Monopoli alamiah muncul karena keadaan alam yang khas (berciri khusus), seperti kesuburan
tanah, iklim yang sesuai atau karena mengandung kekayaan bahan tambang tertentu. Monopoli
alamiah hanya dimiliki oleh daerah-daerah tertentu. Contoh: Bali memiliki monopoli dalam
penjualan salak bali, kemudian Pontianak dengan jeruknya, Malang dengan apelnya,
Kalimantan dengan rotannya, Brebes dengan bawang merahnya, Tulungagung dengan
marmernya, Martapura dengan intannya, dan lain-lain. Akan tetapi, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, monopoli alamiah mulai memudar keunggulannya, karena mulai
ada beberapa tanaman dan buah tertentu yang sudah bisa ditanam di tempat yang bukan
asalnya.
2) Monopoli masyarakat
Monopoli masyarakat terjadi jika masyarakat mempunyai kepercayaan khusus terhadap suatu
produk. Misalnya, obat batuk merek “A” mampu menguasai pasar karena masyarakat amat
mempercayai kemanjuran obat batuk tersebut, sehingga mereka tidak mau berpindah ke merek
yang lain.
3) Monopoli undang-undang
Monopoli undang-undang muncul karena adanya pemberlakuan kebijakan atau undang-undang
tertentu. Ada beberapa bentuk monopoli undang-undang, yaitu monopoli negara, hak cipta, hak
paten, dan hak merek. a) Monopoli negara Monopoli negara, yaitu monopoli yang diberlakukan
oleh negara dalam rangka melayani kepentingan umum. Monopoli negara dilakukan dengan
cara mendirikan perusahaan negara, seperti PLN (Perusahaan Listrik Negara), PT Pos
Indonesia dalam penjualan perangko, Pertamina (Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional),
PT Kereta Api, dan lain-lain.
Monopoli ini terjadi bila suatu perusahaan mampu memproduksi dengan biaya yang rendah
sehingga mampu menjual produk dengan harga yang rendah pula. Karena perusahaan lain tidak
mampu memproduksi dengan biaya serendah itu maka perusahaan tersebut dapat memonopoli
(menguasai) pasar. Monopoli jenis ini umumnya dipegang oleh perusahaan yang bermodal
besar dan dikelola secara modern.
Bila suatu perusahaan menguasai bahan baku tertentu (misalnya, gandum) dengan berperan
sebagai importir tunggal dan kemudian perusahaan tersebut tidak bersedia menjual gandumnya
kepada perusahaan lain, melainkan diolah sendiri menjadi tepung terigu maka dapat dipastikan
perusahaan tersebut akan memonopoli industri pembuatan tepung terigu.
Bila suatu perusahaan menguasai teknologi dan tenaga ahli dalam pengolahan suatu produk,
dapat dipastikan perusahaan tersebut akan menjadi monopolis. Contohnya, PT Freeport dari
Amerika Serikat memonopoli pembangunan dan pengolahan tembaga di Indonesia karena
mengusai teknologi dan tenaga ahli yang tidak dimiliki perusahaan lain.
Pasar monopoli pernah terjadi di era penjajahan colonial Belanda di Indonesia. Pada saat itu,
VOC yang merupakan perusahaan dagang memonopoli pasar rempah-rempah di Indonesia.
Kendati Indonesia telah merdeka, monopoli belum musnah. Monopoli moderen bisa kita lihat
pada PT Freeport yang betul-betul memonopoli hasil tambang Indonesia.
3. Kasus PT Pertamina
1. Fungsi PT. PERTAMINA sebagai pengkilang, distribusi, dan penjual minyak. Swasta
diizinkan berpartisipasi dalam upaya pengkilangan minyak. Sementara untuk distribusi dan
penjualan tetap ditangani PT. PERTAMINA. Saat ini telah ada 30 Independent Power Producer
di Indonesia. Tetapi dalam menentukan harga minyak yang harus dibayar masyarakat tetap
ditentukan oleh PT. PERTAMINA sendiri.
2. Krisis minyak memuncak saat PT. Perusahaan tambang minyak Negara (PT.
PERTAMINA) memberlakukan kenaikan harga pembelian bahan bakar minyak (BBM)
premium di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 20-29 agustus
2009. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri
yang membandel. Dengan alasan klasik, PERTAMINA berdalih kenaikan dilakukan akibat
pasokan cadangan minyak bumi yang semakin parah karena adanya gangguan pendistribusian
dan persedian minyak bumi.
Dikarenakan PT. PERTAMINA memonopoli minyak nasional, kebutuhan minyak
masyarakat sangat bergantung pada PT. PERTAMINA, tetapi mereka sendiri tidak mampu
secara merata dan adil memenuhi kebutuhan minyak masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan minyaknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
kelangkaan BBM secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.
Konsep teori etika deontologi ini mengemukakan bahwa kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik, suatu tindakan itu bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan akibat atau
tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada
dirinya sendiri dan harus bernilai moral karena berdasarkan kewajiban yang memang harus
dilaksanakan terlepas dari tujuan atau akibat dari tindakan itu. Etika deontologi sangat
menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang baik dari pelaku.
Dalam kasus ini, PT. Perusahaan tambang minyak negara sesungguhnya mempunyai
tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan minyak nasional. Akan tetapi
tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan yang baik, karena PT. PERTAMIN belum mampu
memenuhi kebutuhan minyak secara adil dan merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak
etis dalam kegiatan usahanya.
Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang akan dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat
yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Dalam kasus ini, monopoli di PT. PERTAMINA terbentuk
secara tidak langsung dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan,
penyelengaraan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan
hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PERTAMINA dinilai etis bila ditinjau dari teori etika
teleologi.
Etika utilitarianisme adalah teori etika yang menilai suatu tindakan itu etis apabila
bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Tindakan PT. PERTAMINA bila ditinjau dari teori
etika utilitarianisme dinilai tidak etis, karena mereka melakukan monopoli. Sehingga
kebutuhan masyarakat akan minyak sangat bergantung pada PT. PERTAMINA.
C. Kesimpulan
Dari contoh kasus yang sudah dibahas didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
A .Pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri untuk tidak mendapatkan
keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain.
B.Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat.
C.Pelaku bisnis hendaknya menciptakan persaingan bisnis yang sehat.
D.Pelaku bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang.
E.Pelaku bisnis harus konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati
bersama.
2. Berkaca dari beberapa contoh kasus di atas, kita dapat melihat etika dan bisnis sebagai dua
hal yang berbeda. Memang, beretika dalam berbisnis tidak akan memberikan keuntungan
dengan segera, karena itu para pelaku bisnis harus belajar untuk melihat prospek jangka
panjang.
3. Dari pembahasan pada kasus PT Pertamina dapat disimpulkan bahwa PT. Perusahaan
tambang minyak negara telah melakukan tindakan monopoli, yang menyebabkan kerugian
pada masyarakat. Tindakan PT. PERTAMINA ini telah melanggar Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat.
Persaingan Bisnis, Apa Penyebab dan Manfaatnya?
Persaingan bisnis menjadi salah satu risiko besar yang harus dihadapi para pelaku bisnis.
Bagaimana tidak, minat untuk menjalankan bisnis saat ini sangat besar bahkan banyak sekali
yang menjalankan bisnis di bidang yang sama. Tentu hal tersebut tidak dapat dipungkiri dan
dicegah oleh mereka yang telah menjalankan bisnis, karena kreativitas dan inovasi juga terus
berkembang. Persaingan bisnis selain terjadi karena adanya seseorang yang menjalankan bisnis
di bidang yang sama dengan lainnya juga dapat disebabkan karena beberapa hal. Seperti,
ketidakmampuan pelaku bisnis sebelumnya untuk menciptakan produk atau jasa yang lebih
memenuhi kebutuhan konsumen. Seorang pesaing dapat muncul karena ia menemukan celah
untuk masuk, menciptakan produk atau jasa yang lebih unggul dari yang sudah ada sebelumnya
dan tentunya lebih memenuhi kebutuhan konsumen. Mengingat dalam hal berbisnis saat ini
konsumen memegang kekuasan yang cukup tinggi sehingga banyak pelaku bisnis berlomba-
lomba untuk tetap menarik perhatian konsumen agar tidak berpaling. Selain itu, persaingan
bisnis dapat disebabkan adanya kesalahan dalam memilih lokasi. Apa hubungannya dengan
lokasi? Lokasi bisnis menjadi hal yang penting dalam berbisnis. Lokasi yang strategis dapat
memudahkan pelaku bisnis dalam menjual atau mempromosikan produk atau jasa yang
dimiliki, dan bahkan dengan lokasi yang strategis dapat menarik begitu banyak konsumen
untuk datang. Sehingga jika ada pelaku bisnis yang mengalami kesalahan dalam memilih
lokasi, tentu ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis lain untuk membuka bisnis yang serupa
dengan lokasi yang tepat dan lebih mendekatkan pada konsumen, karena konsumen tentunya
akan memilih lokasi yang mudah dijangkau.
