Anda di halaman 1dari 3

Kewirausahaan sanitasi di Indonesia

Nota Kebijakan
PESAN-PESAN UTAMA
Mengimbangi dukungan bagi penciptaan
 Penekanan lebih kuat dan dukungan
permintaan dengan opsi kebijakan yang pengembangan kapasitas dalam STBM tentang
memfasilitasi pasokan jamban yang kewirausahaan sanitasi dari tingkat pusat.
terjangkau dan tahan lama  Pemerintah daerah dapat memainkan peran
Usaha kecil kini memainkan peran yang semakin penting dalam penting untuk menghubungkan permintaan ke
penyediaan produk dan jasa air bersih dan sanitasi di Indonesia. pasokan dan memfasilitasi pengembangan pasar.
Akan tetapi, usaha sanitasi menghadapi berbagai kendala yang Pemerintah daerah juga dapat melakukan
muncul dari konteks sektor swasta yang berat, sulitnya akses pemantauan, penjaminan mutu, dan memastikan
pembiayaan, marjin keuntungan yang rendah serta kebijakan dan kesamaan hasil.
dukungan pemerintah yang bervariasi.
 Perdesaan terpencil dengan biaya transportasi
Investasi pemerintah dalam sanitasi perdesaan semakin dan transaksi yang tinggi perlu mendapat
meningkat dalam tahun-tahun belakangan ini. Sudah banyak perhatian dan strategi khusus untuk memastikan
komitmen sumber daya dan kegiatan yang dilakukan untuk agar tidak ada yang tertinggal.
menciptakan permintaan di bawah Strategi Nasional Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM).  Perlu memberikan dukungan untuk mengatasi
ketimpangan gender dalam usaha sanitasi dan
Sementara penekanan pada upaya penciptaan permintaan dalam
memfasilitasi wirausaha perempuan.
STBM telah membantu menciptakan basis pelanggan bagi usaha
dan wirausaha sanitasi, masih banyak upaya yang diperlukan  Asosiasi wirausaha sanitasi telah menunjukkan
untuk mendukung pengembangan usaha yang berketahanan nilainya untuk keberhasilan usaha dan hasil
(misalnya kondisi pengampu, dukungan anggaran dan teknis). sanitasi yang lebih luas, oleh karena itu harus
Tanpa ini, tidak mungkin dapat memastikan bahwa produk- masuk dalam strategi untuk memajukan sektor ini.
produk yang memadai dan terjangkau tersedia luas, khususnya
di lokasi-lokasi terpencil. Karenanya, pemerintah perlu  Perlu ada kebijakan yang mendorong lembaga
memutuskan bagaimana dan di mana memberi komitmen dana pemerintah daerah yang ditugaskan untuk
untuk mendapatkan hasil dimaksud, dan kebijakan apa yang mendukung pengembangan sektor swasta untuk
akan menggerakkan tanggapan swasta yang inklusif. juga memasukkan sektor sanitasi ke dalam
lingkupnya.
Rekomendasi kebijakan 1: Memperkuat
pengembangan kapasitas bagi pemerintah
modal dan keterampilan manajemen keuangan yang
daerah tentang kewirausahaan sanitasi dibutuhkan untuk dapat mendaftarkan usahanya (89% dari 56
dari tingkat nasional usaha sanitasi dan 63% dari 24 usaha penyedotan tinja bersifat
Berbagai upaya sudah berjalan untuk mendorong kontribusi informal dan tidak terdaftar). Bank-bank besar lebih suka
wirausaha dan asosiasi sanitasi, misalnya melalui pengembangan meminjamkan uangnya kepada bisnis terdaftar, dan walaupun
kapasitas Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang bank lokal memiliki syarat peminjaman yang lebih longgar, itu
sudah terlembaga secara nasional yang dipimpin oleh pun harus didasarkan pada bukti adanya arus kas yang baik.
