Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk sosial dan saling terkait satu sama lain,
sehingga akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang notabenenya adalah
sebuah komunitas dan akan berbaur membentuk komunitas besar. Satu dengan
yang lainnya akan saling berinteraksi, entah berinteraksi positif (saling tolong-
menolong, gotong royong, bekerja sama) maupun interaksi negatif (saling
menjatuhkan, menindas, mengadu domba, dll). Hubungan atau interaksi antar
manusia perlu adanya aturan yang mampu mengubah atau menjadikan tatanan
yang buruk menjadi lebih baik. Pengelompokan manusia berdasarkan usia akan
membantu dalam berinteraksi dengan mereka. Interaksi dengan anak-anak sudah
barang tentu berbeda dengan orang dewasa.
Dewasa awal atau yang sering disebut juga dengan dewasa muda, yaitu
antara umur 20-40 tahun merupakan tahap perkembangan yang paling dinamis
sepanjang rentang kehidupan manusia, sebab seseorang mengalami banyak
perubahan-perubahan progresif secara fisik, kognitif maupun psikososio-
emosional, untuk menuju integrasi kepribadian yang semakin matang dan
bijaksana. Seorang dewasa muda telah menunaikan tugas perkembangan masa
remaja seperti telah menyelesaikan pendidikan menengah maupun atas,
mengikuti dan menamatkan pendidikan tinggi(universitas), meniti dan meraih
puncak karir, menikah, membentuk dan membina keluarga baru, berpartisipasi
sebagai warga negara yang aktif dan produktif untuk memantapkan status sosial
ekonomi keluarga dan sebagainya. Pemerintah Negara Indonesiapun menaruh
perhatian terhadap dewasa muda, karena mereka akan menduduki posisi
kepemimpinan bangsa dimasa depan, sehingga perlu dibentuk kementrian
pemuda. Mengingat betapa peran strategis yang penting pada kaum muda, maka
sudah selayaknya memikirkan, memahami dan membuat kebijakan yang tepat
bagi mereka.

1
B. Rumusan Masalah
1. Ciri-Ciri Perkembangan Fisik
2. Aspek-Aspek Pekembangan
3. Teori-Teori Perkembangan Mental Menurut Turner Dan Helms
4. Tipe-Tipe Intelektual Pada Masa Dewasa Awal
5. Aspek Perkembangan Psikososial
6. Kesehatan
7. Perilaku Perkembangan Penghayatan Identitas Dan Nilai-Nilai Agama
Dalam Kehidupan Sehari-Hari

2
BAB II
PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN DEWASA

A. Pengertian Dewasa
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja yang ditandai
dengan pencarian identitas diri yang didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan
umur kronologis dan mental ege-nya.1 Dewasa awal merupakan suatu masa
penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial
yang baru. (H. S. Becker) Seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal
berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak
melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan
mengalami apa yang disebut isolasi yaitu merasa tersisihkan dari orang lain,
kesepian, menyalahkan diri krena berbeda dengan orang lain. ( Erickson dalam
Monks, Knoers dan Haditono : 2001)
Menurut Havighurst ( dalam Monks, Knoers dan Haditono : 2001) tugas
perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,
mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tanggung
jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial
tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan.
Masa dewasa awal atau “early adultood” terbentang sejak tercapainya
kematangan secara hukum sampai kira-kita umur usia empat puluh tahun (
dialami seseorang sekitar dua puluh tahun). (E. B. Hurlock, 1993) Masa dewasa
awal adalah masa kelanjutan dari masa remaja, sehinnga ciri-ciri masa remaja
tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja.

1 . Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta : Erlangga,

3
B. Ciri-Ciri Perkembangan Fisik
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut
Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya
sebagai berikut:2
a. Berorientasi pada tugas,
bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas
yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau
untuk kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien;
seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara
jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu
mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam
mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-
perasaan orang lain
d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-
kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau
memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk
mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang
usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk
itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi
terhadap usaha-usahanya.

2
Drs.Johan W Kandau.1991, Psikologi Umum, Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama.h. 67

4
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang
memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-
kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

C. Aspek-Aspek Pekembangan
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka
yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan,
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara
fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta
transisi peran sosial (social role trantition).3
1. Aspek Perkembangan Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa
dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki
masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa
tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang
benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang
anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lainnya.
Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-
tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan
mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya
ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat
di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi
pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum
(misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai
pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus,
perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.

