Anda di halaman 1dari 37

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM NY. K DENGAN GANGGUAN


PENDENGARAN
DI BANGSAL ANGGREK RUMAH PELAYANAN SOSIAL LANJUT
USIA PUCANG GADING SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gerontik


Dosen Mata Ajar : Ns. Tuti Anggarawati, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Lusi Arifirohwati (16.055) 6. Robin Herlex .P (16.086)


2. Nindy Lestari Dewi (16.066) 7. Ruwita Duwiyanti (16.087)
3. Rahmanisa Dwi .S (16.074) 8. siti Romidah (16.094)
4. Rezania Cindy .B (16.079) 9. veni Yudha .W (16.098)
5. Rita Puspita .S (16.082) 10. Vivi Rahmawati (16.099)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran
pada usia lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya
pendengaran, dari derajat yang ringan sampai dengan yang berat. Bila
kekurang pendengaran ini berat, akan menimbulkan banyak masalah bagi
penderita dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya salah faham dalam
komunikasi. Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain
marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah
mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan
mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai
gangguan, salah satunya presbikusis. Presbiskusis adalah tuli sensorineural
pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ pendengaran, simetris
(terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang
mendasari selain proses menua secara umum.Beberapa dari tanda dan
gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu Kesulitan
mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-
bunyi dengan nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi
bicara lain yang parau atau bergumam, Masalah pendengaran pada
kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising, Latar
belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan
kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang
frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan
lengkap.Untuk itu kelompok tertarik untuk mengambil hal ini untuk dapat
dijadikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan sistem
pendengaran.
B. Tujuan
1. Untuk dapat mengkaji masalah gangguan sistem pendengaran pada
lansia.
2. Untuk menentukan diagnosa gangguan sistem pendengaran pada
lansia.
3. Untuk menentukan intervensi gangguan sistem pendengaran pada
lansia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Presbiskusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni
berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan
dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi, 1999).
Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan
dengan proses penuaan. (Lueckenotte, 1997).
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose
degenerasi organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga)
yang terjadi secara progresif lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah
atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses menua
secara umum.
B. Etiologi
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada
presbikusis antara lain :
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi ini
dimulai dengan terjadinya atrofi dibagian epitel dan saraf pada organ corti.
Lambat laun secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada
daerah basal hingga ke daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi
sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan pemahaman
bicara karena penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik yang
mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis
otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. (Schuknecht).
Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada
presbikusis antara lain : (Boedhi & Hadi, 1999) :
1. Usia dan jenis kelamin
2. Hipertensi
3. Diabetes Melitus
4. Merokok
5. Hiperkolesterol
6. Riwayat Bising
Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi
menjadi :
1. Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak
pada telinga dalam).
2. Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak
pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
C. Manifestasi Klinis
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan
pendengaran :
1. Kesulitan mengerti pembicaraan
2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada
tinggi.
3. Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau
atau bergumam
4. Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan
latar belakang yang bising.
5. Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
6. Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
7. Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya
relatif diterima dengan lengkap.
(Luekenotte, 1997)

D. Klasifikasi
Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4, antara lain : (Boedhi & Hadi,
1999)
1. Presbiakusis Sensor
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai dengan hilangnya sel
rambut dan sel penyokong organ corti di membrana basalis koklea dan
karena itu khas berupa hilangnya pendengaran nada tinggi, yang
dimulai setelah usia pertengahan. Ciri khas dari tipe presbikusis
sensori ini adalah terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada
frekuensi tinggi.
2. Presbiakusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur
saraf pusat. Tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap
frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan
diskriminasi kata-kata dan dapat dijumpai sebelum terjadinya
gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang
berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron
akhirnya hilang. Bila neuron ini berkurang dibawah yang dibutuhkan
untuk transmisi getaran , maka terjadilah resbikusis neural.
Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada basal
koklea. Dan atrofi yang luas pada ganglion spiral.
3. Presbikusi Strial (metabolik)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang
pendengaran yang mulai timbul pada dekade ke-6 dan berlangsung
perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan terjadinya abnormalitas strial
vaskularis berupa atropi daerah apikal dan tengah dari koklea. Strial
vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik,
kimiawi, dan metabolik koklea, proses ini berlangsung pada usia 30-60
tahun.
4. Presbikusis Kondusif Koklea
Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya
perubahan mekanisme pada membran basalis koklea sebagai akibat
proses menua. Secara audiogram ditandai dengan penurunan progresif
dari sensitifitas di seluruh daerah tes. Terjadi perubahan gerakan
mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiral.
E. Patofisiologi
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti
berupa hilangnya sel epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan (60
tahun keatas). juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama terjadi pula pada
serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi pula perubahan
pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat
penurunan elastisitas membran basalais di koklea dan membrana
timpani.Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ
pendengaran, pasokan darah dari reseptor neurosensorik mungkin
mengalami gangguan, sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis
otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat
bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh
berbagai sebab, di samping kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu
sendiri yang bisa berbagai jenis.

PATHWAY

F. Anatomi Fisiologi Telinga


Telinga sebagai organ pendengaran, berisi reseptor-reseptor yang
menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan
reseptor yang berespon pada gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga
bagian : telinga luar, tengah dan dalam.
1. Telinga luar
Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal.
Fungsinya untuk menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar
kartilago yang tertutup dengan kulit. Lobus satu-satunya bagian yang
tidak disokong oleh kartilago. Sesuai pertambahan usia kartilago terus
dibentuk dalam telinga dan kulit telinga berkurang elastisitasnya;
kemudian aurikel tampak lebih besar dari lobulus. Perubahan-
perubahan yang menyertai proses penuaan ini adalah pengeriputan
lobulus dalam suatu pola oblique linier. Saluran auditorius berbentuk S
panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai membran timpani. Serumen
disekresi oleh kelenjar yang menangkap benda asing dan melindungi
epitelium kanalis. Pada proses penuaan, saluran menjadi dangkal
sebagai akibat lipatan ke dalam, pada dinding kanalis silia menjadi
lebih kasar dan lebih kaku dan produksi serumen agak berkurang dan
lebih kering.
2. Telinga tengah
Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya
memperkuat bunyi yang ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi :
maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke dinding ruang timpanik
oleh ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari
kanalis auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-
tulang bergerak dan mentransmisikan gelombang bunyi melewati
ruang ke jendela lonjong. Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan
dalam telinga tengah dan merangsang reseptor pendengaran. Bagian
membran yang tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit tegang adalah
pars flaksida. Perubahan atrofik pada membran karena proses penuaan
mengakibatkan penampilan dangkal, teregang, putih atau abu-abu.
Perubahan ini tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.
3. Telinga dalam
Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis
semisirkularis dan koklea. Koklea adalah struktur yang menggulung
berisi organ Corti, unit fungsional pendengaran. Sel-sel rambut organ
Corti dibengkokkan dan diubah oleh vibrasi kemudian diubah menjadi
impuls-impuls elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada
koklea dan neuron jaras auditorius mengakibatkan presbikusis,
bilateral, penurunan pendengaran sensorineural yang dimulai pada usia
pertengahan. (Lueckenotte,1997). Menurut frekuensi getarannya,
tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh.
b. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone) seperti berdengung.
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan
dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa
bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi
dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi
pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada
tinggi (4000Hz). Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang
suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang
dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat
berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras
tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus,
yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh
penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000
hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang
telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi
bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat
berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di
dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran itu
di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon
dengan timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir
setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami
bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap bising yang berkekuatan
85dB bisa menyebabkan kerusakan. Oleh karena itu di Indonesia telah
di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang
industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam.
Tetapi memang implementasinya belum merata. Makin tinggi paparan
bising, makin berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Dengan Garputala
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan
menempatkan garputala yang telah digetarkan di dekat telinga
sehingga suara harus melewati udara agar sampai ke telinga.
Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran
subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga,
telinga tengah, telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf
pendengaran di otak.
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan
menempatkan ujung pegangan garputala yang telah digetarkan pada
prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga).
Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang tengkorak, termasuk tulang
koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel rambut yang
merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan
berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya
menilai telinga dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran
di otak. Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi
pendengaran melalui hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli
konduktif. Jika pendengaran melalui hantaran udara dan tulang
menurun, maka terjadi tuli sensorineural. Kadang pada seorang
penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.
2. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara
tepat, yaitu dengan menggunakan suatu alat elektronik (audiometer)
yang menghasilkan suara dengan ketinggian dan volume tertentu.
Ambang pendengaran untuk serangkaian nada ditentukan dengan
mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi
dapat mendengarnya. Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara
terpisah.
Untuk mengukur pendengaran melalui hantaran udara digunakan
earphone, sedangkan untuk mengukur pendengaran melalui hantaran
tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang kemudian
diletakkan pada prosesus mastoideus.
3. Audimetri Ambang Bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus
diucapkan supaya bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan
kata-kata yang terdiri dari 2 suku kata yang memiliki aksentuasi yang
sama, pada volume tertentu. Dilakukan perekaman terhadap volume
dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata yang diucapkan
dengan benar.
4. Diskriminasi
Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan
untuk membedakan kata-kata yang bunyinya hampir sama.
Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku kata, yang bunyinya
hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi kata-
kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal.
Pada tuli sensori, nilai diskriminasi berada di bawah normal. Pada tuli
neural, nilai diskriminasi berada jauh di bawah normal.
5. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur
impedansi (tahanan terhadap tekanan) pada telinga tengah.
Timpanometri digunakan untuk membantu menentukan penyebab dari
tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi aktif dari
penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak. Timpanometer
terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga.
Dengan alat ini bisa diketahui berapa banyak suara yang melalui
telinga tengah dan berapa banyak suara yang dipantulkan kembali
sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:
penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan hidung bagian belakang) cairan di dalam telinga
tengah kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang
menghantarkan suara melalui telinga tengah.
Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada
kontraksi otot stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu
tulang pendengaran di telinga tengah).
Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap
suara-suara yang keras/gaduh (refleks akustik) sehingga mengurangi
penghantaran suara dan melindungi telinga tengah.Jika terjadi
penurunan fungsi pendengaran neural, maka refleks akustik akan
berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot
stapedius tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara
yang gaduh.
6. Respon Auditoris Batang Otak
Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul
akibat rangsangan pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang
otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu pada
penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.
7. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan
saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu
menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran
sensorineural.
Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa
digunakan untuk menilai pendengaran pada penderita yang tidak dapat
atau tidak mau memberikan respon bawah sadar terhadap suara.
Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau
untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
Beberapa pemeriskaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan
pada daerah yang mengolah pendengaran di otak. Pemeriksaan tersebut
mengukur kemampuan untuk: mengartikan dan memahami percakapan
yang dikacaukan memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan
pada saat telinga kiri menerima pesan yang lain menggabungkan pesan
yang tidak lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi
pesan yang bermakna menentukan sumber suara pada saat suara
diperdengarkan di kedua telinga pada waktu yang bersamaan. Jalur
saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan,
karena itu kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran
pada telinga kiri.
Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam
menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang
bermakna dan dalam menentukan sumber suara.
H. Pengobatan
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung
kepada penyebabnya. Jika penurunan fungsi pendengaran konduktif
disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran
telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Jika
penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau
kadang dilakukan pencangkokan koklea.
I. Komplikasi
1. Gelisah
2. Salah sangka (merasa orang lain menjadi marah pada kita karena kita
kurang mendengarkan pembicaraan mereka)
3. Depresi
J. Penatalaksanaan
1. Bersihkan telinga, pertahankan komunikasi.
2. Berbicara pada telinga yang masih baik dengan suara yang tidak terlalu
keras.
3. Berbicara secara perlahan-lahan, jelas, dan tidak terlalu panjang.
4. Beri kesempatan klien untuk menjawab pertanyaan.
5. Gunakan sikap dan gerakan atau objek untuk memudahkan persepsi
klien.
6. Beri sentuhan untuk menarik perhatian sebelum memulai pembicaraan.
7. Beri motivasi dan reinforcement.
8. Kolaborasi untuk menggunakan alat bantu pendengaran.
9. Lakukan pemeriksaan secara berkala.
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan
atau rangsangan berupa suara.
b) Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap
pembicaraan.
c) Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi
pembicaraan.
d) Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan
kesendiriannya itu klien mengekspresikan kesepian dan keluarga
klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri dari lingkungan
dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.
e) Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan bahwa
klien lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan aktivitas
apapun.
f) Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-
pesan tertulis.
3) Riwayat penyakit dahulu
a) Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit
akut maupun kronis.
b) Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ?
biasanya prebikusis sering muncul pada umur 60 tahun
keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
c) Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan
mengalami alergi terhadap berbagai makanan dan minuman.
d) Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat
atau tidak.
e) Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada
sistem pendengaran, apakah ada kelurga yang menderita DM.
c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
1) Inspeksi:
a) Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
b) Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
c) Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau
tidak)
d) Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
2) Palpasi:
a) Apakan terdapat nyeri raba
b) Apakah ada pembengkakan

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
3. Intervensi keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang
pendengaran bagian dalam
1) Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik
2) Kriteria Hasil
Dalam 1 hari klien dapat :
a) Menerima pesan melalui metode alternatif
b) Mengerti apa yang diungkapkan
c) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk
berkomunikasi
d) Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
3) Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3) Bicara dengan pelan dan jelas
4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5) Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6) Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
1) Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
2) Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
1) Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
2) Berhubungan sosial dengan orang lain
3) Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan
klien untuk berhubungan dengan orang lain
4) Membina hubungan saling percaya dengan perawat
3) Intervensi :
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri
c) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang mungkin
d) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan
e) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan
kerugian dari perilaku menarik diri
f) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
g) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
h) Bina hubungan saling percaya dengan klien
i) Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian
mengunjungi klien
j) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
k) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
hubungan terpeutik
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
1) Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
2) Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
a) Menceritakan perasaan-perasaan bosan
b) Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang
menyenangkan.
c) Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau
depresi yang disebabkan oleh kebosanan.
3) Intervensi :
a) Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan
pengalaman
b) Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
c) Variasikan rutinitas sehari-hari
d) Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
e) Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
f) Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PM NY. K DENGAN GANGGUAN
PENDENGARAN

1. Identitas Klien
a. Nama : Ny.K
b. Alamat : Semarang
c. Umur : 89 Tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Status : Janda
f. Agama : Islam
g. Suku : Jawa
h. Tingkat Pendidikan : Tidak sekolah
i. Lama Tinggal : 9 bulan
j. Sumber Pendapatan : Tidak ada
k. Keluarga yang dapat dihubungi : Tidak ada
l. Riwayat pekerjaan : Tidak ada
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan yang dirasakan saat ini
- PM mengatakan dada terasa sesak.
b. Keluhan yang dirasakan 3 bulan terakhir
- PM mengatakan tidak sakit
c. Penyakit saat ini
- Sesak nafas
d. Kejadian penyakit 3 bulan terakhir
- PM mengatakan lupa
3. Status Fisiologi
a. Postur tulang belakang
- PM tampak membungkuk
b. TTV dan status gizi
1. Suhu : 36,70C
2. TD : 120/80 mmHg
3. N : 85 x/menit
4. RR : 27 x/menit
5. BB : 46 kg
6. TB : 147 cm
7. IMT : 21,2 (gizi baik)
4. Pengkajian Head to toe
a. Kepala
- Kepala PM tampak bersih, rambut Pm tampak rontok, PM mengtakan gatal
karena beruban.
b. Mata
- Konjungtiva anemis, sklera anikterik, pergerakan bola mata normal, reflek
pupil terhadap cahaya normal, tidak ada peradangan, tidak ada riwayat
katarak, tidak ada keluhan
c. Hidung
- Bentuk simetris, tidak ada perdangan, tidak ada gangguan penciuman
d. Mulut dan tenggorokan
- Mulut terlihat bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan, tidak ada
kesulitan mengunyah dan menelan
e. Telinga
- Telinga tampak kotor, tidak ada peradangan, telinga bagian kanan
mengalami penurunan pendengaran, dari hasil tes ketajaman pendengaran
PM tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan dan PM
tidak mendengar secara jels detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi.
f. Leher
- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk
g. Dada
- Dada simetris, retraksi dinding dada, bunyi wheezing, tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen
- Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, bising usus 12
x/menit, tidak ada benjolan.
i. Genetalia
- Tidak ada keluhan (kebersihan, hemoroid tidak terkaji)
j. Ekstremitas
- kekuatan otot 4 (melawan gravitasi dengan tahanan sedikit), tidak ada
benjolan, tidak tremor, tidak oedem pada tangan dan kaki, menggunakan
alat bantu jalan yaitu tongkat.
k. Integumen
- Kulit tampak bersih, warna kulit sawo matang,kulit tampak kering dan
keriput, tidak ada gangguan pada kulit.
5. Pengkajian Keseimbangan Lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
- PM dapat bangun dari kursi dengan 2 kali gerakan, PM dapat duduk di
tengah kursi, PM dapat melakukan putaran leher dalam keadaan stabil dan
tidak pusing, PM dapat melakukan gerakan mengepal sesuatu, PM dapat
membungkuk untuk mengambil objek kecil-kecil.
b. Komponen gaya berjalan
- PM berjalan menggunakan tongkat, ketingian langkah 2 cm, PM berbalik
badan dengan pelan
6. Pengkajian Psikososisal
a. Hubungan dengan orang lain dalam wisma
- PM mengatakan mengenal semua teman di bangsal, selalu berinteraksi
dengan baik, saling membantu jika ada teman yang membutuhkan bantuan.
b. Hubungan dengan orang lain di luar wisma
- PM mengatakan selalu menyapa jika bertemu temannya dari bangsal lain
dan selalu mengikuti kegiatan -kegiatan yang telah dijadwalkan.
c. Kebiasaan lansia berinterksi ke wisma lain
- PM mengatakan tidak pernah jalan-jalan ke bangsal lain
d. Stabilisasi emosi
- PM mengatakan jarang emosi.
e. Motivasi penghuni panti
- PM mengatakan senang dan nyaman tinggal dipanti karena banyak teman,
tidak merasa kesepian dan banyak hiburan seperti karaoke dan rebana.
f. Frekuensi kunjungan keluarga
- Tidak pernah dikunjungi keluarga karena tidak mempunyai anak dan suami.
g. Masalah mental
- Tingkat kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari PM skor A
karena PM masih bisa mandiri dalam hal makan, mandi, berpakaian dan
berpindah tempat.
- Skala GDS hsilnya 3 menunjukkan depresi tidak ada (not depressed).
- Hasil SPMSQ adalah salah 2 jadi fungsi intelektul utuh.
- Hasil identifikasi aspek kognitif adalah 25 jadi PM tidak ada gangguan
kognitif.
7. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan
- PM tidak merokok
- PM tidak meminum alkohol dan kopi
- PM menggunakan obat-obatan
8. Pola Pemenuhan Kegiatan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
- PM mengatakan makan 3 kali sehari, menghabiskan 1 porsi makan ada
makanan tambahan dari panti yaitu snack.
b. Pola Cairan
- PM mengatakan minum air putih kurang lebih 5 gelas perhari, teh dan susu
jika ada pemberian dari panti.
c. Pola Tidur
- PM mengatakan dalam sehari semalam tidur 2 kali yaitu tidur siang kurang
lebih 2 jam, tidur malam kurag lebih 9 jam, PM tidur nyenyak dan jika ada
waktu luang ketika tidak tidur PM sering mengobrol dengan teman satu
bangssalnya.
d. Pola Eliminasi
- PM mengatakan BAB 2 kali sehari, konsistensi padat dan tidak ada
gangguan.
e. Pola BAK
- PM mengatakan kurang lebih 5 kali dalam sehari, warna kuning, pada saat
BAK tidak mengalami gangguan
f. Pola Aktivitas
- PM mengatakan pada setiap jadwal kegiatan di panti selalu mengikuti, PM
terliht mengikuti kegiatan dengan semangat
g. Pemenuhan Kebersihan Diri
- PM mengatakan mandi 2 kali sehari, memakai sabun, sikat gigi 2 kali sehari
menggunakan pasta gigi, keramas 2 hari sekali dan setiap selesai mandi
selalu ganti pakaian.
9. Tingkat Kemandirian dalam Sehari-hari
- Tingkat kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari PM skor A karena
PM masih bisa mandiri dalam hal makan, mandi, berpakaian, beribadah, ke
kamar kecil dan berpakaian.
10. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman
- Di bangsal Anggrek ruangan cukup luas, terdapat 19 bed tempat tidur, disetiap
bed ada kasur, guling, bantal, almari, barang-barang PM tampak didlam
almari, penataan barang rapi, kasur terlihat rpi terdapat loker untuk masing-
masing PM, terdapat kipas angin, terdapat 2 dispenser dan 2 galon, terdapat
tempat duduk untuk tamu, lantai dari keramik terlihat bersih.
b. Sanitasi
- Sumber penyediaan air bersih dari PDAM, air untuk diminum dari galon,
sarana pembuangan air limbah lancar, dan sampah dibuang pada tempatnya.
c. Faktor resiko
- Ada penanggulangan kebakaran
d. Polusi udara, air, suara
- Asap kendaraan bermotor.
e. Kecelakaan atau jatuh
- PM mengatakan jika lantai bassah dan licin bisa menyebabkan PM terpeleset
dan jatuh.
11. Pemanfaatan Layanan Kesehatan
- Setiap satu bulan sekali PM mengikuti cek kesehatan di panti.

12. Analisa Data

N Hari/Tanggal Data Fokus Etiologi Problem TTD


O /Jam
1. Selasa, DS : Degenerasi Gangguan
13 November - PM mengatakan tulang komunikasi
2018 telinga sebelah kanan pendengaran verbal
09.30 WIB mengalami penurunan bagian dalam
pendengaran.
DO :
- PM tampak menyuruh
mengulang pertanyaan
yang diajukan
- PM tampak
mendekatkan telinga ke
sumber suara
- Telinga PM tampak
kotor
- Hasil tes ketajaman
pendengaran PM tidak
mendengar secara jelas
angka-angka yang
disebutkan dan PM tidak
mendengar secara jels
detak jarum jam pada
jarak 1-2 inchi
2. Selasa, DS : Mukus Ketidakfektifan
13 November - PM mengatakan sesak berlebihan bersihan jalan
2018 DO : nafas
09.30 WIB - RR = 27 x/menit
- bunyi nafas wheezing
- retraksi dinding dada

13. Intervensi
Diagnosa keperawatan Kriteria Hasil Tujuan
Hambatan komunikasi Setelah dilakukan Peningkatn komunikasi :
verbal berhubungan tindakan keperawtan 3 x kurang
dengan degenerasi tulang 7 jam diharapakan PM pendengaran(4974)
pendengaran bagian dapat menerima 1. Monitor akumulasi
dalam komunikasi dengan serumen yang berlebihan
kriteria hasil : 2. Bersihkan serumen
Komunikasi (0902) yang berlebihan ujung
1. Mengunakan bahasa kain lap yang diplintir
tertulis ditingkatkan dari sambil menurunkan daun
skala 3 cukup terganggu telinga
ke skala 4 sedikit 3. Hindari lingkungan
terganggu berisik saat
2. Mengunakan lisan berkomunikasi
ditingkatkan dari skala 3 4. Gunakan suara rendah
cukup terganggu ke skala dan lebih dalam saat
4 sedikit terganggu. berbicara.
3. Mengenali pesan yang
diterima ditingkatkan dari
skala 3 cukup terganggu
ke skala 4 sedikit
terganggu
Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
jalan nafas berhubungan tindakan keperawatan 3 x (3140)
dengan mukus berlebihan 7 jam diharapkan sesak 1. Posisikan psien untuk
PM dapat berkurang memaksimalkan ventilasi
dengan kriteria hasil : 2. Buang sekret dengan
status memotivasi pasien untuk
pernapasan:kepatenan melakukan batuk atau
jalan nafas(0410) menyedot lendir
1. Frekuensi pernapasan 3. Motivasi pasien untuk
ditingkatkan dari skala 2 bernapas dalam,pelan dan
cukup berat ke skala 3 batuk
sedang 4. Intruksikan bagaimana
2. Irama pernapasan agar bisa batuk efektif
ditingkatkan dari skala 2
cukup berat ke skala 3
sedang
3. Kedalaman inspirasi
ditingkatkan dari skala 2
cukup berat ke skala 3
sedang
4. Kemampuan untuk
mengeluarkan sekret
ditingkatkan dari skala 2
cukup berat ke skala 3
sedang
14. Implementasi
Hari /tanggal,jam Diagnosa Implementasi Respon klien
keperawatan
Rabu,14 1. Hambatan 1. Mengecek S: PM mengatakan
November 2018 komunikasi verbal adakah serumen jarang
11.00 WIB berhubungan berlebih pada PM membersihkan
dengan degenerasi telinga
tulang O: telinga PM
pendengaran tampak kotor
bagian dalam terdapat serumen
2. Membersihkan pada PM
telinga PM dari S:PM mengatakan
kotoran bersedia untuk
dibersihkan
telinganya
O : telinga tampak
3. Menghindari kotor terdapat
lingkungan yang serumen di telinga
berisik saat S: PM mengatakan
komunikasi saat suasana ramai
dengan PM PM tidak dapat
mendengar suara
orang yang di ajak
berbicara
O : Pasien tampak
4. Berbicara suara mendekatkan
lebih dalam dan telinganya ke
rendah pada PM orang yang di ajak
berbicara
S:PM mengatakan
saat berbicara
dengannya suara
harus lebih keras
dan jelas karena
tidak terlalu
