Anda di halaman 1dari 6

1.

Leprosy (Hansen Disease)

Leprosy atau lepra dikenal juga dengan nama kusta merupakan penyakit
infeksi kronis dari mycobacterium leprae. Dikarenakan kerja keras dari WHO
makan terjadi penurunan secara dramatis dalam prevalensi leprosy selama 15
tahun belakangan.
Leprosi merupakan penyakit menular kronis yang sering terjadi di negara
berkembang, teruta afrika dan asia, meskipun kasus kusta terjadi di negara lain,
terutama yang berbatas dengan lautan mediterania, adriatik, dan laut hitam. 1

a. Definisi

Leprosy adalah penyakit indeksi kronis yang disebabkan oleh acid-fast


bacili mycobaterium leprae dan mycobacterium lepromatosis. 2
Leprosi merupakan penyakit menular kronis yang sering terjadi di negara
berkembang, teruta afrika dan asia, meskipun kasus kusta terjadi di negara lain,
terutama yang berbatas dengan lautan mediterania, adriatik, dan laut hitam. 1
Sekitar 82 persen dari semua kasus yang dilaporkan tercatat leprosy
terbanyak di tujuh negara, yaitu brasil, india, indonesia, madagaskar, myanmar,
nepal, dan nigeria.1

b. Etiologi

Leprosy disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae dan mycobacterium


lepromatosis yang dapat menyebabkan neuritis perifer. Leprosy ini menular,
transmisi penyakit membutuhkan kontak langsung sering dengan individu yang
terinfeksi untuk waktu yang lama, dengan periode inkubasi mulai dari 5 tahun
untuk bentuk tuberculoid dan lebih dari 12 tahun untuk bentuk lepromatous
penyakit. Inokulasi (penyebaran) melalui saluran pernapasan dipercaya menjadi
mode potensial transmisi.2

c. Gambaran Klinis

Leprosy ini perkembangan lesi lambat (slow progress), lesi juga


asimptomatik. lesi pada oral adalah lepromatous pattern of leprosy atau
multibacilary leprosy.2,3
Bakteri M. Leprae ini akan menduduki area yang dingin, maka akan timbul
nodula atau papula atau ulser di palatu durum, palatum mole, gingiva maksila
labial, lidah, bibir, gingiva maksila bukal, gingiva mandibular gingiva, dan
mukosa bukal. 2,3

Gambar . Indurasi pada ujung dan lateral lidah


Jaringan lunak awalnya tampak kekuning-kuningan hingga merah, sessile,
kaku, papula yang membesar kemudian ruptur dan menjadi ulser dan nekrosis.
Infeksi lanjut pada are ini dapat memicu scar dan kehilangan jaringan. 2,3

Gambar . Nodula pada tonsilar fauce kanan pada kasus leprosy


Kehilangan uvula dan fiksasai palatum mole terjadi. Lesi lingual secara
utama tampak pada anterior 1/3 dan sering erosi yang dapat berkembang menjadi
nodula besar. 2,3
Gambar . Macrocheilia pada leprosy
Bakteri ini juga menginfeksi bibir sehingga menjadi macrocheilia. Infiltrasi
langsung proses infiltrasi terkait lepromatous leprosy dapat merusak tulang di
bawah area jaringan lunak sehingga memicu facies leprosa yaitu atrofi anterior
nasal spine, atrofi anterior maxillary alveolar ridge, dan perubahan inflamasi
endonasal. 2,3

Gambar . Erosi superfisial pada palatum durum


Keterlibatan anterior maksila menyebabkankan erosi tulang memicu
kehilangan gigi, jika pada anak-anak memproduksi enamel hypoplasia dan short
tapering roots. Akibat infeksi pada gigi juga menyebabkan diskolorasi gigi
berwarna pink disebabkan invasi pulpa yang diinfeksi jaringan granuloma yang
dapat memicu pulpitis dan kematian atau nekrosis pulpa. 2,3
Jika infeksi ada nervus facial dari trigeminal maka akan menyebabkan facial
paralysis unilateral atau bilateral. Pada pasien ini mukosanya tidak mengkilap lagi
dan tampak matt-like. 2,3
d. Prosedur diagnosis, termasuk pemeriksaan penunjang,

Adapun prosedur diagnosis untuk pasien dengan kasus leprosy, yaitu:

1. Anamnesis Spesifik

Pertanyaan-pertanyaan anamnesis yang dapat diajukan untuk pasien dengan


kasus leprosy, yaitu:

1) Darimana pasien berasal?

Asal pasien ini disini penting karena leprosy sering ditemukan di brazil,
india, indonesia, myanmar, dan nigeria, dan daerah mediterania, adriatik, dan laut
hitam.

2) Apa pekerjaan pasien saat ini? Atau pekerjaan pasien 5-12 tahun lalu?

Pekerjaan pasien akan mengacu jika pasien bekerja kemudian ditempatkan


ke tempat-tempat rawan leprosy makan pasien dapat di suspect leprosy.