Dengan demikian aspek-aspek perkembangan fisik meliputi beberapa


hal yaitu:
1. Kekuatan dan energy

3
Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.h. 23

5
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda
berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembangkan diri
melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan
energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan
membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua.
Selain itu, mereka yang menikah harus rnemikirkan kehidupan ekonomi
keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar
biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan
pekerjaannya.
2. Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically es-
tablished), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai
ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat,
bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun
mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik. Ketekunan
merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier
pekerjaan. Pada mereka yang masih membujang apabila pekerjaan tidak
sesuai dengan kariernya maka ia akan mencari pekerjaan yang lain.
Sedangkan bagi mereka sudah menikah akan terus mengembangkan
kariernya walaupun tidak sesuai dengan bidang kariernya karena takut
mengalami kegagalan. Sejak saya berusia 22 tahun, saya sempat
mendaftarkan di universitas lain. Setelah dinyatakan lulus saya tidak
ingin lagi untuk melanjutkan kuliah karena karena tidak sesuai dengan
keinginan dan karier saya, maka saya memilih untuk melanjutkan cita-
cita saya sebagai seorang calon imam.
3. Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari
kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu
pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi
internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai
dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, pada
dasarnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar

6
mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupun
memperoleh hambatan atau rintangan dari lingkungan eksternal. Ketika
saya mau melanjutkan pendidikan ke Tahun Orintasi Rohani, saya
dinyatakan tidak lulus karena sakit. Oleh karena itu saya harus mencari
jalan lain. Namun karena motivasi yang begitu kuat untuk menjadi imam
maka saya berjuang untuk melakukan pengobatan. Keberadaan saya
selama di luar ada banyak berbagai macam pengaruh dari lingkungan
tetapi tidak pernah menghalang motivasi saya untuk menjadi imam.

2. Aspek Perkembangan Kognitif


Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai
dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide dan pemikiran yang
dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi).
Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi
(mapan). Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang.
Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian
tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu
memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya
inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman
baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan
kualitas mentalnya.

D. Teori-Teori Perkembangan Mental Menurut Turner Dan Helms


Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995)
mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) dimensi
perkembangan mental kualitatif (qualitative mental dimensions] dan (2) dimensi
perkembangan mental kuantitatif (quantitative mental dimensions}.4
1. Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)

4
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.h. 12

7
Menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya
mencapai taraf operasi formal, melainkan telah memasuki penalaran
postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan
pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan
untuk memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-
gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran yang saling
kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam
pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan
Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja,
sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis
dan mampu mencari inti sari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga
diperoleh pemikiran baru.
2. Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk mengetahui
kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang
menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian
longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa
taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini
dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi
(status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan
ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan
tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun
kemampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya, individu yang
memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti
ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga
intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin
baik.

8
E. Tipe-Tipe Intelektual Pada Masa Dewasa Awal
Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang,
para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes},
menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized
intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-
motor (visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms,
1995). 5
1. Visualisasi,yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.
Misalnya, bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana
sampai yang lebih kompleks.
2. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan
menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain
3. fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu
masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek
kemampuan visual/motorik (penglihatan, pengamatan, dan keterampilan
tangan).
4. Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat
dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh
melalui proses belajar dalam dunia pendidikan.

F. Aspek Perkembangan Psikososial


Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan
sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier
dalam pekerjaannya. Selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan
pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak dan tetap harus
memperhatikan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai
membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya yang telah dibina
sejak masa remaja/masa sebelumnya.

5
Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.h. 76

9
Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas
perkembangan dewasa muda, di antaranya :
1. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup.
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin
memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan
tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan
jenisnya, asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi)

2. Membina Kehidupan Rumah Tangga.


Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa
golongan dewasa muda berkisar antara 21-40. Dari sini, mereka mem-
persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara
ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang
mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang
baru.

3. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab.


Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga
negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan
perundang-undangan yang berlaku.

4. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah


Tangga.
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya. Dengan mencapai prestasi kerja yang
terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera
bagi keluarganya. mereka juga harus dapat membentuk, membina dan
mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat

10
mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan
bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.