Kementerian Kesehatan. Akan tetapi, penelitian ini memberi Tidak familiarnya bank dan lembaga keuangan mikro dengan
bukti akan perlunya penekanan tambahan serta penguatan sanitasi sebagai bisnis, yang berdampak pada kurangnya minat
pengembangan kapasitas tentang kewirausahaan sanitasi dan untuk memberi pinjaman, menciptakan kendala lainnya bagi
pengembangan sisi pasokan dari sanitasi, yang ditujukan secara usaha sanitasi untuk mengakses pembiayaan. Ini menjadi
khusus kepada pemerintah daerah. Temuan penelitian berikut tantangan tersendiri bagi usaha sanitasi mengingat marjin
mendukung argumen tentang kebutuhan ini. keuntungan mereka yang rendah.
Dukungan pemerintah daerah bagi wirausaha dan upaya Usaha sanitasi memiliki kebutuhan yang jelas untuk
pelibatan sektor swasta masih terbatas: Pemerintah daerah, mendapatkan pelatihan dalam manajemen keuangan,
termasuk Dinas Kesehatan dan Dinas KUKM, tidak secara perencanaan teknis dan bisnis: Persoalan ini bukan hal yang
proaktif mengupayakan terwujudnya lingkungan pengampu bagi unik untuk sektor sanitasi saja, melainkan hal yang umum di
sektor usaha untuk memenuhi permintaan yang diciptakan sektor usaha kecil dan menengah. Pelatihan selama ini
melalui kegiatan STBM lainnya. Pejabat pemerintah daerah diberikan melalui program-program donor internasional.
tidak memiliki sikap yang jelas tentang pendekatan yang sesuai Walau sebagian besar kabupaten sudah memiliki lembaga
dan kuat untuk mendukung wirausaha. pendidikan kejuruan yang menawarkan kursus usaha dan
Usaha sanitasi, yang umumnya informal, terbatas aksesnya manajemen, ini biasanya membutuhkan biaya (yang
pada dukungan pemerintah, serta pada pinjaman dan menjadikannya tidak terjangkau bagi para wirausaha) dan
pembiayaan: Para wirausaha umumnya belum memiliki umumnya lebih fokus pada perdagangan daripada sanitasi.
METODOLOGI
Rekomendasi kebijakan 2: Pemerintah Penelitian ini dilakukan tahun 2013-2016, dipimpin
daerah perlu memfasilitasi peneliti dari Institute for Sustainable Futures, UTS,
pengembangan pasar, melakukan bermitra dengan Plan International Indonesia dan
pemantauan dan meregulasi usaha Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB)
sanitasi, serta memastikan kualitas hasil Universitas Gadjah Mada (UGM).
yang dicapai Setelah kajian literatur sistematis, tim melakukan kajian
tentang insentif yang memengaruhi keterlibatan swasta
Terdapat tiga peran utama bagi pemerintah daerah terkait dalam sektor air bersih dan sanitasi di Indonesia. Kajian
usaha dan wirausaha sanitasi: (i) Memfasilitasi ini diikuti dengan kajian yang fokus pada kesenjangan-
pengembagan pasar; (ii) Memantau dan meregulasi usaha kesenjangan utama dalam basis bukti: (i) analisis rantai
sanitasi serta kualitas produk dan jasa mereka, dan; (iii) nilai sanitasi di daerah berkepadatan rendah di dua
Memastikan adanya hasil yang sama. Secara khusus, hal kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), mencakup 96
ini akan melibatkan Dinas Kesehatan, namun Dinas desa, dan (ii) penelitian metode campuran tentang
KUKM pun akan perlu dilibatkan (lihat rekomendasi 6 di motivator, penggerak dan kendala bagi 70 usaha sanitasi
bawah). yang melibatkan penelitian lapangan di Jawa dan NTT.
Pemerintah daerah memiliki peran untuk Selama tiga tahun penelitian, lebih dari 600 wawancara
memfasilitasi pengembangan pasar, karena tanpa dilakukan dengan berbagai pemangku kepentingan dari
dukungan seperti ini usaha sanitasi akan sangat sulit pemerintah (pada tingkat nasional dan sub-nasional),
terbentuk: Penelitian ini menunjukkan bahwa wirausaha organisasi masyarakat sipil, donor, swasta dan
sanitasi umumnya tumbuh di mana mereka mendapatkan masyarakat. Hasil penelitian diterbitkan dalam Bahasa
dukungan melalui lembaga eksternal dan donor. Usaha Inggris dan Indonesia. Tiga seminar kemudian
sanitasi biasanya memiliki marjin keuntungan yang kecil diselenggarakan untuk memaparkan hasil penelitian
dari penjualan produk dan penyediaan jasa sanitasi. Oleh kepada pemangku kepentingan nasional dan provinsi di
karena itu, walau menawarkan peluang ekonomi, sektor Indonesia di mana mereka berkesempatan untuk
sanitasi terbukti bukan lah sektor di mana mudah memverifikasi temuan dan mengembangkan strategi ke
mencapai keberhasilan. Penelitian menunjukkan bahwa depan.
walaupun sebagian besar (77%) dari 56 usaha sanitasi
berhasil dan memiliki pemasukan yang stabil, 55% di
antaranya pendapatan bulanannya di bawah Rp 5 juta. Selain Rekomendasi kebijakan 3: Perlu perhatian
itu, sebagian besar (82%) juga memiliki pekerjaan lain selain dan strategi khusus bagi perdesaan untuk
sebagai wirausaha sanitasi. Pemerintah daerah yang
menjalankan program sanitasi perdesaan (misalnya, memicu
mengatasi biaya tinggi
permintaan) juga perlu memastikan usaha-usaha tersebut Menggunakan strategi berbasis pasar untuk meningkatkan hasil-
didukung dan ada rantai nilai agar kebutuhan jamban dapat hasil sanitasi memiliki risiko bahwa sebagian penduduk akan
terpenuhi. Dukungan bagi pengembangan pasar dapat berupa tereksklusi. Temuan penelitian menunjukkan adanya keperluan
pelatihan dalam manajemen keuangan, manajemen usaha bagi pemerintah pusat dan daerah untuk menyusun strategi
serta penjualan dan pemasaran, desain produk berorientasi komplementer yang dapat meningkatkan akses pada produk dan
jasa terjangkau di lokasi-lokasi tertentu.
pengguna, sosialisasi proses pendaftaran dan formalisasi
Di daerah terpencil rawan kemiskinan, jamban yang
usaha, dan memfasilitasi akses pada pinjaman ringan.
berkualitas biayanya tinggi: Harga jamban bisa sampai 185%
Pemantauan dan penjaminan mutu untuk sektor sanitasi lebih tinggi di daerah terpencil daripada di ibukota kabupaten
swasta dibutuhkan, sebagaimana untuk sektor lainnya, karena biaya transportasi dan harga material lokal yang tidak
untuk menjamin kualitas dan akuntabilitas: Di Jawa menentu, seperti pasir dan kerikil. Biaya transportasi sangat
Timur, satu asosiasi sanitasi mendapatkan akreditasi dari bervariasi tergantung lokasi, dan banyak ditemukan monopoli di
Kementerian Kesehatan untuk produk yang terstandardisasi, sektor transportasi. Temuan ini menunjukkan batasan respon
yang mendukung kualitas produk yang lebih baik melalui berbasis pasar murni dalam memfasilitasi akses pada produk dan
penerapan standar minimum. Pemerintah daerah dapat jasa sanitasi.
berperan penting untuk mempromosikan standardisasi dan Ada berbagai kemungkinan strategi komplementer, antara lain,
akreditasi wirausaha sanitasi dan produk-produk mereka. dukungan pemerintah bagi rumah tangga miskin (yang diberikan
sebagaimana kebijakan perlindungan sosial lainnya); melibatkan
Berkenaan dengan Hak Asasi Manusia untuk Air dan wirausaha sanitasi dalam program subsidi pemerintah yang ada
Sanitasi dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sehingga potongan harga tertarget dapat diberikan tanpa
(SDGs), pemerintah daerah memiliki mandat yang mendistorsi pasar (‘subsidi pintar’); mekanisme pembiayaan
penting untuk menjamin bahwa tak seorang pun akan tingkat lokal bagi rumah tangga, seperti dana bergulir dan desain
dikecualikan atau tertinggal: jamban yang tahan lama dan terjangkau menggunakan material
Karena keterjangkauan masih menjadi persoalan di beberapa lokal. Terdapat juga opsi lainnya, misalnya, mekanisme untuk
lokasi, dan studi rantai nilai menunjukkan terjadi peningkatan mendukung pembayaran fleksibel bagi pelanggan, termasuk
biaya di daerah terpencil, pemerintah daerah harus memantau akses pada kredit bagi usaha sanitasi agar ada arus kas yang
memadai. Pemerintah juga dapat mengkaji mekanisme
siapa yang mendapat manfaat dari pengembangan usaha.
pembiayaan alternatif, termasuk penggunaan dana tanggung
Pemerintah daerah perlu mengembangkan strategi
jawab sosial perusahaan (CSR), dan; asosiasi wirausaha dapat
komplementer untuk pengembangan pasar, sesuai kebutuhan membantu mengurangi biaya melalui pembelian dalam jumlah
dan di mana hal ini dibutuhkan (dibahas lebih lanjut di besar, serta pemberian subsidi bagi rumah tangga miskin.
rekomendasi 3 berikut ini).
Rekomendasi kebijakan 4: Dukungan Rekomendasi kebijakan 6: Kebijakan
tertarget dibutuhkan untuk mengatasi harus mendorong lembaga pendukung
ketimpangan gender di antara wirausaha sektor swasta lokal untuk memasukkan
sanitasi usaha sanitasi ke dalam lingkupnya
Di Indonesia, perempuan bergerak aktif di sektor usaha mikro. Lembaga pemerintah lokal yang ditujukan untuk mendukung
Namun di sektor sanitasi, sedikit sekali perempuan yang pengembangan sektor swasta (misalnya, Dinas KUKM atau
terlihat, sehingga perlu menyusun suatu strategi tertarget untuk Dinas Perdagangan dan Perindustrian) sangat jarang
memungkinkan perempuan memanfaatkan peluang ekonomi memmberi dukungan kepada usaha sanitasi. Akan tetapi,
yang ditawarkan sektor sanitasi yang juga dapat memfasilitasi keterlibatan mereka amat penting.
wirausaha perempuan berinteraksi dengan perempuan lainnya
di dalam rumah tangga sebagai jalur menuju keputusan rumah
Salah satu alasan rendahnya keterlibatan kedua lembaga ini
tangga untuk melakukan investasi sanitasi. adalah karena sanitasi dianggap bukan peluang bisnis yang
Perempuan kurang terwakili di antara para wirausaha menjanjikan, dan dukungan pemerintah umumnya diarahkan
sanitasi: Perempuan sangat kurang terwakili dalam sampel pada kegiatan usaha lokal yang jelas-jelas mendukung
penelitian ini (13% perempuan, 87% laki-laki di antara pembangunan sosio-ekonomi.
wirausaha sanitasi, dan 4%, 96% laki-laki dalam bisnis Terdapat juga temuan tentang kurangnya transparansi dalam
penyedotan tinja). Hal ini menengarai adanya kendala bagi pengambilan keputusan tentang bisnis mana saja yang
wirausaha perempuan untuk mengakses modal dan mendapatkan dukungan. Terakhir, karena pemberian
kurangnya waktu mereka untuk kegiatan ekonomi. dukungan biasanya didasarkan pada pengakuan hukum, dan
Baik pemerintah, organisasi masyarakat sipil maupun karena sebagian besar usaha sanitasi bersifat informal,
asosiasi sanitasi dapat memainkan peran untuk mendorong mereka sering tidak memenuhi syarat untuk menerima
keterlibatan perempuan sebagai wirausaha sanitasi melalui dukungan tersebut.
kuota dalam program pelatihan yang dirancang khusus Kepemimpinan dari Bupati dan Pokja Sanitasi untuk
untuk menjawab tantangan spesifik yang dihadapi menggerakkan lembaga-lembaga pemerintah terkait dapat
wirausaha sanitasi. menjadi satu titik awal untuk mengatasi persoalan ini.
Namun, perlu dikembangkan insentif yang jelas untuk
Rekomendasi kebijakan 5: Asosiasi memastikan minat dan komitmen, serta akuntabilitas kuat
wirausaha sanitasi harus masuk dalam yang diinginkan oleh ketua Pokja Sanitasi – Sekretaris
strategi untuk memajukan sektor ini Daerah – untuk memastikan keterlibatan semua pihak terkait.
karena nilai yang mereka tawarkan sudah Upaya formalisasi usaha sanitasi juga dapat meningkatkan
terbukti status mereka untuk dapat memenuhi syarat menerima
dukungan dari instansi pendukung pengembangan sektor
Asosiasi wirausaha sanitasi telah menunjukkan nilainya bagi swasta.
keberhasilan usaha dan hasil-hasil sanitasi yang lebih luas,
dan karena itu menawarkan jalur berharga untuk mendukung Rujukan lebih lanjut
pengembangan usaha sanitasi. Murta, J. dan Willetts, J. (2014) Incentives shaping enterprise
Asosiasi wirausaha sanitasi telah meningkatkan kualitas engagement in Indonesia, Enterprise in WASH – Working Paper 2a,
jasa dan keberhasilan usaha, dan telah menghubungkan Institute for Sustainable Futures, University of Technology, Sydney
para wirausaha sanitasi baik satu sama lainnya maupun Murta, J., Willetts, J. dan Triwahyudi, W. (2016, in press) Sanitation
dengan pemerintah daerah: Asosiasi-asosiasi ini, termasuk entrepreneurs in Indonesia, International Water Association, Journal of
tingkat nasional dan kabupaten, didirikan berbasis Environment, Development and Sustainability
keanggotaan dan beroperasi sebagai bentuk kewirausahaan Murta, J., Indarti, N., Rostiani, R., dan Willetts, J. (2015) Motivators
sosial untuk mendukung wirausaha sanitasi. Asosiasi tersebut and barriers for water and sanitation enterprises in Indonesia, Enterprise
memberikan akses pada material yang lebih murah, piranti in WASH - Research Report 3, Institute for Sustainable Futures,
lunak manajemen keuangan, akreditasi produk, dukungan University of Technology Sydney
pinjaman konsumen, jejaring dan peluang pembelajaran dan Willetts, J., Susamto, A.A., Sanjaya, M.R., Murta, J. dan Carrard, N
pelatihan antar sesama. Keberhasilan usaha juga meningkat (2015), Sanitation value-chain in Nusa Tenggara Timur Indonesia,
bagi para wirausaha yang menjadi anggota asosiasi (64% dari Enterprise in WASH – Research Report 1, Institute for Sustainable
wirausaha yang juga anggota asosiasi sangat sukses atau Futures, University of Technology, Sydney
sukses). Namun asosiasi-asosiasi ini masih dalam proses Willetts, J., Susamto, A.A., Sanjaya, M.R., Murta, J. dan Carrard, N
menyempurnakan model bisnis dan lingkup jasanya, dan (2015) Sanitation value-chain in Nusa Tenggara Timur Indonesia,
peran mereka yang berharga mungkin masih membutuhkan Enterprise in WASH – Research Report 1, Institute for Sustainable
dukungan eksternal untuk memastikan keberlanjutannya. Futures, University of Technology, Sydney
Selain itu, tingkat paling efektif untuk mendirikan asosiasi –
apakah kabupaten, provinsi atau nasional – masih butuh
dipertimbangkan lebih lanjut.

Tim peneliti: Profesor Juliet Willetts, Dr Nurul Indarti, Dr Akbar Susamto, Janina Murta, Anna Gero, Ryan Sanjaya,
Rokhima Rostiani, Wahyu Triwahyudi, Dina Daulay, dan Naomi Carrard
Dokumen ini adalah keluaran penelitian yang didanai Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT). Segala pandangan dan
opini dalam dokumen ini adalah milik penulis dan belum tentu mencerminkan pandangan DFAT atau Pemerintah Australia.
www.dfat.gov.au
www.enterpriseinwash.info; www.isf.uts.edu.au

Anda mungkin juga menyukai