Anda di halaman 1dari 76

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA UDANG


WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK TRADISIONAL
KECAMATAN JABON, KABUPATEN SIDOARJO

PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :
ARIF LUKMAN HAKIM
SIDOARJO - JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA UDANG


WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK TRADISIONAL
KECAMATAN JABON, KABUPATEN SIDOARJO

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga

Oleh

ARIF LUKMAN HAKIM


NIM. 141211131195

Menyetujui

Komisi Pembimbing

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

BIOAKUMULASI LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) PADA UDANG


WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK TRADISIONAL
KECAMATAN JABON, KABUPATEN SIDOARJO

Oleh:

ARIFM LUKMAN HAKIM


NIM. 141211131195

Telah diujikan pada


Tanggal : 09 Agustus 2016

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Hj. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si.


Sekretaris : Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
Anggota : Prayogo, S.Pi., MP.
Sudarno, Ir., M.Kes.
Prof. Sri Agus Sudjarwo., drh., Ph.D.

Surabaya, 09 Agustus 2016


Mengetahui,

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RINGKASAN

ARIF LUKMAN HAKIM. Bioakumulasi Logam Berat Kadmium (Cd) Pada


Udang Windu (Penaeus monodon) di Tambak Tradisional Kecamatan Jabon,
Kabupaten Sidoarjo. Dosen Pembimbing Pertama Sudarno, Ir., M.Kes., dan
Dosen Pembimbing kedua Prof. Sri Agus Sudjarwo., drh., Ph.D.

Kadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat yang bersifat akumulatif,
keberadaan logam berat kadmium dalam lingkungan secara berlebihan akan
menimbulkan dampak yang luas baik secara langsung maupun tidak langsung,
sebab logam ini mudah teradsorbsi dan terakumulasi oleh tubuh organisme.
Udang windu merupakan salah satu biota air yang dapat mengakumulasi logam
berat kadmium, pada udang laju akumulasi Cd dalam daging, insang dan
hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi dalam air, logam
berat tersebut paling banyak diakumualasi pada organ hepatopankreas, kemudian
dalam insang dan yang paling kecil dalam daging.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam berat kadmium
(Cd) pada air, sedimen, insang dan daging udang windu di tambak tradisional
Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode
observasi, pemeriksaan logam berat kadmium menggunakan Atomic Absorption
Spectophotometry (AAS), dan data dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis konsentrasi kadmium dalam air berada diatas
ambang batas yang Konsentrasi logam berat kadmium (Cd) pada air tambak
berkisar antara 0,0044-0,023 ppm dan berada diatas ambang batas maksimum
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) (2001) adalah 0,01 mg/L.
Konsentrasi logam berat kadmium pada sedimen, insang dan daging udang windu
adalah <0,0024 ppm dan masih berada dibawah ambang batas yang ditetapkan
yaitu 0,01 ppm sedangkan batas maksimum cemaran logam berat kadmium pada
daging udang menurut BSN (2009) adalah 1,0 mg/kg.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SUMMARY

ARIF LUKMAN HAKIM. Bioaccumulation of Heavy Metal Cadmium (Cd)


in Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon) Traditional Farming on District
Jabon Subdistrict of Sidoarjo. Academic Advisor Sudarno, Ir., M. Kes, and
Prof. Sri Agus Sudjarwo., drh., Ph.D.

Cadmium (Cd) is one of the heavy metals that has accumulative, the
presence of heavy metal cadmium in environment are excessive and it will cause a
large impact both directly and indirectly, because this metal easily absorbed and
accumulated by the body of the organism. Tiger prawn is one of aquatic biota that
able to accumulated heavy metals cadmium, Cd accumulation rate of shrimp flesh,
gills and hepatopankreas continues to rise in accordance with the increase in
concentration of heavy metals in the water, the most abundant accumulation are
on the hepatopankreas, gills and flesh.
This aims of this research is to provide information about the concentration
of the heavy metals cadmium (Cd) in the water, sediments, gills and tiger shrimp
meat in traditional pond Sub Jabon, Sidoarjo Regency. This research used
descriptive method of analysis of heavy metals cadmium used Atomic
Spectophotometry Absorption (AAS).
Based on the results of the analysis of the concentration of cadmium in the
water is above the threshold concentration of heavy metals cadmium (Cd) in pond
water, the ranges between 0,0044-0,023 ppm and still in the maximum threshold
that based on the Government Regulation (PP) (2001) is 0.01 mg/l.
Concentrations of heavy metal cadmium in sediment, gills and tiger shrimp meat
are less than 0.0024 ppm and still under the thresold that has been established i.e.
0.01 ppm while the maximum limit of heavy metal cadmium contamination in
meat shrimp according to BSN (2009) is 1.0 mg/kg.

vi

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta sholawat dan salam penulis haturkan

kepada nabi Muhammad SAW sehingga skripsi tentang Bioakumulasi Logam

Berat Kadmium Pada Udang windu (Penaeus monodon) di Tambak Tradisional

Kecamatan jabon, Kabupaten Sidoarjo dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana perikanan

pada progam studi budidaya perairan, Fakultas Perikanan dan kelautan,

Universitas Airlangga Surabaya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini lebih lanjut. Akhirnya penulis berharap semoga karya

ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak.

Surabaya, 21 Juli 2016

Penulis

vii

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

semua pihak atas segala bimbingan, dorongan, arahan, dan bantuannya terutama

kepada:

1. Ibu Dr. Mirni Lamid, drh., MP. Selaku Dekan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

2. Bapak Sudarno, Ir., M.Kes. selaku dosen pembimbing pertama dan dosen

wali serta Bapak Prof. Sri Agus Sudjarwo., drh., Ph.D. selaku dosen

pembembing kedua yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan

sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Hj. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Bapak Muhammad Arief, Ir., M.Kes.

dan Bapak Prayogo, S.Pi., MP. selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran, memberikan arahan dan petunjuk dalam penulisan skripsi

ini.

4. Bapak Kardi, Ibu Him Jannah Ulfah, dan adik tercinta Dina Wahyu Ningtias

yang telah memberikan segalanya untuk mendoakan dan mendukung

kelancaran skripsi ini.

5. Kartika Angga Dwi Pratiwi, Oky Ardiyansyah, Mahestra Putra Utama yang

telah bekerja sama dengan baik selama penelitian sampai ujian dilaksanakan.

6. Nur Kharina Portalia, Dwi Ayu Pusponingrum dan rekan Budidaya Perairan

2012, dan rekan civitas akademika lain yang telah mendukung kelancaran

skripsi ini.

viii

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Riska Dwi Fitriani, Wajiha Widad A, Futhura Haves Shelda yang telah

mendukung kelancaran skripsi ini.

8. semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun

penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skrispsi ini bermanfaat dan dapat

memberikan informasi bagi semua pihak.

Surabaya, 21 Juli 2016

Penulis

ix

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ....................................................................................................... iv

SUMMARY .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 4

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Perairan ................................................................................. 5
2.2 Logam Berat Kadmium ............................................................................. 6
2.3 Pencemaran Logam Berat Kadmium ........................................................ 7
2.4 Bioakumulasi Logam Berat ...................................................................... 9
2.5 Bioakumulasi Logam Berat Pada Udang Windu ....................................... 13
2.6 Udang Windu
2.6.1 Klasifikasi Ilmiah ............................................................................ 13
2.6.2 Morfologi ........................................................................................ 14
2.6.3 Habitat. ............................................................................................ 16

III KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 18

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.2 Hipotesis.................................................................................................... 20

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Waktu dan tempat pelaksanaan ................................................................. 21
4.2 Materi Penelitian
4.2.2 Bahan Penelitian. ............................................................................ 21
4.2.3 Peralatan penelitian. ........................................................................ 22
4.3 Metode Penelitian...................................................................................... 22
4.4 Peosedur Kerja
4.4.1 Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel ........................................ 22

4.4.2 Pengambilan Sampel Air, Sedimen, Insang Dan Daging Udang


Windu
A. Air. ............................................................................................ 25
B. Sedimen. .................................................................................... 26
C. Udang Windu............................................................................. 26
4.4.3 Metode Pengujian Logam Berat Kadmium Pada Air, Sedimen,
Insang dan Daging Udang Windu .................................................. 26
4.5 Parameter Penelitian.................................................................................. 27
4.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 28
4.7 Analisis Data ............................................................................................. 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 30
5.1.2 Konsentrasi Kadmium Pada Air, Sedimen, Insang dan Daging ..... 30
5.1.3 Kualitas Air Saat Penelitian Berlangsung ....................................... 31

5.2 Pembahasan ............................................................................................... 32


BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 38
6.2 Saran .......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ 44

xi

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Konseptual Model Interaksi Logam Dengan Organisme ................................ 12

2.2 Udang Windu .................................................................................................. 15

2.3 Morfologi Udang Windu ................................................................................. 16

3.1Kerangka Konseptual Penelitian ...................................................................... 21

4.1 Titik Pengambilan Sampel Air dan Sedimen ................................................. 25

4.2 Diagram Analisis Data .................................................................................... 29

xii

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Persyaratan Kualitas Air Pada Budidaya Udang Windu ................................. 17

4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 26

5.1 Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen, Insang dan Udang Windu ...... 30

5.2 Data Kualitas Air Saat Penelitian Berlangsung pada 5 Satsiun ...................... 31

xiii

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Peta Lokasi balai Riset dan Standardisasi Surabaya .......................................... 44

2 Peta Stasiun pengambilan Sampel ................................................................... 45

3 Cara Kerja Untuk Analis Logam Berat Cd dengan AAS ................................... 47

4 Data Pengukuran Suhu, Salinitas dan pH .......................................................... 52

5 Hasil Penelitian Kandungan Logam Berat Cd pada Air, Sedimen, Insang Dan

Daging Udang Windu ........................................................................................ 53

6 Alat dan bahan Penelitian................................................................................... 57

7 Surat Ijin Penelitian ............................................................................................ 59

xiv

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi dan

basis budidaya perikanan yang cukup besar, hasil produksi budidaya ikan bandeng

dan udang di wilayah ini mampu menghasilkan pendapatan yang cukup besar bagi

pemerintah Kabupaten Sidoarjo (Samsundari dan Perwira, 2011).

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sidoarjo menyebutkan bahwa

produksi udang windu di Kabupaten Sidoarjo mengalami peningkatan sejak tahun

2012 dengan total produksi 3.913.100 Kg, 3.937.700 Kg pada tahun 2013,

4.010.300 Kg pada tahun 2014 dan mengalami penurunan pada tahun 2015 dengan

total produksi 3.613.000 Kg. Menurut Soleh (2014) mengatakan bahwa kenaikan

dan penurunan produksi udang dapat disebabkan karena sumber air yang tercemar.

Tambak tradisional di Kecamatan Jabon merupakan salah satu tambak yang

memanfaatkan muara sungai porong yang mengalir melaui anak sungai seperti

sungai Tegal sari, sungai merutu, dan sungai geluwo. Beberapa anak sungai

tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kegiatan budidaya. Akan tetapi,

sumber air tersebut telah tercemar oleh pembuangan limbah industri, pencemaran

yang paling banyak terjadi adalah pencemaran logam berat (Hariyan dkk., 2015).

Selain itu, pembuangan lumpur lapindo dapat membuat sungai tersebut menjadi

tercemar, Samsundari dan Perwira (2011) mengatakan bahwa perairan yang

tercemar lumpur lapindo dapat menyebabkan menurunnya produktivitas tambak

budidaya seperti menurunnya produksi udang windu sebanyak 397.300 Kg, hal

tersebut di indikasikan karena adanya pengaruh luapan lumpur yang mengandung

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2

berbagai macam unsur dan zat kimia seperti logam berat. Logam berat yang ada

dalam lumpur lapindo Menurut Herawati (2007) yaitu seng (Zn) 0.45 mg/l, timbal

(Pb) 0.23 mg/l.

Logam berat cadmium adalah elemen toksik yang dapat berpengaruh pada

sistem ekologi perairan sebab logam tersebut bersifat racun (B3) yang dapat

mengakibatkan menurunnya keseimbangan ekologi dan kelangsungan hidup

organisme yang ada diperairan (Mamaribo dkk, 2015). Kulkarni and Kaware

(2013) mengatakan bahwa logam berat kadmium di perairan berkisar antara 0,001-

3,2 mg/l, sedangkan muara sungai porong mengandung kadmium rata-rata 0,025-

0,075 mg/l (Rachmawatie, 2009).

Logam berat kadmium mudah diserap oleh organisme langsung dari air dalam

bentuk ionik dan relatif larut dalam air. Oleh karena itu, logam tersebut juga lebih

mudah diserap dalam tanah dan cenderung bioakumulasi. Bioakumulasi adalah

perpindahan berjenjang (trnasfer tropic) kontaminan diantara spesies, yang terjadi

pada kondisi lipofilik (bahan kimia yang terakumulasi dalam lemak) dan berpindah

ke tingkat tropik lain (Mukono, 2005). Kadmium mudah terakumulasi oleh banyak

organisme, terutama mikroorganisme dan moluska. Pada hewan invertebrata

pencemaran logam berat kadmium dapat menimbulkan efek sublethal pada

pertumbuhan, reproduksi dan kerusakan insang (Cowi, 2003).

Logam berat seperti kadmium berpotensi membahayakan sebagian organisme

walaupun dalam konsentrasi yang rendah dan telah dilaporkan sebagai polutan

lingkungan berbahaya dan dapat terakumulasi sepanjang rantai makanan akuatik

dan berdampak buruk bagi hewan dan kesehatan manusia (Kaoud and Eldashan,

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3

2010). Udang windu termasuk dalam organisme perairan yang bersifat demersal

sehingga sebagian hidupnya berada didasar perairan dan mengambil material-

material yang berbeda didasar perairan sebagai sumber makanan. Proses akumulasi

logam berat kadmium pada udang windu dimungkinkan berasal dari rantai

makanan. Samsundari dan Perwira (2011) menambahkan juga bahwa logam berat

kadmium pada tambak di Kecamatan Jabon adalah 0,014 ppm, pada insang udang

windu mengandug logam berat Cd sebanyak 0,694 ppm, daging udang windu 0,016

ppm. Berdasarkan uraian diatas diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui

bioakumulasi logam berat kadmium pada air, sedimen, daging dan insang pada

udang windu (Penaeus monodon).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah

1. Berapakah konsentrasi logam berat kadmium yang terkandung pada air,

sedimen dan daging dan insang udang windu (Penaeus monodon) di tambak

tradisional Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo?

2. Apakah konsentrasi logam berat kadmium pada air, sedimen, insang dan

daging udang windu melebihi ambang batas yang ditetapkan dan pengaruh

bioakumulasi logam berat kadmium terhadap udang windu (Penaeus

monodon) ?

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi logam berat

kadmium (Cd) pada air, sedimen, insang dan daging udang windu (Penaeus

monodon) di tambak tradisional Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

konsentrasi logam berat kadmium yang terkandung pada air, sedimen, insang dan

daging udang windu (Penaeus monodon) di tambak tradisional Kecamatan Jabon,

Kabupaten Sidoarjo. Informasi ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah,

instansi terkait dan kalangan industri dalam pengelolaan limbah, Kabupaten

Sidoarjo.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Perairan

Wardhana (2004) mengatakan bahwa indikator atau tanda bahwa air

lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati

melalui adanya perubahan suhu air, perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen,

perubahan bau, rasa dan warna air, timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut,

adanya mikroorganisme dan meningkatnya radioaktif lingkungan. Air normal yang

dapat digunakan untuk kehidupan pada umunya tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa.

Menurut PP RI Nomor 82 Tahun 2001 pencemaran air adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam

air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan pembentuknya.

Pencemaran perairan diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar yang

dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Pencemaran air dapat

menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya organisme perairan

seperti bentos, perifiton dan plankton. Hal ini menyebabkan ekologis perairan dapat

terganggu. Sistem ekologis perairan mempunyai kemampuan untuk memurnikan

kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada

dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan (Salam, 2010).

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 6

2.2 Logam Berat Kadmium (Cd)

Golongan logam mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi

sedangkan unsur-unsur non-logam mempunyai daya hantar panas dan listrik

rendah. Berdasarkan densitasnya unsur-unsur logam dibedakan menjadi dua

golongan yaitu logam ringan dan logam berat. Unsur-unsur logam ringan (light

metals) mempunyai densitas lebih kecil dari lima seperti Natrium (Na) 0,97,

Calsium (Ca) 1,54 dan Aluminium (Al) 2,7, sedangkan unsur-unsur logam berat

(heavy metals) mempunyai densitas lebih besar dari lima seperti Kadmium (Cd)

8,65, Timbal (Pb) 11,34. Merkuri (Hg) 13,55 dan Seng (Zn) 7,14 (Hutagalung,

1984).

Juniawan dkk. (2013) menambahkan juga bahwa logam berat sendiri

sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat dibutuhkan setiap makhluk

hidup, namun beberapa diantaranya apabila dalam keadaan tertentu dapat bersifat

racun. Di alam, unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi

(terikat dengan zat padat) serta terdapat sebagai bentuk ionik.

Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak larut

dalam basa, mudah bereaksi serta menghasilkan cadmium oksida bila dipanaskan.

Kadmium umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd Klorida) atau

belerang (Cd Sulfit), kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat tidak stabil.

Kadmium memiliki nomor atom 40 dengan berat atom 112,4, titik leleh 321˚C, titik

didih 767˚C dan memiliki massa jenis 8,65 g/cm3 (Istarani dan Pandebesie, 2014).

Logam berat kadmium merupakan logam yang lunak, ductile, berwarna putih

seputih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam udara yang

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7

basah atau lembab serta akan cepat mengalami kerusakan bila dikenai oleh uap

amonia (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Sedangkan berdasarkan pada sifat-sifat

kimianya, logam Cd didalam persenyawaan umumnya mempunyai bilangan valensi

2+, sangat sedikit yang mempunyai bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan kedalam

larutan yang mengandung ion OH-, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses

pengendapan. Endapan yang terbentuk dari ion-ion Cd2+ dalam larutan berion OH-

biasanya terhidratasi yang berwarna putih. Bila logam berat Cd digabungkan

dengansenyawa karbonat (CO=); dengan senyawa pospat (PO3+); dengan senyawa

arsenat (AsO3=); dan atau senyawa oksalat-ferro {Fe(III) }- dan ferri {Fe(II) }

sianat, maka akan terbentuk suatu senyawa yang berwarna kuning. Semua senyawa

tersebut akan dapat larut dalam senyawa NH4OH dan akan membentuk kation

kompleks Cd dengan NH3 (Palar, 2008).

Kadmium dapat digunakan untuk bahan pigmen untuk industri cat, enamel

dan plastik dalam bentuk sufida yang dapat memberi warna kuning sampai sawo

matang. Kegunaan lain dari logam ini adalah tahan panas sehingga bagus untuk

campuran pembuatan bahan-bahan keramik, enamel dan plastik, Kadmium tahan

terhadap korosi sehingga bagus untuk pelapis besi dan baja (Darmono, 1995).

2.3 Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd)

Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan makhluk hidup seperti

manusia, hewan dan tumbuhan, apabila air sudah tercemar logam-logam berbahaya

akan mengakibatkan hal yang buruk bagi kehidupan. pencemaran pada air tawar

biasanya mengalir di sungai, air tersebut mengandung material anorganik dan

organik yang mengambang lebih banyak dibandingkan air laut. Material tersebut

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 8

mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi logam,sehingga pencemaran logam

pada air tawar mudah terjadi (Darmono, 1995).

Kadar logam berat dalam air laut berkisar antara 0,00001-0,01 kadar ini akan

meningkat apabila limbah perkotaan,pertambangan, pertanian dan industri yang

banyak mengandung logam berat masuk ke lingkungan laut. Umumnya, yang

paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan

karena senyawa atau unsur logam berat banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku,

katalisator, fungisida maupun sebagai additive (Hutagalung, 1984).

Keberadaan logam berat kadmium dalam lingkungan secara berlebihan akan

menimbulkan dampak yang luas baik secara langsung maupun tidak langsung,

sebab logam ini mudah diadsorbsi dan terakumulasi oleh tubuh organisme (Fauzi

dkk, 2015). Air limbah yang mengandung kadmium dapat diakumulasi oleh

tumbuhan dan biota perairan apabila dikonsumsi manusia diatas tingkat tertentu

dapat menyebakan kerusakan pada hati, kerusakan ginjal, anemia dan hipertensi

(Kulkarni and Kaware, 2013).

