PENDAHULUAN
bencana geologi. Salah satu bencana geologi yang masih sering terjadi adalah
adalah letak Indonesia yang berada diantara pertemuan tiga lempeng besar dunia
jangka panjang akan menghimpun energi yang suatu waktu lepas dan dapat
datang dari alam maupun dari hasil perbuatan manusia. Bencana tersebut
diantaranya banjir, erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, tanah longsor,
kekeringan dan kebakaran hutan. Setiap kali bencana yang terjadi memberikan
diantaranya letusan gunung api di masa lalu yang menelan korban jiwa dalam
jumlah besar. Beberapa diantaranya: letusan gunung api Papandayan, Jawa Barat
Tambora, NTB (1915) yang mengeluarkan sekitar 1, 7 juta ton abu dan material
vulkanik, letusan Gunung Kelud, Jawa Timur (1919), letusan Gunung Agung,
Bali (1963), letusan Gunung Merapi, Jawa Tengah (1972). Sebelumnya Gunung
Merapi tersebut meletus pada tahun 928 yang mengakibatkan kerajaan Mataram
hancur (Nurjanah,2013:86).
Banyak bencana yang sebenarnya bersumber dari ulah manusia itu sendiri.
panas sehingga permukaan bumi menjadi lebih panas. Demikian pula dengan
bencana banjir atau tanah longsor, sangat banyak dipengaruhi oleh pola hidup
manusia yang merambah hutan tanpa kendali sehingga gundul. Sebagai akibatnya
daya dukung tanah menampung curah hujan menurun sehingga terjadi banjir.
yang terkena dampak oleh peristiwa itu tidak mampu untuk menanggulanginya.
Ancaman alam itu sendiri tidak selalu berakhir dengan bencana. Ancaman alam
menjadi bencana ketika manusia tidak siap untuk menghadapinya dan pada
sebagian besar ditentukan oleh tindakan manusia atau kegagalan manusia untuk
bertindak.
Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non-
(Nurjanah,2013:98).
Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di
Gunung Sinabung adalah 2.460 meter diatas permukaan laut. Gunung ini tidak
pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali meletus
pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini berlangsung hingga kini
(Wikipedia,2016).
September, terjadi 2 letusan. Pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB, debu
vulkanik menyembur 2 kilometer ke atas. Disusul letusan kedua pada pukul 18.00
WIB yang disertai gempa bumi vulkanik yang terasa hingga 26 kilometer sekitar
meletus 6 kali. Pada 23 November 4 kali meletus. Akibat rangkaian letusan ini,
kota Medan yang berjarak 80 kilometer disebelah timur terkena hujan abu. Pada
24 November 2013 pukul 10.00 WIB status Sinabung dinaikkan ke level tertinggi
Dampak yang diberikan dari erupsi Gunung Sinabung sangat besar bagi
(Infeksi Saluran Pernapasan) pada anak-anak hingga lanjut usia. Dilihat dari
tekanan hingga trauma yang berat. Banyak diantara masyarakat yang mulai
dari pengungsian. Dari aspek pendidikan, dapat dilihat bahwa pendidikan sudah
biaya pendidikan. Dari segi sarana pendidikan dapat dilihat banyaknya sekolah-
sekolah terutama di zona merah yang sudah hancur karena aktivitas Gunung
Sinabung yang terus meningkat. Selain itu, dari segi sosial ekonomi masyarakat
juga mengalami dampak yang signifikan. Kehidupan sosial yang dulunya tertata
dengan baik dan sekarang mengalami perubahan. Dari segi ekonomi sendiri,
akibat abu vulkanik hingga hujan lumpur sehingga menyebabkan gagal panen
yaitu tahap relokasi pemukiman di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo dan
tahap relokasi mandiri. Tahap relokasi pertama ini untuk desa yang dekat dengan
Gunung Sinabung yaitu Desa Bekerah, Desa Simacem, dan Desa Suka Meriah.
Juni 2015 lalu. Sedangkan untuk tahap kedua, yaitu relokasi mandiri
diperuntukkan untuk Desa Gurukinayan, Desa Kuta Tonggal, Desa Berastepu dan
Desa Gamber.
menjadi solusi jangka pendek bagi pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung.
190,6 miliar. Dana ini sudah diserahkan BNPB ke Pemerintah daerah Karo dan
masuk dalam APBD 2016. Sedangkan untuk pengadaan sewa lahan hunian
(Okezone,2016).
erupsi Gunung Sinabung yang dilakukan secara mandiri dan Pemerintah tidak lagi
diberlakukan karena izin pembukaan lahan hutan dan untuk relokasi tahap kedua
sendiri areal untuk pembangunan rumah dan ladang. Sedangkan fasilitas umum
pada tahun 2015 sebanyak 2.168 jiwa dan memiliki 665 kepala keluarga. Desa
Berastepu menjadi desa yang harus direlokasi karena letak desa yang berada di
zona merah Gunung Sinabung dengan radius ± 5 km. Masyarakat Desa Berastepu
secara perkelompok mencari lahan yang akan dijadikan daerah untuk relokasi.
sejak tahun 2010 yang lalu. Penduduk Berastepu ditempatkan kedalam empat titik
posko pengungsian yakni di Posko Gereja Santo Petrus dan Paulus Jalan Irian
Kabanjahe, Gereja GBKP Kabanjahe Kota, Gedung klasis GBKP Kabanjahe, dan
Aktivitas Gunung Sinabung yang masih dalam level Awas dan terus
di Desa Berastepu rusak. Abu vulkanik dan hujan lumpur merusak tanaman
pangan dan holtikultura yang ditanam oleh petani Desa Berastepu. Dari kondisi
signifikan. Lahan pertanian yang berada di Desa Berastepu tidak digarap oleh
penduduk karena jalan masuk ke desa sudah dijaga ketat oleh BPBD Kabupaten
lokasi pertanian mereka untuk memanen sedikit hasil dari pertanian yang masih
dapat dimanfaatkan.
adalah dana pendidikan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi, dan bantuan
untuk sewa rumah dan lahan pertanian sebanyak Rp 5.600.000,00. Dana tersebut
dirinci untuk dana sewa rumah sebanyak Rp 1.800.000,00 dan untuk sewa lahan
Desa Berastepu sudah terdaftar sebagai penerima bantuan hunian tetap sebanyak
dalam kehidupan masyarakat sekitar Gunung Sinabung terutama desa zona merah
stratifikasi sosial berubah seketika menjadi tidak terlihat lagi. Kehidupan yang
dialami hampir sama setiap keluarga sehingga sulit membedakan yang mana
kalangan kaya dan miskin. Kini tidak ada keluarga yang kedudukannya lebih
tinggi atau lebih rendah jika dilihat dari ekonominya. Semua masyarakat sudah
terlihat sama dimana kehidupan yang dijalani saat ini bergantung pada setiap
Salah satu desa yang berada di Kecamatan Simpang Empat ini adalah
Letak hamparan Desa Gajah berada ±1 km dari kantor camat Simpang Empat.
Hamparan relokasi hunian tetap ini dibeli dengan harga Rp 24.500.000 per tapak
Kabupaten Karo?
Kabupaten Karo?
sebagai berikut:
menambah referensi dan kajian serta studi komparatif bagi peneliti atau
Sinabung.
sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
operasional.
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil
BAB VI : PENUTUP
yang bermanfaat.
10