Anda di halaman 1dari 4

PENGOLAHAN AIR LIMBAH CAIR DOMESTIK PKM

Menggunakan Metode Bioflter

Ringkasan Eksekutif

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan
masyarakat, karena berkaitan langsung dengan permasalahan kesehatan dan kelangsungan
hidup masyarakat. Akan tetapi dalam perjalanannya, aktifitas dari rumah sakit menghasilkan
limbah yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat salah satunya limbah cair domestik.
Untuk itu air limbah cair domestik tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke
saluran umum agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit adalah terbatasnya
dana yang ada untuk membangun fasilitas pengolahan limbah serta operasinya, khususnya
untuk rumah sakit tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya
serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang.

Di dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah tersebut beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain yakni jumlah air limbah yang akan diolah, kualitas air limbah dan
kualitas air olahan yang diharapkan, kemudahan dalam hal pengelolaan dan perawatan,
ketersediaan lahan dan sumber energi, serta ketersediaan dana yang ada. Salah satu cara
pengolahan air limbah rumah sakit yang murah, sederhana dan hemat energi adalah proses
pengolahan dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi biofilter
"Anaerob-Aerob" diperoleh hasil air olahan yang cukup baik, serta proses pengolahannya
sangat stabil walaupun konsentrasi maupun debit air limbah berfluktuasi.
Deskripsi Proses

(1). Air limbah domestik dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring
sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastic dll. Setelah melalui
screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi
sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
(2). Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media bioball. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air
limbah dilakukan oleh bakteri anaerobic.
(3). Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bioball dan diaerasi atau dihembus dengan
udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
(4). Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi
dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat
proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses
ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration).
(5). Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet
bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan
ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.
(6). Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke
sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain
dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), ammonia, deterjen, padatan tersuspensi
(SS), phospat dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai