akan
mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian
anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama
diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Acute Myelogenous Leukemia (AML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan
berdiferensiasi ke semua sel mieloid (monosit, granulosit, eritrosit,
eritrosit dan trombosit).
AML merupakan
leukemia nonlimfositik
yang paling sering
terjadi. Lebih sering
ditemukan pada orang
dewasa (85%)
dibandingkan anak-
anak (15%).
Permulaanya mendadak dan progesif dalam masa 1-3 bulan dengan
durasi gejala yang singkat. Jika tidak dilakukan pengobatan, akan
berakibat fatal dalam 3-6 bulan.
2. Leukemia Kronis
Dibagi menjadi 2 yaitu Leukemia Limfositik Kronis (LLK) dan
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK).
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
perjalanan penyakit ini
biasanya perlahan, dengan
akumulasi progesif yang
berjalan lambat dari limfosit
kecil yang berumur panjang.
Leukemia Limfositik Kronis
(LLK) merupakan kelainan ringan yang menyerang individu
yangberusia 50 sampai 70 tahun.
b. Leukemia Mielogenus Kronis/Leukemia Granulositik
Kronis(LMK/LGK)
Adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (sel granulosit) yang relatif matang. Juga
dimasukkan dalam
keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel
normal dibanding pada
bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih
ringan.
LMK/LGK mencakup 20% leukimia dan paling sering dijumpai
pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada
90-95% klien dengan LMK/LGK. LMK/LGK jarang menyerang
individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat
sesuai pertambahan usia. Sebagian besar penderita LMK/LGK akan
meninggal setela memasuki fase akhir yang disebut fase krisis
blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
meloblas atau promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan
sel darah merah yang amat kurang.
D. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (Tcell leukemia-lymphoma virus/HTLV).
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker
sebelumnya.
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzena, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, insektidiadan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik, seperti diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
6. Kelainan kromosom, misalnya Down Syndrom. Penderita Down Syndrom
memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat anti kanker.,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan
genetik tertentu (misalnya sindrom down dan sindrom fanconi) juga lebih peka
terhadap leukemia.
E. Patofisiologi
Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya
overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari
sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal.
Produksi sel darah putih yang sangat meningkat akan menekan elemen sel
darah yang lain seperti penurunan produksi eritrosit mengakibatkan anemia,
trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia (mengakibatkan
mudahnya terjadi perdarahan), sel darah putih yang normal menjadi sedikit
mengakibatkan leukopenia (menyebabkan mudahnya terjadi infeksi) dan
pembesaran kelenjar limpa mengakibatkan limfadenopati (menyebabkan terjadi
tekanan pada pembuluh darah dan pembuluh getah bening, yang mengakibatkan
terjadi edema lokal) .
Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan
periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang.
Disamping itu infiltrasi ke berbagai organ seperti otak (menyebabkan keluhan
sakit kepala), ginjal (menyebabkan hematuria dan gagal ginjal), paru
(menyebabkan sesak dan batuk), gusi (menyebabkan hipertrofi gusi dan sering
disertai perdarahan pada gusi), dan kelenjar getah bening (menyebabkan
pembesaran kelenjar getah bening sehingga terjadi tekanan diabdomen yang
menyebabkan nyeri perut dan rasa cepat kenyang).
F. Manifestasi klinis/Sign and Symptom
Gejala leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderia,
namun secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Gagal sumsum tulang (Bone marrow failure). Sumsum tulang gagal
memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu
mengakibatkan:
Anemia
Sel darah merah terlalu sedikit. Penderita akan nampak cepat
lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal
menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita
bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan
oxygen dalam tubuh). Pada awalnya, anemia dapat menjadi
berat akibat penggantian total sumsum tulang oleh sel-sel
leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan.
Kesulitan Bernafas
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan
nyeri dada.
Infeksi
Karena berkurangnya jumlah sel darah putih. Sel darah putih
berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan
penyakit infeksi. Pada penderita leukemia, sel darah putih yang
terbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak
berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan
menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari
hidung (meler) dan batuk.
Perdarahan
Karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit. Ketika Platelet
(sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah
lebar/kecil dijaringan kulit). Perdarahan dapat berupa ekimosis,
petekie, epistaksis dan perdarahan gusi.
Nyeri Tulang dan Persendian
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone
marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
Nyeri perut
Dimana sel leukemia dapat berkumpul pada organ ginjal, hati dan
empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh dan
menimbulkan nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
Berat Badan Turun Drastis
Akan mengalami anoreksia sehingga berat badannya turun dengan
drastis.
2. Organomegali (Pembesaran organ dalam)
Hepatomegali
Splenomegali : Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar,
bahkan beresiko untuk pecah.
Limpadenopati : Limfadenopati merujuk kepada
ketidaknormalan kelenjar getah benin.
G. Pemeriksaan Penunjang
Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan,
diantaranya adalah: Darah tepi, Sumsum tulang, Pemeriksaan fisik,
Biopsy limpa, Cairan cerebrospinal, Sitogenik.
1. Pemeriksaan darah tepi
Terdapat leukosit yang imatur. Berdasarkan pada kelainan sumsum
tulang yaitu berupa pansitopenia, limfositosis, dan terdapatnya sel blas
(sel muda beranak inti). Sel blas merupakan gejala patognomik untuk
leukemia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsum tulang memberikan gambaran monoton, yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain
terdesak (aplasia sekunder). Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
aspirasi (yang diambil hanya sumsum tulan) dan biopsy (mengangkat
sepotog kecil tulang dan sumsum tulang). Biopsy adalah cara pasti untuk
mengetahui apakah sel-sel leukemia ada di sumsum tulang. Hal ini
memerlukan anestesi lokal. Sumsum tulang diambil dari tulang pinggul
atau tulang besar lainnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan terhaap pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, dan
hati.
4. Biopsy Limpa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan poliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal,
RES, dan granulosit.
5. Cairan cerebrospinal
Processus spinosus, prosedur ini menggunakan jarum yang panjang dan
tipis, yang digunakan untuk mengambil cairan cerebrospinal (yaitu
cairan yang mengisi ruang di otak dan di sumsum tulang belakang).
Sebelum prosedur ini dimulai pasien akan dilakukan pembiusan lokal
terlebih dahulu. Kemudian cairan yang sudah diambil tersebut akan
diteliti di laboratorium untuk mengetahui ada atau tidaknya sel leukemia
di dalam otak, bila terjadi peninggian sel patologis maka hal ini berarti
terjadi leukemia meningeal. Untuk mencegahnya dilakukan lumbal
pungsi pada penderita.
6. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan
dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat
dihubungkan dengan prognosis. Sitogenetik, adalah pemeriksaan
laboratorium dengan cara mengambil dan memeriksa sel kromosom dari
sampel darah tepi, sumsum tulang atau kelenjar getah bening. Jika
kromosom abnormal ditemukan, dapat menunjukkan jenis leukemia
yang diderita.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita leukemia adalah Sepsis, Perdarahan,
Gagal organ (Splenomegali, hepatomegali,dll), Iron deficiency anemia,
Kematian.
Sepsis
Suatu keadaan dimana tubuh bereaksi hebat dengan bakteri atau
mikroorganisme lain. Sepsis merupakan keadaan yang mesti ditangani
dengan baik. Bila tidak segera diatasi, sepsis dapat menyebabkan kematian.
Iron deficiency anemia
Kondisi dimana tubuh kekurangan zat besi menyebabkan penurunan jumlah
sel darah merah.
I. Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi, antara lain:
a. Fase Induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit
berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah
sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem Saraf Pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam
tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
J. PATHWAY
(Terlampir)
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi b.d imunitas turu.
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d suplai O2 ke jar. perifer
inadekuat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hipermetabolisme.
4. Resiko perdarahan b.d penurunan jumlah trombosit.
5. Resiko nyeri b.d pembengkakan organ-organ
6. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan struktur tulang dan penurunan
kekuatan otot.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LEUKIMIA
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
a. Data Demografi
1) Biodata
Nama :
Usia :
Alamat :
Agama :
Status Pernikahan :
Pekerjaan :
2) Penanggung Jawab
Nama :
Usia :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Hub. Dengan klien :
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien
biasanya lemah, lelah,wajah terlihat pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia,
kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak,
nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan
adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu
ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya
tanda-tanda invasi ekstra medula yaitu limfadenopati,
hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis.
Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi
disekitar rectal, nyeri (Lawrence, 2003).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang
mengalami gangguan hematologis serta adanya faktor herediter
misal kembar monozigot.
B. Pemerikasaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran
bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg).
Nadi :Suhu : meningkat jika terjadi infeksi.
RR : Dispneu, takhipneu
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak.
Biasanya pada penderita leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau
tidak,warna, hygiene. Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau
tidak. Biasanya pada penderita tidak ada nyeri tekan.
2) Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan. Konjungtiva:
anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis. Sclera: ikterik atau tidak. Sclera
penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik
3) Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi
adanya polip. Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung
yang normal.
4) Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau
bakteri ), perdarahan gusi. Biasa pada penderita leukemia,
ditemukan bibir pucat, sudut-sudut bibir pecah-pecah.
5) Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan.
Periksa fungsi pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita
leukemia biasanya tidak ditemukan kelainan dan bersifat
normal.
6) Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer
tiroid, JVP, normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami
pembesaran kelenjer tiroid.
7) Pemeriksaan thorak
a. Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan.
Pada penderita leukemia, iktus terlihat. Palpasi : raba iktus
kordis. Normalnya, iktus teraba. Perkusi : tentukan batas
jantung.. Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2,
normal.
b. Paru – paru
Inspeksi: kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan
ekspirasi, biasanya normal. Palpasi: vokal femoris teraba,
simetris kiri dan kanan. Perkusi:Auskultasi : biasanya bunyi
nafas vesikuler.
8) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas
operasi, dsb. Auskultasi : bising usus normal. Palpasi : palpasi
apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat
nyeri tekan, dan hepar akan teraba. Perkusi : lakukan perkusi,
biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah abdomen.
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada
ekstremitas atas dan bawah. Biasanya pada penderita leukemia
akan mengalami nyeri pada tulang dan persendian.
c. ADL (Activity Daily Living)
1) Pola Nutrisi
Selama sakit klien bisa mengalami intake nutrisi kurang adekuat di
sebabkan karena hipermetabolisme, vomit, perasaan kenyang akibat
organomegali sehingga menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan.
2) Pola Hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktifitas sehari-hari, kurangnya kebersihan badan
karena mobilitas yang terbatas.
3) Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan.
4) Pernafasan
Terganggu (dipsneu, thakipneu) karena perubahan volume paru-
paru, suplai O2 yang inadekuat.
5) Keamanan
Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat atau faktor
lingkungan.
6) Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung,
keterbatasan mobilitas fisik.
7) Pola Istirahat dan tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena
kesulitan untuk bernafas merasakan neri pada tubuhnya akibar
dari pembengkakan organ.
8) Pola aktivitas
Biasanya sakitnya mengganggu aktivitasnya, serta dalam
melakukan kegiatan sehari-hari klien membutuhkan bantuan
orang lain.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC)
Penderita memiliki CBC kurang dari 10.000/mm3 saat
didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik, jumlah
lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang
baik pada sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga
menunjukkan normositik, anemia normositik.
2) Hemoglobulin : dapat kurang dari 10gr/100ml
3) Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5) WBC : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan
WBC immature
6) PTT : memanjang
7) LDH : mungkin meningkat
8) Asam urat serum : mungkin meningkat
9) Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut
dan mielomonositik
10) Copper serum : meningkat
11) Zink serum : menurun
D. Intervensi Keperawatan
A. Kesimpulan
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. Leukemia dibagi
menjadi 2 tipe umum : leukemia akut dan leukemia kronik. Sedangkan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa cara yaitu
dengan penatalaksanaan kemoterapi, radioterapi, transplantasi sumsum tulang,
terapi suportif. Komplikasi yang terjadi pada penderita leukemia adalah Sepsis,
Perdarahan, Gagal organ (Splenomegali, hepatomegali,dll), Iron deficiency
anemia, Kematian.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam
rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran
adalah sebagai berikut:
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit leukemia
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan
tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara
teoritis maupun praktek tentang penyakit leukemia agar dapat melakukan
tindakan keperawatan dengan profesional.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada
penderita leukemia mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang
seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk
mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit leukemia.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, R.et.al. 1997. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1,2,3. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: FKUI.
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed.
I. 2001. Jakarta : Salemba Medika.
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Kingdom : Markono Print Media. news-medical.net/health/What-is-Leukemia-
(Indonesian).aspxakses tanggal November 2016