Persaingan bisnis pada intinya disebabkan oleh kesalahan strategi yang mana kesalahan
tersebut dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh pelaku bisnis lainnya sebagai peluang yang
mampu mencuri perhatian konsumen. Akan tetapi, diluar itu semua persaingan menjadi hal
yang wajar dalam dunia bisnis dan pelaku bisnis pun sudah sadar penuh akan risiko tersebut.
Untuk itu, tidak heran jika sudah sewajarnya pelaku bisnis mengerti, memahami dan menyusun
strategi dengan hati-hati serta bijak. Hal itu dikarenakan persaingan dalam berbisnis bukan
suatu hal yang mengerikan yang harus selalu dihindari begitu saja tanpa ada sisi positifnya.
Persaingan bisnis menghadirkan berbagai manfaat bagi pelaku bisnis yang sering kali tidak
terduga dan banyak.
Apa saja manfaat dari persaingan bisnis? berikut uraiannya
1. Menghadirkan motivasi tinggi bagi pelaku bisnis
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa persaingan dapat disebabkan karena adanya
kesalahan yang dapat dijadikan peluang bagi pelaku bisnis lain dengan menciptakan produk
atau jasa yang lebih unggul. Tentunya hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk para pelaku
bisnis. Mengingat kesalahan atau kekurangan dalam suatu produk pasti ada tetapi bagaimana
pelaku bisnis tersebut tetap mempertahankan bisnis dari ketatnya persaingan itu membutuhkan
motivasi tinggi. Mengapa? Persaingan bisnis yang ketat cenderung membuat kondisi yang
tidak nyaman atau keras yang sering kali membuat para pelaku bisnis cenderung pesimis
dengan keadaan. Padahal mereka belum tentu akan tergeser dengan produk yang baru asalkan
adanya keinginan untuk selalu memperbaiki, dan membuat bagaimana produk tersebut tidak
dapat disaingi seperti misalnya dengan terus menonjolkan sisi positif atau keunggulan yang
menjadi ciri khas dan berbeda dari produk atau jasa lain. Hal tersebut tentu menjadi
pertimbangan tersendiri bagi para konsumen yang berniat berpaling dan menggunakan produk
atau jasa yang lain.
2. Membantu untuk keluar dari zona nyaman
Persaingan bisnis memiliki zona yang penuh dengan tantangan. Untuk itu, pelaku bisnis harus
mau keluar dari zona nyaman yang selama ini telah dijalankan. Bukan meninggalkan semua
yang telah dijalankan tetapi lebih pada memutar strategi kembali, dan mencoba hal baru. Hal
tersebut tentunya menunjukkan sisi manfaat dari adanya persaingan dalam berbisnis karena
pelaku bisnis akan keluar dari zona nyamannya dan mencoba untuk melakukan hal lain agar
tidak tertinggal ditengah persaingan yang ketat.
3. Membantu meningkatkan kinerja berbisnis
Selain dapat memberikan motivasi yang tinggi dan membantu untuk keluar dari zona nyaman,
dengan adanya persaingan bisnis secara otomatis juga dapat membantu meningkatkan kinerja
berbisnis. Dari motivasi yang tinggi dalam menghadapi persaingan dan mempertahankan
bisnisnya, dapat berpengaruh pada kinerja bisnis. Seperti misalnya, pelaku bisnis dapat lebih
maksimal lagi dalam melakukan kegiatan promosi agar meningkatkan angka penjualan, dan
melakukan strategi bisnis lainnya yang mampu meningkatkan dan mempertahankan bisnisnya.
Mengingat adanya persaingan mendorong seseorang untuk melakukan hal yang lebih baik dari
sebelumnya, dan hal ini juga berlaku pada saat menghadapi persaingan bisnis.
4. Menciptakan konsumen yang loyal
Mendapatkan konsumen yang loyal merupakan suatu hal yang patut dipertahankan. Dengan
menghadapi persaingan berbisnis maka pelaku bisnis akan terdorong untuk memperbaiki
kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, hingga kualitas pelayanan terhadap konsumen.
Sehingga jika hal tersebut diterapkan, otomatis keloyalan konsumen akan didapatkan dan
tentunya akan membuat para pesaing mengalami kesulitan untuk mencoba bersaing.
Dari beberapa informasi diatas, dapat dikatakan bahwa risiko bisnis tidak akan menjadi risiko
yang berarti jika mampu diselesaikan dengan bijak dan cara yang tepat. Hal tersebut juga
berlaku pada persaingan bisnis yang tidak hanya menghadirkan sisi negatif yang mengancam
kondisi bisnis tetapi juga dapat memberikan berbagai manfaat yang berpengaruh pada
kesuksesan bisnis.