Anda di halaman 1dari 47

ASIDI-

ALKALIMET
RI
L A R A N A C O M PA N Y
OUR TEAM

01 Ahsanu Amala Zulkarnain

02 Fatimah Khoirunisa

03 Yuda Faturrohman

04 Dyan Ayu Siwiningtyas

05 Shinta Herawati
01 TUJUAN
02 TEORI

03 ALAT & BAHAN

04 CARA KERJA (DIAGRAM ALIR)


CONTENTS 05 DATA PERCOBAAN
06 ANALISIS DATA
07 PEMBAHASAN

08 SIMPULAN
01
TUJUAN
TUJUAN

01 Mahasiswa dapat
menjelaskan proses titasi
asidi-alkalimetri

02
Mahasiswa mampu
menghitung kadar cuplikan
pada titrasi asidi-alkalimetri
02
TEORI
TEORI
Tirasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu
volum larutan standar ditambahkan ke dalam larutan
dengan tujuan mengetahui komponen yang tidak
dikenal (Padmaningrum, 2006). Larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti(Padmaningrum, 2006).
Berdasarkan kemurniannya, larutan standar dibedakan
menjadi larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi
(konsentrasi diketahui dari massa-volum larutan).
Larutan Standar sekunder adalah larutan standar yang
dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan
suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah
sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi
(Day Underwood, 1999).
Standarisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi
larutan standar sekunder ditentukan dengan tepat
dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer
(John Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan
yang digunakan untuk mentitrari (biasanya sudah
diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain
sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk
diketahui konsentrasi komponen tertentu
(Padmaningrum, 2006)..
Titik ekivalen adalah titik yang menyatakan
banyaknya titran titran secara kimia setara dengan
banyaknya analit Analit adalah spesies (atom, unsur,
lon, gugus, molekul) yangdianalisis atau ditentukan
konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum,
2006). Tilk akhir titrasi adalah titik pada saat titras
diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi biasanya diambil
sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses
pengenceran (W. Haryadi. 1990).
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yang tidak
dikuti terjadinya reaKsi Kimia sehingga berlaku hukum
kekekalan mol (Padmaningrum, 2006).
Asidi dari kata acid (bahasa Inggris) yang berarti aram sedang
metri dari (bahasa Yunani) yang berarti ilmu, proses, atau seni
mengukur Asimetri berarti pengukuran jumlah asam atau
pengukuran dengan asam. Titrasi asidimetri-alkalimetri
merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam-basa.
Berdasarkan reaksinya, dengan pelarut, asam dan basa
diklasifikasikan menjadi asam-basa kuat dan lemah sehingga
titrari asam-basa meliputi titrasi asam kuat dengan bara kuat,
asam kuat dengan bara lemah, asam lemah dengan basa kuat,
asam kuat dengan garam dari asam lemah.
03
ALAT &
BAHAN
ALAT DAN BAHAN
A. Alat dan Bahan Standarisasi HCl
8. Buret
1. Labu ukur
9. Erlenmeyer
2 Ball pipet
10. Statif
3. Pipet volume
11. Klem
4 Pipet tetes
12. Aquades
5. Gelas beaker
13. Larutan HCl
6. Spatulla
14. Indikator MM
7. Corong
15. Larutran Na Tetra Borat
ALAT DAN BAHAN
B. Alat dan Bahan Campuran Karbonat
Bikarbonat

1. Spatula 8. Klem
2. Padatan karbonat 9. Erlenmeyer
bikarbonat 10. Corong
3. Gelas beaker 11. Pipet volume
4. Aquades 12. Ball pipet
5. Labu ukur 13. Pipet tetes
6. Buret 14. indikator MM
7. Statif 15. indikator PP
16. Lart. karbonat bikarbonat
ALAT DAN BAHAN
B. Alat dan Bahan Campuran Karbonat
Bikarbonat

1. Spatula 8. Klem
2. Padatan karbonat 9. Erlenmeyer
bikarbonat 10. Corong
3. Gelas beaker 11. Pipet volume
4. Aquades 12. Ball pipet
5. Labu ukur 13. Pipet tetes
6. Buret 14. indikator MM
7. Statif 15. indikator PP
16. Lart. karbonat bikarbonat
ALAT DAN BAHAN
D. Penentuan Kadar Asam Asetat

1. Labu ukur 9. Klem


2. Gelas beaker 10. Buret
3. Corong 11. Aquades
4. Pipet tetrs 12. Asam cuka pasaran
5. Pipet volume 13. Lart NaOH
6. Ball pipet 14. Indikator PP
7. Erlenmeyer
8. Statif
04
CARA KERJA
DIAGRAM ALIR
DIAGRAM ALIR
DIAGRAM ALIR
DIAGRAM ALIR
DIAGRAM ALIR
05
DATA
PERCOBAAN
DATA PERCOBAAN
Standarisasi HCl

