Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

MENDEMONSTRASIKAN NAFAS DALAM DAN MEMUKUL BANTAL

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SRIKANDI RSJ AMINO GONDO UTOMO

SEMARANG

NAMA KELOMPOK

1. ANA TRI ISKHOTIMAH 15.015


2. ARI BUDI SULISTYO P 15.019
3. ARIS SUKMA BINTARIA W 15.020
4. ATIKA YUNIA SARI 15.021
5. BEKTI SRI UTAMI 15.022

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2017

1. TOPIK :
Mendemontrasikan kegiatan fisik yang dapat mencegah prilaku kekerasan dengan tarik
nafas dalam dan memukul bantal.
2. LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan
sehat fisik, mental, sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.
Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat memenuhi
tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari, dan
puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri.
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terkihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku, dan koping yang
efektif, konsep diri positif, dan kestabilan emosional. Kesehatan jiwa dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor tersebut antara lain otonomi dan kemandirian, memaksimalkan
potensi diri, menoleransi ketidakpastian hidup, harga diri, menguasai lingkungan,
orientasi realitas dan manajemen stress.
American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai
suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas disertai peningkatan
resiko kematian, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa
menyebabkan penderitanya tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat
lagi menguasai dirinya untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti
dirinya sendiri (Baihaqi,dkk, 2005)
Setiap tahun, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus meningkat, baik
gangguan jiwa berat maupun ringan. Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007,
persentase gangguan jiwa mencapai 11,6 persen dari sekitar 19 juta penduduk yang
berusia di atas 15 tahun. Namun masih sedikit yang memiliki perhatian terhadap
kesehatan jiwa di Indonesia. Program promosi kesehatan jiwa di masyarakat pun masih
belum banyak, sehingga diperlukan mental health nurses(perawat jiwa) di masyarakat
yang melakukan promosi kesehatan, terutama kesehatan jiwa.
Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi
kesehatan jiwa dan fisik sangat diperlukan untuk mencegah meningkatnya angka
gangguan jiwa. Perawatan klien gangguan jiwa di rumah sakit membutuhkan dukungan
dari banyak aspek sehingga kesejahteraan klien dapat tercapai. Salah satu tujuan
perawatan klien dengan gangguan jiwa di rumah sakit adalah dengan melatih klien untuk
mandiri dan mampu berinteraksi dengan orang lain. Ketika klien mampu berinteraksi
diharapkan klien dapat kembali berfungsi di masyarakat dan mampu melakukan perannya
di masyarakat. Bentuk pelatihan berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain adalah
dengan melakukan terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok diperlukan dalam praktik keperawatan jiwa untuk
mengatasi gangguan interaksi dan komunikasi serta merupakan salah satu keterampilan
terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas yang
berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang
bersamaan.Terapi aktivitas kelompok memiliki dua tujuan umum, yaitu tujuan terapeutik
dan tujuan rehabilitatif.
Tujuan terapeutik untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasi dengan
lingkungan (hubungan dengan luar diri klien), meningkatkan stimulus realitas dan respon
individu, memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif, meningkatkan rasa
dimiliki, meningkatkan rasa percaya diri, dan belajar cara baru dalam menyelesaikan
masalah. Sedangkan tujuan rehabilitatif untuk meningkatkan kemampuan untuk ekspresi
diri, meningkatkan kemampuan empati, meningkatkan keterampilan sosial, serta
meningkatkan pola penyelesaian masalah.
Terapi aktivitas kelompok dengan Mendemontrasikan kegiatan fisik yang
dapat mencegah prilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam dan memukul bantal.
demonstrasi ini diharapakan dapat memberikan stimulus kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk klien. Selain itu juga dapat menjalin komunikasi dan mengontrol
amarah pada pasien. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka kami bermaksud untuk
melakukan terapi aktivitas kelompok Mendemontrasikan kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan dengan tarik nafas dalam dan memukul bantal. pada klien
di ruang Srikandi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang
3. TUJUAN
a. Tujuan umum :
Klien dapat mengontrol rasa marah dengan kegiatan fisik yang sesuai
b. Tujuan khusus :
a) Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat di lakukan
b) Klien dapat menyebutkan menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
c) Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat di lakukan
4. SELEKSI PASIEN
a. Kriteria pasien TAK
a) Klien yang sudah tenang dan kooperatif
b) Klien yang tidak terlalu gelisah
c) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok.
d) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
e) Kondisi fisik dalam keadaan baik
f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas kelompok
b. Jumlah peserta TAK : anggota berjumlah 8 orang
c. Nama peserta TAK :
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
- Tn. X
d. Proses seleksi pasien
Seleksi dilakukan sehari sebelum pelaksanaan kegiatan
5. JADWAL KEGIATAN
a. Tempat pelaksanaan TAK : di ruang berkumpul ruang Srikandi RSJ Amino Gondo
Hutomo Semarang
b. Lama pelaksanaan TAK : 30 menit
c. Waktu pelaksanaan TAK : 09.00 – 09.30 wib
6. METODE :
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi
7. MEDIA DAN ALAT :
a. Bantal
b. Kertas
c. Bolpoin
d. Gelas
e. Hp
8. PENGORGANISASIAN
a. Leader : Bekti Sri Utami
b. Co- leader : Atika Yunia Sari
c. Fasilitator :
- Ana tri iskhotimah
- Ari Budi S. P
- Aris Sukma Bintaria W. K
- Atika yunia sari
9. SETTING TEMPAT
Keterangan :

Leader :

Perawat Laki-laki :

Perawat Perempuan :

Meja :

10. LANGKAH KEGIATAN TAK


a. Persiapan
1) Membuat pre planning
2) Menyeleksi peserta.
3) Membuat kontrak waktu dengan klien
4) Mempersiapkan alat dan tempat
5) Alat dan bahan yang diperlukan : tali rafia, alat tulis.
6) Tempat : area RSJD Amino Gondohutomo
b. Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menanyakan perasaan klien saat ini.
4) Kontrak :
a. Tempat
b. Waktu pelaksanaan 30 menit
c. Menjelaskan tujuan permainan yaitu untuk mengidentifikasi proses marah
dan cara menyalurkan marah dengan nafas dalam dan pukul bantal.
5) Leader menjelaskan aturan permainan sebagai berikut :
a) Peserta duduk di kursi yang telah disusun secara melingkar
b) Peserta harus memperhatikan arahan selama kegiatan berlangsung
c) Peserta mengikuti permainan sampai dengan selesai.
d) Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
ijin pada leader
e) Lama permainan 30 menit
c. Tahap Kerja
a) Peserta yang telah diseleksi ditempatkan pada setting tempat melingkar
b) Fasilitator membagikan kertas dan bolpoin kepada peserta
c) Leader memimpin jalannya permainan dengan mengidentifikasi perasaan
marah yang dialami pasien meliputi :penyebab, tanda-tanda, perilaku yang
dilakukan, akibat
d) Peserta menuliskan perasaan marah pada kertas yang telah dibagikan
e) Peserta membacakan perasaan yang telah ditulis pada kertas dengan berdiri
satu persatu
f) Leader mendemonstrasikan cara mengontrol marah dengan teknik nafas dalam
dan pukul bantal
g) Fasilitator mengamati apabila ada yang melanggar peraturan dan
memfasilitasi peserta dalam mengikuti permainan.
h) Langkah-langkah diatas dilanjutkan hingga waktu yang disediakan habis.
i) Permainan dilakukan dalam waktu 30 menit.
d. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
c) Menanyakan kembali kepada peserta cara mengendalikan marah yang
telah dilakukan bersama-sama.
2. Rencana tindak lanjut
a) Menganjurkan klien untuk tetap menjaga kekompakan dengan klien lain.
b) Menganjurkan klien untuk bercakap-cakap dengan klien lain tentang
perasaannya.
3. Kontrak yang akan dating
a) Menyampaikan kegiatan berikut untuk melakukan permainan yang
berbeda.
b) Menyepakati tempat dan waktu.
11. PROGRAM ANTISIPASI
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memotivasi klien untuk ikut aktif dalam permainan.
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi.
c. Bila ada klien lain ingin ikut :
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti
oleh klien tersebut.
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut

Anda mungkin juga menyukai