Hadi et al (2015) mengatakan bahwa logam berat kadmium merupakan salah

satu jenis logam berat yang beracun di lingkungan, hati dan ginjal adalah organ

utama dalam akumulasi logam kadmium. Selain itu, kadmium juga bersifat

mutagenik yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan dapat menyebabkan

kanker pada manusia dan hewan. Darmono (1995) mengatakan bahwa kadmium

dalam air laut berbentuk senyawa klorida (CdCl2), sedangkan dalam air tawar

berbentuk karbonat (CdCO3). Pada air payau yang biasanya terdapat dimuara

sungai, kedua senyawa tersebut jumlahnya berimbang. Kadar garam juga

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9

mempengaruhi senyawa logam dalam air laut, sehingga terjadi interaksi antara

logam dan logam misalnya Ca dan Cd. Logam berbahaya akan diserap oleh hewan

air melalui insang dan saluran pencernaan.

2.4 Bioakumulasi Logam Berat

Analisis biota seperti udang sangat penting daripada analisis air itu sendiri,

hal ini disebabkan kandungan logam berat dari air yang dapat berubah-ubah dan

sangat tergantung pada lingkungan. Pada musim hujan, kandungan logam akan

lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan

logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi. Kandungan biota air

biasanya akan selalu bertambah dari waktu kewaktu karena sifat logam yang

bioakumulatif, sehingga biota air sangat baik digunakan sebagai indikator

pencemaran logam dalam lingkungan perairan (Darmono, 1995).

Bioakumulasi sering menjadi ukuran pencemaran bagi suatu organisme dalam

ekosistem tercemar karena logam tidak dapat dipecah dalam bentuk yang

sederhana. Mengukur bioakmulasi logam sangat kompleks karena pengaruh

interaksi logam dan spesies atau biota yang spesifik, serta pengaruh lingkungan

dengan paparan (Louma and Rainbow, 2008).

Kadar logam dalam tubuh makhluk hidup seperti hewan dapat terdeteksi

melalui daging, urin, darah, dan tulang. Kadar logam dalam daging dan tulang

berhubungan dengan kadar logam dalam darah dan urin saat daging dan tulang

terbentuk (Nurrachmi dan Amin, 2010). Darmono (1995) mengatakan bahwa

absorpsi ion-ion logam dari laut oleh organisme air, seperti ikan dan udang

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10

biasanya melalui insang, proses absorpsi logam berat seperti Cd, Pb, dan Hg

biasanya terikat dengan protein (ligand binding).

Dani (2012) mengatakan bahwa absorpsi, distribusi dan ekskresi bahan

pencemar tidak dapat terjadi tanpa transport melintasi membran. Proses transportasi

dapat berlangsung dengan 2 cara : transport pasif (yaitu melalui proses difusi) dan

transport aktif (yaitu dengan sistem transport khusus, dalam hal ini zat lazimnya

terikat pada molekul pengemban).

A. Transpor Pasif

Sebagian besar toksikan melewati membran sel secara difusi pasif sederhana.

Laju difusi berhubungan dengan perbedaan kadar yang dibatasi oleh membran dan

daya larut dalam lipid. Toksikan yang mudah menjadi ion sulit menembus

membrane sel sebaliknya bentuk non ion mampu larut dalam lipid sehingga daya

penetrasi membran selnya tinggi (Dani, 2012).

B. Transpor Aktif

Peristiwa ini melibatkan pembentukkan kompleks zat kimia dengan carrier

makromolekul di satu sisi membran (Lu, 1995). Kompleks ini lalu berdifusi kesisi

lain, tempat zat kimia itu dilepaskan. Lalu, carrier akan kembali kepermukaan

semula untuk melakukan transport selanjutnya. Struktur, konformasi, dan muatan

mempengaruhi pengikatan dan afinitas zat kimia dengan situs carrier. Transpor

aktif yang melibatkan carrier dapat memindahkan zat kimia melewati membran

melawan perbedaan kadar atau jika molekul merupakan suatu ion maka melewati

perbedaan muatan.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11

Transpor aktif dengan carrier ini membutuhkan energi metabolisme. Makro

molekul dalam dinding sel bersifat porus dan mengandung gugus fungsional

sederhana yang didominasi oleh grup oksigen sebagai donor elektron (-COH; -

COOH; -P(O)(OH)2). Pada pH netral gugus fungsional tersebut cenderung

mengalami protonasi menghasilkan matriks hidrofilik bermuatan negatif sehingga

ion logam dan bentuk kompleksnya dapat melewati membran plasma.

Interaksi logam dengan sel mengikuti beberapa langkah yaitu :difusi logam

dari larutan kepermukaan biologis, sorpsi (komlpekasasi) logam pada sisi pengikat

spesifik pada permukaan luar mebran plasma dan pengamblan atau internalisasi

logam yang diangkut sepanjang membran plasma.

Interaksi logam dengan sel mengikuti beberapa langkah yaitu : difusi logam

dari larutan ke permukaan biologis, sorpsi/kompleksasi logam pada sisi ikatan pasif

dalam lapisan pelindung atau sisi pengikat spesifik pada permukaan luar membran

plasma dan pengambilan atau internalisasi logam yang diangkut sepanjang

membran plasma. Proses mekanisme interaksi logam berat dengan sel organisme

pada proses bioakumulasi menurut Suseno dan sahat (2007) dapat ditunjukkan pada

Gambar 2.1

Mz+ adalah ion bebas logam, ML adalah kompleks logam dalam larutan, K1

adalah konstanta kesetimbangan pembentukan ML, M-X membran adalah

kompleks pada permukaan, kf dan kf masing-masing adalah konstanta kecepatan

pembentukan kompleks pada permukaan, kd, kd’ masing-masing adalah konstanta

kecepatan disosiasi kompleks permukaan, Kint adalah konstanta kecepatan

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12

internalisasi atau pengangkutan logam sepanjang membran biologi. Interaksi ini

dibuat beberapa asumsi sederhana yaitu :

1. Pengangkutan logam dalam larutan ke membran dan terjadi reaksi

pengomplekan subsekuen pada permukaan dan dihasilkan kesetimbangan

antara logam dan larutan.

2. Membran plasma adalah sisi utama bagi interaksi logam dengan organisme

hidup dan interaksiini terjadi melalui reaksi pertukaran ligan menghasilkan

M-X-cell dengan konstantakesetimbangan K2 atau K3.

3. Respon biologis dalam bentuk pengambilan logam, nutrisi atau toksik

tergantung padakonsentrasi M-X-cell.

4. Variasi {M-X-cell}sebagai fungsi [Mz+] dalam larutan mengikuti aturan

Langmuir-adsorption isotherm.

5. Selama pajanan logamm sifat biologis permukaan tidak berubah dimana

logam tidakmenyebabkan perubahan sifat membram plasma.

Gambar 2.1 Konseptual Model Interaksi Logam Dengan Organisme


(Suseno dan Sahat, 2007)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13

2.5 Bioakumulasi Logam Berat Pada Udang Windu

Marte (1980) dalam Motoh (1985) mengatakan bahwa makanan udang windu

adalah 85% crustacea (kepiting kecil dan udang kecil) dan moluska, dan 15%

terdiri dari annelida dan lainnya. Crustacea termasuk dalam organisme perairan

yang bersifat demersal sehingga sebagian hidupnya berada di dasar perairan dan

mengambil material-material yang berbeda didasar perairan sebagai sumber

makanannya. Terjadinya akumulasi logam berat didasar perairan dimungkinkan

akan masuk melalui rangkaian rantai makanan, bahan pencemar yang terakumulasi

pada tubuh crustacea (Tarsinem dan Puspawiningtiyas, 2011).

Pada udang laju akumulasi Cd dan Ni dalam daging, insang dan

hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi dalam air, logam

berat tersebut paling banyak diakumualasi pada organ hepatopankreas, kemudian

dalam insang dan yang paling kecil dalam daging. Proses mekanisme absorpsi,

ekskresi, detoksikasi dan akumulasi menunjukkan bahwa hewan tingkat tinggi

mempunyai kemampuan merugulasi logam dalam tubuhnya walaupun ada

perubahan konsentrasi logam dalam air dan sekitarnya (Darmono, 1995).

2.6 Udang Windu

2.6.1 Klasifikasi Ilmiah

Motoh (1981) mengatakan bahwa pada tahun 1798 John Christ Fabricius

menjelaskan udang windu sebagai spesies baru dalam monografi dengan nama

Penaeus monodon, (Solis (2012) mengklasifikasi udang windu sebagai berikut :

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14

Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Order : Decapoda
Sub-order : Natantia
Infra-order : Penaeidea
Super family : Penaeoidea
Family : Penaeidae Rafinesque, 1815
Genus : Penaeus Facbrcius, 1798
Sub-genus : Penaeus
Spesies : Penaeus monodon
Scientific name : Penaeus (Penaeus) monodon Fabricius 1798

2.6.2 Morfologi

Landau (1992) mengatakan bahwa ada banyak jenis crustacea, termasuk

organisme berbeda seperti Brine shrimp, lobster, copepod, dan barnacle. Udang

windu termasuk dalam kelas crustacea dan sub kelas malacostaca, udang yang

termasuk dalam sub kelas malacostraca memiliki 19 segment (segmen 1 sampai 5

adalah kepala, 6 sampai 13 adalah thorax, dan 14 sampai 19 adalah abdomen)

meskipun sebagian segmen tergabung.

Tubuh udang windu memiliki dua bagian yaitu cephalothorax (kepala dan

dada) dan abdomen (perut), bagian cephalothorax tertutup oleh karapas atau

segmentasinya tidak terlihat jelas dari luar. Ruas-ruas pada udang penaeid memiliki

beberapa ruas, ruas kepala pertama terdapat mata majemuk bertangkai antena dan

memiliki dua buah flagella pendek yang berguna untuk alat peraba dan pelindung.

Antena II memiliki dua cabang, cabang pertama (eksopodite) disebut prosartema

berbentuk pipih dan tidak beruas, sedangkan cabang kedua berfungsi sebagai alat

perasa dan peraba (Razi, 2013), gambar udang windu dapat dilihat pada gambar

2.2.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15

Gambar 2.2 Udang Windu (Penaeus monodon)


(Sumber : Fuller et al. 2014)

Dada terdiri dari delapan ruas, masing-masing ruas memiliki sepasang

anggota badan yang disebut thoracopoda. Bagian perut (abdomen) memiliki enam

ruas, ruas 1-5 memiliki pleopoda yang berfungsi sebagai alat untuk berenang

sehingga berbentuk pendek, kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae). Ruas

keenam terdapat uropoda dan telson. Morfologi udang windu menurut Motoh

(1981) dapat dilihat pada gambar 2.3.

Motoh (1985) menjelaskan bahwa warna tubuh udang windu adalah sebagai

berikut, karapas dan perut yang melintang berwarna merah dan putih, antena

dengan warna coklat keabuan. Pereopods dan Pleopods berwarna coklat dan

Fringing setae berwarna merah, udang windu hidup yang hidup di perairan payau

dangkal berubah menjadi coklat gelap dan sering kehitaman.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16

Gambar 2.3 Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)


(Sumber : Motoh, 1981)

2.6.3 Habitat

Budidaya udang windu sudah dilakukan selama lebih dari satu abad untuk

makanan dan mata pencaharian masyarakat pesisir di negara-negara Asia seperti

Indonesia, philipina, taiwan, Thailand dan Vietnam. Udang windu awalnya dipanen

bersama spesies udang lainnya yang tumbuh di kolam ekstensif pada budidaya ikan

bandeng, pada tahun 1970-1975 dilakukan penelitian budidaya udang windu di

kolam kecil dan dikembangkan secara bertahap di Tungkang Marine Laboratory di

Provinsi Taiwan Cina dan sebagian di IFREMER (Pusat Oceanologique du

pasifique) di Tahiti pasifik selatan (FAO, 2012).

Udang windu dapat mencapai ukuran maksimal 363 mm atau 36,3 cm dan

pertambahan berat dapat mencapai 5,5 gram perminggu, udang windu mampu

hidup dalam berbagai salinitas, termasuk dalam salinitas yang rendah di beberapa

negara asia tenggara (Lucas and Southgate, 2012). Kualitas air merupakan salah

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17

satu faktor penunjang keberhasilan suatu budidaya, persyaratan kualitas air pada

budidaya udang windu menurut Yusuf (2014) dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Air Pada Budidaya Udang Windu


Parameter Nilai Satuan
Suhu 29-32 ˚C
Salinitas 5-40 Ppt
Kecerahan 30-40 Cm
pH 7,6-8,8 -
Alkalinitas 90-150 Ppm
Ketinggian Air 70-80 Cm
OksigenTerlarut (DO) >3 Ppm
Sumber: (Yusuf, 2014)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konspetual

Air sebagai komponen lingkungan hidup dapat mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh komponen lainnya. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan

kondisi lingkungan menjadi buruk sehingga mempengaruhi kondisi kesehatan biota

air, pencemaran air dapat disebabkan oleh kegiatan industri berupa limbah cair

maupun secara alami atau bencana alam (Herawati, 2007).

Logam berat dapat masuk diperairan berasal dari sumber pencemaran yang

alami dan tidak alami termasuk limbah industri maupun domestik, aplikasi pestisida

dan pupuk anorganik, pembuangan sampah, kegiatan pelabuhan, pelapukan geologi

dari kerak bumi dan deposisi atmosfer (Reddy et al (2007) dalam Meshram et al.

2014). Salah satu logam berat yang ada pada perairan adalah kadmium, Hadi et al

(2015) mengatakan bahwa logam berat kadmium merupakan salah satu jenis logam

berat yang beracun di lingkungan, hati dan ginjal adalah organ utama dalam

akumulasi logam kadmium. Logam tersebut berasal dari limbah industri maupun

bencana seperti lumpur lapindo, kadmium akan masuk ke sungai kemudian ke

tambak budidaya.

Muara sungai porong yang tercemar dapat berasal dari sungai-sungai yang

tercemar seperti sungai porong dan cabang-cabang sungai brantas yang diketahui

bahwa sungai tersebut lintas berbagai daerah seperti Kediri, Jombang, Mojokerto

yang dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak industri limbah domestik, serta

pembuangan lumpur lapindo (Fitrianto, 2012).

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19

Tambak tradisional yang ada di Kecamatan Jabon memanfaatkan muara

sungai porong sebagai sumber air utama bagi kegiatan budidaya, apabila air

tersebut tercemar logam berat seperti kadmium dapat menyebakan akumulasi pada

biota yang ada pada lingkungan sekitar. Proses biokamulasi kadmium dalam udang

windu dapat diketahui dengan melihat besarnya konsentrasi kadmium pada air,

sedimen, dan udang. Akumulasi logam pada golongan krustacea dapat melalui 2

cara yaitu melalui hepatopankreas selama makan atau melalui insang (Silverstone

(2004) dalam Meshram et al. 2014), analisis biota seperti udang sangat penting

daripada analisis air itu sendiri, hal ini disebabkan kandungan logam berat dari air

yang dapat berubah-ubah dan sangat tergantung pada lingkungan (Darmono 1995).

Analisis besarnya konsentrasi tersebut dapat mengetahui apakah kadmium

dalam air, sedimen, insang dan daging udang masih dibawah batas maksimum atau

melebihi batas maksimum yang ditetapkan.Batas maksimum pencemaran logam

berat kadmium di perairan menurut Peraturan Pemerintah (PP) (2001) adalah 0,01

mg/L, sedangkan batas maksimum cemaran logam berat kadmium pada daging

udang menurut BSN (2009) adalah 1,0 mg/kg, hasil penelitian berguna untuk

evaluasi bagi lingkungan penelitian. Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan

penelitian tentang bioakumulasi logam berat kadmium (Cd) pada udang windu

(Penaeus monodon) di tambak budidaya Jabon, kabupaten Sidoarjo. Secara

sistematis kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah konsentrasi cadmium pada

air, sedimen, insang dan daging udang windu (Penaeus monodon) melebihi batas

yang ditetapkan.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21

Pencemaran perairan pada muara sungai Porong

Industri
Logam berat AlamiDan lainnya

Timbal (Pb) Seng (Zn) Kadmium (Cd) Merkuri (Hg) Tembaga (Cu)

Cd Masuk ke sungai

Cd masuk ke tambak budidaya Udang


Windu

Akumulasi logam berat cadmium

Air Udang Windu Sedimen

insang daging

Konsentrasi Kadmium (Cd)

Informasi dampak bioakmulasi logam berat


cadmium pada udang windu

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Ket : Objek yang diteliti


Objek yang tidak diteliti

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan

Pengambilan sampel air, sedimen dan udang windu dilakukan di lima

stasiun yaitu tambak tradisional desa Tegal sari dan Tanjung sari, Kecamatan

Jabon, Kabupaten Sidoarjo dengan sumber air berasal dari sungai tegal sari, sungai

merutu desa Tegal sari dan sungai geluwo desa tanjung sari, beberapa sungai

tersebut merupakan anak sungai Porong yang bermuara di perairan pantai Sidoarjo.

Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan April 2016. Pemeriksaan logam berat

cadmium (Cd) dalam air, sedimen, insang dan daging udang windu dilaksanakan di

Balai Riset Dan Standardisasi Industri (BARISTAND) Surabaya, peta

BARISTAND Surabaya dapat dilihat pada (Lampiran 1).

4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air, sedimen,

udang windu (Penaeus monodon), es batu. Bahan untuk analisis logam berat

cadmium dalam air, sedimen, dan udang windu meliputi chlorin untuk

membersihkan botol penyimpanan air sampel, bahan larutan standar kadmium

konsentrasi 1000 mg/l, bahan pelarut HNO3 pekat, aquades, ammonium piro lidin

ditiokarbonat (APDC), pelarut organic metal isobutyl keton (MIBK), air suling

ganda-bebas ion,aqua regia dan bahan bakar asetilen.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23

4.2.2 Peralatan Penelitian

Peralatan penelitian yang digunakan di lapangan antara lain alat water

sampler, alat untuk menangkap udang windu (prayang) , pipa PVC untuk

mengambil sedimen, sarung tangan, cool box, kantong plastik 5 kg, botol kaca 200

ml, refraktometer, termometer dan pH pen. Peralatan untuk analisis logam berat

timbale pada sampel air, sedimen, dan udang windu adalah timbangan analitik

(ketelitian 0,0001 g), beker glass 50 ml, PVC, labu takar 50 ml, pisau, lemari asam,

desikator, oven, mikropipet, dan satu perangkat alat Atomic Absorption

Spectrophotometry (AAS).

4.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasi, observasi adalah pengambilan

data dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain

untuk keperluan tersebut (Nazir, 1999). Pada penelitian ini observasi akan

dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan bioakumulasi logam

berat cadmium pada udang windu.

4.4 Prosedur kerja

4.4.1 Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel

Penentuan stasiun pengambilan sampel air, sedimen tambak dan udang,

dilakukan survey pendahuluan terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan geografi

dan aktivitas di sekitar lingkungan penelitian (Hadi, 2007). Penentuan koordinat

geografis setiap stasiun pengambilan sampel menggunakan Global Positioning

System (GPS), pemilihan tambak pada setiap stasiun yaitu dengan menggunakan

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24

jarak dari muara sungai Porong yang dijadikan sumber utama air untuk budidaya

ikan di tambak tersebut.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

(BALITBANG KP) (2015) tambak di kecamatan Jabon memiliki elevasi yang

rendah yaitu sekitar 2 m diatas permukaan laut dengan topografi yang tergolong

datar (kelerengan <1%). Tunggang pasang surut saat purnama dapat mencapai 240

cm, sedangkan tunggang pasut untuk rata-rata pasang dapat mencapai 177 cm dan

pasang surut bertipe campuran condong ke semidiurnal. Peta stasiun pengambilan

sampel penelitian dapat dilihat pada Lampiran2. Titik koordinat dari lima stasiun

pengambilan sampel penelitian adalah stasiun 1 (7˚31˚57.38’’LS -

112˚51˚12.27’’BT), stasiun 2 (7˚32˚10.63’’LS-112˚50˚57.22’’BT), stasiun 3

(7˚31˚17.49’’LS-112˚50˚44.89’’BT), stasiun 4 (7˚32˚11.14’’LS-112˚50˚29.84’’BT),

stasiun 5 (7˚32˚0.49’’LS-112˚51˚18.24’’BT).

Stasiun 1 : diambil dengan jarak 100 m dari muara sungai porong, dilewati sungai

tegal sari desa Tegal Sari.

Stasiun 2 : dengan jarak 500 m dari dari ST 1 ke arah berlawanan dengan muara

sungai porong, dilewati sungai Tegal Sari desa tegal sari.

Stasiun 3 : dengan jarak 1000 m dari ST 1 kearah berlawanan dengan muara sungai

porong, dilewati sungai gluwo desa Tegal Sari.

Stasiun 4 : dengan jarak 1500 m dari ST 1 ke arah berlawanan dengan muara

sungai porong, dilewati sungai mrutu desa Tegal Sari.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25

Stasiun 5 : dengan jarak 2000 m dari ST 1 ke arah berlawanan dengan muara sungai

porong, dilewati sungai gluwo, desa Tanjung Sari serta berdekatan

dengan pemukiman warga.

4.4.2 Pengambilan Sampel Air, Sedimen Dan Udang Windu Di Tambak

Budidaya Jabon

Pengambilan jumlah sampel merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan dalam melakukan penelitian, jumlah sampel minimal yang diperlukan

tergantung pada konsentrasi analis dalam matriks sampel. Volume sampel harus

cukup untuk melakukan semua analisis di laboratorium, faktor lain yang

menentukan adalah keterwakilan terkait dengan jumlah sampel, untuk sampel yang

heterogen dibutuhkan jumlah yang lebih banyak untuk menjadi wakil dari variasi

sampel yang sebenarnya (Zhang, 2007). Pengambilan sampel air, sedimen dan

udang windu menggunakan metode random sampel sederhana (simple random

sample) gambar pengambilan sampel air, sedimen dan udang windu dapat dilihat

pada gambar 4.1, Kusriningrum (2012) mengatakan bahwa random sampel

sederhana adalah pengambilan sampel secara acak sederhana dari populasi

sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi berpeluang sama untuk terpilih

menjadi anggota sampel.

Gambar 4.1 titik pengambilan sampel air dan sedimen

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26

Dari tiga titik pengambilan sampel air, sedimen pada setiap stasiun dicampur

menjadi satu untuk di lakukan analisis di laboratorium, pengambilan sampel udang

windu hanya satu titik pengambilan yaitu di pintu masuk (inlet). Dengan demikian,

setiap stasiun hanya memiliki satu sampel air, sedimen dan udang windu.

A. Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air diambil dengan menngunakan botol kaca pada 30

cm dibawah permukaan air sebanyak ± 100 ml dan dimasukkan dalam botol

(zhang, 2007). Botol yang berisi sampel air dimasukkan dalam cool box, dengan es

batu agar tidak terjadi perubahan secara biologis dan kimiawi, selanjutnya cool box

ditutup rapat dan dilakukan transportasi ke laboratorium untuk dilakukan

pengamatan kandungan logam berat.

B. Pengambilan Sampel Sedimen

Pengambilan sampel sedimen dalam tambak budidaya dapat menggunakan

pipa PVC, dengan kedalaman 1-5 cm (Yustika dan Rozuli, 2009), jumlah sedimen

yang diambil dalam setiap stasiun adalah 200 gram. Sedimen yang telah diambil

dimasukkan dalam kantong plastik, dilakukan pemberian es batu agar tidak terjadi

perubahan secara biologis dan kimiawi (Zhang, 2007).

B. Pengambilan Sampel Udang Windu

Sampel udang windu diambil sebanyak 1 Kg atau sebanyak 5% dari populasi

udang di tambak tradisonal tiap stasiun, sampel udang windu yang diambil berumur

dua hingga tiga bulan. Pengambilan sampel udang windu dilakukan dengan

menggunakan prayanghal tersebut sesuai menurut WWF Indonesia (2015) bahwa

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27

penangkapan udang dilakukan dengan menggunakan prayang karena bersifat ramah

lingkungan. Sampel udang windu yang ditangkap kemudian dimasukkan dalam

plastik yang telah di beri tanda atau label tiap stasiun, selanjutnya udang

dimasukkan dalam cool box dan dilakukan pemberian es batu agar tidak terjadi

pembusukan mikroorganisme, cool box ditutup rapat dan dilakukan proses

transportasi ke laboratorium.

4.4.3 Metode Pengujian Logam Berat Kadmium Pada Air, Sedimen, Insang

Dan Daging Udang Windu

Pengujian logam berat kadmium pada sampel air, sedimen dan daging biota

menggunakan metode Atomic Absoption Spectrophotometry (AAS) yaitu dengan

prinsip berdasarkan hukum Lambert-Beert yaitu banyaknya sinar yang diserap

berbanding lurus dengan kadar zat (Erlangga, 2007).

4.5 Parameter Penelitian

Parameter penelitian yang diukur meliputi parameter utama dan parameter

pendukung. Parameter utama yang diukur meliputi kandungan logam berat

kadmium dalam air, sedimen, insang dan daging udang windu dari tambak

tradisional Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Parameter pendukung yang diamati adalah

kualitas air meliputi suhu, salinitas, dan pH yang diukur dengan menggunakan

termometer, Refraktometer, dan pH pen.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28

4.6 Jadwal Pelaksanaan

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


No. Kegiatan WaktuPelaksanaan
1 Penyusunan Proposal 25 hari
2 PersiapanPenelitian 5 hari
3 Pelaksanaan 5 hari
4 Analisa Data 10 hari
5 PenyusunanLaporan 12 hari
6 KonsultasiLaporan 30 hari
Total 87 hari

4.7 Analisis Data

Data yang telah didapatkan dari hasil uji di laboratorium berupa kandungan

logam berat kadmium (Cd) pada air, sedimen, insang dan daging udang windu

dengan menggunakan Atomic Absoption Spectrophotometry (AAS), langkah kerja

untuk analisis logam berat dengan menggunakan AAS dapat dilihat pada (lampiran

3). Data tersebut dapat dianalisis dengan metode deskriptif kemudian digunakan

untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pelaksanaan penelitian dapat dilihat

pada diagram alur penelitian pada (gambar 4.2), analisa data secara deksriptif yang

disajikan dalam bentuk dalam bentuk grafik, tabel dan gambar.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29

Persiapan penelitian

Lapangan Laboratorium

Penentuan Stasiun Alat Bahan

Pengambilan Sampel

Udang Windu Air Sedimen

Analis kandungan Logam Berat Kadmium (Cd)

Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS)

Analis data perbandingan dengan Standar


Nasional Indonesia (SNI)

Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Konsentrasi Kadmium (Cd) pada Air, Sedimen, Insang dan Daging

Udang Windu

Hasil pengamatan konsentrasi kadmium dalam tambak tradisional kecamatan

Jabon, diperoleh nilai rata-rata konsentrasi sebesar 0,012 dan terendah <0,0024.

Secara lengkap hasil analisa konsentrasi kadmium dalam tambak dapat dilihat pada

tabel 5.1. Konsentrasi kadmium pada air tambak tertinggi diperoleh pada stasiun 2

dengan nilai konsentrasi 0,023 ppm, pada stasiun 1 diperoleh konsentrasi kadmium

sebesar 0,017 ppm, stasiun 3 diperoleh konsentrasi kadmium sebesar 0,0044 ppm,

stasiun 4 diperoleh konsentrasi kadmium sebesar 0,0073 ppm dan stasiun 5

diperoleh konsentrasi kadmium sebesar 0,0085 ppm. Pada stasiun 1 dan 2 nilai

konsentrasi kadmium telah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 0,01

ppm sedangkan stasiun 3,4 dan 5 masih berada dibawah ambang batas yang telah

ditetapkan.

Tabel 5.1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Logam Berat Kadmium dalam Air,
Sedimen, Insang dan Daging Udang Windu
Sampel Air Sampel Sedimen Sampel Insang Sampel Daging
Titik Sampling
(ppm) (mg/kg) (mg/kg) (mg/kg)
Stasiun 1 0,017 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Stasiun 2 0,023 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Stasiun 3 0,0044 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Stasiun 4 0,0073 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Stasiun 5 0,0085 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Rata-rata Konsentrasi
0,012 ± 0,0079 <0,0024 <0,0024 <0,0024
Cd (± SD)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31

Hasil uji laboratorium konsentrasi logam berat kadmium pada sedimen,

insang dan daging udang windu yang diambil pada 5 stasiun ditunjukkan pada

Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa konsentrasi logam berat

kadmium adalah sama yaitu <0,0024 ppm, nilai tersebut masih berada dibawah

ambang batas yang ditetapkan menurut Peraturan pemerintah (PP) (2001) yaitu

0,01 mg/kg untuk sedimen, dan menurut Badan Standardisasi Nasional (BSN)

Standar Nasional Indionesia (SNI) (2009) sebesar 1,0 mg/kg untuk daging udang

windu.

5.1.2 Kualitas Air saat Penelitian Berlangsung

Data kualitas air saat penelitian berlangsung diperoleh dari lima stasiun

dengan jarak 500 m setiap stasiun, parameter kualitas air yang diukur adalah suhu,

salinitas dan pH yang diukur 3 titik setiap stasiun. Berdasarkan hasil pengukuran

kualitas air pada kelima stasiun didapatkan suhu kelima stasiun berkisar antara 31-

32˚C, salinitas air berkisar antara 14-25 ppt dan pH air berkisar antara 8,1-8,6. Data

kualitas air secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Data Kualitas Air saat Penelitian Berlangsung pada Lima Stasiun
Kualitas Air
Stasiun
Suhu pH Salinitas
Stasiun1 31oC 8,1-8,2 16 ppt
Stasiun 2 31 oC 8,4 25 ppt
Stasiun 3 31-32 oC 8,3-8,6 14 ppt
Stasiun 4 31 oC 8,4-8,5 15 ppt
Stasiun 5 31 oC 8,4-8,5 15 ppt

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32

Salinitas air pada stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya

hal tersebut diduga disebabkan karena penguapan makin besar maka salinitas

semakin tinggi, arus air sungai dan banyaknya air dari muara sungai yang masuk

ditambak, serta adanya pengaruh angin, kelembapan udara diatasnya yang

berhubungan dengan penguapan air.

5.2 Pembahasan

Boiakumulasi merupakan perpindahan berjenjang (transfer tropik)

kontaminan diantara spesies, yang terjadi pada kondisi lipofilik (bahan kimia yang

terakumulasi dalam lemak) dan berpindah ke tingkat tropik lain (Mukono, 2005).

Darmono (1995) mengatakan bahwa akumulasi logam berat pada golongan

crustacea tergantung pada kondisi air lingkungannya yaitu sifat fisik dan kimia air

misalnya: kadar garam, pH dan suhu. Kandungan logam berat dalam sedimen juga

sangat berpengaruh terhadap bioakumulasi logam karena crustacea hidup didasar

perairan.

Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi logam berat pada air tambak di lima

stasiun pengamatan diperoleh hasil melebihi ambang batas yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang

pengolahan kualitas dan pengendalian pencemaran air, baku mutu logam berat

kadmium pada perairan yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan yaitu 0,01

ppm. Hasil sampling di lima stasiun menunjukkan bahwa kandungan logam berat

kadmium pada air berkisar antara 0,012-0,0044 ppm, sedangkan kandungan logam

berat kadmium tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,023 ppm dan terendah

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33

terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,0044 ppm. Hasil tersebut diduga dipengaruhi oleh

lingkungan stasiun 1 dan 2 yang dekat dengan muara sungai porong dengan jarak

500-1000 m, selain hal tersebut kondisi lingkungan kualitas air seperti pH, salinitas,

dan suhu juga mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam air.

Galunin et al. (2014) menjelaskan bahwa retensi dan mobilitas Cd tergantung

pada faktor-faktor seperti pH, suhu, kekuatan ionik, kapasitas pertukaran kation,

luas permukaan dan konsentrasi kompleks ligand. Berdasarkan hasil pengukuran

salinitas air pada lokasi pengambilan sampel pada lokasi pengambilan sampel, nilai

salinitas tertinggi terdapat pada stasiun 1 dan 2 yaitu 16 dan 25 ppt dengan

konsnetrasi kandungan logam berat kadmium pada masing-masing stasiun 0,017

ppm dan 0,023 ppm. Kandungan logam berat tersebut melibihi ambang batas yang

ditetapkan menurut PP No. 82 tahun (2001) yaitu 0,01 ppm. Hal tersebut tidak

sesuai menurut darmono (1995) bahwa semakin rendah salinitas maka semakin

tinggi konsentrasi logam berat, Manulang dkk. (2014) juga menambahkan bahwa

logam berat terlarut dalam badan air secara alami membentuk ion bebas, ion-ion

pasangan anorganik dan organik.

Kationik Cd terlarut dalam air akan berinteraksi dengan ion utama garam laut

yaitu Cl membentuk senyawa organik atau anorganik yang akan mengurangi

keberadaan ion Cd dalam bentuk bebas. Pada salinitas rendah dimana kadar ion

garam utama juga mengalami penurunan sehingga kation cd bebas akan meningkat

karena kompleks kecil dari ion-ion garam berkurang. Selain salinitas air pH juga

mempengaruhi konsentrasi Cd di perairan, menurut Palar (2008) logam berat yang

masuk kedalam lingkungan perairan akan mengalami pengendapan dan tergantung

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34

pada keasaman air tambak, makin rendah tingkat keasaman air tambak maka makin

tinggi kelarutan logam-logam karena pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat

menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air.

Pada sampel sedimen dari stasiun 1 hingga 5 kandungan logam berat

kadmium sama yaitu <0,0024 mg/kg hasil tersebut masih berada dibawah ambang

batas yang telah ditetapkan pemerintah menurut PP No. 82 (2001) yaitu 0,01 ppm

dan hasil tersebut juga lebih kecil daripada kandungan logam berat pada air. Hasil

tersebut tidak sesuai menurut Darmono (1995) bahwa konsentrasi logam berat pada

sedimen akan lebih tinggi daripada air.

Hutagalung (1994) menjelaskan bahwa logam berat yang sukar mengalami

proses pengenceran yang berada di kolom air lama kelamaan akan turun ke dasar

dan mengendap dalam sedimen sehingga kadar logam tersebut cukup tinggi,

dengan nilai pH yang bersifat basa logam tersebut sukar larut dan akan mengendap

ke dasar perairan. Selanjutnya, dengan adanya pengaruh arus akan berdampak pula

pada proses pengedapan logam berat di sedimen. Sebelum logam berat kadmium

masuk diperairan tambak, logam akan melewati sungai dan pada umumnya muara

sungai mengalami proses terjadinya sedimentasi. Perairan yang memiliki arus yang

tenang akan jauh lebih banyak mengandung logam berat daripada perairan yang

memiliki arus besar.

Kandungan logam berat kadmium yang rendah pada sedimen diduga

dipengaruhi oleh pengangkatan sedimen tambak sebelum menebar benur udang

karena menurut O’neill (1995) mengatakan bahwa sedimen yang mengandung

logam berat cd dengan konsentrasi 0,4 mg/kg dapat dikurangi dengan

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35

menggunakan cara mengangkat sedimen ke darat, apabila sedimen beracun dan

mempengaruhi suatu organisme sedimen dapat dibakar.

Erlangga (2007) mengatakan bahwa konsentrasi logam berat pada sedimen

tergantung pada beberapa faktor seperti sumber dari mineral sedimen antara sumber

alami atau hasil aktifitas manusia melalui partikel pada lapisan permukaan atau

lapisan dasar sedimen, melalui partikel yang terbawa sampai ke lapisan dasar dan

melalui penyerapan dari logam berat terlarut dari air yang bersentuhan.

Berdasarkan hasil penelitian kandungan logam berat kadmium pada insang

dan udang windu pada stasiun 1 dan 5 sama yaitu <0,0024 mg/kg artinya terjadi

proses akumulasi logam berat kadmium dalam insang dan daging udang windu

dengan konsentrasi yang sangat kecil. Hasil tersebut tidak sesuai menurut Darmono

(1995) bahwa pada udang laju akumulasi Cd dan Ni dalam daging, insang dan

hepatopankreas terus naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi dalam air, logam

berat tersebut paling banyak diakumualasi pada organ hepatopankreas, kemudian

dalam insang dan yang paling kecil dalam daging.

Faktor faktor yang menyebabkan rendahnya kosentrasi logam berat pada

insang dan daging udang windu dapat disebabkan oleh faktor biologis dan

lingkungan. Doeben (1998) dalam Soegianto et al., (2013) menjelaskan bahwa

beberapa faktor lain juga mempengaruhi ekskresi logam berat dari jaringan seperti

waktu, suhu, interaksi dengan logam berat lain dan aktifitas metabolik hewan serta

jaringan. Siklus ekskresi logam berat pada hewan akuatik umumnya dari mukus,

empedu, hati, urin, insang dan hepatopankreas (Frias-Espericueta et al dalam

Soegianto et al., 2013). Ashar dkk., (2014) mengatakan bahwa kandungan logam

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 36

dalam sedimen juga berpengaruh pada proses bioakumulasi logam berat kadmium,

karena udang selalu bergerak didasar perairan.

Komari dkk. (2013) menambahkan juga bahwa sifat krustasea yang mencari

makan pada dasar perairan yaitu pada lingkungan sedimen akan menyebabkan

krustasea sangat mungkin terkontaminasi logam berat, termasuk kadmium

(Cd).Oleh karena itu jika lingkungan hidup telah tercemar logam kadmium maka

dalam tubuh maupun organ udang tersebut akan mengakumulasi logam Cd.

Ion logam merupakan polutan khususnya di lingkungan perairan karena dapat

masuk dalam rantai makanan dan terkandung pada organisme serta mengganggu

aktifitas fisiologisnya. Insang merupakan bagian tubuh yang paling permiable yang

berperan dalam respirasi dan transport ion pada proses osmoregulasi. Kajian

terhadap aktifitas fisiologis, histologi dan ultrastruktur pada krustasea

memperlihatkan bahwa ion logam berat mempengaruhi respirasi dan osmoregulasi

dengan merusak struktur sel insang (Yudiarti dkk., 2009)

Lu (1995) mengatakan bahwa dibandingkan dengan jenis logam berat

lainnya, kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang memiliki toksisitas

yang tinggi, penyebaran yang luas serta memiliki waktu paruh (biological life) yang

panjang dalam tubuh organisme hidup yaitu sekitar 10-30 tahun karena tidak dapat

terdegaradasi.

Logam kadmium (Cd) memiliki afinitas yang tinggi terhadap unsur S yang

menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim

bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2)

juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium akan terikat pada sel-sel membran

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 37

yang menghambat proses transportasi melalui dinding sel. Logam berat juga

mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan,

1977 dalam Yidiarti, 2009).

Kadimum dalam konsentrasi 0,5-0,75 mL dalam air dapat menyebabkan

neksrosis insang dan nekrosis fokal serta hipertropi pada hepatopankreas dan

mukosa usus pada udang putih. Tingginya kerusakan pada struktur insang dan

hepatopankreas akan berpengaruh pada proses metabolisme enzim dan

osmoregulasi pada udang (Darmono, 1990).

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka simpulan dari

penelitian ini adalah :

a. Konsentrasi logam berat kadmium (Cd) pada air tambak berkisar antara

0,0044-0,023 ppm Konsentrasi logam berat kadmium pada sedimen, insang

dan daging udang windu adalah <0,0024 ppm.

b. Kandungan logam berat kadmium pada air pada stasiun 1 dan 2 berada

diatas ambang batas maksimum yang ditetapkan berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) (2001) adalah 0,01 mg/L. kandungan logam berat pada

sedimen, insang dan daging udang windu masih berada dibawah ambang

batas yang ditetapkan.

6.2 Saran

a. perlu adanya penyuluhan dan pengawasan dari pemerintah dan instansi-

instansi terkait kepada kalangan industri penghasil limbah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun untuk mengelola limbah secara

terpadu agar aman bagi lingkungan sekitar.

b. perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang perubahan histopatologi yang

terjadi pada jaringan udang windu seperti insang dan daging udang,

penambahan stasiun pengambilan sampel penelitian, serta penelitian pada

air sungai sekitar muara sungai porong. Serta penelitian tentang kemampuan

udang windu sebagai bioakumulator terhadap logam berat

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Ashar, Y.K., Evi, N., Surya, D. 2014. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) Dalam
Udang Windu (Penaeus monodon) yang Berada di Tambak Sekitar tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Terjun Kota Medan.
Universitas Sumatra Utara. Medan. Hal 1-10.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (BALITBANG KP)
.2015. Penentuan Kesesuaian Dan Daya Dukung Lahan Budidaya Tambak Di
Kabupaten sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Kementrian Kelautan dan
Perikanan. Hal 1-2.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat dalam Pangan. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7387. Jakarta. Hal 7.
. 2011. Cara Uji Kimia-bagian 5 Penetuan
Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada Produk Perikanan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2354. Jakarta Hal 8.
Cowi. 2003. Cadmium Review. Nordic Council Of Minister Report 01(04). Pp 1-
26.
Dani, I.C. 2012. Studi Pelepasan Kadmium (Cd) dan Nikel (Ni) pada Sedimen
Secara Metode Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan Uji
Sifat Bioakumulasinya Melalui Simulasi pada Cyprinus carpio. Skripsi.
Universitas Indonesia. Hal 1-124.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi. Universitas Indonesia Press.
Jakarta. Hal 1-140.
Erlangga. 2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di provinsi Riau
Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Tesis. Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. 98 Hal.
FAO. 2012. Spesies Fact Sheets : P3-4enaeus monodon (Fabricus, 1798). Food
And Agriculture Organization (FAO) Of The United Nation. Fisheries And
Aquaculture Departement. http://www.fao.org/fishery/species/3405/en.
(Diakses Tanggal 13 Februari 2016).
Fauzi, R.P., Masykuri M., And Sunarto. 2015. Nostoc Commune Vaucher Ex
Bornet Dan Flahault Sebagai Fikoremediator Logam Berat Kadmium (Cd
(II)). Jurnal Ekosains Vol VII(02). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal
1-21.
Fitrianto, A.R. 2012. Shrimp Farmers ‘Inovation In Coping With The Disaster (A
Case Study In Sidoarjo Mud Vulcano Disaster Toward Shrimp Farmers’
Responses). I.J Procedia Economics And Finance 4. Curtin University.
Australia. Pp 3-4.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 40

Fuller, P.L., Knott, D.M., Smith, P.R.K., Morri, J.A., Buckel, C.A., Hunter, M.E.,
and Hartman, L.D. 2014. Invasion Of Asian Tiger Shrimp Penaeus monodon
Fabricus 1798 In The Westrn North Atlantic And Gulf Of Mexico. Journal
Compilation REABIC Vol 9(01). USA. Pp 4.
Galunin, E., Jefersen, F., Lago, Z., Isadora, V., Cesar, R.T.T., Taufik, A., maria,
J.S. 2014. Cadmium Mobility In Sediment And Soils From a Coal Mining
Area On Tibagi River Watershed: Environmental risk Assessment. Journal Of
Hazardous Materials 265. Brzail. Pp 1-8
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan pengambilan Sampel Lingkungan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 134 Hal.
Hadi F., Arifeen, M.Z.U., Aziz T., Nawab S., and Nabi G. 2015. Phytoremediation
Of cadmium By Ricinuc communis L. In Hydrophonic Condition. Journal
Agricultur American-Eurasian & Environ Vol 15(6). Pakistan. Pp 2.
Harlyan, I.L., Syarifah, H.J.S. 2015. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cu Dan Zn Pada
Air Dan Sedimen Permukaan Ekosistem Mangrove Di Muara Sungai Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 20(1). Universitas
Brawijaya. Malang. Hal 2.
Herawati N. 2007. Aliran Air Lumpur Lapindo Ke Badan Air (Studi Kasus Sungai
Porong Dan Sungai Aloo-Kabupaten Sidoarjo). Tesis. Universitas
Dipenegoro. Semarang. Hal 27.
Hutagalung, H.P. 1984. Logam Berat Dalam Lingkungan Laut. Jurnal OCEANA
Vol IX(01) LIPI. Jakarta. Hal 1-10.
Istarani F., dan Pandebesie, E.S. 2014. Studi Dampak Arsen (As) Dan Kadmium
(Cd) Terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik POMITS Vol
3(01). Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Hal 1-6.
Juniawan A., Rumhayati B., dan Lamuyanto B. 2013. Karakteristik Lumpur
Lapindo Dan Fluktuasi Logam Berat Pb Dan Cu Pada Sungai Porong Dan
Aloo. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia Vol 7(01). Universitas Brawijaya.
Malang. Hal 1-10.
Kaoud, H.A., And Eldashan, A.R. 2010. Bioaccumulation Of Cadmium In Fresh
Water Prawn Macrobchium rosenbergii. Journal Natural And Science vol
8(04). Cairo University. Mesir. Pp 1-12.
Komari, N., Umi, B.L.U., Febrina. 2013. Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada
Udang Windu (Penaeus monodon) dan Rajungan (Potunus pelagicus) di
Perairan Kotabaru Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat.
Kalimantan Selatan. Hal 1-8.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 41

Kulkarni, S.J., and Kaware, J.P. 2013. A Review On Reseach For cadmium
Removal From Effluent. International Journal Of Engineering Scinece And
Innovative Technology (IJESIT) Vol 2(04). India. Pp 2.
Kusriningrum, R.S. 2012. Perancangan Percobaan Cetakan Ketiga. Pusat
Penerbitan dan Percetakan Unair. Hal 99.
Landau, M. 1992. Introduction To Aquaculture. John Willey And Sons, inc.
Canada. Pp 189-190.
Louma, S.N., and Rainbow, P.S. 2008. Metal Contamination In Aquatic
Environment. Cambrigde University Press. California. Pp 126.
Lucas, J.S., and Southgate, P.C. 2012. Aquatic Farming Aquatic Animals And
Plants 2nd Edition. Willey-Blackwell. Vivar Printing. Malaysia. Pp 329-330.
Lu, F. 1995. Toksikologi Dasar. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Mamaribo, H., Rompas, R.J., and Kalesaran, O.J. 2015. Determinasi Kandungan
Cadmium (Cd) Di Perairan Pantai Malalayang Sekitar Rumah Sakit Prof
Kandou Manado. Jurnal Budidaya Perairan Vol 3(01). Universitas Sam
Ratulangi. Manado. Hal 1.
Manullang, C.Y., Johannes H., Ita W. 2014. Bioaccumulation Of Cadmium (Cd)
By White Shrimp (Penaeus merguiensis) At Different Salinity
Kedungmalang Estuary, Jepara (Central Java). Journal Mar.Res Indonesia
Vol 39(01). Semarang. Pp 5.
Meshram, L.N., Udawant, S.M., Pawar S., And Mishra, P.S. 2014.
Bioaccumulation Of Heavy Metals (Zn, Pb, Cd, And Ni) In Tissue Of
Penaeus monodon (Fabricius, 1798) From India. I Jornal Of Advanced
research Vol 2(3). India. Pp 1-8
Motoh, H. 1981. Studies On The Fisheries Biology Of The Giant Tiger Prawn,
Penaeus monodon In The Philippines. Aquaculture Departement. Southeast
Asian Fisheries Development Center. Philippines. Pp 1-133.
. 1985. Biology And Ecology Of Penaeus monodon. Aquaculture
Departement. Southeast Asian Fisheries Development Center. Philippines. Pp
1-11.
Mukono, H.J. 2005. Toksokologi Lingkungan. Airlangga University Press.
Surabaya. Hal 80.

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 62 Hal.


Nurrachmi, I., dan Amin, B. 2010. Kandungan Logam Cd, Cu, Pb Dan Zn Pada
Ikan Gulama (Sciaena russelli) Dari Perairan Dumai Riau : Amankah Untuk
Dikonsumsi?. Jurnal Teknobiologi Vol 1(01). Universitas Riau. Pekanbaru.
Hal 2.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 42

O’neill, P. 1995. Enviromental Chemistry 2 nd Edition. Thomson Press (India). New


Delhi. Pp 216-218.
Palar, H. 2008. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta Cetakan
ke 4. Jakarta. 152 Hal.
Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air. Nomor 82. Jakarta. Hal 1-3.
Rachmawatie., Zainul H., dan Abida I.W. 2009. Analisis Konsentrasi Merkuri (Hg)
Dan Cadmium (Cd) Di Muara Sungai Porong Sebagai Area Buangan Lumpur
Lapindo. Jurnal Kelautan Vol 2(02). Universitas Trunojoyo. Madura. Hal 7.
Razi, F. 2013. Penganan Hama Dan Penyakit Pada Udang Windu. Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan Perikanan. Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hal 6.
Salam, A. 2010. Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat Berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Fitoplankton. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta. 81 Hal.
Samsundari S., dan Perwira, I.Y. 2011. Kajian Dampak Pencemaran Logam Berat
Di Daerah Sekitar Luapan Lumpur Sidoarjo Terhadap Kualitas Air Dan
Budidaya Perikanan. Jurnal GAMMA Vol 6(02). Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang. Hal 1-8.
Sholeh, M. 2014. Laporan Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. Dinas
Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo. Hal 60-61.
Soegianto, A., Dwi, W., Usreg, S.H., Hartati. 2013. Bioaccumulation, Elimination,
and Toxic Effect of Cadmium on Structure of Gills and Hepatopancreas of
Freshwater Prawn Macrobrachium sintangese (De Man, 1898). Journal Water
Air Soil Pollut. Airlangga University. Surabaya. Pp 1-10.
Solis, N.B. 2012. Capture One Biology And Ecology Penaeus monodon. Research
Associate Of SEAFDEC Aquaculture Management. Pp 6.
Suseno, H., Sahat, M.P. 2007. Merkuri : Spesiasi dan Bioakumulasi pada biota
Laut. Jurnal Teknologi Pengelolahan Limbah Vol 10(1). Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif. Hal 1-14.
Tim Perikanan WWF Indonesia. 2015. Penangkapan Udang Ramah Lingkungan.
WWF-Indonesia edisi 1. Jakarta. Hal 9-10.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 43

Tumisen., dan Puspawiningtias, E. 2011. Analisis Kadar Logam Dan Cara Mudah
Mengenali Udang Yang Terakumulasi Logam: Studi Kasus Tentang Udang
Di Sungai Donan Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal Manusia Dan Lingkungan
Vol 18(02). Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal 3.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2004. Tentang Perikanan No.31. Jakarta. 56
Hal.
Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Edisi Revisi. Andi.
Yogyakarta. 463 hal.
Yudiarti, E., Sri, S., Ipanna, E., Irpan, H. 2009. Dampak Pemaparan Logam Berat
Kadmium pada Salinitas yang Berbeda terhadap Mortalitas dan Kerusakan
Jaringan Insang Juvenil Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmu
Kelautan vol 14(4). Universitas Diponegoro. Semarang. Hal 1-7.
Yuniar, D.W., Suharso, T.W., dan Prayitno, G. 2010. Arahan Pemanfaatan Ruang
Pesisir Terkait Pencemaran Kali Porong. Jurnal Tata Kota Dan Daerah Vol
2(02). Universitas Brawijaya. Malang. Hal 1-12.
Yustika, A.E., dan Rozuli A.I. 2009. Studi Implikasi Pengelolaan Irigasi Terhadap
Akses Air Dan Pendapatan Petani. Laporan Hibah Penelitian Strategi
Nasional Tahun 2009. Universitas Brawijaya. Malang. 10 hal.
Yusuf C. 2014. Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) Tambak Tradisional
Dan Semi Intensif. Seri Panduan Skala Kecil WWF Indonesia. Jakarta
Selatan. Hal 14.
Zhang, C. 2007. Fundamental Of Environmental Sampling And Analysis. John
Wiley Publication. United State Of America. Pp 69-92.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1. Peta Lokasi Balai Riset Dan Standardisasi Industri Surabaya


(BARISTAND)

S
Sumber: (www.maps.google.com, 2016)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 45

Lampiran 2. Peta Stasiun Pengambilan Sampel Penelitian

ST 4 ST 1
ST 3 ST 2
ST 5

Gambar 3. Stasiun Pengambilan Sampel Penelitian


(sumber : Google Earth, 2016)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 46

Lampiran 2. Peta Stasiun Pengambilan Sampel Penelitian (Lanjutan)

Keterangan :

1. Stasiun 1 : diambil dengan jarak 100 m dari muara sungai porong, dilewati
sungai tegal sari desa Tegal Sari dengan titik koordinat titik koordinat
7˚31˚57.38’’LS – 112˚51˚12.27’’BT.

2. Stasiun 2 : dengan jarak 500 m dari dari ST 1 ke arah berlawanan dengan

muara sungai porong, dilewati sungai Tegal Sari desa tegal sari dengan titik

koordinat 7˚32˚10.63’’LS – 112˚50˚57.22’’BT.

3. Stasiun 3 : dengan jarak 1000 m dari ST 1 kearah berlawanan dengan muara

sungai porong, dilewati sungai gluwo desa Tegal Sari dengan titik koordinat

7˚31˚17.49’’LS - 112˚50˚44.89’’BT.

4. Stasiun 4 : dengan jarak 1500 m dari ST 1 ke arah berlawanan dengan muara

sungai porong, dilewati sungai mrutu desa Tegal Sari dengan titik koordinat

7˚32˚11.14’’LS – 112˚50˚29.84’’BT.

5. Stasiun 5 : dengan jarak 2000 m dari ST 1 ke arah berlawanan dengan muara

sungai porong, dilewati sungai gluwo, desa Tanjung Sari serta berdekatan

dengan pemukiman warga, dengan titik koordinat 7˚32˚0.49’’LS –

112˚51˚18.24’’BT.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 47

Lampiran 3. Cara Kerja Untuk Analisis Logam Berat Kadmium (Cd)


Dengan AAS.

Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2011) menjelaskan bahwa Pengukuran

Kandungan Logam Berat kadmium pada air, sedimen, dan udang sebagai berikut :

1. Pengukuran Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Air

1. Contoh air 200 ml disaring dengan kertas saring 0,45 m.

2. pH diatur kisarannya 3,5-4 dengan menambahkan dengan HNO3 pekat.

3. Ditambahkan 1 ml larutan HNO3 pekat.

4. Ditambahkan 5 ml campuran penahan buffer asetat.

5. Ditambahkan 5 ml amonium pirolidin ditiokarbonat (apdc), dikocok sekitar 5

menit.

6. Ditambahkan 10 ml pelarut organik metil iso butil keton (mibk), dikocok

sekitar 3 menit dan biarkan ke dua fasa terpisah.

7. Ditampung fasa airnya. Fasa air ini digunakan untuk pembuatan larutan

blanko laboratorium dan standar.

8. Ditambahkan 10 ml air suling ganda-bebas ion (dddw), dan dikocok sekitar 5

detik dan biarkan kedua fasa terpisah. Buang fasa airnya.

9. Ditambahkan 1 ml HNO3 pekat, dan dikocok sebentar dan dibiarkan sekitar

15 menit.

10. Ditambahkan 9 ml air suling ganda bebas ion dan dikocok sekitar 2 menit

serta ke dua fasa dibiarkan terpisah.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 48

Lampiran 3. Cara Kerja Untuk Analisis Logam Berat Kadmium (Cd)


Dengan AAS (Lanjutan).

11. Ditampung fasa airnya dan siap diukur dengan AAS menggunakan nyala

udara-asetilen.

2. Pengukuran Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Sedimen

1. Dimasukkan masing-masing contoh sedimen ke dalam beaker Teflon secara

merata agar mengalami proses pengeringan sempurna.

2. Kemudian dikeringkan contoh sedimen dalam oven pada suhu 1050 C selama

24 jam.

3. Contoh sedimen yang telah kering kemudian ditumbuk sampai halus.

4. Setiap contoh sedimen ditimbang sebanyak kurang lebih 4 gram dengan alat

timbang digital.

5. Contoh sedimen yang telah ditimbang dimasukkan kedalam beaker Teflon

yang tertutup.

6. Selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan aqua regia dan dipanaskan pada suhu

1300 C.

7. Setelah semua sedimen larut, pemanasan diteruskan hingga larutan hamper

kering dan selanjutnya didinginkan pada suhu ruang dan dipindahkan ke

sentrifus polietilen.

8. Kedalamnya ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai 30 ml dan

dibiarkan mengendap, kemudian tampung fasa airnya. Selanjutnya siap

diukur dengan AAS, menggunakan nyala udara-asetilen.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 49

Lampiran 3. Cara Kerja Untuk Analisis Logam Berat Kadmium (Cd)


Dengan AAS (Lanjutan).

3. Pengukuran Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Biota

Badan Standardisasi Nasional (BSN) (2011) menjelaskan bahwa pengukuran

logam berat kadmium dalam biota dapat dilakukan dengan cara :

A. Produk Kering

Lumatkan/haluskan contoh dengan blender/homogenizer hingga menjadi

partikel kecil, tempatkan contoh dalam wadah polystrene yang bersih dan tertutup.

Jika contoh tidak langsung dianalisis, simpan contoh dalam suhu ruang sampai

saatnya untuk dianalisis. Prosedur:

1. Memindahkan larutan abu ke dalam labu takar. Pilih labu takar yang sesuai

sehingga diperoleh konsentrasi logam yang sesuai dengan kisaran kerjanya.

2. Ditepatkan sampai tanda tera dengan air lalu campur sampai merata.

B. Produk Basah

Lumatkan/haluskan contoh dengan blender/homogenizer hingga menjadi

partikel kecil, tempatkan contoh dalam wadah polystrene yang bersih dan tertutup.

Jika contoh tidak langsung dianalisis, simpan contoh dalam refregerator atau

freezer sampai saatnya untuk dianalisis. Pastikan contoh tetap homogen sebelum

ditimbang, jika terjadi pemisahan antara cairan dan contoh maka dilakukan blender

ulang sebelum dilakukan analisis. Prosedur :

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 50

Lampiran 3. Cara Kerja Untuk Analisis Logam Berat Kadmium (Cd)


Dengan AAS (Lanjutan).

1. menimbang cawan yang akan digunakan sebagai temapat sampel, sampel


ditimbang sebanyak 5 gram.
2. Sampel kemudian di oven selama 30 menit dengan suhu 105oC dan dibakar
selama 20 menit.
3. Sampel yang dibakar kemudian dimasukkan dalam tanur selama 2 jam
dengan suhu 550oC.
4. Ditambahkan 5-6 ml HCN 6 N ke dalam cawan/pinggan berisi abu, kemudian
dengan ginjal-ginjal panaskan di atas hot plate (pemanas) dengan pemanasan
rendah sampai kering.
5. Ditambahkan 15 ml HCN 3N, dan cawan dipanaskan di atas pemanas sampai
mulai mendidih.
6. Didinginkan dan saring dengan menggunakan kertas saring, masukkan filtrat
ke dalam labu takar yang sesuai. Usahakan padatan tertinggi sebanyak
mungkin dalam cawan.
7. Ditambahkan 10 ml HCN 3N ke dalam cawan, kemudian panaskan sampai
larutan mendidih.
8. Didinginkan, saring dan masukkan filtrat ke dalam labu takar.
9. Cawan dicuci dengan air sedikitnya 3 kali, saring air cucian lalu masukkan ke
dalam labu takar.
10. Cuci kertas saring dan masukkan air cucian ke dalam labu takar.

4 Perhitungan Hasil Uji AAS

perhitungan hasil uji ASS dapat menggunakan rumus :

Konsentrasi logam Berat Cd =

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 51

Keterangan:

D : adalah konsentrasi contoh µg/l dari hasil pembacaan AAS


E : adalah Konsentrasi blanko contoh µg/l dari hasil pembacaan AAS
Fp : adalah faktor pengenceran
V : adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah kedalam
satuan liter
W : adalah berat contoh (g)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 52

Lampiran 4. Data Pengukuran Suhu, Salinitas dan pH Pada Air Tambak

Suhu (oC) Salinitas (ppt) pH


Keterangan
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Stasiun 1 31 31 31 16 16 16 8.2 8.2 8.1
Stasiun 2 31 31 31 25 25 25 8.4 8.4 8.4
Stasiun 3 31 32 31 14 14 14 8.3 8.6 8.5
Stasiun 4 31 31 31 15 15 15 8.4 8.5 8.5
Stasiun 5 31 31 31 15 15 15 8.4 8.5 8.4
Pengukuran suhu, salinitas dan pH diukur pada tiga titik setiap stasiun, sehiingga terdapat
tiga nilai setiap stasiun.

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 53

Lampiran 5. Hasil Penelitian Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Air,


Sedimen, Insang dan Daging Udang Windu

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 54

Lampiran 5. Hasil Penelitian Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Air,


Sedimen, Insang dan Daging Udang Windu (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 55

Lampiran 5. Hasil Penelitian Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Air,


Sedimen, Insang dan Daging Udang Windu (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 56

Lampiran 5. Hasil Penelitian Kandungan Logam Berat Kadmium Pada Air,


Sedimen, Insang dan Daging Udang Windu (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 57

Lampiran 6. Alat dan Bahan Penelitian

Tempat sampel air dan Pengukuran panjang udang


sedimen windu Pengambilan sampel

Daging Udang windu


Insang Udang windu

Pengukuran pH air

Penimbangan sampel Pengovenan sampel


Tanur 500˚C dan 900˚C

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 58

Pengabuan sampel
insang,daging udang windu penambahan larutan NH3 pada
dan sedimen sampel Alat AAS

Lampu AAS
Larutan standar AAS

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 59

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 60

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 61

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 62

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian (Lanjutan)

SKRIPSI BIOAKUMULASI LOGAM BERAT ARIF LUKMAN HAKIM

Anda mungkin juga menyukai