5. Dampak usia, seks, dan faktor keluarga terhadap perkembangan karier


dan kepuasan kerja.
Dampak usia terhadap perkembangan karier adalah individu yang
memasuki fase dewasa awal di dalam aktivitas kerjanya, orang dewasa awal
cenderung jarang untuk masuk kerja karena alasan kesehatan daripada
pekerja yang lebih tua. Mereka memiliki kemampuan aritmatika dan
kemampuan lainnya yang lebih baik daripada pekerja yang lebih tua. Mereka
cenderung gesit dan cekatan dalam bekerja sehingga mampu mencapai tahap
pekerjaan yang mapan atau telah mencapai puncak karier, akan tetapi mereka
kurang bijaksana dalam bekerja. Kepuasan pada suatu pekerjaan memiliki
kaitan yang erat dengan proses kehidupan, indikasi-indikasi kepentingan ini
berkaitan dengan aspek kesetiaan (loyalitas) dan kesehatan. Ketika orang
yang bekerja mengalami ketidakpuasan dengan hasil pekerjaannya, keadaan
ini seringkali dipengaruhi oleh sejenis stressor yang kuat. Adapun stressor-
stressor tersebut dapat berupa:
1. Masalah seksual
2. Kurangnya dukungan dari keluarga
a) Gaji yang kecil
b) Pekerjaan yang monoton
c) Bekerja dalam waktu yang terlalu lama
d) Ada masalah dengan atasan
e) Tidak ada pembagian yang jelas dalam pekerjaan

G. Kesehatan
Masa dewasa awal adalah masa dimana seseorang mencapai puncak
kemampuan fisik dengan kondisi yang paling sehat. Namun pada masa ini
kemampuan fisik individu juga mulai menurun. Kekuatan dan kesehatan otot
mulai menunjukkan penurunan sekitar umur 30-an. Pada masa ini beberapa
individu berhenti berpikir tentang bagaimana gaya hidup pribadi akan

11
mempengaruhi kesehatan hidup mereka selanjutnya pada kehidupan dewasa.
Dalam studi longitudinal, kesehatan fisik di usia 30 tahun dapat memprediksikan
kepuasan hidup pada usia 70 tahun yang mana lebih banyak terjadi pada laki-
laki daripada perempuan. Pada masa dewasa awal, sistem indera individu
menunjukkan sedikit perubahan, tetapi lensa mata kehilangan elastisitasnya dan
menjadi kurang mampu mengubah bentuk dan fokus pada benda-benda yang
berjarak dekat. Kemampuan pendengaran mencapai puncak pada masa remaja
dan tetap konstan pada permulaan dewasa awal, tetapi mulai mengalami
penurunan pada akhir masa dewasa awal. Pada pertengahan sampai menjelang
akhir 20-an, jaringan lemak tubuh bertambah.
Kondisi kesehatan dewasa muda dapat ditingkatkan dengan mengurangi
gaya hidup yang merusak kesehatan. Menurut Hurlock, puncak efisiensi fisik
biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan, setelah itu terjadi
penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan. Oleh karena itu, pada
masa dewasa muda lebih mampu menghadapi dan mengatasi masalah secara
fisik sehingga penyesuaian fisik berjalan dengan baik. Pada masa ini individu
sudah menyadai adanya kekurangan fisik pada dirinya namun juga menyadari
bahwa ia tidak dapat menghapus kekurangannya tapi masih mampu untuk
memperbaiki penampilan, hal ini menimbulkan minat yang menyangkut pada
diet, olah raga dan aspek kecantikan. Minat akan penampilan ini akan berkurang
menjelang usia tiga puluhan karena dirasa semakin kuatnya ketegangan dalam
pekerjaan dan rumah tangga.

H. Perilaku Perkembangan Penghayatan Identitas Dan Nilai-Nilai Agama


Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Dalam tahap awal perkembangan psikososial (dari Erikson) setelah
memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar pada diri anak, tumbuhlah perasaan
mempercayai pihak otoritas. Disini anak belajar mempercayai orang lain,
terutama pada orang tua yang telah memelihara dan memberikan kasih sayang.
Mereka juga mengembangkan konsep tentang hal yang baik dan yang buruk.
Dari sisi perkembangan kognitif (dari kohlberg) yakni masa pre-operasional,
pemikiran anak terbuka terhadap berbagai kemungkinan yang baru. Mereka

