1302-Article Text-3457-1-10-20171025
1302-Article Text-3457-1-10-20171025
KERACUNAN STRIKNIN
Oleh :
Kelompok 2 – Sore
Sifat khas lainnya dari kejang striknin ialah kontraksi ekstensor yang
simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik yaitu pendengaran, penglihatan,
dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan yang hanya
mempunyai medula spinalis. Striknin ternyata juga merangsang medula spinalis
secara langsung, atas dasar ini efek striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada
medula spinalis dan konvulsinya disebut konvulsi spinal. Gejala keracunan
striknin yang mula-mula timbul ialah kaku otot muka dan leher. Setiap
rangsangan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik hebat. Pada stadium
awal terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi, akhirnya terjadi konvulsi
tetanik. Episode kejang ini terjadi berulang, frekuensi dan hebatnya kejang
bertambah dengan adanya perangsangan sensorik (Sunaryo 1995).
1.2 TUJUAN
4.2 PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama yang dilakukan kelompok satu dan dua yaitu
aplikasi secara peroral menggunakan kombinasi senyawa striknin dan tannin.
Pencekokan pertama menggunakan tannin kemudian dengan striknin. Hasil yang
didapat kedua kelompok sama yaitu tidak terjadinya tanda konvulsi, tanda
relaksan, dan tanda kematian. Hal tersebut dikarenan sifat tannin sebagai
protektiva yang dapat menghambat absorbsi dari striknin (Stellman JM. 1998)
Sunaryo. 1995. Perangsang Susunan Saraf Pusat dalam Farmakologi dan Terapi
Ed.IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal.223-224.