mendengar
O: PM tampak
mendekatkan
telingaya kepada
orang yang diajak
bicara
Rabu,14 Ketidakefektifan 1. Memposisikan S : PM
November 2018 bersihan jalan PM semi fowler mengatakan mau
11.30 WIB nafas berhubungan untuk untuk berposisi
dengan mukus meringankan semi fowler
berlebihan sesak O : PM tampak
kooperatif
2. Memotivasi PM S : PM
untuk batuk mengatakan
efektif bersedia untuk
diajari cara batuk
efektif
O : PM tampak
nyaman dan
3. Mengajari tenang
untuk bernapas S :PM mengatakan
dalam,pelan dan akan mengikuti
batukkan apa yang diajarkan
O :PM tampak
4. Mengajari cara kooperatif
batuk efektif S :PM mengatakan
merasa sedikit
lebih nyaman
setelah batuk
efektif
O :PM tampak
kooperatif,PM
tampak lebih
tenang
Kamis 15 Hambatan 1. Mengecek S: PM mengatakan
November 2018 komunikasi verbal adakah serumen kemarin sudah
10.00 WIB berhubungan berlebih pada PM dibersihkan
dengan degenerasi telinganya
tulang O: telinga PM
pendengaran tampak lebih
bagian dalam bersih
2. Membersihkan S:PM mengatakan
telinga PM dari bersedia untuk
kotoran dibersihkan
telinganya lagi
O : telinga tampak
lebih bersih
3. Menghindari S: PM mengatakan
lingkungan yang saat suasana ramai
berisik saat PM tidak dapat
komunikasi mendengar suara
dengan PM orang yang di ajak
berbicara
O : Pasien tampak
mendekatkan
telinganya ke
orang yang di ajak
berbicara
4. Berbicara suara S:PM mengatakan
lebih dalam dan saat berbicara
rendah pada PM dengannya suara
harus lebih keras
dan jelas karena
tidak terlalu
mendengar
O: PM tampak
mendekatkan
telingaya kepada
orang yang diajak
bicara
Kamis 15 Ketidakefektifan 1Memposisikan S : PM
November 2018 bersihan jalan PM semi fowler mengatakan mau
10.30 WIB nafas berhubungan untuk untuk berposisi
dengan mukus meringankan semi fowler
berlebihan sesak O : PM tampak
kooperatif
2.Memotivasi PM S : PM
untuk batuk mengatakan
efektif bersedia untuk
diajari cara batuk
efektif
O : PM tampak
nyaman dan
tenang
3.Mengajari untuk S :PM mengatakan
bernapas akan mengikuti
dalam,pelan dan apa yang diajarkan
batukkan O :PM tampak
kooperatif
4.Mengajari cara S :PM mengatakan
batuk efektif merasa lebih
nyaman setelah
batuk efektif
O :PM tampak
kooperatif,PM
tampak lebih
tenang
Jumat 16 Hambatan 1. Mengecek S: PM mengatakan
November 2018 komunikasi verbal adakah serumen sudah 2 kali
10.00 WIB berhubungan berlebih pada PM dibersihkan
dengan degenerasi telinganya
tulang O: telinga PM
pendengaran tampak bersih
bagian dalam S:PM mengatakan
2. Membersihkan bersedia untuk
telinga PM dari dibersihkan
kotoran telinganya lagi
O : telinga tampak
bersih
S: PM mengatakan
3.Menghindari saat suasana ramai
lingkungan yang PM tidak dapat
berisik saat mendengar suara
komunikasi orang yang di ajak
dengan PM berbicara
O : Pasien tampak
mendekatkan
telinganya ke
orang yang di ajak
berbicara
4.Berbicara suara S:PM mengatakan
lebih dalam dan saat berbicara
rendah pada PM dengannya suara
harus lebih keras
dan jelas karena
tidak terlalu
mendengar
O: PM tampak
mendekatkan
telingaya kepada
orang yang diajak
bicara
Jumat 16 Ketidakefektifan 1.Memposisikan S : PM
November 2018 bersihan jalan PM semi fowler mengatakan mau
10.30 WIB nafas berhubungan untuk untuk berposisi
dengan mukus meringankan semi fowler lagi
berlebihan sesak O : PM tampak
kooperatif
2.Memotivasi PM S : PM
untuk batuk mengatakan
efektif bersedia untuk