Percobaan Volume Na Tetraborat Volume HCl

1 10 mL 13,80

2 10 mL 14

3 10 mL 9,30

Rata-rata 10 mL 12,36
DATA PERCOBAAN
Karbonat Bikarbonat

Percobaan Volume HCl PP (V1) Volume HCl M.O (V2)

1 3,90 9,90

2 3,3 10,20

3 3,50 10,50

Rata-rata 3,56 10,20


DATA PERCOBAAN
Standarisasi NaOH

Percobaan V. Asam Oksalat V. Titrasi

1 10 11,10

2 10 11,00

3 10 9,70

Rata-rata 10 10,60
DATA PERCOBAAN
Asam Asetat

Percobaan V. Asam Asetat V. NaOH

1 10 1,30

2 10 0,70

3 10 0,80

Rata-rata 10 0,93
06
PERHITUNG
AN
ANALISIS DATA
A. Pembuatan Larutan Standar HCl

• Perhitungan Molaritas HCl


Diketahui : n boraks = 1 ; M borkas = 0,1 M ; V boraks = 10 ml
n HCl = 1 ; V HCl rata-rata = 12,36
Ditanya : M HCl?
Jawab :
n boraks x M boraks x V boraks = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,1 x 10 = 1 x M HCl x 12,36
1 = M HCl
12,36
0,0809 M = MHCl

Jadi, molaritas HCl adalah 0,0809 M


• Perhitungan Molaritas HCl
Diketahui : = massa karbonat bikarbonat = 1
gram
V HCl = 3,57 ml
V HCl titran = 10,30
Ditanya : M Karbonat =?
M bikarbonat =?
% karbonat =?
% bikarbonat =?
Jawab : • mol Na2CO3 = ½ x mol HCl
• mol HCl = 2 x V1 x M = ½ x 0,577626
= 2 x 3,57 x 0,0809 = 0,288813 mmol
= 0,577626 mmol = 0,000288813 mol
• Massa Na₂CO₃= mol x Mr
= 0,000288813 x 106 • Massa NaHCO₃ = 0,544 x Mr
= 0,0306 gram = 0,544 x 84
= 45,738 mg
• Massa Na₂CO₃ dalam 100 ml = 0,045738 gram
= 0,0306 x 100 = 0,306 gram • Massa NaHCO₃ dalam 100 ml = 100 x
10 0,045738
• Presentase (%) Na₂CO₃ = m total x 100% 10
m sampel = 0,45738
= 0,306 x 100%gram
1 • Presentase = n total x 100%
= 30,6% m sampel
= 0,45738 x 100%
• Mol HCl (NaHCO₃) = (V2-V1) x M 1
= (10,30-3,57) x 0,0809 = 45,738%
= 0,5445 mmol
Jadi, presentasi Na₂CO₃ adalah 30,6% dan
• Mol HCl = mol NaHCO₃ = 0,5445 mmol presentasi NaHCO₃ adalah 45,738% serta molar dan
massabya yang tertera diperhitungan.
C. Pembuatan Larutan NaOH dan Standarisasinya

Diketahui : V.asam oksalat = 10 ml


M.asam oksalat = 0,05 M
V.NaOH = 10,6 ml
Ditanya : M.NaOH =?
Jawab :
n.asam oksalat x M.asam oksalat x V.asam oksalat = n.NaOH x M.NaOH x
V.NaOH
2 x 0,05 x 10 = 1 x
M.NaOH x 10,6
M.NaOH = 1
10,6
M.NaOH = 0,094 M

Jadi, molar NaOH adalah 0,094 M.


D. Penetapan Kadar Asam Cuka
- Massa CH₃COOH = 0,00435 x
Diketahui : M.NaOH = 0,094
Mr
V.NaOH = 0,93
= 0,00435
V.CH₃COOH = 10ml
Ditanya : M.CH₃COOH ?
x 60
%CH₃COOH ? = 0,261
Jawab : gram
Kadar CH3COOH - Presentase = m x 100%
-M.NaOH x V.NaOH = M.CH₃COOH x V
V.CH₃COOH = 0,261 x 100%
0,094 x 0,93 = M.CH3COOH x 10 10
M.CH₃COOH = 0,094 x 0,93 = 2,61%
10
M.CH₃COOH = 0,0082 mol/L
- dalam 100 ml = 0,0082 x 100
1000 • Jadi, presentase CH₃COOH
1. Kurva Asam Kuat Basa Kuat 2. Kurva Asam Kuat Basa Lemah
3. Kurva Asam Lema Basa Kuat 4. Kurva Asam Lemah Basa Lemah
07
PEMBAHAS
AN
PEMBAHASAN
01. PEMBUATAN LARUTAN HCL &
STANDARISASINYA
Pada percobaan titrasi pertama, yaitu standarisasi larutan HCl. Dalam standarisasi ini HCl
bertindak sebagai titran dan boraks bertindak sebagai titrat. Standarisasi ini dilakukan untuk
menguji keakuratan konsentrasi HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui indikator
apakah yang tepat untuk standarisasi ini. Boraks digunakan sebagai titrat karena reaksinya
dengan HCl dapat menghasilkan keakuratan yang lebih baik dibanding dengan basa lemah
lain, antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl (asam kuat) akan bereaksi dengan
boraks (basa lemah) membentuk garam yang bersifat asam.

Reaksi :
Na₂B₄O₇.₁₀H₂O + 2HCl → 2NaCl + 4H₃BO₃ + 5H₂O
Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah tersebut akan lebih mudah diamati titik akhir
titrasinya.
Boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan larutan standar sekunder.
Hal ini disebabkan karena boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya
yang tidak mudah teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan
dalam keadaan murni, tidak korosif. Bobot ekuivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/ag.
HCl merupakan larutan gas Cl dalam air.Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah
sekali berubah terhadap perubahan suhu, sehingga perubahan kelarutan tersebut akan
mengpengaruhi konsentrasinya. Indikator yang kami gunakan adalah indikator metil
merah . metil merah paling efektif antara pH 4,4 warna akan merah dan jika di atas,6,2
warnanya berubah menjadi kuning .jika pH berada di antara dua batas ini, warnanya
jingga. Pada saat titrasi , warna larutan yang awalnya kuning sedikit demi sedikit
berubah menjadi jingga seperti pada gambar yang telah terlampir perubahanya warna ini
sesuai dengan sejauh mana proton atau ion hidronium(H⁺) terdisosiasi dari molekul
perwarna . Indikator metil merah berguna untuk menguji perubahan pH dalam larutan
asam,metil merah ini juga berguna untuk mengkalibrasi larutan, terutama pada saat
percobaan titrasi dari percobaan ini konsentrasi HCl yang di dapatkan adalah 0,0809M
karena kurangnya ketelitian saat titrasi,sehingga terdapat tabungelenmeyer yang berisi
larutan masih berwarna kuning yang menandakan pH masih di atas 6,2 Hal ini yang
mungkin menyebabkan konsentrasi yang di hasilkan terlalu kecil.
02. PENENTUAN KADAR CAMPURAN KARBONAT-
BIKARBONAT
Percobaan ini menggunakan 10 ml sampel yang telah disiapkan dan dititrasi menggunakan
larutan HCl 0,1 M. Fungsi dari larutan standar HCl adalah untuk membuat sampel berada
dalam keadaan setimbang. Selain itu, pemilihan HCl sebagai larutan sekunder karena
memenuhi beberapa persyaratan :
• Asam itu sangat kuat, yakni sangan disosiasi
• Asam tersebut tidak mudah menguap
• Larutan asam harus stabil
• Garam dari asam tersebut harus mudah larut
• Asam tersebut bukan pengoksidasi yang cukup kuat untuk menghancurkan senyawa-
senyawa organik yang digunakan sebagai indikator
Indikator yang digunakan adalah fenolptaelin (pp) dan metil orange (m.o). Pemilihannya ini
akan berubah warna disekitar titik ekivalen dari titrasi untuk asam lemah, pada titik
ekivalen diatas 7, serta fenolptelin merupakan indikator yang lazim digunakan. Untuk basa
lemah, yang memiliki dibwah 7 indikator yang sering digunakan adalah metil orange. Pada
prinsipnya percobaan ini adalah ketika sampel yang berwarna bening (tidak berwarna)
ditetesi indikator pp yang merupakan asam diprotik dan tidak berwarna.
Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk bewarnanya dan kemudian dengan hilangnya proton kedua,
menjadi ion dengan sistem terkonjugasi menghasilkan warna merah. Setelah itu, larutan yang telah diberi
indikator pp dititrasi dengan HCl sampai warnanya tepat hilang. Ini mengindikasikan bahwa larutan berada
pada trayek pH sekitar 8,2-10,5. Pada tahap ini semua ion hidroksida akan bereaksi menghasilkan air,
sedangkan ion karbonat akan bereaksi dengan asam dan menghasilkan ion bikarbonat.

Reaksinya :
OH + H⁺+ H₂O → CO₃2 ֿ + H=HCO₃3 ֿ

Pada titrasi selanjutnya, larutan ditetesi dengan indikator metil orange (mo). Saat larutan ditetesi indikator
ini, larutan berubah menjadi kuning kemudian dititrasi menggunakan larutan HCl. Titrasi dihentikan ketika
muncul warna merah muda. Saat itu berarti larutan memiliki pH sekitar 3,1-4,4. Dan penambahan HCl
akan menyebabkan ion bikarbonat hasil reaksi tahap I berubah menjadi asam bikarbonat.
HCO3 ֿ + H₃O⁺ menjadi H₂CO₃ + H₂O. Disini didapatkan V2>V1 yang berrti larutan mengandung ion
karbonat dan bikarbonat dengan kadar presentase Na₂CO₃ adalah 30,6% dan NaHCO₃ adalah 45,738%.
Saat pelarutan, terdapat kesalahan yaitu menuangkan cairan berlebihan atau melebihi batas, sehingga
berpengaruh pada kadar presentasi karbonat bikarbonat yang menurun.
03. PEMBUATAN LARUTAN NAOH &
STANDARISASINYA
Selain diatsndarisasi dengan asam kuat, NaOH juga distandarisasi dengan asam lemah
yaitu asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH
yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar, dan untuk menunjukkan apakah
larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat. Reaksi
yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat menghasilkan garam yang bersifat basa.
Maka indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10
mendekati range pH garam basa yang dihasilkan. Maka dengan indikator ini dapat
menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukkan dengan perubahan warna.

Reaksi yang terjadi :


2NaOH + H₂OC2O₄ → Na₂C2O₄ + 2H₂O

Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH 0,094 M. Hal ini terlalu kecil yang
memungkinkan terjadinya kesalahn atau kurangnya ketelitian saat melakukan titrasi.
Namun, hal ini tetap datat membuktikan bahwa NaOH dapat bereaksi sempurna dengan
asam lemah maupun kuat.
NaOH dapat digunakan sebagai larutan standar untuk titrasi asam basa. Dari reaksi antara
basa kuat dan asam lemah itu, akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini, asam oksalat merupakan larutan standar primer dan NaOH
merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan karena asam oksalat adalah suatu
asam lemah, sifatnya yang tidak mudah menguap, asam oksalat cenderung stabil, selain
itu juga asam oksalat ditemukan dalam keadaan murni. Mr asam oksalat tinggi yaitu 90.
NaOH memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H₂O atau CO₂ sehingga mudah
dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah Mr dari NaOH hanya 40.

Indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10
mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat
menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukkan dengan perubahan warna.
Perubahan yang dapat terlihat, yaitu perubahan warna yang awalnya larutan tidak
berwarna menjadi sedikit berwarna merah muda.
04. PERCOBAAN PENETAPAN KADAR
ASAM CUKA
Percobaan yang terakhir adalah penetapan kadar asam cuka dititrasi dengan NaOH. Dalam
titrasi ini digunakan larutan yang relatif encer. Sehingga untuk menentukan kadar asam cuka
perdagangan, cuka harus diencerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan
NaOH yang terlalu banyak sehingga tidak memiliki ketelitian yang baik. Asam asetat, asam
etanoat, atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik dengan rumus kimia CH₃COOH.
Penentuan kadar cuka menggunakan titrasi dapat ditambahkan indikator phenolptalein (pp).
Fungsi indikator disini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang diguanakan
tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi. Jika indikator
yang digunakan berubah warna pada saat titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi akan sama
dengan titik ekuivalen. Akan tetapi jika perubahan warna indikator terletak pada pH dimana
zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi akan berbeda dengan titik ekuivalen.
Indikator pp akan memberikan perubahan yang jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak
berwarna. Setelah dilakukan titrasi didapatkan kadar dari asam cuka sebesar 2,61%. Hal ini
tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada botol kemasan asam cuka. Mungkin terdapat
kesalahan atau ketidak telitian dalam mengukur volume. Namun, bisa jadi memang kadar
asam cuka yang ada tidak sesuai dengan kadar yang tertempel dalam kemasan.
08
SIMPULAN
Simpulan
Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan
dengan asam basa,sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang di titrasi .
Zat yang di titrasi di sebut titrat sedangkan zat yang penitrasi di sebut titran.

Indikator memiliki warna yang berbeda sehingga membantu


perubahan warna saat titik akhir titrasi berlangsung. Indikator metil merah
memiliki pH antara 4,4-6,2 jika di bawah 4,4 warnanya merah dan jika di atas
6,2 warnanya kuning,jika pH berada di antara, warnanya kuning. Indikator
metil orange jika di berikan larutan akan berwarna kuning dan memiliki target
pH 3,1-4,4. Indikator fhenolftalin dan memiliki trayek pH 8,5-10 dan dapan
menunjukan hasil titrasi dengan perubahan warna yang semula tidak berwarna
menjadi sedikit merah muda
Daftar pustaka
Day, Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

John Kenkel. 2003. Analytical Chemistry for Technicians. Washington, Lewis Publishers.

W. Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia


THANK
YOU!

Anda mungkin juga menyukai