PEMBAHASAN
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya. “Mengintegrasikan” berarti membuat untuk atau
menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah.
Menurut Howard Wrigins, integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat
masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi bangsa
dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat besar.
Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi yaitu:
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yangdiperlukan
dalam memelihara tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yangditerima
demi mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi :
1. Integrasi nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa
suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila,
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk
membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat
suatu negara senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak
kerugian yang diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan sarana
danprasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual
seperti perasaan kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara,
yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian
negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan
kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta
konsensustentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya integrasi masyarakat
merupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara,
dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi
masyarakat berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer.
4. Secara relatif sering kali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain.
5. Secara relatif integrasi sosial tumbh di atas paksaan(coercion) dan saling ketergantungan
dalam bidang ekonomi
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain.
d. Ketidakakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan sulitnya akses masyarakat
di daerah terhadap sumber daya tersebut.
e. Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak bertanggung jawab
terhadap rakyat.
E. Strategi Integrasi
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semua negara,
terutama adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih relatif muda
dalam membangun negara bangsa (nation state), ikatan antara kelompok-kelompok yang
berbeda dalam negara masih rentan dan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan
antar kelompok. Di samping itu masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki
ikatan primordial yang masih kuat. Kuatnya ikatan primordial menjadikan masyarakat
lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer yang lebih sempit seperti ikatan keluarga,
ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan sebagainya. Dengan demikian upaya
mewujudkan integrasi nasional yang notabene mendasarkan pada ikatan yang lebih luas
dan melawati batas-batas kekeluargaan, kesukuan, dan keagamaan menjadi sulit untuk
diwujudkan.Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada
beberapa strategi yang mungkin ditempuh, yaitu:
a. Stategi Asilmilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi
satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing
unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak
tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini
menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara
itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya
kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya
mewujudkan integrasi nasional dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya
kelompok atau budaya lokal dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks
perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya
kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari
strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara
melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari
perspektif demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai
cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional.
b. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengandemikian berarti bahwa kebudayaan
baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila
akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya
identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan
integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau
budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar yang tidak terlalu besar.
Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa
sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari
strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif
demokrasi, strategi integrasi nasionalmelalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai
cara yang cukup demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional, karena masih
menunjukkan penghargaan terhadap unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.
c. Strategi Pluralis
Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan
atas unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat. Srtategiasimilasi, akulturasi,
dan pluralisme masing-masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda
dari yang paling kurang, yang lebih, dan yangpaling besar penghargaannya terhadap
unsur-unsur perbedaan dalam masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional
tersebut.
Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horisontal. Dimensi vertikal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya
menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elite dan massa atau
antara pemerintah dengan rakyat .Jadi integrasi vertikal merupakan upaya mewujudkan
integrasi dengan menjebatani perbedaan-perbedaan antara pemerintah dan rakyat.
Integrasi nasional dalam dimensi yang demikian biasa disebut dengan integrasi politik.
Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global di mana
keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan
kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan
sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan batas-
batas negara-bangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-
ikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah
nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin berat.
Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter bangsa
tetap diperlukan di era Indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk menjaga
eksistensi, sekaligus mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh,
dan mencapai negara-bangsa yang besar. Nasionalisme sebagai karakter semakin
diperlukan dalam menjaga harkat dan martabat bangsa di era globalisasi karena
gelombang “peradaban kesejagatan” ditandai oleh semakin kaburnya batas-batas
teritorialnegara akibat gempuran informasi global yang nyaris tanpa hambatan yang
dihadirkan oleh jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
Di samping konflik vertikal tersebut, konflik horizontal juga sering muncul, baik
konflik yang berlatarbelakang keagamaan, kesukuan, antarkelompok ataugolongan dan
semacamnya yang muncul dalam bentuk kerusuhan, perang antarsuku, pembakaran
rumah-rumah ibadah, dan sebagainya. Dalam hal ini dapat kita sebutkan kasus-kasus
yang terjadi di Poso, Sampit, Ambon, kasusdi Lombok, dan masih ada tempat-tempat
yang lain. Terjadinya konflik horizontal biasanya juga merupakan akumulasi
dari berbagai faktor baik faktor kesukuan atau etnis, agama, ekonomi, sosial, dan
sebagainya. Apa yang tampak sebagai kerusuhan yang berlatarbelakang agama bisa
jadilebih terkait dengan sentimen etnis atau kesukuan, begitu juga dengan konflik
yang tampak dengan latar belakang etnis atau keagamaan sebenarnya hanya merupakan
perwujudan dari kecemburuan sosial. Sejak awal berdirinya negara Indonesia, para
pendiri negara menghendaki persatuandi negara ini diwujudkan dengan menghargai
terdapatnya perbedaan didalamnya. Artinya bahwa upaya mewujudkan integrasi
nasional Indonesiadilakukan dengan tetap memberi kesempatan kepada unsur-unsur
perbedaan yang ada untuk dapat tumbuh dan berkembang secarabersama-sama.
Proses pengesahan Pembukaan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
yang bahannya diambil dari Naskah Piagam Jakarta, dan di dalamnya terdapat rumusan
dasar dasar negara Pancasila, menunjukkan pada kita betapa tokoh-tokoh pendiri negara
(the founding fathers) pada waktu itu menghargai perbedaan-perbedaan yang terdapat
dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan
persoalan perbedaan-perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara yang dapat
melindungi seluruh rakyat Indonesia.
c. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
b. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
c. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
b. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
c. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar
menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua
propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat
bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid
(untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama
Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama
resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan
tangguh di masa yang akan datang.
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak
ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
f. Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian.