Anda di halaman 1dari 22

PENENTUAN KADAR ASPIRIN DALAM OBAT CARDIO ASPIRIN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM BASA

I. TUJUAN
Menentukan kadar aspirin dalam obat cardio aspirin dengan menggunakan
titrasi asam basa (titrasi kembali).

II. PRINSIP

Berdasarkan reaksi netralisasi antara aspirin dengan larutan natrium


hidroksida berlebih membentuk natrium aspirin, dimana kelebihan larutan natrium
hidroksida dititrasi oleh larutan asam klorida.

III. REAKSI
3.1 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida dengan Larutan Asam Oksalat
2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2 H2O
(Natrium hidroksida) (Asam oksalat) (Natrium oksalat) (Air)
3.2 Standarisasi Larutan Asam Klorida dengan Larutan Natrium Hidroksida
HCl + NaOH NaCl + H2O

(Asam klorida) (Natrium hidroksida) (Natrium klorida) (Air)

3.3 Reaksi antara Aspirin dengan Larutan Natrium Hidroksida

O O

O C CH 3 O C CH 3

+ NaOH + H 2O
COOH COONa

A S P I R(IAspirin
N ( A S A)M A S E( TNatrium
I L A S Ehidroksida
TAT) ) ( Natrium aspirin ) ( Air )
3.4 Reaksi antara Larutan Natrium Hidroksida Berlebih dengan Larutan Asam
Klorida

NaOH + HCl NaCl + H2O

(Natrium hidroksida) (Asam klorida) (Natrium klorida) (Air)


IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat yang digunakan
- Batang pengaduk
- Botol semprot
- Bulb pipet
- Buret
- Corong gelas
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Kaca arloji
- Klem
- Labu erlenmeyer
- Labu ukur
- Mortir
- Neraca teknis
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Plastik wrap
- Spatula
- Statif
- Stemper
- Tisu
4.2 Bahan yang digunakan
- Akuades (H2O)
- Indikator fenolftalein
- Larutan asam klorida 37% (HCl)
- Larutan etanol 95% (C2H5OH)
- Padatan asam oksalat (H2C2O4)
- Padatan natrium hidroksida (NaOH)
- Sampel obat Cardio Aspirin
VI. PROSEDUR

6.1 Preparasi Sampel Obat Cardio Aspirin


Tablet cardio aspirin digerus dengan menggunakan mortir dan stamper
hingga halus.
6.2 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,5000 N dalam 100 mL akuades
Padatan asam oksalat ditimbang sebanyak 3,2 g dengan menggunakan
neraca teknis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dengan bantuan corong gelas, lalu
ditambahkan akuades hingga setengah bagian dan dikocok hingga larut.
Kemudian ditambahkan kembali akuades ke dalam labu ukur hingga tanda batas
dan dihomogenkan.
6.3 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N dalam 500 mL akuades
Padatan natrium hidroksida ditimbang sebanyak 0,10 g dengan
menggunakan neraca teknis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi sedikit akuades,
lalu diaduk hingga larut. Kemudian ditambahkan kembali akuades ke dalam gelas
kimia hingga volume larutan 500 mL, dihomogenkan dan ditutup dengan plastik
wrap.
6.4 Pengenceran Larutan Asam Klorida 37% menjadi 0,5000 N dalam 300 mL
akuades
Larutan asam klorida 37% dipipet sebanyak 8,29 mL, dimasukkan ke dalam
gelas kimia yang telah berisi sedikit akuades, dan diaduk hingga homogen.
Setelah itu ditambahkan kembali akuades ke dalam gelas kimia hingga volume
larutan 300 mL dan diaduk hingga homogen.
6.5 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat 0,5000
N
Larutan asam oksalat 0,5000 N dipipet sebanyak 25 mL dengan
menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer.
Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
6.6 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida 0,5000
N
Larutan asam klorida 0,5000 N dipipet sebanyak 25 mL dengan
menggunakan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer.
Kemudian ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer.
Setelah itu, larutan dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
6.7 Titrasi Blanko
Larutan etanol 95% dipipet sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan 50 mL larutan natrium hidroksida 0,0005 N
ke dalam labu Erlenmeyer, dikocok hingga homogen, lalu ditutup menggunakan
plastik wrap dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu, ditambahkan 2-3 tetes
indikator fenolftalein ke dalam labu Erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan
larutan asam klorida 0,5 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda.
6.8 Penetapan Kadar Aspirin oleh Larutan Asam Klorida
Padatan cardio aspirin yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,0000 g
dengan menggunakan neraca teknis pada kaca arloji dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan dengan 10 mL etanol 95% dan dikocok
hingga larut. Setelah itu, ditambahkan 50 mL larutan natrium hidroksida 0,0005 N
ke dalam labu Erlenmeyer, dikocok hingga homogen, lalu ditutup menggunakan
plastik wrap dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu, ditambahkan 2-3 tetes
indicator fenolftalein ke dalam labu Erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan
larutan asam klorida 0,0005 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna
menjadi merah muda.
VII. DATA PENGAMATAN
7.1 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat
Natrium Hidroksida Asam Oksalat
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
11,10 0,4572 10,00 0,5076

10,60 0,4789 10,00 0,5076

X 10,85 0,4678 10,00 0,5076

7.2 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida


Asam Klorida Natrium Hidroksida
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
11,60 0,4033 10,00 0,4678

11,20 0,4176 10,00 0,4678

X 11,40 0,4103 10,00 0,4678

7.3 Titrasi Blanko


Blanko Asam Klorida
V (mL) N (N) V (mL) N (N)
10,00 0,4864 11,85 0,4103

10,00 0,3639 8,87 0,4103

X 10,00 0,4250 10,36 0,4103


7.4 Penentuan Kadar Aspirin dalam Obat Cardio Aspirin
Aspirin Asam Klorida Natrium Hidroksida
yang Digunakan
V (mL) N (N) V (mL) N (N) V (mL) N (N)
10 1,8197 1,50 0,4103 38,90 0,4678
10 1,8431 1,70 0,4103 39,40 0,4678
X 10 1,8314 1,60 0,4103 39,15 0,4678
VIII. PERHITUNGAN
8.1 Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,5000 N dalam 100 mL Akuades

massa 1000
N = x xeq
Mr V

massa 1000
0,5000 N = 126,07 9/mol x 100 mL x 2

massa = 3,1517 g

8.2 Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida 0,5000 N dalam 500 mL Akuades

massa 1000
N = x x eq
Mr V

massa 1000
0,5000 N = x x1
40 9/mol 500 mL

massa = 10,000 g

8.3 Pembuatan Larutan Asam Klorida 0,5000 N dalam 300 mL Akuades

. % . 10
N = x eq
Mr

1,19 g/mL . 37% . 10


N = x eq
36,5 9/mol

N = 12,0630 N
V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 12, 0630 N = 300 mL . .0,5000 N

V1 = 12, 43 mL 12,40 mL

8.4 Standarisasi Larutan Natrium Hidroksida oleh Larutan Asam Oksalat 0,5000
N

V1 . N1 = V2 .. N2

1. 11,10 . N1 = 10,00 mL .. 0,5076 N


N1 = 0,4572 N

2. 10,60 . N1 = 10,00 mL .. 0,5076 N


N1 = 0,4788 N

1 + 2
N =
2

0,4572 +0,4788
N =
2

N = 0,4678 N
8.5 Standarisasi Larutan Asam Klorida oleh Larutan Natrium Hidroksida

V1 . N1 = V2 . N2

1. 11,60 . N1 = 10,00 mL .. 0,4678 N


N1 = 0,4033 N

2. 11,20 . N1 = 10,00 mL .. 0,4678 N

N1 = 0,4176 N

1 + 2
N =
2

0,4033+0,4176
N =
2

N = 0,4103 N

8.6 Titrasi Blanko

V1 . N1 = V2 .. N2

1. 10,00 . N1 = 7,30 mL .. 0,4103 N

N1 = 0,2995N
2.
10,00 . N1 = 7,20 mL .. 0,4103 N

N1 = 0,2976N
1 + 2
N =
2

0,2995 N + 0,2954 N
N =
2

N = 0,2976N

8.7 Penentuan Kadar Aspirin dalam Obat Cardio aspirin Sebenarnya

Berat aspirin dalam tablet


% Kadar Aspirin = x 100%
Berat obat 1 tablet

100 mg
% Kadar Aspirin = x 100%
130 gm

% Kadar Aspirin = 76,92%

8.8 Penentuan Kadar Aspirin dalam Obat Cardio Aspirin Didapat

1 0,5 = 45,04

= (( ) ( )) 45,04

1. = ((50,00 1,50) (50,00 11,85)) 45,04

= (48,50 38,15) 45,04

= 466,164

2. = ((50,00 1,70) (50,00 8,87)) 45,04

= (48,30 41,13) 45,04

= 322,93

= 100%

466,164
1. = 100%
1000,00

= 46,62%

322,93
2. = 100%
1000,00

= 32,29%

1 + 2
=
2

46,62% +32,29%
= 2

= 39,46%

8.9 Akurasi

% %
= | | 100%
%

39,47% 76,92%
= | | 100%
76,92%

= 48,69%

= 100%

= 100% 48,69%

= 51,31%
8.9.1 % Kadar Aspirin dalam Obat Cardio aspirin

mAspirin (g)
% Kadar Aspirin = x 100%
mSampel (g)

0,3945 g
% Kadar Aspirin = x 100%
1,0000 g

% Kadar Aspirin = 39,45%

8.9.2 Akurasi

% kadar aspirin yang didapat - % kadar aspirin yang sebenarnya


KSR = x 100%
% kadar aspirin yang sebenarnya

39,46%76,92%
KSR = |
yuuuiiihihi | x 100%
76,92%

KSR = 0,4870 x 100 %


Akurasi
KSR = 100% - KSR
= 48,7%
Akurasi = 100% - 9,14%
Akurasi = 51,3%
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini membahas tentang penentuan kadar aspirin dalam obat
cardio aspirin dengan menggunakan metode titrasi asam basa. Aspirin merupakan
nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki peranan sangat besar dalam
bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat anti piretik dan analgenik.
Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk
memperolehnya perlu sintesa. Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau
lebih untuk membentuk suatu senyawa baru. Aspirin atau asetosal atau asam
asetilsalisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari
simplisia tumbuhan Coretx salicis. Asam salisilat mendapatkan namanya dari
spesies dedalu (bahasa latin: salix) yang memiliki kandungan asam tersebut secara
alamiah, dan dari hal tersebutlah manusia mengisolasinya. Pada saat ini, asam
salisilat dapat diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya
bekerja melalui kandungan asamnya. Selain sebagai obat, asam salisilat juga
merupakan hormon tumbuhan.

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah preparasi


sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah obat cardio aspirin.
Cardio Aspirin merupakan obat yang digunakan sebagai penurun bahaya
trombosis koroner, mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI (infark
miokard) pada penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang tidak
stabil, pencegahan trombosis (profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary bypass,
mengurangi risiko serangan TIA (Transient Ischemic Attack), penurun demam
dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi dan nyeri ringan lainnya. Obat
Cardio Aspirin juga bisa digunakan untuk membantu mencegah serangan jantung,
stroke, dan sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah). Cardio Aspirin
mengandung acetylsalicylic acid (acetosal. Obat cardio aspirin berbentuk tablet
dan berwarna putih. Pertama pertama, ditimbang tablet cardio aspirin dengan
menggunakan neraca teknis diatas kaca arloji. Kemudian digerus dengan
menggunakan mortir dan stamper hingga halus. Mortir digunakan untuk
mempermudah penggerusan, sedangkan stamper digunakan untuk menggerus
sampel. Proses penggerusan bertujuan untuk memperkecil partikel partikel dan
memperbesar luas permukaan.

Langkah kedua dalam percobaan ini adalah pembuatan larutan asam oksalat.
Asam oksalat adalah suatu senyawa kimia dengan nama sistematis asam
etanadionat. Larutan asam oksalat digunakan sebagai larutan baku primer. Larutan
baku primer adalah larutan yang konsentrasinya sudah dapat ditentukan dengan
pasti. Syarat syarat dari larutan baku primer adalah mempunyai kemurnian yang
tinggi, rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan selama penimbangan,
berat ekivalen yang tinggi , dan stabil. Padatan asam oksalat ditimbang beberapa
gram dengan menggunakan neraca teknis pada kaca arloji. Setelah itu, padatan
yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam labu ukur dengan bantuan corong
gelas. Digunakannya labu ukur karena labu ukur merupakan alat volumetrik yang
mempunyai volume atau skala yang lebih akurat dan mempunyai ketelitian yang
tinggi. Sedangkan corong gelas bertujuan untuk mempermudah pada saat
memasukkan padatan asam oksalat yang telah ditimbang ke dalam labu ukur agar
tidak berantakan dan berjatuhan. Lalu ditambahkan akuades hingga setengah
bagian agar asam oksalat mudah larut apabila ditambahkan akuades secara
langsung hingga tanda batas dapat dikhawatirkan asam oksalat sulit untuk larut.
Kemudian dikocok dengan cara membolak-balikan labu ukur hingga asam oksalat
larut dengan sempurna. Setelah itu, ditambahkan kembali akuades ke dalam labu
ukur hingga tanda batas dan dihomogenkan. Penambahan akuades hingga tanda
batas bertujuan untuk memperoleh konsentrasi asam oksalat yang diinginkan
apabila penambahan akuades lebih dari tanda batas dapat dikhawatirkan
konsentrasi yang didapatkan lebih rendah dari konsentrasi yang sebenarnya.
Homogen adalah suatu keadaan dimana fasa padat dan cair berada dalam satu
fasa.

Langkah selanjutnya pada percobaan ini adalah pembuatan larutan natrium


hidroksida. Larutan natrium hidroksida merupakan larutan baku sekunder. Larutan
baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinya harus ditentukan terlebih
dahulu dengan pembakuan atau standarisasi terhadap larutan baku primer. syarat
syarat larutan baku sekunder yaitu derajat kemurnian lebih rendah daripada
larutan baku primer, berat ekivalennya tinggi,bersifat higroskopis, dan tidak
stabil. Pertama-tama,padatan natrium hidroksida ditimbang beberapa gram dengan
menggunakan neraca teknis pada kaca arloji. Kaca arloji digunakan karena
mempunyai permukaan yang cekung ke dalam dan tembus pandang sehingga
mempermudah dalam proses penimbangan. Selain itu, padatan natrium hidroksida
mempunyai sifat higroskopis (mudah menyerap molekul air di udara) apabila
menggunakan kertas timbang dapat dikhawatirkan molekul air yang terdapat di
dalam selulosa kertas timbang akan bereaksi dengan natrium hidroksida sehingga
mempengaruhi hasil penimbangan. Sedangkan, digunakannya neraca teknis
karena neraca teknis mempunyai ketelitian dua angka dibelakang koma. Setelah
ditimbang padatan natrium hidroksida diatas kaca arloji, kaca arloji ditutup
dengan plastik wrap yang bertujuan agar natrium hidroksida tidak bereaksi
dengan molekul air di udara. Kemudian padatan natrium hidroksida dilarutkan ke
dalam gelas kimia yang telah berisi sedikit akuades bebas karbonat. Akuades
bebas karbonat merupakan akuades yang telah dipanaskan dan didinginkan
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk melarutkan padatan natrium hidroksida.
Hal ini disebabkan apabila akuades mengandung ion karbonat dapat
dikhawatirkan akan membentuk endapan natrium karbonat yang dapat
mempengaruhi konsentrasi natrium hidroksida. Sedangkan apabila akuades tidak
didinginkan terlebih dahulu maka akan terjadi reaksi eksoterm ialah suatu reaksi
perpindahan panas (kalor) dari sistem ke lingkungan. Lalu diaduk hingga
homogen dengan menggunakan batang pengaduk. Digunakannya batang
pengaduk yaitu untuk mempermudah proses pengadukan. Pengadukan dilakukan
secara searah agar natrium hidroksida dapat larut secara sempurna dan merata.
Kemudian larutan natrium hidroksida ditambahkan akuades hingga volume yang
telah ditentukan dan diaduk kembali dengan menggunakan batang pengaduk.
Setelah itu, ditutup dengan plastik wrap agar tidak ada pengotor yang masuk ke
dalam gelas kimia.

Langkah berikutnya adalah pengenceran larutan asam klorida. Pengenceran


dilakukan untuk memperbesar volume dan memperkecil konsentrasi. Pertama-
tama, larutan asam klorida dipipet dengan menggunakan pipet ukur karena pipet
ukur mempunyai ketelitian yang tinggi sehingga dapat menghasilkan volume yang
lebih akurat. Kemudian larutan asam klorida diencerkan di ruang asam karena
larutan asam klorida sangat beracun dan memiliki bau yang tajam. Di dalam ruang
asam terdapat blower dan ventiler. Blower bertujuan untuk menyerap uap atau
gas yang berbahaya dari cairan ke lingkungan sedangkan ventiler bertujuan untuk
menyedot gas yang dhasilkan oleh blower untuk dikeluarkan ke lingkungan.
Setelah itu, larutan asam klorida dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah
berisi sedikit akuades dikarenakan pada saat larutan asam klorida dimasukkan ke
dalam gelas kimia maka akan terjadi reaksi eksoterm, apabila tidak diisi dengan
akuades terlebih dahulu dapat dikawatirkan akan terjadi super heating yang
menyebabkan rusaknya alat gelas pada saat penambahan akuades secara langsung.
Kemudian akuades ditambahkan kembali hingga volume yang telah ditentukan
lalu diaduk hingga homogen dengan menggunakan batang pengaduk yang
bertujuan agar dapat tercampur sempurna. Setelah itu gelas kimia ditutup dengan
menggunakan plastik wrap agar tidak adanya pengotor yang masuk dan tidak
terjadinya kontaminasi.

Langkah berikutnya adalah standarisasi larutan baku sekunder natrium


hidroksida oleh larutan baku primer asam oksalat. Standarisasi bertujuan untuk
menentukan konsentrasi natrium hidroksida. Pertama tama, larutan asam oksalat
dipipet dengan menggunakan pipet volume. Volume pipet digunakan karena
merupakan alat ukur yang biasa digunakan untuk memindahkan larutan karena
bersifat to deliver dan mempunyai ketelitian yang tinggi. Kemudian dimasukkan
ke dalam labu erlenmeyer. Setelah itu, ditambahkan dua sampai tiga tetes
indikator fenolftalein ke dalam labu erlenmeyer. Indikator fenolftalein digunakan
karena memiliki rentang pH yang sesuai dengan tingkat kepekaannya yaitu antara
8,3-10,0. Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak mengalami perubahan
warna (tidak berwarna) sedangkan pada larutan basa akan mengalami perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Setelah itu, larutan dititrasi
dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Titrasi ini dilakukan sampai terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah mudayang merupakan titik akhir titrasi.
Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi berwarna sedangkan titik ekuivalen adalah suatu titik dimana
mol titran sama dengan mol pentitrannya secara stoikiometri. Titrasi ini dilakukan
secara duplo agar konsentrasi dari natrium hidroksida dapat diketahui dengan
tepat.

Langkah berikutnya adalah standarisasi larutan asam klorida oleh larutan


natrium hidroksida. Standarisasi bertujuan untuk menentukan konsentrasi natrium
hidroksida. Pertama tama, larutan asam klorida dipipet dengan menggunakan
pipet volume. Volume pipet digunakan karena merupakan alat ukur yang biasa
digunakan untuk memindahkan larutan karena bersifat to deliver dan mempunyai
ketelitian yang tinggi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Setelah
itu, ditambahkan dua sampai tiga tetes indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer. Indikator fenolftalein digunakan karena memiliki rentang pH yang
sesuai dengan tingkat kepekaannya yaitu antara 8,3-10,0. Setelah itu, larutan
dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda. Titrasi dapat dihentikan apabila telah terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Titrasi ini dilakukan
secara duplo agar konsentrasi dapat diketahui dengan tepat dan akurat.

Langkah berikutnya adalah titrasi larutan blanko. Titrasi blanko adalah


titrasi untuk memastikan komponen selain larutan uji tidak akan mengganggu pH
dari larutan uji tersebut. Hal ini dilakukan dengan cara komponen selain zat yang
ingin diketahui kadarnya di titrasi dengan peniter untuk mengetahui kadar pH
yang terkandung. Pertama- tama, larutan etanol dipipet dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer. Penggunaan etanol ini karena aspirin tidak mudah larut dalam
air tetapi mudah larut dalam larutan etanol, eter, dan klorofom. Setelah itu,
ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam labu Erlenmeyer. Penambahan
natrium hidroksida bertujuan untuk menetralkan karena etanol bersifat asam.Lalu,
dikocok hingga homogen. Kemudian ditutup menggunakan plastik wrap karena
etanol bersifat mudah menguap apabila tidak ditutup dengan plastik wrap dapat
dikhawatirkan akan mengurangi volume sehingga tidak cukup untuk dilakukan
titrasi. Setelah itu , didiamkan selama satu jam. Hal ini dikarenakan untuk
membuat perlakuan blanko sama dengan perlakuan sampel. Kemudian
ditambahkan dua sampai tiga tetes indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan larutan asam klorida hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Pada saat
penambahan indikator fenolftalein, larutan blanko berubah menjadi warna merah
muda. Hal ini dikarenakan larutan blanko bersifat basa. Pada saat larutan blanko
dititrasi dengan larutan asam klorida akan mengalami reaksi netralisasi sehingga
terbentuk garam natrium klorida dan air. Pada saat kelebihan larutan asam klorida
akan menyebabkan indikator berubah dari berwarna merah muda menjadi tidak
berwarna. Titrasi dilakukan duplo agar didapatkan konsentrasi yang tepat.
Kemudian dicatat dan dihitung konsentrasi yang telah didapatkan.
Langkah terakhir yang dilakukan pada percobaan ini adalah penetapan kadar
aspirin oleh larutan asam klorida. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal)
adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa
analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (penurun demam), dan
anti-inflamasi (peradangan). Penetapan kadar aspirin dalam obat cardio aspirin
menggunakan metode titrasi asam basa (titrasi kembali). Titrasi kembali adalah
titrasi dengan cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan, kemudian
kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Volume titrasi yang diperoleh
menunjukkan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran, sehingga diperlukan titrasi
blanko. Hal ini dapat disebabkan karena kinetika reaksinya berjalan secara lambat,
tidak ditemukan indikator yang tepat apabila titrasi dilakukan secara langsung,
perubahan indikator berlangsung secara lambat, titik akhir titrasi berada jauh dari
titik ekuivalen. Pertama-tama, padatan atau tablet cardio aspirin yang telah
dihaluskan dengan mortir dan stamper ditimbang beberapa gram dengan
menggunakan neraca teknis pada kaca arloji dan dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Kaca arloji digunakan karena apabila menggunakan kertas timbang
dapat dikhawatirkan molekul air terdapat di dalam selulosa akan bereaksi dengan
sampel sehingga akan mempengaruhi hasil penimbangan. Kemudian ditambahkan
dengan larutan etanol dan dikocok hingga larut. Digunakannya etanol bertujuan
untuk melarutkan padatan sampel yang telah ditimbang dan dihaluskan. Setelah
itu, ditambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian
kelebihan larutan natrium hidroksida dititrasi dengan larutan asam klorida yang
digunakan sebagai pentiter lalu dikocok hingga homogen. Homogen adalah suatu
keadaan dimana fasa padat dan fasa cair berada dalam satu fasa. Penambahan
larutan natrium hidroksida bertujuan untuk menetralkan etanol yang bersifat asam.
Kemudian ditutup dengan menggunakan plastik wrap karena etanol bersifat
mudah menguap. Setelah itu, didiamkan selama satu jam yang bertujuan agar
aspirin yang terdapat di dalam sampel dapat terekstrak dengan sempurna. Setelah
itu, ditambahkan dua sampai tiga tetes indikator fenolftalein ke dalam labu
erlenmeyer tersebut dan dititrasi dengan larutan asam klorida hingga terjadi
perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Pada penetapan kadar
aspirin menggunakan indikator fenolftalein selain indikator fenolftalein dapat
menggunakan indikator fenol merah. Indikator asam basa adalah suatu zat yang
mempunyai warna tertentu pada pH tertentu. Indikator fenol merah adalah
indikator asam basa yang memiliki rentang pH antara 6,4 - 8,0. Pada saat asam
akan berwarna kuning dan pada saat basa akan berwarna merah. Pada penetapan
kadar aspirin menggunakan indikator fenol merah dapat dihasilkan dari
membandingkan berat aspirin dalam sampel dengan berat sampel yang dipakai.
Pada percobaan ini metode yang digunakan memiliki kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan dari metode ini adalah alat yang digunakan
sederhana, biaya nya murah, dan memiliki ketelitian yang tinggi. Sedangkan
kekurangan pada metode ini adalah proses pengerjaannya lama dan memerlukan
indikator yang sesuai dengan tingkat kepekaannya.

Pada saat melakukan percobaan terjadi beberapa kesalahn yang telah


dilakukan diantara nya yaitu kelebihan dalam menambahkan indikator fenolftalein
sehingga warna yang dihasilkan terlalu pekat, pada saat penimbangan
menggunakan neraca teknis seharusnya menggunakan neraca analitis sehingga
mempengaruhi hasil dari penimbangan. Selain itu, pelarutan tidak maksimal
sehingga masih terdapat serbuk-serbuk putih di dalam labu erlenmeyer.
X. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan konsentrasi aspirin


dalam obat cardio aspirin sebesar 39,46% dengan konsentrasi aspirin sebenarnya
sebesar 76,92%. Sehingga didapatkan KSR sebesar 48,7%.

Anda mungkin juga menyukai