Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


I. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur
1.1. Definisi
Kata ‘istirahat’ mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri,
diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang
membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kecemasan (Asmadi, 2008).
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar (Asmadi, 2008). Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat, Narrow
(1967), yang dikutip oleh Potter dan Perry (1993), mengemukakan enam karakteristik yang
berhubungan dengan istirahat, diantaranya:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya.
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau
dimanapun. Juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain.
c. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.
d. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.
e. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukan.
Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat
terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi
dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas,
maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan
keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya
mendengarkan secara hati hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba
meringankannya jika memungkinkan (Alimul, 2006).
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan
otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tidur juga merupakan suatu keadaantidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau
rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun
diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis dan
kesehatan.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut
(Asmadi, 2008):
a. Aktifitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubahan- perubahan proses fisiologis tubuh, dan
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, perubahan tersebut
antara lain (Amadi, 2008): a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi. b. Dilatasi pembuluh
darah perifer. c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastroinstestinal. d.
Relaksasi otot-otot rangka. e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
1.2.Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme
serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur
dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk
pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Potter & Perry, 2005).
Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi rangsangan visual,
pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan
serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang
diterima di pusat otak dan system limbic. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang
mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Potter & Perry, 2005).
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin
kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau
direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus
otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electroculogram (EOG) untuk
mengukur pergerakan mata (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang
secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular
activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori,
nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir)
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,
misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari
sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbur synchronizing regional (BSR).
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat
otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi
(Tarwoto & Wartonah, 2006).
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam
posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto & Wartonah, 2006).

1.3.Tahapan Tidur
EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan
aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu non rapid eye movement (NREM)
dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat
tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM
adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2010)
Tahapan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu :
1. Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
a) Tingkat transisi
b) Merespons cahaya
c) Berlangsung beberapa menit
d) Mudah terbangun dengan rangsangan
e) Aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme menurun
f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
a) Periode suara tidur
b) Mulai relaksasi otot
c) Berlangsung 10-20 menit
d) Fungsi tubuh berlangsung lambat
e) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM tahap III
a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
b) Sulit dibangunkan
c) Relaksasi otot menyeluruh
d) Tekanan darah menurun
e) Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
a) Tidur nyenyak
b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
d) Sekresi lambung menurun
e) Gerak bola mata cepat

2. Tahapan tidur REM


a. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM, maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori,
dan adaptasi
3. Karakteristik tidur REM
a. Mata : cepat tertutup dan terbuka
b. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Pernapasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
d. Nadi : cepat dan reguler
e. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
f. Sekresi gaster : meningkat
g. Metabolisme : meningkat, temperatur tubuh naik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus tidur : sulit dibangunkan
1.4. Siklus Tidur
Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum tidur,
selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur.
Periode ini secara normal berakhir 10 hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki
kesulitan untuk tertidur, akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005).
Ketika seseorang tertidur, biasanya melewati 4 sampai 6 siklus tidur penuh, tiap siklus
tidur terdiri 4 tahap dari tidur NREM dan satu periode dari tidur REM. Pola siklus biasanya
berkembang dari tahap 1 menuju ke tahap 4 NREM, diikuti kebalikan tahap 4 ke 3, lalu ke 2,
diakhiri dengan periode dari tidur REM. Seseorang biasanya mencapai tidur REM sekitar 90
menit ke siklus tidur (Potter & Perry, 2005).
Dengan tiap-tiap siklus yang berhasil, tahap 3 dan 4 memendek, dan memperpanjang
periode REM. Tidur REM dapat berakhir sampai 60 menit selama akhir siklus tidur. Tidak
semua orang mengalami kemajuan yang konsisten menuju ke tahap tidur yang biasa. Sebagai
contoh, orang yang tidur dapat berfluktuasi untuk interval pendek antara NREM tingkat 2, 3,
dan 4 sebelum masuk tahap REM. Jumlah waktu yang digunakan tiap tahap bervariasi.
Perubahan tahap ke tahap cenderung menemani pergerakan tubuh dan perpindahan untuk tidur
yang dangkal cenderung terjadi tiba-tiba, dengan perpindahan untuk tidur nyenyak cenderung
bertahap (Closs, 1988 dalam Potter & Perry, 2005).

1.5. Fungsi Tidur


Kegunaan tidur masih tetap belum jelas (Hodgson, 1991), tidur dipercaya mengkontribusi
pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988, dalam Potter & Perry,
2005). Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur
gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan
manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak (Home,
1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm, 1988 dalam Potter & Perry, 2005). Tidur REM
terlihat penting untuk pemulihan kognitif.
Tidur REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan
aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini dapat
membantu penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2005). Secara umum, ada
dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang dapat memulihkan kepekaan
dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf dan efek pada struktur tubuh dengan
memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh (Hidayat, 2006).
1.6. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok usia.
Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat dengan 4 jam tidur, sementara yang lain
membutuhkan 10 jam. Kebutuhan dan pola tidur normal menurut Potter dan Perry (2010), yaitu
:
1. Neonatus sampai dengan 3 bulan
a. Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
b. Mudah berespons terhadap stimulus
c. Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM
2. Bayi
a. Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
b. Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
c. Tahap REM 20-30%
3. Toddler
a. Tidur 10-12 jam/hari
b. Tahap REM 25%
4. Prasekolah
a. Tidur 11 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
5. Usia sekolah
a. Tidur 10 jam pada malam hari
b. Tahap REM 18,5%
6. Remaja
a. Tidur 8,5 jam pada malam hari
b. Tahap REM 20%
7. Dewasa muda
a. Tidur 7-9 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
8. Usia dewasa pertengahan
a. Tidur kurang lebih 7 jam /hari
b. Tahap REM 20%
9. Usia tua
a. Tidur kurang lebih 6 jam/hari
b. Tahap REM 20-25%
1.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur yaitu :
1. Penyakit Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persyarafan.
2. Lingkungan Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
3. Motivasi Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan Kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
6. Alkohol Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
7. Obat-obatan Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. Diuretik : menyebabkan insomnia
b. Antidepresan : menyupresi REM
c. Kafein : meningkatkan saraf simpatik
d. Narkotika : menyupresi REM

1.8. Gangguan Tidur


a. Pengertian Gangguan Tidur
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan
gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah berikut:
insomnia adalah gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur atau ketika terjaga ditengah malam
atau rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari (Naylor dan Aldrich, 1994, dalam Potter &
Perry, 2005)
b. Klasifikasi Gangguan Tidur
Klarifikasi gangguan tidur menurut Potter & Perry (2005), yaitu:
1. Insomnia Insomnia adalah suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat,
baik kualitas maupun kuantitas, dengan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia
ini terbagi menjadi dua jenis yaitu: pertama initial insomnia yang merupakan ketidakmampuan
untuk jatuh tidur atau mengawali tidur, karena selalu terbangun pada malam hari dan ketiga
terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada
malam hari (Alimul, 2012).
2. Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang dicirikan dengan kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter & Perry, 2005).
Ada tiga jenis apnea tidur: apnea sentral, obstruktif, dan campuran yang mempunyai
komponen apnea sentral dan obstruktif, dan campuran yang mempunyai komponen apnea
sentral dan obstruktif.
Bentuk yang paling banyak terjadi, apnea tidur obstruktif (obstructive sleep apnea/OSA),
terjadi pada saat otot atau struktur rongga mulut atau tenggorokan rileks pada saat tidur. Jalan
napas atas menjadi tersumbat sebagian atau seluruhnya, dan aliran udara pada hidung
berkurang (hipopnea) atau berhenti (apnea) selama 30 detik (Guilleminault, 1994). The
National Commission on Sleep Disorders Research (1993), memperkirakan bahwa 18 juta
orang di Amerika Serikat memenuhi kriteria diagnostik untuk OSA.
Klien yang mengalami apnea tidur seringkali tidak memiliki tidur dalam yang signifikan.
Selain itu banyak juga terjadi keluhan mengantuk yang berlebihan di siang hari, serangan tidur,
keletihan, sakit kepala di pagi hari, dan menurunnya gairah seksual.
3. Narkolepsi
Keadaan yang tidak dapat dikendalikan untuk tidur seperti seseorang dapat tidur dalam
keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, dan lain-lain (Alimul, 2012).
4. Deprivasi Tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia.
Penyebabnya dapat mencakup penyakit (misalnya, demam, sulit bernapas, atau nyeri), stres
emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya asuhan keperawatan yang sering
dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang terkait dengan waktu kerja. Deprivasi tidur
melibatkan penurunan kuantitas dan kualitas tidur serta ketidak konsistenan waktu tidur.
Apabila tidur mengalami gangguan atau terputus-putus, dapat terjadi perubahan urutan siklus
tidur normal dant terjadi deprivasi tidur kumulatif.
5. Parasomnia
Parasomnia adalah kumpulan dari penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti
somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak dalam tahap
III dan IV dari tidur REM (Alimul, 2012)
II. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan istirahat tidur.

1. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini antara lain:
riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
1. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur di siang
maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya, kebiasaan sebelum
ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi
sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan
tidur, dan apakah ada perubahan pola tidur.
2. Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya kehitaman di
daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan mata perih, perhatian tidak
fokus, serta sakit kepala.
3. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik, meningkatnya
kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik, bingung, dan disorientasi
tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak
teratur. Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi dokumentasi
keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya bertanya “apakah kamu tidur
nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah bertanya jika pasien merasa kesulitan untuk
tidur mengalami bangun lebih awal dan susah untuk kembali tidur, dan merasa
istirahat/tidurnya cukup di pagi hari. Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika pasien merasa
lelah dan mengantuk sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen &
Lawrence, 2001):
1. Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2. Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
3. Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4. Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?
5. Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu sepanjang hari?
6. Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau pertemuan,
atau ketika kamu menonton TV atau film?
Evaluasi klien apakah banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan kamar tidur dan
rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam siklus tidur.
Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence, 2001):
1. Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?
2. Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?
3. Adakah perubahan di lingkungan kamu (tetangga, lalu lintas) yang bisa mempengaruhi
tidur? Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi pendukung
kemampuan untuk tidur. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
tidur menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
Riwayat keperawatan
a. Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur, jumlah jam tidur,
kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering terbangun pada saat tidur, apakah
mengalami mimpi yang mengancam.
b. Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat bangun, apa yang
terjadi jika kurang tidur.
c. Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah menggunakan
obat-obatan untuk membantu tidur
d. Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan masalah itu
terjadi.
Pemeriksaan fisik
a. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
b. Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
c. Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur tubuh tidak
stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung, dan
kurang koordinasi.
Pemeriksaan diagnostik
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu: a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat
untuk mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral (otak). b. Elektromiogram (EMG)
adalah alat untuk mengukur tonus otot. c. Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk
mengukur gerakan mata dan memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.
ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


DS : halusinasi Deprivasi tidur
- Klien mengatakan
sering melihat bayangan
hitam sehingga klien
sulit tidur
DO:
- Klien tampak cemas
- Terlihat lingkaran hitam
dibawah mata - Mata
klien tampak bengkak
karena kurang tidur
- Tampak lemas dan
gelisah
DS : ketidakmauan Pengabaian diri
- Klien mengatakan jika untuk mandi
melihat air klien merasa
menggigil
DO :
- Klien tampak menggigil
- Klien terlihat kotor,
berbau,
- Penampilan klien tidak
rapi karena rambut klien
acak-acak kan, jika
disentuh lengket -
Keringat berbau - Kuku
tangan dan kaki hitam
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Deprivasi tidur berhubungan dengan halusinasi penglihatan ditandai dengan klien
mengatakan sering melihat bayangan hitam sehingga pasien sulit tidur dan klien tampak cemas,
terlihat lingkaran hitam dibawah mata klien, mata klien tampak bengkak, klien juga tampak
lemas dan gelisah.
2. Pengabaian diri berhubungan dengan ketidakmauan untuk mandi dan membersihkan diri
ditandai dengan klien tampak menggigil ketika mau mandi, penampilan tidak rapi kotor karena
rambut klien acak-acak kan, jika disentuh lengket, keringat berbau, dan kuku tangan dan kaki
klien tampak hitam.

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No No. Dx Nursing outcame Nursing intervention
Clasification
1 Deprivasi Tujuan dan Kriteria Hasil: Klien akan mampu Nic : Peningkatan
Tidur menunjukkan tidur/Sleep dengan skala 3 pada tidur/Sleep Enhancement
bd indikator : dengan aktivitas:
halusinas Indikator I E 1. Lakukan masalah gangguan
i R R tidur pasien, karakteristik, dan
1. Perasaan segar setelah penyebab kurang tidur.
tidur 2. Lakukan Persiapan untuk
2. Pola dan kualitas tidur tidur seperti pada jam 9
3. Rutinitas tidur malam sesuai dengan pola
4. Jumlah waktu tidur yang tidur pasien.
terobservasi 3. Keadaan tempat tidur yang
5. Terjaga pada waktu yang nyaman, bersih, dan bantal
tepat yang nyaman.
4. Tingkatkan aktivitas sehari-
hari dan kurangi aktivitas
sebelum tidur.
5. Pengetahuan kesehatan:
jadwal tidur mengurangi stres,
cemas, dan latihan relaksasi.
No No. Dx Nursing outcame Nursing intervention Clasification
2 Pengabai Tujuan dan Kriteria Hasil : Dalam Manajemen perilaku/behavior
an Diri waktu 1x8 jam klien akan mampu management :
bd mempertahan kan tindakan untuk
1. Pertahankan tanggung jawab pasien atas
ketidakm meningkatkan kesehatan perilaku/ perilakunya
auan Health Promoting Behavior yang
2. Bantu menetapkan perubahan yang
untuk dibuktikan dengan skala 3 pada konsisten dalam lingkungan dan
mandi indikator : perawatan rutin
Indikator IR ER3. Gunakan nada bicara yang rendah saat
1. Klien mampu berkomunikasi dengan klien
melakukan prilaku Bantuan Perawatan Diri Mandi/ Self -
hidup sehat secara rutin Care Assistance Bathing
2. Klien akan mampu 1. Menentukan jumlah dan jenis bantuan
memonitor prilaku yang dibutuhkan.
pribadi yang dapat 2. Memfasilitasi sikat gigi pasien yang
menyebabkan faktor sesuai.
risiko 3. Mempertahankan kebersihan.

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi


1 Depriva1. Mengkaji masalah ganguan tidur S :
si -
tidur pasien, karakteristik, dan penyebab Klien mengatakan sulit untuk tidur
bd halu kurang tidur. karena sering melihat bayangan hitam
2. Mempersiapkan Klien untuk tidur ketika mau tidur
malam seperti pada jam 9 malam O :
sesuai dengan pola tidur pasien - Klien tampak cemas - Tampak lingkaran
3. Memberi posisi tempat tidur yang hitam dibawah mata - Mata tampak
nyaman, bersih, dan bantal yang bengkak
nyaman. - TD : 110/70 mmHg
4. Meningkatkan aktivitas sehari-hari
- HR : 64x/menit
dengan mengurangi aktivitas sebelum
- RR : 22x/menit –
tidur.
- Temp : 37,50C
5. Memberikan pengetahuan kesehatan.
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1) Klien akan merasakan segar setelah tidur
dengan skala 3 dengan peningkatan tidur
yang dilakukan
2) Klien akan mampu menunjukkan pola
dan kualitas tidur yang baik dengan skala
3 dengan peningkatan tidur yang
dilakukan
3) Klien akan mampu menunjukkan
rutinitas tidur yang baik dengan skala 3
dengan peningkatan tidur yang
dilakukan.
4) Klien akan mampu menunjukkan jumlah
waktu tidur yang terobservasi dengan
skala 3 dengan peningkatan tidur yang
dilakukan.
5) Klien akan mampu menunjukkan
tidurnya terjaga pada waktu yang tepat
dengan skala 3 dengan peningkatan tidur
yang dilakukan.

No No. Dx Implementasi keperawatan Evaluasi


2 Pengabaian diri Menajemen Perilaku / Behaviour S :
Management : - Klien mengatakan belum
1. Mempertahankan tanggung jawab melakukan rutinitas perawatan
pasien atas perilakunya dirinya
2. Membantu menetapkan perubahan yang O :
konsisten dalam lingkungan dan
- Klien tampak tidak peduli
perawatan rutin dengan perawatn dirinya
3. Menggunakan nada bicara yang rendah- Klien tampak jorok dan
penampilan nya tidak rapi
Bantu Perawatan Diri Mandi/SelfCare karena rambut klien acak-acak
Assistance Bathing. kan, jika disentuh lengket, kuku
1. Menentukan jumlah dan jenis bantuan tangan dan kaki tampak hitam.
yang dibutuhkan A:
2. -
Memfasilitasi sikat gigi pasien yang Masalah belum teratasi
sesuai P:
3. Mempertahankan kebersihan. - Intervensi dilanjutkan
- Klien mampu melakukan
perilaku hidup sehat secara rutin
dengan skala 3 dengan
manajemen perilaku yang
dilakukan
- Klien akan mampu memonitori
perilaku pribadi yang dapat
menyebabkan faktor risiko
dengan skala 3 dengan
manajemen prilakunya

Anda mungkin juga menyukai