Anda di halaman 1dari 31

LAPURAN PENDAHULUAN CA.

REKTUM

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri atas:
a. Mulut
b. Tenggorokan (faring)
c. Kerongkongan
d. Lambung
e. Usus halus
f. Usus besar
g. Rektum dan Anus.

2. Struktur Sistem Pencernaan


a. Mulut

Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya


makanan dan air pada manusia. Mulut biasanya terletak di kepala
dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit.
Mulut atau oris terdiri atas dua bagian yaitu 1. Bagian luar yang
sempit atau vestibula dimana terdapat didalamnya gusi, gigi, bibir
dan pipi ; 2. Bagian rongga mulut dalam yaitu rongga mulut yang
dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris,platum dan mandubularis di
sebelah belakang bersambung dengan faring. Diluar mulut ditutupi
oleh kulit dan didalamnya ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
Didalam rongga mulut terdapat gigi, kelenjar ludah, dan lidah
1) Gigi
Gigi terdapat 2 macam yaitu
 Gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh pada umur 6-
7 bulan dan lengkap pada umur 2 ½ tahun jumlahnya 20
buah terdiri atas: 8 buah gigi seri (dens insisivus),4 buah
gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham (molare)
 Gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun
jumlahnya 32 buah terdiri atas: 8 buah gigi susu (dens
insisivus),
Fungsi gigi: gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring
untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi
geraham untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-
potong.
2) Kelenjar Ludah
Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai
duktus yang bernama duktus (saluran) wartoni dan stensoni .
Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar submaksilaris(kelenjar ludah
bawah rahang) yang terdapat di bawah tulang rahang atas
pada bagian tengah dan kelenjar sublingualis (Kelenjar ludah
bawah lidah) yang terdapat di bagian depan dibawah lidah.
Kelenjar ludah dihasilkan didalam rongga mulut. Disekitar
rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
 Kelenjar parotis terdapat di bawah depan telinga diantara
prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktus
stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke
rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator)
 Kelenjar submaksilaris terletak di bawah rongga mulut
bagian belakang,duktus wartoni, bermuara di rongga mulut
dekat dengan frenulum lingua.
 Kelenjar sublingualis terletak di bawah selaput lendir dasar
rongga mulut.
3) Lidah
Lidah terdiri atas otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi menjadi 3 bagian yaitu radiks lingua (pangkal
lidah), dorsum lingua (punggung lidah), apeks lingua (ujung
lidah). Pada pangkal lidah belakang terdapat epiglottis yang
berfungsi untuk menutup jalannya napas pada waktu menelan
makanan. Di punggung lidah terdapat puting-puting pengecap
atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua merupakan
selaput lendir yang terdapat pada bagian kira-kira di tengah,jika
lidah digerakkan ke atas makan akan terlihat selaput
lendir.Pada pertengahan flika sublingual terdapat saluran dari
glandula parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Fungsi Lidah:
a) Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi
dan gigi
b) Mencampur makanan dengan ludah
c) Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
d) Untuk berbicara
e) Untuk mengecap manis, asin dan pahit
f) Untuk merasakan dingin dan panas.
4) Mekanisme sistem pencernaan di mulut

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan


di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar
ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim),
yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.

b. Tenggorokan ( Faring)
Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang
yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi
dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan
sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

d. Lambung

Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada


duodenum usus halus.

Terdiri dari 3 bagian yaitu:


 Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
 Fundus pada bagian puncak
 Antrum di bagian bawah
Bagian lambung terdiri dari:
 Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak
sebelah kiri osteum kardium dan biasaya berisi gas.
 Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah
kurbatura minor.
 Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus.
 Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung,terbentang
dari osteum kardiakm sampai ke pylorus.
 Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui
fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.
Ligamentum gastrolienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limpa.
 Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Cara Kerja Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi
masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3
zat penting :
 Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada
terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein.
Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan
enzim yaitu:
 Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian
fundus
 Pepsin membantu pemecahan protein
 Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada
bayi dan anak)
 Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan
kalsium menyebabkan koagulasi susu, sehingga lebih lama
berada di lambung untuk dicerna.