3) Dimana alamat pasien?

Bisa jadi pasien tinggal di endemik kawasan leprosy, maka pasien di suspect
leprosy.

4) Apa saja keluhan pasien?

Pasien dengan kasus leprosy akan mengeluh ada tonjolan-tonjolan kecil


pada rongga mulutnya berupa nodula dan papula yang berwarna merah, mukosa
bukal beda warna (hipopigmentasi), bibir bengkak (macrocheilia), gigi anterior
insisif dapat atas diskolorasi jadi warna pink, dan pasien merasa mati rasa.

5) Sejak kapan muncul tonjolan tersebut?


Periode inkubasi mulai dari 5 tahun untuk bentuk tuberculoid dan lebih dari
12 tahun untuk bentuk lepromatous penyakit. Inokulasi (penyebaran) melalui
saluran pernapasan dipercaya menjadi mode potensial transmisi.
6) Dimana saja letak lesinya?

Bakteri M. Leprae ini akan menduduki area yang dingin, maka akan timbul
nodula atau papula atau ulser di palatu durum, palatum mole, gingiva maksila
labial, lidah, bibir, gingiva maksila bukal, gingiva mandibular gingiva, dan
mukosa bukal.

7) Sejak kapan sudah mengalami mati rasa pada wajahnya?


Karena pasien dengan kasus leprosy ini bakteri M. Leprae akan menyerang
nervus trigeminal sehingga menyebabkan mati rasa.
8) Apakah pasien merasa nyeri di rongga mulutnya?

Untuk kasus leprosy ini bersifat asimptomatik.

9) Apakah pasien ada ke dokter kulit? Obat apa saja yang diresepkan?

Karena dari riwayat ini kita dapat memperkuat suspect yang sudah kita buat.

2. Pemeriksaan Klinis

Pada pemeriksaan ekstraoral maka akan terdapat banyak papule pada kulit,
tidak jelas bentuknya, hipopigmentasi makula atau papule, dan kulit menebal.
Juga terjadi skin enlargement karena infeksi bakteri yang menyebabkan
distorsi tampilan wajah. Kehilangan alis mata dan bulu mata. Infeksi nervus
trigeminal akan memicu kehilangan dan penurunan daya sentuh, sakit/nyeri, dan
sensasi suhu. Kehilangan ini dimulai dari ekstremitas dan kemudian, meliputi
seluruh badan. Pasien dengan leprosy mengalami mimisan, sesak napas, dan
kehilangan daya penciuman. Bridge hidung akan collapse dengan sendirinya.
Untuk pemeriksaan intraoral akan menampilkan layaknya gambaran klinis.

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada tes laboratorium seperti skin smear untuk leprosy. Dilakukan
biopsi untuk melihat respon inflamasi granuloma berupa banyaknya
makrofag/histiosit epitelioid, limfosit dan multinuclear giant cell, dan infiltrasi
saraf oleh mononuclear inflammatory cell.1,2
Dilakukan skin test berupa lepromin skin test berupa pada leprosy
tuberculoid hasilnya akan positif sedangkan pada lepromatous leprosy akan
negatif.1,2

e. Diagnosis, dan diagnosis banding


Diagnosis definitif didasarkan pada presentasi klinis seperti lesi kulit
hipopigmentasi atau kemerahan, keterlibatan saraf perifer dan didukung oleh
demostrasi organise fast acid pada smear atau di jaringan.1
Organisme tidak dapat dikulturkan pada media buatan, tetapi M. Leprae
dapat diidentifikasikan dengan menggunakan teknik biologi molekuler. Tidak ada
tes yang dapat diandalkan yang tersedia untuk menentukan apakah seseorang telah
terpapar M. Leprae tanpa mengembangkan penyakit, ini menciptakan kesulitan
dalam menegakkan diagnosis dan menentukan prevalensi infeksi.1
Diagnosis banding untuk leprosy adalah late-stage syphilis, sarcoidosis,
cutaneous leishmaniasis, lupus erythematosus, lymphoma, dan penyakit
neoplastik.2

f. Rencana perawatan dan perawatan

Terapi yang biasa untuk penyakit kusta terdiri dari administrasi


diaphenylsulfone kerja panjang (dapson), dengan rifampicin plus clofazimine atau
ethionamide atau prothionamide. Karena resistensi obat adalah masalah yang terus
berkembang, terapi kombinasi, seperti pada TB, selalu diberikan.1

g. Prognosis

Prognosis leprosy pada dasarnya tidak dapat diprediksi. Prognosis leprosy


dapat mencakup durasi leprosy, kemungkinan komplikasi leprosy, kemungkinan
hasil, prospek pemulihan, masa pemulihan leprosy, tingkat ketahanan hidup,
angka kematian, dan kemungkinan hasil lainnya dalam prognosis leprosy secara
keseluruhan,1
Ref :

1. Nevile, Ed. 3. P. 198


2. Regezi, P. 33
3. Burket. Ed 11. P. 488

Anda mungkin juga menyukai