12
beranggapan antara fantasi dan kenyataan (realitas) terjadi secara bersamaan.
Salah dan benar merupakan konsekuensi dari perbuatan yang dilakukannya.
Sebagai anak-anak, mereka berusaha memahami kekuatan yang
mengatur(mengontrol) kehidupan dunia. Mereka sering membuat khayalan-
khayalan (imajinasi), bentuk kekuasaan atau macam kekuatan yang
menyebabkan kelangsungan hidup makhluk maupun isi dunia. Bentuk-bentuk
imajinasi yang muncul, bagaimana gambaran tentang neraka, surga, Tuhan, yang
pernah diceritakan orang tua atau yang dibaca di dalam buku-buku. Ciri khusus
imajinasi anak-anak masa ini, ditandai dengan imajinasi yang irasional(irrasional
image), sebab kapasitas kognitifnya yang masih bersifat pre-operasional. Selain
itu, karena sikapnya yang ego sentris, anak-anak sulit membedakan pandangan
sendiri dengan pandangan dari orang tua, dalam pikiran mereka tergambar
adanya keharusan seseorang (manusia) untuk patuh (obedience) agar
memperoleh ganjaran (berkat) dan hukuman bagi orang yang tidak patuh.
Pada usia ini seseorang sudah mulai meningkat percaya terhadap hal-hal yang
abstrak. Kepercayaan akan Tuhan, tetapi aplikasi ibadahnya menurun karena
sibuk dengan ekonomi dan karir. Dari bertambahnya usia, hingga mencapai pada
usia akhir pada usia muda yaitu mendekati usia 40, seseorang bisa mencapai
tahapan keyakinan keagamaan yang tertinggi.
Keyakinan ini berkaitan dengan system keyakinan transcendental yang
melampaui seluruh ajaran agama atau kepercayaan di dunia. Orang yang telah
mencapai tahap ini tidak memiliki pandangan yang sempit, yaitu hanya terbatas
pada ajaran agamanya saja. Pandangannya telah menyeluruh (komprehensif,
holistik, integratif) Dan menembus sekat-sekat kesukuan, kebangsaan, agama,
jenis kelamin, dan strata sosial. Segala hal yang bersifat paradox dan
menimbulkan pertentangan telah dihapuskan. Yang ada hanyalah kesederajatan,
kesetaraan dan kesamaan antara manusia dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia baik kaya-miskin, pandai- bodoh, berkulit hitam-putih dan laki-laki
perempuan di hadapan Tuhan sama. Yang membedakan adalah ketaqwaannya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa dewasa adalah masa yang sangat panjang (20 – 40 tahun), dimana
sumber potensi dan kemampuan bertumpu pada usia ini. Masa ini adalah
peralihan dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa
dewasa, yang menuntut kemandirian dan diujung fase ini adalah fase dewasa
akhir, dimana kemampuan sedikit demi sedikit akan berkurang. Sehingga masa
dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang dalam
masa penitian karir/pekerjaan/sumber penghasilan yang tetap.
Masa ini juga adalah masa dimana kematangan emosi memegang
peranan penting. Seseorang yang ada pada masa ini, harus bisa menempatkan
dirinya pada situasi yang berbeda; problem rumah tangga, masalah pekerjaan,
pengasuhan anak, hidup berkeluarga, menjadi warga masyarakat, pemimpin,
suami/istri membutuhkan kestabilan emosi yang baik.
Perkembangan psikososial meliputi: Hubungan orang tua dan anak.
Ciri-ciri Dewasa Awal sebagai berikut: Usia Reproduktif, Usia Memantapkan
Letak Kedudukan, Usia Banyak Masalah, dan Usia Tegang Dalam Hal Emosi
Tugas-tugas dewasa awal meliputi: Memilih teman bergaul (sebagai calon suami
astri), Belajar hidup bersama dengan suami istri, Mulai hidup dalam keluarga
atau hidup berkeluarga, Belajar mengasuh anak-anak, Mengelola rumah, Mulai
bekerja dalam suatu jabatan, Mulai bertanggung jawab sebagai warga negara
secara layak, dan Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai
pahamnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini amatlah jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran dan
kritikan yang bersifat membangun demi efektifnya makalah selanjutnya, karena
penulis sebagai manusia biasa tidak luput dari lupa dan salah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Johan W Kandau.1991, Psikologi Umum, Jakarta; PT.Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.

Dariyo, Agoes. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

15

Anda mungkin juga menyukai