e. Pankreas

Dari lambung kimus dilanjutkan ke usus halus untuk dicerna


lebih lanjut. Sekret yang membantu pencernaan tidak hanya berasal
dari usus halus sendiri, tetapi juga dari pancreas, hati, dan kandung
empedu.
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau pankreas, menghasilkan hormone
Cara Kerja Pankreas
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim
yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah
mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan
sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

f. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan


manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Hati terletak di bawah diafragma. Hati dibagi menjadi 2 lobus
utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Hati dihubungkan oleh
rangkaian duktus. Bermula dari duktus hepatikus kanan dan kiri, lalu
bergabung menjadi satu pada duktus hepatikus utama. Duktus
hepatikus utama bergabung dengan duktus kistikus dari kandung
empedu, keduanya membentuk duktus empedu. Duktus empedu
menuju duodenum dan bermuara di ampula hepatopankreatikus
bersama-sama dengan duktus pankreatikus.
Hati menampilkan 7 fungsi pokok yaitu:
1) Menghasilkan garam empedu, yang digunakan oleh usus halus
untuk mengemulsikan dan menyerap lipid
2) Menghasilkan antikoagulan heparin dan protein plasma seperti
protrombin, fibrinogen, dan albumin
3) Sel-sel retikuloendotelial hati, memfagosit (memangsa) sel-sel
darah yang telah rusak, juga bakteri
4) Menghasilkan enzim yang memecah racun atau mengubahnya
menjadi struktur yang tak berbahaya. Sebagai contoh, ketika
asam amino hasil pemecahan protein dipecah lagi menjadi
energy, dihasilkan sampah-sampah nitrogen beracun (misalnya
ammonia) yang akan diubah menjadi urea. Selanjutnya urea
dibuang melalui ginjal dan kelenjar keringat.
5) Nutrient yang baru diserap akan dikumpulkan di hati. Tergantung
kebutuhan tubuh, kelebihan glukosa akan diubah menjadi
glikogen atau lipid untuk disimpan. Sebaliknya hati juga dapat
mengubah glikogen dan lipid menjadi glukosa kembali jika
dibutuhkan.
6) Hati menyimpan glikogen, tembaga, besi, vitamin A, B12, D, E,
dan K. Juga menyimpan racun yang tak dapat dipecah dan
dibuang (misalnya DDT)
7) Hati dan ginjal berperan dalam aktivasi vitamin D.

g. Kandung Empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ


berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu
yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia,
panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna
hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena
warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Bagian-bagian dari kandung empedu adalah:
 Fundus vesika felea merupakan bagian kandung empedu yang
paling akhir setelah korpus vesika felea
 Korpus Vesika Felea merupakan bagian dari kandung yang di
dalamnya berisi getah empedu.
 Leher Kandung Kemih merupakan leher dari kandung empedu
yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kandung
empedu.
 Duktus sistikus memiliki panjang sekitar 33/4 cm berjalan dari
leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus
hepatikus ,membentuk saluran empedu ke duodenum.
 Duktus Hepatikus merupakan saluran yang keluar dari leher
 Duktus koledokus merupakan saluran yang membawa empedu
ke duodenum.

Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak


 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

h. Usus halus (Usus kecil)


Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak.
Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa ( sebelah
dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot
memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari
usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus ini
memiliki panjang sekitar 25 cm,berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada
bagian kanan duodenum terdapat selpaut lendir yang membukit
di sebut papila vateri.. pada papila vateri bermuara saluran
empedu (duktus koledokus) dan saluran pakreas (duktus
wirsungi/ duktus pankreatikus).
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari
bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Cara Kerja usus duodenum
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus
halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus
dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan
jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
i. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap
air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”)


dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung

pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari


usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki
sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing.
2) Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan
pada usus buntu.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran
sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Apendiks berfungsi dalam sistem limfatik.
a) Kolon asendens (kanan)
Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen
sebelah kanan, membujur keatas dari dari ileum ke
bawah hati.
b) Kolon transversum
Panjangnya sekitar 38 cm,membujur dari kolon
desendens berada dibawah abdomen, sebelah kanan
terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura lienalis.
c) Kolon desendens (kiri)
Panjangnya sekitar 25 cm ,terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura
lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan
kolon sigmoid
d) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon desendens,
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri,bentuknya
menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rectum
j. Rektum dan anus

1) Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)
adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya
dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum
akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan
air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda buang air besar.
2) Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Anus terletak di dasar
pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter.
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menuruti
kehendak.
b) Sfingter levator ani , bekerja juga tidak menuruti kehendak
c) Sfingter ani eksternus ( sebelah bawah), bekerja menuruti
kehendak.

Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan


sebagiannya lagi dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar) , yang merupakan fungsi
utama anus.

B. Definisi
CA rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas yang terdiri dari sel-sel
epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan
metastasis yang terjadi pada bagian distal usus besar (J. Elizabeth Corwin,
2009)
C. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahu namun telah dikenali beberapa faktor
predisposisi yang penting yang berhubungan dengan carsinoma recti.
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan
menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga
kontak zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Selain
itu makan makanan yang berlemak dan protein hewani yang tinggi dapat
memicu terjadinya Ca. Rekti
2. Kelainan di colon
 Adenoma di kolon, t.u bentuk villi dapat mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma
 Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 %
polipasis akan mengalami degenerasi maligna
 Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak – anak yang berasal dai ortu yang
menderita Ca.kolateral mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada
anak yang mempunyai ortu yang sehat
D. Manifestasi Klinis
1. Perdarahan sejak peranal
BAB berdarah segar
2. BAB berdarah lender
karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah bercampur
dengan tinja
3. Obstruksi saluran pencernaan
 Perut kembung makin lama makin tegang
 Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
 Ukuran feses kecil seperti feses kambing
 Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
4. Lain-lain
 Anoreksia
 BA turun
 Nyeri perut ditempat kanker
 BAB tidak teratur
 rasa tidak puas setelah BAB dan rasa yeri pada saat
BABTenesmus

E. Patofisiologi
Hampir semua karsinoma kolon-rectum berasaal dari polip, terutama
adenomatus. Ini di sebut Adenoma-Carcinoma Sequence. Menurut P.
Deyle, perkembangannya di bagi atas tiga fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Proses ini
berjalan lama sekali, sampai puluhan tahun. Fase ke dua adalah fase
pertumbuhan tumor, akan tetapi tanpa menimbulkan keluhan atau fase
tumor asimtomatis. Ini berlangsung bertahun-tahun juga.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata,
karena keluhan-keluhan tersebut berjalan perlahan-lahan dan tidak
sering, biasanya penderita merasa terbiasa dan menganggap enteng
saja. Setelah lebih dari 5 bulan penderita baru pergi ke dokter. Di tangan
dokter biasanya memakan waktu lebih dari 5 bulan lagi sebelum
diagnosis karsinoma di tegakan. Semua ini menyebabkan penderita
datang berobat dalam stadium lanjut.
F. Komplikasi
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
1. Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
2. Hematogen
3. Linefogen
Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke
hati, paru dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar
kolon yang menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syok

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
 Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
 Untuk menentukan sumber pendapatan
 Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
 Foto colon (Banum enema)
 Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu striktura
 Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
 Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah
bening di abdomen dan hati
 Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi
nodular dengan gema berdensitas tinggi homogeny
4. Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur
mengenai lapisan dinding kolon
5. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan
perlu ditentukan differensiasi sel
6. Laboratorium
 Hb : menurun pada perdarahan
 Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
 Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan
amoeba

H. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
 Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat
anastromosis decending kolakteral
 Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU)

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
2) Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
3) Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
4) Klien mengeluh mual, muntah
5) Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
6) Klien mengeluh BAB kecil
7) Klien mengeluh berat badannya turun
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
2) Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip
kolon)
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan Ca. Colon/recti
f. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi
dan nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis
2) Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
3) GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung,
nyeri abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri
bawah
4) Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada,
BAB kecil seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB,
perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal,
BAB ; oliguria
5) Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) PK: Anemia
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient
4) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
5) Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur
pembedahan, berhubungan dengan kurang paparan
informasi
b. Post-operasi
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2) Risiko infeksi.
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan
(kolostomi) dan adanya stoma
Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah diberikan asuhan Pain management
berhubungan keperawatan selama…..x 24 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen jam diharapkan nyeri komprehensif terhadap nyeri,
cedera berkurang atau terkontrol, meliputi lokasi, karasteristik,
biologis dengan kriteria hasil: onset/durasi, frekuensi,
NOC kualitas, intensitas nyeri, serta
Pain level : faktor-faktor yang dapat
a. Klien tidak melaporkan memicu nyeri.
adanya nyeri 2. Observasi tanda-tanda non
b. Klien tidak menunjukkan verbal atau isyarat dari
ekspresi wajah terhadap ketidaknyamanan.
nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
c. TD, Nadi dan RR dalam terapeutik dalam mengkaji
batas normal pengalaman nyeri dan
menyampaikan penerimaan
Pain Control terhadap respon klien
a. Klien melaporkan nyeri terhadap nyeri.
terkontrol 4. Kaji tanda-tanda vital klien
b. Klien dapat mengontrol 5. Kontrol faktor lingkungan
nyerinya dengan yang dapat menyebabkan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti
manajemen nyeri non suhu ruangan, pencahayaan,
farmakologis kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
1.
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
7. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.

2. PK: Anemia Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda dan gejala


keperawatan selama…x 24 anemia yang terjadi.
jam, perawat dapat 2. Pantau tanda-tanda vital
meminimalkan komplikasi klien.
anemia yang terjadi, dengan 3. Anjurkan klien mengkonsumsi
kriteria hasil: makanan yang mengandung
NOC : banyak zat besi dan vit B12.
Vital signs 4. Minimalkan prosedur yang
a. Tekanan darah dalam bisa menyebabkan
batas normal (110/70- perdarahan.
130/90 mmHg) atau 5. Pantau nilai PT dan PTT
terkontrol. 6. Pantau hasil lab Hb dan HCT
b. Nadi dalam batas normal
(60-100x/mnt) Blood Products Administration:
c. RR dalam batas normal Kolaborasi pemberian tranfusi
(16-20 x/mnt) darah sesuai indikasi.
d. Suhu tubuh dalam batas Rasional:transfusi darah
normal (36-37,5°C) diperlukan jika kondisi anemia
klien buruk untuk menambah
Tissue perfusion : Peripheral jumlah darah dalam tubuh.
a. CRT < 2 detik
b. Akral hangat
c. Klien tidak pucat
d. Konjungtiva berwarna
merah muda.

Blood Loss Severity


a. Hb klien dalam batas
normal (12-16 g/dL).
b. HCT dalam batas
normal (45-55%)
c. Mukosa bibir lembab.
d. Klien tidak mengalami
lemas dan lesu.
3. Ketidakseimb Setelah diberikan asuhan Nutrition Therapy:
angan nutrisi keperawatan … x 24 jam 1. Kaji status nutrisi klien
kurang dari diharpkan pemenuhan 2. Monitor masukan makanan
kebutuhan nutrisi adekuat, dengan atau cairan dan hitung
tubuh kriteria hasil: kebutuhan kalori harian.
berhubungan NOC 3. Tentukan jenis makanan yang
dengan Nutrition Status cocok dengan tetap
ketidakmamp a. Masukan nutrisi adekuat mempertimbangkan aspek
uan b. Masukan makanan agama dan budaya klien..
mengabsorpsi dalam batas normal 4. Anjurkan untuk menggunakan
nutrient c. Berat badan meningkat suplemen nutrisi sesuai
atau tetap indikasi.
5. Jaga kebersihan mulut,
Nausea and vomiting ajarkan oral higiene pada
severity klien/keluarga.
a. Klien mengatakan tidak 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
ada mual untuk menentukan jumlah
b. Klien mengatakan tidak kalori dan jenis nutrisi yang
muntah dibutuhkan untuk memenuhi
c. Tidak ada peningkatan kebutuhan nutrisi.
sekresi saliva
Weight management:
Appetite (nafsu makan) 1. Timbang berat badan klien
a. Keinginan klien untuk secara teratur.
makan meningkat 2. Diskusikan dengan keluarga
b. Intake makanan adekuat klien hal-hal yang
(porsi makan yang menyebabkan penurunan
disediakan habis) berat badan.
3. Pantau konsumsi kalori
harian.
4. Pantau hasil laboratorium,
seperti kadar serum albumin,
dan elektrolit.
5. Tentukan makanan kesukaan,
rasa, dan temperatur
makanan..
6. Anjurkan penggunaan
suplemen penambah nafsu
makan.
.
Nausea management:
1. Dorong klien untuk
mempelajari strategi untuk
memanajemen mual
2. Kaji frekuensi mual, durasi,
tingkat keparahan, factor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
3. Kaji riwayat diet meliputi
makanan yang tidak disukai,
disukai, dan budaya makan.
4. Kontrol lingkungan sekitar
yang menyebabkan mual.
5. Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi mual
(relaksasi, guide imagery,
distraksi).
6. Dukung istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
meringankan nausea.
7. Ajarkan untuk melakukan oral
hygine untuk mendukung
kenyaman dan mengurangi
rasa mual.
8. Anjurkan untuk makan sedikit
demi sedikit.
9. Pantau masukan nutrisi
sesuai kebutuhan kalori.

4. Konstipasi Setelah diberikan askep Bowel Management


berhubungan selama …. X 24 jam 1. Catat waktu terakhir pasien
dengan diharapkan eliminasi fekal BAB, konsistensi, warna,
obstruksi klien normal, dengan jumlah
akibat tumor kriteria hasil : 2. Ajarkan pasien untuk
NOC mengonsumsi makanan
Bowel elimination: yang mengandung serat
a. Frekuensi BAB kembali seperi pepaya
sesuai kebiasaan 3. Kolaborasi pemberian obat
pasien suposituria sesuai indikasi
b. Feses klien lembek dan 4. Anjurkan pasien untuk tidak
berbentuk menahan-nahan keinginan
c. Tidak ada kesulitan untuk BAB
defekasi 5. Anjurkan pasien untuk
d. Tidak ada darah dalam meningkatkan hidrasi,
feses terutama air hangat
e. Tidak ada nyeri saat merangsang proses
BAB defekasi.
6. Anjurkan klien untuk tidak
mengejan
5. Kurang Setelah diberikan asuhan Teaching: Disease Proses
pengetahuan keperawatan selama …x 24 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
mengenai jam diharapkan terjadi dan keluarga yang
penyakit dan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan
prosedur klien dan keluarga, dengan perkembangan penyakit.
pembedahan, kriteria hasil: 2. Jelaskan patofisiologi
berhubungan NOC perjalanan penyakit,
dengan Knowledge: Disease penyebab, komplikasi
kurang Process penyakit, usaha-usaha yang
paparan Klien dan keluarga dapat dilakukan untuk
informasi memahami tentang proses mencegah komplikasi
penyakit, penyebab penyakit dan kondisi penyakit
penyakit, komplikasi klien saat ini.
penyakit dan usaha-usaha 3. Diskusikan terapi pengobatan
yang dapat dilakukan untuk yang perlu dilakukan klien
mencegah komplikasi 4. Informasikan pasien tentang
penyakit efek samping pengobatan
dan upaya yang dilakukan
Knowledge: Diet dalam
Klien dan keluarga mengurangi/meminimalisir
memahami tentang diet efek samping dari
pada penyakit kanker, pengobatan tersebut.
meliputi makanan yang
dianjurkan dan dihindari, dan Teaching: Procedure
makanan pemicu kanker 1. Jelaskan tentang prosedur
Knowledge: Treatment pembedahan yang akan
Procedure dijalani klien, meliputi
Klien dan keluarga prosedur, tujuan, lama
memahami tentang prosedur tindakan, komplikasi)..
pembedahan, tujuan, lama 2. Berikan kesempatan bagi
tindakan, dan efek tindakan klien/keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti.
.
Teaching: Prescribed diet
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
mengenai diet saat ini
2. Jelaskan tujuan diet, meliputi
makanan yang dianjurkan dan
dihindari, serta makanan
pemicu kanker.
3. Berikan contoh-contoh menu
makanan harian yang bisa
diaplikasikan oleh klien dan
keluarga.
4. Bantu klien untuk
menyesuaikan makanan
pilihan dengan diet yang
dianjurkan
5. Libatkan keluarga dalam
pemberian informasi.
6. Risiko infeksi. Setelah dilakukan asuhan Infection control
keperawatan selama .....x 24 1. Bersihkan lingkungan setelah
jam diharapkan tidak terjadi digunakan oleh klien.
infeksi, dengan kriteria hasil 2. Jaga agar barier kulit yang
NOC terbuka tidak terpapar
Infection Severity lingkungan dengan cara
a. Tidak ada kemerahan menutup dengan kasa streril.
b. Tidak terjadi hipertermia 3. Batasi jumlah pengunjung.
c. Tidak ada 4. Ajarkan klien dan keluarga
pembengkakan tekhnik mencuci tangan yang
d. Tidak ada drainase benar.
purulen -WBC dalam 5. Gunakan sabun anti mikrobial
batas normal) untuk mencuci tangan.
6. Cuci tangan sebelum dan
Risk Control sesudah melakukan tindakan
a. Klien mampu keperawatan..
menyebutkan factor- 7. Terapkan Universal
faktor resiko penyebab precaution.
infeksi 8. Pertahankan lingkungan
b. Klien mampu memonitor aseptik selama perawatan.
lingkungan penyebab 9. Anjurkan klien untuk
c. Klien mampu memonitor memenuhan asupan nutrisi
tingkah laku penyebab dan cairan adekuat.
infeksi -Tidak terjadi 10. Ajarkan klien dan
paparan saat tindakan keluarga untuk menghindari
keperawatan infeksi.
11. Ajarkan pada klien dan
keluarga tanda-tanda infeksi.
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik bila perlu.

Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
5. Inspeksi kondisi luka

Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan
normal salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien
7. Gangguan Setelah diberikan asuhan Body Image Enhancement:
citra tubuh keperawatan selama …x 24 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan jam diharapkan gangguan tentang citra tubuhnya
dengan citra tubuh klien dapat 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan teratasi dengan kriteria hasil: bentuk tubuh pasien terhadap
(kolostomi) NOC budaya, agama, perilaku
dan adanya Adaptation to physical seksual, dll
stoma disability: 3. Diskusikan tentang
a. Klien mampu perubahan yang dapat terjadi
mengungkapkan pada klien akibat dari proses
kemampuan untuk penyakitnya
mengatasi keterbatasan intervensi/konseling lebih
b. Klien mampu beradaptasi lanjut
dengan keterbatasan 4. Perhatikan frekuensi pasien
fungsi dan struktur dalam mengkritik dirinya
tubuhnya (Klien 5. Diskusikan tentang
menerapkan strategi bagaimana orang terdekat
untuk mengurangi dapat menerima
keterbatasan keterbatasnnya
6. Berikan bantuan positif bila
diperlukan

8 Ansietas Setelah diberikan asuhan NIC


berhubungan keperawatan .. x24 jam Anxiety Reduction
dengan krisis diharapakan klien ansietas 1. Jelaskan semua prosedur
situasional dapat teratasi tujuan dan termasuk perasaan yang
criteria hasil mungkin dialami
NOC 2. Berikan objek yang dapat
Anxiety Control memberikan rasa nyaman
1. Tidur nyenyak 3. Berbicara dengan pelan dan
2. Tidak ada manifestasi tenang
perilaku 4. Membina hubungan saling
3. Mencari informasi untuk percaya
mengurangi cemas 5. Dengarkan penuh perhatian
4. Menggunakan teknik 6. Ciptakan suasana saling
relaksasi untuk percaya
mengurangi cemas 7. Dorong klien dan
5. Berinteraksi sosial keluargamengungkapkan
perasaannya
8. Berikan aktivitas mengurangi
ketegangan
9. Anjurkan menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan lingkungan yang
tenang
11. Batasi pengunjung
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. 2012. Nanda International : Diagnosa Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:EGC.

Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Kusumo, A. H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1 2015. Jogjakatra:


MediAction Publishing.

Sudjatmiko. 2012. Kolon-Rektum dan Anus. Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga

University IOWA. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourth Edition.


Mosby Elsevier.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Ed.3 Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai