Laporan Ruang BU
Laporan Ruang BU
REKTUM
b. Tenggorokan ( Faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
e. Pankreas
f. Hati
g. Kandung Empedu
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap
air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Usus Buntu (sekum)
1) Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)
adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda buang air besar.
2) Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar
pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti
kehendak.
b) Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c) Sfingter ani eksternus ( sebelah bawah), bekerja menuruti
kehendak.
B. Definisi
CA rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel-sel
epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis yang terjadi pada bagian distal usus besar (J. Elizabeth Corwin,
2009)
C. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahu namun telah dikenali beberapa faktor
predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan
menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga
kontak zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Selain
itu makan makanan yang berlemak dan protein hewani yang tinggi dapat
memicu terjadinya Ca. Rekti
2. Kelainan di colon
Adenoma di kolon, t.u bentuk villi dapat mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma
Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 %
polipasis akan mengalami degenerasi maligna
Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak – anak yang berasal dai ortu yang
menderita Ca.kolateral mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada
anak yang mempunyai ortu yang sehat
D. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan sejak peranal
BAB berdarah segar
2. BAB berdarah lender
karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah bercampur
dengan tinja
3. Obstruksi saluran pencernaan
Perut kembung makin lama makin tegang
Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
Ukuran feses kecil seperti feses kambing
Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
4. Lain-lain
Anoreksia
BA turun
Nyeri perut ditempat kanker
BAB tidak teratur
rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat
BABTenesmus
E. Patofisiologi
Hampir semua karsinoma kolon-rectum berasaal dari polip, terutama
adenomatus. Ini di sebut Adenoma-Carcinoma Sequence. Menurut P.
Deyle, perkembangannya di bagi atas tiga fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Proses ini
berjalan lama sekali, sampai puluhan tahun. Fase ke dua adalah fase
pertumbuhan tumor, akan tetapi tanpa menimbulkan keluhan atau fase
tumor asimtomatis. Ini berlangsung bertahun-tahun juga.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata,
karena keluhan-keluhan tersebut berjalan perlahan-lahan dan tidak
sering, biasanya penderita merasa terbiasa dan menganggap enteng
saja. Setelah lebih dari 5 bulan penderita baru pergi ke dokter. Di tangan
dokter biasanya memakan waktu lebih dari 5 bulan lagi sebelum
diagnosis karsinoma di tegakan. Semua ini menyebabkan penderita
datang berobat dalam stadium lanjut.
F. Komplikasi
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
1. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
2. Hematogen
3. Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke
hati, paru dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syok
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
Untuk menentukan sumber pendapatan
Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
Foto colon (Banum enema)
Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu striktura
Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati
Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi
nodular dengan gema berdensitas tinggi homogeny
4. Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon
5. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan
perlu ditentukan differensiasi sel
6. Laboratorium
Hb : menurun pada perdarahan
Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan
amoeba
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral
Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU)
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
2) Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
3) Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
4) Klien mengeluh mual, muntah
5) Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
6) Klien mengeluh BAB kecil
7) Klien mengeluh berat badannya turun
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
2) Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip
kolon)
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan Ca. Colon/recti
f. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
2) Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
3) GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung,
nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri
bawah
4) Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada,
BAB kecil seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB,
perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal,
BAB ; oliguria
5) Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) PK: Anemia
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient
4) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
5) Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur
pembedahan, berhubungan dengan kurang paparan
informasi
b. Post-operasi
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2) Risiko infeksi.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan
(kolostomi) dan adanya stoma
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management
berhubungan keperawatan selama…..x 24 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif terhadap nyeri,
cedera berkurang atau terkontrol, meliputi lokasi, karasteristik,
biologis dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi,
NOC kualitas, intensitas nyeri, serta
Pain level : faktor-faktor yang dapat
a. Klien tidak melaporkan memicu nyeri.
adanya nyeri 2. Observasi tanda-tanda non
b. Klien tidak menunjukkan verbal atau isyarat dari
ekspresi wajah terhadap ketidaknyamanan.
nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
c. TD, Nadi dan RR dalam terapeutik dalam mengkaji
batas normal pengalaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
Pain Control terhadap respon klien
a. Klien melaporkan nyeri terhadap nyeri.
terkontrol 4. Kaji tanda-tanda vital klien
b. Klien dapat mengontrol 5. Kontrol faktor lingkungan
nyerinya dengan yang dapat menyebabkan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti
manajemen nyeri non suhu ruangan, pencahayaan,
farmakologis kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
1.
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
7. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.
Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
5. Inspeksi kondisi luka
Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan
normal salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien
7. Gangguan Setelah diberikan asuhan Body Image Enhancement:
citra tubuh keperawatan selama …x 24 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan jam diharapkan gangguan tentang citra tubuhnya
dengan citra tubuh klien dapat 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan teratasi dengan kriteria hasil: bentuk tubuh pasien terhadap
(kolostomi) NOC budaya, agama, perilaku
dan adanya Adaptation to physical seksual, dll
stoma disability: 3. Diskusikan tentang
a. Klien mampu perubahan yang dapat terjadi
mengungkapkan pada klien akibat dari proses
kemampuan untuk penyakitnya
mengatasi keterbatasan intervensi/konseling lebih
b. Klien mampu beradaptasi lanjut
dengan keterbatasan 4. Perhatikan frekuensi pasien
fungsi dan struktur dalam mengkritik dirinya
tubuhnya (Klien 5. Diskusikan tentang
menerapkan strategi bagaimana orang terdekat
untuk mengurangi dapat menerima
keterbatasan keterbatasnnya
6. Berikan bantuan positif bila
diperlukan