Anda di halaman 1dari 39

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan

tanah atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004).

Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau

pergerakan, dan pengendapan. Erosi dapat terjadi secara alami atau disebabkan

oleh aktivitas manusia. Penyebab alami erosi antara lain adalah karakteristik

hujan, kemiringan lereng, tanaman penutup dan kemampuan tanah untuk

menyerap dan melepas air ke dalam lapisan tanah. Aktivitas manusia yang

menyebabkan erosi diantaranya penggundulan hutan, kegiatan pertambangan,

perkebunan dan perladangan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi

(Suripin, 2004).

Pengukuran erosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menggunakan

pengukuran langsung dan pengukuran menggunakan model. Pengukuran erosi

langsung yaitu menggunakan plot pada lahan yang akan dihitung laju erosinya.

Perhitungan secara langsung memiliki kelebihan yaitu nilai erosi yang diuji

memiliki keakuratan tinggi, tetapi kelemahan pada perhitungan langsung tidak

dapat menghitung area yang luas untuk mengatasi kelemahan ini maka

berkembang model prediksi erosi. Pengukuran erosi menggunakan model

diantaranya adalah menggunakan model USLE (Universal Soil Loss Equation),

RUSLE, ANSWERS, WEBB dan lain-lain. Model-model erosi tersebut

memerlukan data-data seperti intensitas hujan, limpasan permukaan, angkutan

sedimen, data erodibilitas tanah dan sebagainya. Di Indonesia ketersediaan data


2

masih jauh dari lengkap dan ini menjadi kendala untuk aplikasi model-model

erosi yang ada.

Pengamatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan sistem petak

(plot) kecil dengan ukuran, kemiringan, panjang lereng, dan jenis tanah tertentu.

Pnnsip dan pengamatan teknik pengamatan erosi sistem petak kecil adalah

mengukur aliran permukaan dan tanah tererosi yang tertampung pada bak

penampung tariah dari masing-masmg petakan percobaan dan aliran air dan

sedimen yang keluar petak diamati. Jumlah petak yang diperlukan tergantung dari

tujuan pengamatan, jumlah minimal untuk satu kasus adalah dua replikasi. Untuk

mengamati laju erosi pada dua jenis tanaman yang berbeda diperlukan minimum 4

petak. Jika melibatkan dua jenis tanah yang berbeda, jumlah petak minimum

menjadi 8 buah (Arsyad, 2010).

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut disusunlah laporan

tentang pendugaan erosi tanah.

1.2. Tujuan

Materi praktikum Pengukuran erosi metode petak kecil ini bertujuan agar

mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengukuran erosi menggunakan metode petak kecil

2. Menganalisis bahwa perbedaan landuse menghasilkan perbedaan tingkat erosi.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Erosi

Salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan adalah erosi.

Erosi merupakan masalah yang perlu ditangani secara serius agar tidak bertambah

parah. Secara garis besar kerusakan yang timbul akibat erosi dijelaskan sebagai

berikut ini: 1) Erosi menurunkan tingkat kesuburan tanah. Saat terjadinya erosi,

maka tanah bagian atas lah yang akan terkikis terlebih dahulu dimana tanah

lapisan atas ini subur karena banyak mengandung bahan organik. Dengan

terangkutnya bagian atas, maka tinggallah tanah bagian bawah yang tidak subur

dan tidak menghasilkan produk yang baik jika ditanami. 2) Erosi menimbulkan

pendangkalan. Seperti yang diketahui, erosi adalah proses terkikisnya butir – butir

tanah, kemudian dengan adanya aliran air, butir – butir tanah terangkut setelah

aliran air tidak mampu lagi mengangkut butir – butir tanah, maka tanah tersebut

akan diendapkan dan pengendapan ini akan terjadi pada daerah yang lebiih rendah

(Wudianto, 1988).

Erosi adalah proses pemecahan dan pengangkutan partikel tanah dalam

bentuk larutan atau suspense dari tapak semula oleh pelaku erosi seperti aliran

limpas, es bergerak, atau angin. Pelaku utama erosi di kawasan iklim basah adalah

aliran limpas, di kawasan kering adalah angin, di kawasan iklim dingin adalah es

bergerak. Erosi dapat dibesarkan oleh pelapukan sebelumnya akan tetapi

pelapukan bukan prasyarat erosi. Dilihat dari segi lain erosi dapat melancarkan

pelapukan karena menyingkirkan zat zat hasil hasil pelapukan. Erosi juga dapat

membuat pelapukan berulang atau mengintensifkan kembali pelapukan lewat

penyingkapan bahan baru atau segar di permukaan yang semula tertutup bahan
4

lapukan. Apabila faktor - faktor lain sama, intensitas erosi air ditentukan oleh

besar lereng. Makin besar lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini

berkaitan dengan energi kinetik aliran limpasan yang semakin besar sejalan

dengan besarnya lereng (Notohadiprawiro,1998).

Erosi air timbul apabila aksi disperse dan tenaga pengangkut oleh air hujan

yang mengalir ada di permukaan atau di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi

minimal dengan satu tahapan yakni disperse oleh butir hujan dan/atau air

limpasan. Adapun tahapan erosi meliputi (1) benturan butir butir hujan dengan

tanah, (2) percikan tanah oleh butir hujan kesegala arah, (3) penghancuran

bongkah tanah oleh butiran hujan, (4) pemadatan tanah, (5) penggenangan air di

permukaaan, (6) pelimpasan air karena adanya penggenagan dan kemiringan

lahan, dan (7) pengangkutan partikel terpercik dan atau massa tanah yang

terdispersi oleh air limpasan. Selama terjadi hujan, limpasan permukaan berubah

terus dengan cepat, tetapi pada waktu mendekati akhir hujan, lmpasan permukaan

berkurang dengan laju yang sangat rendah dan pada saat ini umumnya tidak

terjadi erosi (Utomo, 1989).

Begitu air hujan mengenai kulit bumi, secara langsung hal ini akan

menyebabkan hancurnya agregat tanah. Pada keadaan ini penghancuran agregat

tanah dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu

sendiri. Hancuran dari agregat tanah ini akan menyumbat pori – pori tanah,

sehingga berakibat kurangnya infiltrasi. Sebagai akibat lebih lanjut, akan mengalir

di permukaan tanah (run off). Air ini mempunyai energy untuk mengikis dan

mengangkut partikel partikel yang telah dihancurkan. Selanjutnya jika tenaga

aliran permukaan sudah tidak mampu lagi untuk mengangkut bahan bahan
5

hancuran tersebut, maka bahan yang terangkat ini diendapkan. Dengan demikian,

didalam erosi afa 3 proses yang bekerja secara berurutan, yaitu penghancuran,

pengangkutan, dan pengendapan (Utomo, 1989).

2.2. Metode Petak Kecil

Pengukuran dan peramalan erosi, karena proses kejadian dan faktor yang

mempengaruhinya sangat kompleks, sulit untuk dilakukan dengan tepat. Walau

demikian, dengan beberapa asumsi dan penyederhanaan, pengukuran dan

peramalan erosi dapat dilakukan dengan tingkat kepercayaan yang cukup layak.

Berikut ada beberapa metode dalam pengukuran erosi: Saifuddin Sarief

(1980) dalam bukunya yang berjudul “ Beberapa Masalah Pengawetan Tanah dan

Air”, penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan pengikisan dan

penghanyutan tanah menggunakan metode pengukuran besarnyatanah yang

terkikis dan aliran permukaan (run-off) untuk satu kali kejadian hujan. Metode ini

disebut “Pengukuran Erosi Petak Kecil”, metode ini ditujukan untuk mendapatkan

data-data sebagai berikut :

1. Besarnya erosi

2. Pengaruh faktor tanaman

3. Pemakaian bahan pemantap tanah (soil conditioner)

4. Pemakaian mulsa penutup tanah, dan

5. Pengelolaan tanah

Pengamatan di lapangan dilakukan dengan menggunakan sistem petak

(plot) dengan ukuran, kemiringan, panjang lereng, dan jenis tanah tertentu

(diketahui). Pnnsip dan pengamatan teknik pengamatan erosi sistem petak kecil
6

adalah mengukur aliran permukaan dan tanah tererosi yang tertampung pada bak

penampung tariah dari masing-masmg petakan percobaan dan aliran air dan

sedimen yang keluar petak diamati. Jumlah petak yang diperlukan tergantung dari

tujuan pengamatan, jumlah minimal untuk satu kasus adalah dua replikasi. Untuk

mengamati laju erosi pada dua jenis tanaman yang berbeda diperlukan minimum 4

petak. Jika melibatkan dua jenis tanah yang berbeda, jumlah petak minimum

menjadi 8 buah (Arsyad, 2010).

Ukuran petak yang standar mempunyai panjang 22 m dan lebar1,8 m,

namun tetapdimungkinkan untuk membuat petak dengan ukur an yang berbeda.

Pembatas petak dapat terbuat dari logam, kayu, atau material lain yang tidak

merembes air, dan tidak berkarat. Pembatas tersebut minimal mempunyai

ketinggian 15 – 20 cm diatas permukaan tanah. Hal ini diaksudkan untuk

menghindari adanya percikan air maupun partikel tanah keluar/masuk ke dalam

petak. Bagian awal pembatas ditanam kedalam tanah dengan kedalaman yang

cukup sehinnga cukup stabil dan kemungkinan terjadinya rembesan air dari dan

kelua petak yang diminimalkan. Di ujung bawah petak dipasang talang untuk

mengalirkan air dari petak ke bak penampung. Bak penampung harus tertutup

untuk menghindari masuknya air hujan maupun percikan tanah langsung (Suripin,

2004).

Meninjau pernyataan Hudson (1976), bahwa petak erosi yang banyak

digunakan berukuran 1 m2 atau 2 m2. Petak ini mudah dibangun dan murah

sehingga sangat berguna jika kita ingin data dalam jumlah yang besar dalam

waktu yang singkat. Ketepatan data, terutama jika diekstrapolasikan pada daerah

yang luas kurang memuaskan. Tetapi data dari petak kecil cukup memuaskan jika
7

misalnya kita hanya ingin melihat perbedaan erosi dari 2 sistem yang berbeda,

atau untuk menyelidiki erodibilitas relatif berbagai tanah.

Pendugaan erosi selama praktikum di lapangan menggunakan petak

percobaan dengan meyerupai petak persegi panjang ukuran 2 x 1 m yang

membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang tidak kecil. Disamping itu untuk

mengetahui laju dan jumlah erosi yang terjadi pada berbagai jenis penggunaan

lahan dan bermacam jenis penggunaan tanaman pada berbagai jenis tanah dan

topografi (kemiringan dan panjang lereng), juga dibutuhkan biaya yang tinggi,

tenaga kerja yang banyak, dan waktu yang relatif lama (Rahim, 2003).

Petak kecil yang biasanya 4 persegi yang digunakan untuk mendapatkan

besarnya erosi yang disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor ertentu untuk suatu

tipe tanah dan derajat lereng tertentu. Petak yang digunakan umumnya demikian

kecilnya sehingga semua aliarn permukaanyang terjadi pada saat hujan dapat

ditampung dalam suatu tangki atau bak yang dipasang diujung bagian bawah

petak tersebut. Kelemahan dari metode ini adalah: 1) Aliran alami dari daerah

disekitarnya ditiadakan, dan sering aliran permukaan mengalir pada satu tempat

sepanjang sekat-sekat antar plot, sehingga menimbulkan erosi parit (Gully

Erosion). 2) Sesudah terjadi beberapa hujan lebat maka plot-plot akan menjadi

lebih redah dari plastik penampung yang dipasang dibawah sudut kemiringan

lereng. Meskipun sedikit penurunan ini akan merubah derajat lereng. 3) Oleh

karena plot mempunyai ukuran yang kecil, maka pengelolaan tanah danperlakuan

lainnya akan lebih hati- hati dan lebih cermat, sehingga tidak sesuai dengan

carabertani yang biasa dilakukan (Khonke dan Bertran, 1959).


8

2.3. Infiltrasi

Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)

masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke

tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke

dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan

dikenal sebagai proses perkolasi. Laju maksimal gerakan air masuk ke dalam

tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas

hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah.

Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju

infiltrasi sama dengan laju curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan

dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter

perjam (Asdak, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah tekstur tanah,

kerapatan massa (bulk density), permeabilitas, kadar air tanah dan vegetasi.

Semakin rendah nilai kerapatan massa (bulk density) tanah, semakin besar volume

pori tanah, dan semakin remah tanahnya maka laju infiltrasi akan semakin besar.

Bila ditinjau dari sudut vegetasi maka semakin besar penetrasi akar, semakin

besar daya serap akar, semakin tinggi akumulasi bahan organik tanah maka laju

infiltrasi akan semakin besar.

Secara umum laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran,

kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya

waktu dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hampir konstan. Hal ini terjadi

karena semakin lama proses infiltrasi semakin meningkat. Artinya air semakin
9

lama semakin banyak yang tertampung kedalam tanah, dan ketika tanahnya mulai

jenuh pergerakan air ke bawah profil tanah hanya ditimbulkan oleh gaya tarik

gravitasi (Hillel, 1987).

Tanah yang berbeda-beda menyebabkan air meresap dengan laju yang

berbeda-beda. Setiap tanah memiliki daya resap yang berbeda, yang diukur dalam

millimeter perjam (mm/jam). Jenis tanah berpasir umumnya cenderung

mempunyai laju infiltrasi tinggi, akan tetapi tanah liat sebaliknya, cenderung

mempunyai laju infiltrasi rendah. Untuk satu jenis tanah yang sama dengan

kepadatan yang berbeda mempunyai laju infiltrasi yang berbeda pula. Makin

padat makin kecil laju infiltrasinya (Wilson, 1993).

Infiltrasi merupakan interaksi kompleks antara intensitas hujan, karakteristik

dan kondisi permukaan tanah. Intensitas hujan berpengaruh terhadap kesempatan

air untuk masuk ke dalam tanah. Bila intensitas hujan lebih kecil dibandingkan

dengan kapasitas infiltrasi, maka semua air mempunyai kesempatan untuk masuk

ke dalam tanah. Sebaliknya, bila intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan

dengan kapasitas infiltrasi, maka sebagian dari air yang jatuh di permukaan tanah

tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam tanah, dan bagian ini akan

mengalir sebagai aliran permukaan. Penutupan dan kondisi permukaan tanah

sangat menentukan tingkat atau kapasitas air untuk menembus permukaan tanah,

sedangkan karakteristik tanah, khususnya struktur internalnya berpengaruh

terhadap laju air saat melewati masa tanah. Unsur struktur tanah yang terpenting

adalah ukuran pori dan kemantapan pori (Kurnia et al., 2006).

Sejumlah besar air yang jatuh diatas tanah hilang karena aliran permukaan.

Dalam keadaan demikian ada dua hal yang perlu diperhatikan: (1) kehilangan air
10

yang seharusnya masuk ke dalam tanah dan mungkin dapat digunakan tanaman;

dan (2) hilangnya tanah yang biasa terjadi bila air hilang terlalu cepat. Lepas dan

tesangkutnya tanah disebut erosi (Soepardi, 1983).


11

III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 26 September 2018 pada pukul

13.00 yang bertempat di Kebun Kelapa Sawit Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Fakultas Pertanian Universitas Riau Kampus Bina Widya km 12,5 Simpang Baru,

Kecamatan Tampan, Pekanbaru

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah cangkul, parang, palu, paku,

gergaji, penggaris, talang air sepanjang 1 meter, papan 2 meter dan 1 meter, ring

sampel besar dan ring sampel kecil, stopwatch, alat tulis, meteran dan

infiltrometer.

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah ember, plastik dan air.

3.3. Prosedur Praktikum

3.3.1. Pembuatan Petak Kecil

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pembuatan petak kecil dalam

praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut:

 Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum seperti

cangkul, palu, gergaji dan papan 2 buah dengan ukuran 2 meter dan 1

meter.

 Dipilih lokasi yang telah ditetapkan seperti di bawah tegakan kelapa sawit

di UPT Fakultas Pertanian dengan topografi landai


12

 Dibersihkan areal lahan yang telah dipilih untuk pembuatan petak kecil

erosi dengan menggunakan cangkul.

 Diukur luas areal yang akan dbuat petak kecil dengan ukuran 2 x 1 meter

dengan menggunakan meteran.

 Dirangkaikan papan berukuran 2 meter dan 1 meter untuk membentuk

petakkan papan persegi panjang lalu dari rangkaian persegi panjang papan

yang terbentuk ditancapkan paku ke masing-masing titik ujung-ujung

papan sebanyak empat titik sehingga akan terbentuk petakkan kecil erosi 2

x 1 meter dengan menggunakan papan yang telah dipilih tersebut.

 Diletakkan papan yang telah terbentuk petak kecil ukuran 2 x 1 meter di

atas permukaan tanah, peletakkan dilakukan untuk mendapatkan pola garis

papan yang akan dilakukan penggalian dengan pola garis yang didapat,

kemudian setelah selesai penggalian lalu dimasukkan papan berukuran 2 x

1 meter tersebut kedalam pola garis yang terbentuk dari peletakkan papan

tersebut.

 Dibagian bawah petakkan diberi talang air dan tepatnya di bawah pojok

kiri petakan digali lubang yang sesuai untuk dimasukkan ember yang akan

berfungsi untuk menampung air dan tanah yang didapat dari petakan kecil

tersebut.

 Diberi kantong plastik transparan yang bermula dari talang air hingga ke

ember untuk mempastikan air dan tanah yang didapat dari pertakan kecil

tidak terbuang sia-sia jatuh ke luar ember.

 Setelah selesai pembuatan petak kecil erosi, dilakukan pengamatan dengan

ketentuan pengamatan dilakukan jika di hari itu ada hujan baik dengan
13

intensitas rendah dan tinggi denga nair dan tanah yang tererosi dan

tertampung ke dalam ember. Pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali

3.3.2. Pengamatan Infiltrasi

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengamatan infiltrasi dalam

praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut:

 Dibersihkan areal pengamatan dari vegetasi dan gulma dengan

menggunakan cangkul

 Dipasang infiltrometer pada permukaan tanah yang akan di ukur dengan

cara meratakan terlebih dahulu tanah yang miring tersebut.

 Dimasukkan air pada pipa kecil yang terdapat pada infiltrometer

 Diukur tinggi air pertama

 Dipasang stopwatch lalu catat penurunan air yang terjadi setiap 2 menit

sekali.

 Diamati hingga penurunan air sudah konstan.

3.3.3. Pengambilan Sampel Tanah

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengambilan sampel tanah

dalam praktikum konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut:

 Disiapkan alat dan bahan

 Dibersihkan permukaan tanah dari berbagai sampah dan vegetasi yang ada.

 Ditancapkan ring sampel tanah sesuai prosedurnya, sehingga ring sampel tanah

sudah menancap penuh di tanah tersebut.

 Dicangkul sekeliling ring sampel untuk memudahkan mengambil sampel

contoh tanah pada ring tersebut.


14

 Diambil ring sampel beserta tanahnya, lalu kikis dan gunting hingga tanah

menjadi rata pada permukaan ring sampel, lakukan dengan hati hati,

 Diutup sampel contoh tanah dengan menggunakan penutup ring sampel.

 Dibawa sampel tanah ke laboratorium untuk keperluan perhitungan

3.4. Analisis Data

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada analisis data adalah sebagai

berikut:

 Hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan dianalisis datanya baik secara

perhitungan dan di laboratoriu


15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4.1.1. Data hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi disajikan pada
tabel sebagai berikut

Intensitas
Jumlah
Tanggal Jumlah Erosi Curah
No Run off Keterangan
Pengamatan (kg/Petak) Hujan
(mm)
(mm/jam)
03 Oktober
1. 448 0,02008 9,33 Rendah
2018
15 Oktober Sangat
2. 119 0,00703 2,48
2018 Rendah
16 Oktober Sangat
3. 210 0,0083 4,38
2018 Rendah
18 Oktober
4. 593 0,0063 12,35 Sedang
2018
23 Oktober Sangat
5. 100 0,04718 2,08
2018 Rendah
11 November Sangat
6. 165 0,08018 3,44
2018 Rendah
25 November
7. 635 0,10582 13,23 Sedang
2018
16

Tabel 4.1.2. Data hasil pengukuran infiltrasi tanah

Volume awal Volume Penurunan air


No
(ml) akhir (ml) (ml)
1 470 430 40
2 430 395 35
3 395 367 28
4 367 342 25
5 342 318 24
6 318 297 21
7 297 278 19
8 278 260 18
9 260 244 16
10 244 229 15
11 229 215 14
12 215 203 12
13 203 190 13
14 190 178 12
15 178 167 11

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hasil Pengamatan Aliran Permukaan dan Erosi

Metode pendugaan erosi yang digunakan pada lahan praktikum didasarkan

pada tujuan yang ingin dicapai yaitu ingin mengamati jumlah aliran run off dan

jumlah tanah tererosi. Pendugaan erosi petak kecil merupakan metode pengukuran

erosi dengan petak standar dari Wischmeier dan Smith (1978) yang bertujuan

untuk membandingkan erosi yang terjadi pada berbagai penggunaan lahan. Erosi

dan aliran permukaan yang terukur hanya menggambarkan skala petak.

Berdasarkan hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah

dilakukan bahwa pada pengamatan pertama pada tanggal pengamatan 03 Oktober

2018 didapat hasil jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 448 mm dan
17

jumlah tanah tererosi sebanyak 0,02008 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu

9,33 mm yang tergolong sangat rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah

dilakukan bahwa pada pengamatan kedua pada tanggal pengamatan 15 Oktober

2018 didapat hasil jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 119 mm dan

jumlah tanah tererosi sebanyak 0,00703 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu

2,48 mm yang tergolong sangat rendah.

Hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah dilakukan bahwa

pada pengamatan ketiga pada tanggal pengamatan 16 Oktober 2018 didapat hasil

jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 210 mm dan jumlah tanah

tererosi sebanyak 0,0083 kg/petak petak dan intensitas curah hujan yaitu 4,38 mm

yang tergolong sangat rendah.

Hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah dilakukan bahwa

pada pengamatan keempat pada tanggal pengamatan 18 Oktober 2018 didapat

hasil jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 593 mm dan jumlah tanah

tererosi sebanyak 0,0063 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu 12,35 mm

yang tergolong sedang.

Hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah dilakukan bahwa

pada pengamatan kelima pada tanggal pengamatan 23 Oktober 2018 didapat hasil

jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 100 mm dan jumlah tanah

tererosi sebanyak 0,04718 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu 2,08 mm

yang tergolong sangat rendah.

Hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah dilakukan bahwa

pada pengamatan keenam pada tanggal pengamatan 11 November 2018 didapat


18

hasil jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 165 mm dan jumlah tanah

tererosi sebanyak 0,08018 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu 3,44 mm

yang tergolong sangat rendah..

Hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi yang telah dilakukan bahwa

pada pengamatan ketujuh pada tanggal pengamatan 15 November 2018 didapat

hasil jumlah jumlah run off yang tertampung sebanyak 635 mm dan jumlah tanah

tererosi sebanyak 0,10582 kg/petak dan intensitas curah hujan yaitu 13,23 mm

yang tergolong sedang.

Dari keseluruhan data yang diperoleh terlihat bahwa data jumlah run off

yang tertampung di kantong plastik tertinggi terdapat pada pengamatan ketujuh

yaitu 0,10582 kg dan data jumlah run off yang tertampung terendah terdapat pada

pengamatan keempat yaitu 0,0063 kg. Untuk data jumlah tanah tererosi juga

terlihat data yang tinggi terdapat pada pengamatan ketujuh yaitu 635 mm dan data

tanah yang tererosi rendah terdapat pada pengamatan kelima yaitu 100 mm. Dari

keseluruhan data yang didapat selama pengamatan di petak kceil terdapat

perbedaan data dari masing-masing pengamatan hinga pengamatan ketujuh yang

disebabakan oleh faktor salah satunya yaitu faktor iklim khususnya curah hujan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wudianto (1988) erosi bisa terjadi

apabila intensitas hujan yang turun lebih tinggi dibanding kemampuan tanah

untuk menyerap air hujan. Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hujan

merupakan penyebab utama terjadinya erosi, dengan pukulan air hujan yang

langsung jatuh ke permukaan tanah, agrergat yang berukuran besar akan hancur

menjadi partikel yang lebih kecil dan terlempar besama percikan air, yang akan

terangkut bersama aliran permukaan. Pada tanah yang berlereng, air hujan yang
19

turun akan lebih banyak berupa aliran permukaan, yang seterusnya air akan

mengalir dengan cepat dan menghancurkan serta membawa tanah bagian atas (top

soil) yang umumnya tanah subur yang akan mengalami pengendapan dan

pendangkalan (Brady dan Buckman, 1982).

Dari keseluruhan data yang diperoleh terlihat bahwa data jumlah run off

yang tertampung di kantong plastik tertinggi terdapat pada pengamatan ketujuh

yaitu 0,10582 kg dan data jumlah run off yang tertampung terendah terdapat pada

pengamatan keempat yaitu 0,0063 kg. Untuk data jumlah tanah tererosi juga

terlihat data yang tinggi terdapat pada pengamatan ketujuh yaitu 635 mm dan data

tanah yang tererosi rendah terdapat pada pengamatan kelima yaitu 100 mm. Dari

keseluruhan data yang didapat selama pengamatan di petak kecil terdapat

perbedaan data dari masing-masing pengamatan hinga pengamatan ketujuh yang

disebabakan oleh faktor salah satunya bentuk topografi areal lahan yaitu

kemiringan dan panjang lereng. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asdak (1995)

bahwa kemiringan dan panjang lereng merupakan dua sifat topografi yang paling

berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Faktor panjang lereng adalah

jarak horizontal dari permukaan atas yang mengalir ke bawah dimana gradien

lereng menurun hingga ke titik awal atau ketika limpasan permukaan (run off)

menjadi terfokus pada saluran tertentu. Kemiringan lereng akan mempengaruhi

besarnya limpasan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar

kemiringan lereng maka akan meningkatkan jumlah dan kecepatan aliran. Adanya

peningkatan jumlah dan kecepatan aliran akan memperbesar energi kinetik

sehingga kemampuan untuk mengangkut butir-butir tanah juga akan meningkat.

Selain itu semakin panjang lereng suatu lahan menyebabkan semakin banyak air
20

permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan menjadi lebih tinggi

kedalaman maupun kecepatannya (Asdak, 1995).

Dari keseluruhan data yang didapat selama pengamatan di petak kecil

terdapat perbedaan data dari masing-masing pengamatan hinga pengamatan

ketujuh yang disebabakan oleh beberapa faktor salah satunya vegetasi penutup

tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan

menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Pengaruh vegetasi

terhadap erosi adalah (1) menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di

permukaan tanah, sehingga kekuatan untuk menghancurkan tanah sangat

dikurangi. Hal ini tergantung dari kerapatan dan tingginya vegetasi. Makin rapat

vegetasi yang ada, makin efektif mencegah terjadinya erosi, (2) menghambat

aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, (3) penyerapan air ke dalam

tanah diperkuat oleh transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi (Hardjowigeno,

1995).

4.2.2. Hasil Pengukuran Infiltrasi Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapat bahwa pada

pengamatan infiltrasi menggunakan alat infiltrometer. Pengamatan dilakukan

dengan mengukur laju infiltrasi (penyerapan air) kedalam tanah. Pengamatan awal

dilakukan dengan menuangkan air kedalam tabung infiltrometer hingga mencapai

volume 470 ml yang diamati selama 2 menit dan mengalami penurunan air

sebanyak 40 ml hingga volume akhir menjadi 430 ml. Penuangan air kedalam

tabung infiltrometer kelima dilakukan dengan menuangkan air kedalam tabung

infiltrometer hingga mencapai volume 342 ml yang diamati selama 2 menit dan
21

mengalami penurunan air sebanyak 24 ml hingga volume akhir menjadi 318 ml

Penuangan air kedalam tabung infiltrometer kesepuluh dilakukan dengan

menuangkan air kedalam tabung infiltrometer hingga mencapai volume 244 ml

yang diamati selama 2 menit dan mengalami penurunan air sebanyak 15 ml

hingga volume akhir menjadi 229 ml. Penuangan air kedalam tabung infiltrometer

kelima belas dilakukan dengan menuangkan air kedalam tabung infiltrometer

hingga mencapai volume 178 ml yang diamati selama 2 menit dan mengalami

penurunan air sebanyak 11 ml hingga volume akhir menjadi 167 ml.

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi proses laju

infiltrasi yang signifikan. Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari

curah hujan) masuk kedalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air

masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah vertikal)

(Asdak, 1995). Pada data tabel diatas terlihat laju infiltrasi sangat cepat terjadi

diawal pengamatan dan melambat pada sesi terakhir. Hal ini dipengaruhi bahwa

setelah lapisan tanah bagian atas jenuh akibat adanya kelebihan air. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Asdak (1995) bahwa setelah lapisan tanah bagian atas jenuh

atas kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya

gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi akibat air yang masuk telah

melampaui batas kemampuan tanah dalam menyerap air tersebut.

Perbedaan laju infiltrasi atau penurunan air dari awal hingga akhir

penuangan air yang signifikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu nilai

kerapatan massa (bulk density) dan vegetasi. Semakin rendah nilai kerapatan

massa tanah maka semakin besar volume pori tanah, dan semakin remah tanahnya

maka laju infiltrasi akan semakin besar. Bila ditinjau dari sudut vegetasi maka
22

semakin besar penetrasi akar, semakin besar daya serap akar sehingga semakin

tinggi akumulasi bahan organik tanah maka laju infiltrasi akan semakin besar. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1995) pengaruh vegetasi terhadap

laju infiltrasi adalah (1) menghambat aliran permukaan di permukaan tanah, (2)

memperbanyak air infiltrasi dan (3) penyerapan air ke dalam tanah diperkuat oleh

transpirasi (penguapan air) melalui vegetasi.

Pengamatan laju infitrasi dilakukan seiring waktu dan tampak konstan

penurunan airnya setelah 2 menit. Hal ini sesuai dengan penelitian Hillel (1987)

secara umum laju infiltrasi tertinggi dijumpai pada tahap awal pengukuran,

kemudian secara perlahan mengalami penurunan sejalan dengan bertambahnya

waktu dan akhirnya akan mencapai kecepatan yang hampir konstan. Hal ini terjadi

karena semakin lama proses infiltrasi semakin meningkat. Artinya air semakin

lama semakin banyak yang tertampung kedalam tanah, dan ketika tanahnya mulai

jenuh pergerakan air ke bawah profil tanah hanya ditimbulkan oleh gaya tarik

gravitasi.
23

V. SIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah

atas baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Proses

tersebut melalui tiga tahapan, yaitu pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan

pengendapan. Salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan data erosi

adalah dengan melaksanakan penelitian erosi petak kecil. Prinsip dan teknik

pengamatan erosi sistem petak kecil adalah mengukur berat tanah dan volume air

yang tertampung didalam plastik yang terjadi dari setiap kejadian hujan. Semakin

tinggi intensitas hujan yang terjadi, semakin lereng suatu lahan, maka semakin

banyak air yang menerpa tanah yang akan meningkatkan berat tanah yang

tertampung bersama air yang membawanya (volume air).

5.2. Saran

Diharapkan agar praktikan dapat melakukan pengamaatan segera setelah

curah hujan, berat tanah, dan volume air telah tertampung didalam kantong platik

bening besar yang ada didalam ember paling lambat 1x24 jam
24

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala, 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua, IPB Press. Bogor

Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta


(ID). UGM Press.

Buckman, O, Hanry adan Brady, C, Nyle. 1982. Ilmu Tanah. Barat Karya Aksara.
Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1995. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi pertama.


Akademi Pressindo, Jakarta.

Hillel D. 1981. Soil and Water Physical Principle and Processes.New York (US):
Academic Pr.

Hudson, N. 1976. Soil Conservation. Bastford, London.

Kohnke, H. and A. R. Bertrand. 1959. Soil Conservation. McGraw-Hill Company.


New York.

Kurnia U, Suganda H, Erfandi D, Kusnadi H. 2006.Teknologi Konservasi Tanah


Pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Adimihardja A. Mappaona Saleh
A. editor. Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Hlm : 133-150.

Notohadiprawiro. T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Rahim, S.E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian


Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta.

Sarief, S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung.

Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi.
Yogyakarta.

Utomo M. 1989. Budidaya Pertanian Tanpa Olah Tanah Teknologi untuk


Pertanian Berkelanjutan. Pertemuan Teknis Direktorat Bina Produksi.
Departemen Pertanian. Jakarta.

Wilson, E. M. 1993. Engineering Hydrology 4th edition (Terjemahan : Arnawi


Marjuki) Direktorat Sungai Departemen Pekerjaan Umum. Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting rainfall erosion losses: a
guide to conservation planning . Agriculture Handbook 285
25

Wudianto, R., 1988. Mencegah Erosi. Penebar Swadaya, Jakarta.


26

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Dibersihkan areal lahan dari Gambar 2. Diukur lahan yang akan
berbagai vegetasi dan gulma diamati dengan ukuran panjang 2 m x
lebar 1 m

Gambar 3. Diletakkan ring sample Gambar 4. Diletakkan infiltrometer


diatas tanah dan dimasukkan kedalam diatas tanah
tanah hingga batas bibir ring tertutup

Gambar 5. Dimasukkan infiltrometer Gambar 6. Dimasukkan air kedalam


kedalam tanah dengan menginjak gelas ukur yang berada di tengah bibir
infiltormeter di atas bibir infiltrometer infilrometer
27

Gambar 7. Dicangkul hasil petakkan Gambar 8. Dirangkai petakkan kecil


yang dibuat meteran dengan ukuran erosi pada lubang pola garis petak
panjang 2 m x lebar 1 m yang dibuat dengan ukuran papan
panjang 2 m x lebar 1 m dan
dimasukkan papan pada areal lahan
yang telah dicangkul

Gambar 9. Ditancapkan paku kedalam Gambar 10. Digali tanah membentuk


masing-masing sudut temu antara lubang dibawah sudut kiri petakkan
papan yang satu dengan yang lain kecil untuk memasukkan ember
sehingga akan membentuk petak penampung erosi
persegi panjang

Gambar 11. Dibuat drainase pada Gambar 12. Dimasukkan talang air
bawah petakkan untuk peletakkan kedalam lubang drainase
talang air
28

Gambar 13. Dimasukkanember pada Gambar 14. Petakkan kecil erosi telah
lubang galian di sudut kiri petakkan selesai dibuat
29

Lampiran 2. Perhitungan Data Petak Kecil

1. Pengamatan ke I (03 Oktober 2018) (Ririn & Miranda)

- Berat Kering = 20,08 gr


20,08 gr
=
1000 gr

= 0,02008 kg

- Volume Air = 4480 ml


4480 ml
=
1 mm (10 ml)

= 448 mm

2. Pengamatan ke II (15 Oktober 2018) (Ririn & Feby)

- Berat Kering = 7,03 gr


7,03 gr
=
1000 gr
= 0,00703 kg

- Volume Air = 1190 ml


1190 ml
=
1 mm (10 ml)
= 119 mm

3. Pengamatan ke III (16 Oktober 2018) (Lili, Ramot & Muslihat)

- Berat Kering = 8,30 gr


= 0,0083 kg

- Volume Air = 2100 ml


2100 ml
=
1 mm (10 ml)
= 210 mm
30

4 Pengamatan ke IV (18 Oktober 2018) (Heri & Miranda)

- Berat Kering = 6,30 gr


6,30 gr
=
1000 gr

= 0,0063 kg
- Volume Air = 5930 ml
5930 ml
=
1 mm (10 ml)

= 593 mm

5. Pengamatan ke V (23 Oktober 2018) (Rezki adi & Wan Eka)

- Berat Kering = 47,18 gr


47,18 gr
=
1000 gr

= 0,04718 kg

- Volume Air = 1000 ml


1000 ml
=
1 mm (10 ml)

= 100 mm

6. Pengamatan ke VI (11 November 2018) (Alviatul & Miranda)

- Berat Kering = 80,18 gr


80,18 gr
=
1000 gr

= 0,08018 kg

- Volume Air = 1650 ml


1650 ml
=
1 mm (10 ml)

= 165 mm
31

7. Pengamatan ke VII (15 November 2018) (Salman & Azan)

- Berat Kering = 105,82 gr


105,82 gr
=
1000 gr

= 0,10582 kg
- Volume Air = 6350 ml
6350 ml
=
1 mm (10 ml)

= 635 mm
32

Lampiran 3. Perhitungan Intensitas Curah Hujan

V
1. I =
𝐴𝑥𝑡
448 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 9,333 mm/jam

V
2. I =
𝐴𝑥𝑡
119 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 2,479 mm/jam

V
3. I =
𝐴𝑥𝑡
210 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 4,375 mm/jam

V
4. I =
𝐴𝑥𝑡
593 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 12,354 mm/jam

V
5. I =
𝐴𝑥𝑡
100 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 2,0833 mm/jam
V
6. I =
𝐴𝑥𝑡
165 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚
33

= 3,4375 mm/jam

V
7. I =
𝐴𝑥𝑡
635 mm
=
2𝑚 𝑥 24 𝑗𝑎𝑚

= 13,229 mm/jam
34

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM


KONSERVASI TANAH DAN AIR

PENGUKURAN EROSI METODE PETAK KECIL

OLEH

RAMOT JEVON SILALAHI


NIM. 1506120472
AGROTEKNOLOGI – B

LABORATORIUM ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
35

LEMBAR PENGESAHAN

PENGUKURAN EROSI METODE PETAK KECIL

OLEH

RAMOT JEVON SILALAHI


NIM. 1506120472

Menyetujui:

Asisten I Asisten II

Eka Lupita Sari Muhamad Agus Maghfur


NIM. 1406111556 NIM. 1406120610
36

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis haturkan karena

atas segala berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir

praktikum konservasi tanah dan air yang berjudul “Pengukuran Erosi Metode

Petak Kecil”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

kakak Eka Lupita Sari selaku asisten praktikum pertama dan abang agus maghfur

selaku asisten praktikum kedua, yang telah memberikan bimbingan dan masukan

selama penulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir praktikum konservasi tanah dan

air ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik yang bersifat membangun

penulis harapkan demi kesempurnaan laporan akhir praktikum ini. Akhir kata,

semoga laporan akhir praktikum ini bermanfaat bagi penulis dalam melaksanakan

penelitian nantinya.

Pekanbaru, Desember 2018

Ramot Jevon Silalahi


37

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3


2.1. Erosi .......................................................................................................... 3
2.2. Metode Petak Kecil ................................................................................... 5
2.3. Infiltrasi ..................................................................................................... 8

BAB III METODE PRAKTIKUM .............................................................. 11


3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 11
3.3. Prosedur Praktikum ................................................................................... 11
3.4. Analisis Data ............................................................................................. 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 15


4.1. Hasil .......................................................................................................... 15
4.2. Pembahasan ............................................................................................... 16

BAB V SIMPULAN ...................................................................................... 23


5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 23
5.2. Saran .......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24


LAMPIRAN .................................................................................................... 26
38

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1.1 Data hasil pengamatan aliran permukaan dan erosi disajikan pada
tabel sebagai berikut ........................................................................ 15
4.1.2. Data hasil pengukuran infiltrasi tanah............................................. 16
39

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Dokumentasi kegiatan ........................................................................... 26
2. Perhitungan petak kecil ......................................................................... 29
3. Perhitugan intensitas curah hujan.......................................................... 32

Anda mungkin juga menyukai