diajari cara batuk
efektif kembali
O : PM tampak
nyaman dan
tenang
3.Mengajari untuk S :PM mengatakan
bernapas akan mengikuti
dalam,pelan dan apa yang diajarkan
batukkan O :PM tampak
kooperatif
4.Mengajari cara S :PM mengatakan
batuk efektif merasa nyaman
setelah batuk
efektif
O :PM tampak
kooperatif,PM
tampak tenang
15. Evaluasi
Hari/tanggal,jam Diagnosa Evaluasi
keperawatan
Rabu 14 Hambatan S :- PM mengatakan merasa
November 2018 komunikasi verbal lebih nyaman setelah telinganya
13.00 WIB berhubungan di bersihkan
dengan degenerasi O:PM terlihat kooperatif,telinga
tulang tampak bersih
pendengaran A : masalah belum teratasi
bagian dalam P : Lanjutkan intervens
-mengecek adakah serumen
berlebih pada PM
-Membersihkan telinga PM dari
kotoran
-Menghindari lingkungan yang
berisik saat komunikasi dengan
PM
-Berbicara suara lebih dalam
dan rendah pada P
- Konsulkan ke dokter spesialis
THT untuk pemeriksaan lebih
lanjut
Rabu 14 Ketidakefektifan S : PM mengatakan sesak nafas
November 2018 bersihan jalan sedikit berkurang dan merasa
13.30 WIB nafas berhubungan sedikit lebih nyaman
dengan mukus O : PM tampak kooperatif, PM
berlebihan tampak lebih tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-memposisikan PM semi fowler
untuk meringankan sesak
-memotivasi PM untuk batuk
efektif
-mengajari untuk bernapas
dalam,pelan dan batukkan
-mengajari cara batuk efektif
Kamis,15 Hambatan S :- PM mengatakan merasa
November 2018 komunikasi verbal lebih nyaman setelah telinganya
13.00 WIB berhubungan di bersihkan
dengan degenerasi O:PM terlihat kooperatif,telinga
tulang tampak bersih
pendengaran A : masalah belum teratasi
bagian dalam P : Lanjutkan intervensi
-Membersihkan telinga PM dari
kotoran
-Menghindari lingkungan yang
berisik saat komunikasi dengan
PM
-Berbicara suara lebih dalam
dan rendah pada PM
Kamis , 15 Ketidakefektifan S : PM mengatakan sesak nafas
November 2018 bersihan jalan sedikit berkurang
13.30 WIB nafas berhubungan O : PM tampak kooperatif, PM
dengan mukus tampak lebih tenang
berlebihan A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-memposisikan PM semi
fowler untuk meringankan
sesak
-memotivasi PM untuk batuk
efektif
-mengajari untuk bernapas
dalam,pelan dan batukkan
-mengajari cara batuk efektif

Jumat 16 Hambatan S :- PM mengatakan merasa


November 2018 komunikasi verbal lebih nyaman setelah telinganya
11.00 WIB berhubungan di bersihkan 3 kali
dengan degenerasi O:PM terlihat kooperatif,telinga
tulang tampak bersih dari kotoran
pendengaran A : masalah teratasi
bagian dalam P : hentikan intervensi

Jumat 16 Ketidakefektifan S : PM mengatakan sesak nafas


November 2018 bersihan jalan berkurang dan merasa lebih
11.30 WIB nafas berhubungan nyaman
dengan mukus O : PM tampak kooperatif, PM
berlebihan tampak lebih tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
-memposisikan PM semi
fowler untuk meringankan
sesak
-mengajari cara batuk efektif
DAFTAR PUSTAKA

Maryam Siti, Dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Nugroho Wahjudi, 2003. Keperawatan Gerontik Dan Gerontrik Edisi 3. Jakarta : EGC.
Pudjiastuti Sri Surini, Dkk. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta : EGC.
Roach Sally. Introduktory Gerontological Nursing. 2001. Lippinctt: New Yor
S. Tomher-Nookasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai