Anda di halaman 1dari 7

A.

Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari TBC
2. Untuk mengetahui etiologi dari TBC
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari TBC
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC
5. Untuk mengetahui pemeriksanaan penunjang dan penatalaksanaan medik dari
TBC
6. Untuk mengetahui pengkajian Bio,Psiko,Sosial,Spiritual,dan Kultural dari TBC
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari TBC
B. Metode Penulisan
Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan materi-materi dan informasi melalui buku-buku, jurnal, artikel ilmiah
, dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi TBC

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. Tuberculosis (TB) adalah penyakit
infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama
yaitu Mycobacterium tuberculosis.

B. Etiologi TBC
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
tuberculosis termasuk bakteri gram positif dan berbentuk batang. Umumnya
Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ tubuh lain.
Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal
ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai basil
tahan asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Kuman
dapat dormant atau tertidur sampai beberapa tahun dalam jaringan tubuh.
C. Manifestasi Klinis TBC
D. Patofisiologi TBC
Paru merupakan port d entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil (5 m), kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei)
yang terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak
terjadi respons imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak
seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan
seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar
dihancurkan. Akan tetapi sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan
akan terus berkembangbiak dalam makrofag, dan akhirabkan lisis makrofag.
Selanjutnya kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus
primer Gohn.
Dari fokus primer Gohn, kuman TB menyebar melalui saluran limfemenuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi
fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi disaluran limfe
(limfangitis) dan dikelenjar limfe (limfadenitis)yang terkena. Jika fokus primer
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang terlibat adalah kelenjar limfe
parahilus (parahiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan
terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus primer,limfangitis, dan
limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary complex).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi
TB berlangsung selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
Pada saat terbentuknya kompleks primer, infeksi TB primer dinyatakan telah
terjadi. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas seluruh tubuh terhadap TB
terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin
masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik,
pada saat sitem imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi,
sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler
telah terbentuk, kuman TB yang baru masuk ke dalam alveoli akan segera
dimusnahkan oleh imunitas seluler spesifik (Cellular Mediated Immunity, CMI).
Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer dijaringan paru biasanya
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau klasifikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhan biasanya tidak
sesempurna fokus primer dijaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap
selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan gejala sakit TB.
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut menyebar secara
limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen langsung, yaitu kuman
masuk kedalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran
hematogen inilah yang enyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenik spread). Melalui cara ini,
kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. kumanTB kemudian mencapai berbagai organ di seluruh
tubuh , bersarang di organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks
paru, limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal, dll. Pada umumnya, kuman di sarang tetap hidp,
tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang di apeks
paru disebut dengan fokus Simon, yang dikemudian hari dapat mengalami reaktivasi
dan terjadi TB di apeks paru saat dewasa.
Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,
sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar didalam darah menuju ke seluruh
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara
akut, yang disebut dengan TB diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul dalam
waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah
dan virlensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.
Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun penjamu (host)
dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak dibawah 5 tahun terutama dibawah
2 tahun.
Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted
hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di
dinding vaskular pecah dan menyebar ke seluruh tubuh., sehingga sejumlah besar
kuman TB akan masuk dan beredar didalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat
penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic
spread.

E. Penatalaksanaan Medis TBC


a. Pengobatan
Menurut (Widuyo, 2008 hal 18) pengobatan yang dapat dilakukan diberikan
pada klien dengan tuberkolosis paru, yaitu:
1. Kategori I (2HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.
2. Kategori II (2 HRZES/ HRZE/ 5 H3RR3E3) untuk pasien ulangan (pasien
yang pengobatan kategori 1nya gagal.
3. Kategori III ( 2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negativ
RO positif.
4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pemeriksaan akhir tahap
intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan BTA
positif. Obat diminum sekaligus 1 jam sbelum sarapan pagi.
Dosis pemberian obat kategori 1:
a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE):
- INH (H) : 300 mg – 1 tablet.
- Rimfapsin (R) : 450 mg – 1 kaplet.
- Pirazinamid (P) : 1500 mg – 3 kaplet @500 mg
- Ethambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg

Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini
disebut kombipak II

b. Pembedahan pada TB paru


Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang. Indikasi
pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.
1) Indikasi mutlak pembedahan adalah:
- Semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap positif
- Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
- Pasien dengan fisula bronkopleura dengan empisema yang tidak dapat
diatas secara konservatif
2) Indikasi relativ pembedahan adalah
- Pasien dengan sputum negativ dan batuk-batuk darah perulang
- Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan
- Sisa kavasitas yang menetap
F. Pengkajian TBC
G. Asuhan Keperawatan TBC
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit. TBC disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Manifestasi klinis TBC
antara lain (.....). Penatalaksanaan medik TBC yaitu pengobatan dengan diberikan
obat kategori I, II, III, dan sisipan (HRZE) dan dengan pembedahan pada TB paru.
Asuhan keperawatan dari TBC yaitu (.......).
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan
pemahaman wawasan tentang penyakit TBC.
DAFTAR PUSTAKA

Unknown.2012. etiologi dan pathogenesis tuberkolosis paru

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31392/4/Chapter%20II.pdf diakses pada


tanggal 11 Januari 2016

http://ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf diakses pada tanggal 11 Januari 2016

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit: Tuberkulosis
Paru. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai