ABSORBSI OBAT
Disusun Oleh :
A/DF/III
YOGYAKARTA
2018
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penyusun Panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “absorbsi obat” kini dapat diselesaikan
dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dengan segala kemampuan yang terbatas, saya mencoba menguraikan secara lengkap
tentang absorbs obat. Dan dengan adanya makalah ini, saya berharap sedikit membantu para
pembaca dan saya sendiri selaku penyusun. Namun demikian, apabila dalam makalah ini dijumpai
kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, saya selaku penyusun dengan
senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
BAB II ....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN RUTE PEMBERIAN OBAT........................................................................................ 5
B. ABSORBSI .................................................................................................................................... 7
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI .............................................................. 9
D. MEKANISME OBAT .................................................................................................................... 11
E. PENERAPAN ABSORBSI.............................................................................................................. 16
BAB III .................................................................................................................................................... 18
PENUTUP ............................................................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran organ dalam tubuh seseorang merupakan hal terpenting dalam proses ekresi obat.
Obat yang masuk kedalam tubuh akan mengalami absorsi, distribusi, metabolisme dan yang
terakhir ekresi. Dalam proses tersebut dibutuhkan organ yang sehat dan kuat jika tidak obat
dapat menjadi racun dalam tubuh kita.
Peran seorang farmasis dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan
cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Farmasis diharapkan
terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Pengetahuan tentang manfaat dan efek
samping obat sangat penting dimiliki oleh seorang farmasis. Keberhasilan promosi kesehatan
sangat tergantung pada cara pandang klien atau pasien sebagai bagian dari pelayanan
kesehatan, yang juga bertanggung jawab terhadap menetapkan pilihan perawatan dan
pengobatan, baik itu berbentuk obat alternatif, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa
resep dokter. Sehingga, tenaga kesehatan terutama seorang farmasis harus dapat membagi
pengetahuan tentang obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien.
Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang
berbeda pada daerah kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai
darah yang berbeda, enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan
tersebut berbeda.
B. TUJUAN
1. Mengetahui alur pemberian obat
2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adsorpsi
3. Mengetahui macam - macam adsorpsi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Obat diletakkan diantara dan efeknya cepat rasanya tidak enak, dapat terjadi
pipi dengan gusi Obat iritasi di mulut, pasien harus
diabsorpsi menembus sadar, dan hanya bermanfaat
membran untuk obat yang sangat non
polar
Hanya berguna untuk obat yang
Inhalasi Pemberian dapat terus
dapat berbentuk gas pada suhu
Obat bentuk gas menerus walaupun pasien tidak
kamar, dapat terjadi iritasi
diinhalasi sadar
saluran pernafasan
Intramuskular Absorbsi cepat, dapat di Perlu prosedur steril, sakit,
Obat dimasukkan berikan pada pasien sadar atau dapat terjadi infeksi di tempat
kedalam vena tidak sadar injeksi
Perlu prosedur steriil, sakit,
Intravena dapat terjadi iritasi di tempat
Obat cepat masuk dan
Obat dimasukkan ke injeksi, resiko terjadi kadar obat
bioavailabilitas 100%
dalam vena yang tinggi kalau diberikan
terlalu cepat
Oral Mudah, ekonomis, tidak perlu Rasa yang tidak enak dapat
Obat ditelan dan steril mengurangi kepatuhan,
diabsorpsi di lambung kemungkinan dapat
atau usus halus menimbulkan iritasi usus dan
lambung, menginduksi mual dan
pasien harus dalam keadaan
sadar. Obat dapat mengalami
metabolisme lintas pertama dan
absorbsi dapat tergganggu
dengan adanya makanan
Subkutan Perlu prosedur steril, sakit dapat
Pasien dapat dalam kondisi
Obat diinjeksikan terjadi iritasi lokal di tempat
sadar atau tidak sadar
dibawah kulit injeksi
Sublingual Tidak dapat untuk obat yang
Mudah, tidak perlu steril dan
Obat terlarut dibawah rasanya tidak ennak,dapat
obat cepat masuk ke sirkulasi
lidah dan diabsorpsi terjadi iritasi di mulut, pasien
sistemik
menembus membran harus sadar, dan hanya
6
bermanfaat untuk obat yang
sangat larut lemak
Obat dapat menembus kulit
Transdermal Hanya efektif untuk zat yang
secara kontinyu, tidak perlu
Obat diabsorpsi sangat larut lemak, iritasi lokal
steril, obat dapat langsung ke
menembus kulit dapat terjadi
pembuluh darah
Memilih rute penggunaan obat tergantung dari tujuan terapi, sifat obatnya serta kondisi
pasien. Oleh sebab itu perlu mempertimbangkan masalah-masalah seperti berikut:
1. Tujuan terapi menghendaki efek lokal atau efek sistemik
2. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa kerjanya lama
3. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
4. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam rute
5. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
6. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui bermacam-macam rute
7. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral.
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang
diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat.
Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik
diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal
adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya salep.
B. ABSORBSI
Absorpsi obat merupakan proses penyerapan obat dari tempat
pemberian,menyangkut jumlah obat dalam prosentase dari dosis yang ditransfer dari
tempat pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam bentuk utuh atau metabolitnya. Untuk
dapat menimbulkan efek famakologis yang diinginkan, obat harus dapat diabsorpsi dengan
baik. Tergantung dari tujuan, sifat obat dan kondisi penderita, pemberian obat dapat
dilakukan melalui berbagai cara, diantara nya adalah per oral dan parenteral.
a. Oral
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per oral, karena
mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus,
karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 m2. Pada pemberian secara
oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih
dahulu harus mengalami absorbsi pada saluran cerna.
7
1. Bentuk Sediaan
Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung
dapat mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang
berbeda, maka proses absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan jumlah
ketersediaan hayati kemungkinan juga berlainan.
2. Sifat Kimia dan Fisika Obat
Bentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat dapat mempengaruhi
kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan
dalam lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorpsi. Absorpsi
lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-ion dan mudah larut dalam lemak.
3. Faktor Biologis
Antara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakan saluran cerna,
waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh
darah pada tempat absorpsi.
4. Faktor Lain-lain
Antara lain umur, makanan, adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan adanya
penyakit tertentu.
Kerugian pemberian per oral adalah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavaibilitas
obat. Karena ada obat-obat yang tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian
akan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim di dinding
usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya melalui organ-organ tersebut
(metabolisme atau eliminasi lintas pertama). Eliminasi lintas pertama obat dapat
dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral, sublingual, rektal, atau
memberikannya bersama makanan. Selain itu, kerugian pemberian melalui oral yang lain
adalah ada obat yang dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan
penderita, dan tidak bisa dilakukan saat pasien koma.
b. Sublingual
Pemberian obat dibawah lidah hanya untuk obat yang sangat larut dalam lemak, karena luas
permukaan absorbsinya kecil sehingga obat harus melarut dan diabsorbsi dengan sangant
cepat, karena darah dari mulut langsung ke vena kava superior dan tidak melalui vena porta,
maka obat yang diberikan sublingual ini tidak mengalami metabolisme lintas pertama oleh
hati (Anonim,2007).
c. Rektal
8
Pada pemberian obat melalui rektal misalnya untuk pasien yang tidak sadar atau muntah,
hanya 50% darah dari rectum yang melalui vena porta, sehingga eliminasi lintas pertama
oleh hati juga hanya 50%. Akan tetapi, adsorpsi obat melui rectum sering kali tidak teratur
dan tidak lengkap dan banyak obat menyebabkan iritasi rectum.(Anonim,2007)
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan dan besarnya obat yang
diabsorpsi, dengan demikian akan mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat.
Bentuk sediaan obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik
diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, sedang efek lokal
adalah efek obatyang bekerja setempat misalnya salep (Anief, 1994).
9
menembus lapisan sel tunggal (tipis), seperti pada epithelium intestinal akan lebih cepat jika
dibandingkan kalau menembus membrane kulit yang berlapis-lapis karena kecepatan
absorpsi berbanding lurus dengan luas membran dan berbanding terbalik dengan tebal
membran.
d. Sirkulasi darah
Obat umumnya diberikan pada daerah yang kaya akan sirkulasi darah (vaskularisasi).
Misalnya pemberian melalui sublingual akan lebih cepat di absorpsi jika di bandingkan
dengan kalau diberikan melalui subkutan. Karena sirkulasi darah di subkutan lebih sedikit
dibandingkan disublingual. Selain itu aliran darah secara keseluruhan juga berpengaruh pada
absorpsi obat. Sebagai contoh, obat yang diberikan pada pasien yang syok, absorpsinya akan
melambat atau tidak konstan.
Efek- Efek Makanan Atas Absorpsi
Secara umum absorpsi obat lebih disukai atau berhasil dalam kondisi lambung kosong.
a. Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat dapat mengiritasi
lambung.
Ex : Asetosal (dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam)
b. Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan bersama makanan.
Ex : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat sukar larut)
c. Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan bioavailabilitasnya maka
harus diberikan sebelum makan.
Ex : Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin, Erytromycin strearat
d. Absorpsi griseofulvin meningkat bila makanan mengandung lemak
10
Interaksi dengan obat lain
Interaksi dengan makanan
4. Karakteristik Farmakokintek Obat
Metabolisme obat oleh bakteri usus
Metabolisme diusus tanpa bakteri
Formulasi obat memiliki efek dramatis pada penyerapan, misalnya eksipien yang terkandung
dalam kapsul fenitoin yang ada di Negara Autralia berubah bioavaibilitasnya meningkat dan
hal ini dapat mengakibatkan keracunan epidemi fenitoin. Adanya obat lain di dalam usus
juga dapat mengubah dan merusak faktor penyerapan obat tersebut. Diketahui juga bahwa
penyerapan tetrasiklin terganggu dengan adanya garam besi serta kation lain seperti kalsium
atau magnesium. Resin penukar anion seperti cholestiramine dapat mengganggu
penyerapan obat, mengingat pada saat yang sama seperti warfarin.
Sering dinyatakan bahwa makanan yang ada di dalam lambung akan merusak penyerapan
obat, tetapi tidak ada pola yang konsisten dalam efek ini. Penyerapan beberapa obat seperti
propanolol dapat ditingkatkan jika berinteraksi dengan makanan. Beberapa faktor pasien
yang paling penting yang dapat mempengaruhi penyerapan obat adalah pada waktu
pengosongan lambung. Jika pengosongan lambung berjalan lambat, maka penyerapan obat
senyawa asam di dalam perut dapat ditingkatkan.
Pada umumnya, faktor perlambatan pengosongan lambung akan cenderung untuk
memperlambat tingkat dimana obat diserap tetapi biasanya tidak akan mengurangi jumlah
obat yang diserap.
D. MEKANISME OBAT
Mekanisme obat meliputi 3 fase yaitu fase farmasetik, fase farmakokinetik, dan fase
farmakodinamik.
1. Fase Farmasetik
Pada fase farmasetik ini sediaan yang sering dipakai adalah sediaan padat atau cair. Untuk
dapat diabsorpsikan harus dapat melarutkan dalam tempat absorpsinya. Jadi obat bentuk
tablet untuk dapat diabsorpsikan harus mengalami proses-proses seperti pecah
(terdegradasi) menjadi granul, lalu granul-granul terpecahkan menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil, berikutnya terjadi pelepasan zat aktif dari zat pembawa (tambahan), berikutnya
zat aktif terdisolusi (larut) dan diabsorpsi.
11
Sediaan obat yang cepat larut, secara teoritis akan lebih cepat diabsorpsi dan cepat
menimbulkan relative. Urutan kecepatan melarutkan atau kecepatan absorsi dari beberapa
sediaan obat adalah sebagai berikut.
LARUTAN > SUSPENSI > SERBUK > KAPSUL >TABLET > TABLET SALUT.
2. Fase Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi (ADME) obat dari dalam tubuh. Atau mempelajari pengaruh tubuh terhadapa obat.
a. Absorpsi
Absorpsi obat merupakan proses penyerapan obat dari tempat
pemberian,menyangkut jumlah obat dalam prosentase dari dosis yang ditransfer
dari tempatpemberian ke sirkulasi sistemik, dalam bentuk utuh atau
metabolitnya. Untuk dapatmenimbulkan efek famakologis yang diinginkan, obat
harus dapat diabsorpsi denganbaik. Tergantung dari tujuan, sifat obat dan kondisi
penderita, pemberian obat dapatdilakukan melalui berbagai cara, diantara nya adalah
per oral dan parenteral.
Macam-macam absorpsi :
- Difusi pasif
Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Bersifat spontan, non selektif, bergantung pada konsentarasi, proses ini akan berhenti
pada saat konsentrasi yang dicapai telah sama.Sebagian besar obat masuk kedalam
tubuh dengan mekanisme ini.
12
- Transpor aktif
Cara masuk obat ini melibatkan protein-protein karier terutama yang terentang pada
membran sel. Transpor aktif mampu membawa obat melawan suatu concentration-
gradient, yaitu dari bagian yang konsentrasi rendah ke bagian yang konsentrasinya
tinggi. Pada proses menunjukkan titik jenuh suatu kecepatan maksimum pada kadar
substrat yang tinggi ketika ikatan ke enzim tersebut sudah maksimal. Transport aktif
dengan carrier ini memerlukan energi dan ini diperoleh dari hasil hidrolisa ATPase. 1
ATP → ADP + Energi Obat + carrier → kompleks Obat-Carrier → bergerak melintasi
membrane menggunakan energi ATP → di bagian dalam membrane obat dilepas,
carrier kembali ke permukaan luar membran.
- Pinositas
Pinositosis adalah asupan aktif tetesan cairan ekstraselular bersama dengan partikel
kecil. Pinositosis adalah peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan
membentuk lekukan-lekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi
protein dan ion tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di
dalam sel. Proses pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron. Mekanisme
pinositas :
13
a. Molekul-molekul medium kultur mendekati membran sitoplasma.
b. Molekul-molekul mulai melekat (menempel) pada plasma, hal ini terjadi karena
adanya konsentrasi yang sesuai antara protein dan ion tertentu pada medium
sekeliling sel dengan di dalam sel.
c. Mulai terbentuk invaginasi pada membran sitoplasma.
d. Invaginasi semakin ke dalam sitoplasma.
e. Terbentuk kantong dalam sitoplasma dan saluran pinositik.
f. Kantong mulai lepas dari membran plasma dan membentuk
gelembunggelembung kantong.
g. Gelembung-gelembung kantong mulai mempersiapkan diri untuk melakukan
fragmentasi.
h. Gelembung pecah menjadi gelembung yang lebih kecil
- Fagositosis
Fagositosis adalah proses yang digunakan oleh sel untuk menelan dan kemudian
mencerna partikel nutrisi atau bakteri. Proses ini adalah bagian yang sangat penting
dari fungsi sel, sehingga sel-sel untuk mengambil nutrisi penting dan memungkinkan
tubuh untuk melindungi diri dari bakteri berbahaya. Sebuah sel yang mengkhususkan
diri dalam proses ini dikenal sebagai fagosit. Ini adalah salah satu di antara keluarga
proses kolektif mengacu pada istilah selimut “endositosis,” yang mengacu pada setiap
jenis konsumsi material oleh sel. Sebaliknya adalah eksositosis, pengusiran bahan yang
tidak diinginkan dari sel.
14
Dalam proses ini, sel mengalami deformasi membran untuk membentuk kerucut kecil
di sekitar bagian dari materi yang akan diserap, dan kemudian menutup sisi kerucut,
memeluk partikel dalam membran sel untuk menciptakan apa yang dikenal sebagai
fagosom atau vakuola makanan, seperti amplop kecil bahan yang dikelilingi oleh
membran sel.
Fagosom, pada gilirannya, dilewatkan ke dalam sel untuk penyerapan oleh lisosom,
struktur sel yang mengkhususkan diri dalam mencerna bahan-bahan yang masuk ke
dalam sel. Lisosom memecah fagosom ke dalam bahan komponen, melewati senyawa
yang berguna pada struktur lain dalam sel dan mengusir sisanya sebagai bahan
limbah. Dalam kasus beberapa bahan infeksius atau berbahaya, fagosom dapat
memasukkan Peroksisom, struktur sel khusus yang membantu untuk membersihkan
tubuh dari racun.
Pada organisme uniseluler, fagositosis adalah fungsi penting, tanpa itu, organisme
tidak akan bertahan. Beberapa organisme ini telah beradaptasi sifat khusus yang
memungkinkan mereka untuk melacak makanan, mengorientasikan diri ke arah
partikel berguna yang mereka dapat menelannya. Pada organisme multiseluler,
cenderung menjadi proses yang lebih pasif, tetapi masih penting untuk kelangsungan
hidup sel-sel individual, memastikan bahwa mereka mendapatkan nutrisi yang mereka
butuhkan untuk berfungsi.
15
Sel sistem kekebalan tubuh juga melakukan fagositosis, menjebak bahan berbahaya
ketika mereka masuk ke dalam tubuh dan menghancurkan mereka sehingga mereka
tidak dapat menyebabkan kerusakan. Dalam beberapa kasus, tubuh dapat merespon
dengan peradangan, seperti banjir sel sistem kekebalan yang bergegas ke lokasi untuk
menangani penyusup yang tidak diinginkan. Ketika sistem kekebalan tubuh tidak bisa
lagi mengatasi dengan bahan berbahaya, atau ketika bahan-bahan ini menolak proses
pencernaan, konsekuensi bagi tubuh inang bisa sangat tidak menyenangkan.
b. Distribusi
Adalah penyebaran obat dari pembulu darah kejaringan atau tempat kerjanya. Kecepatan
distribusi di pengaruhi oleh permeabilitas membrane kapiler terhadap molekul obat.
Karena membran kapiler kebanyakan terdiri dari lemak, obat yang mudah larut dalam
lemak juga akan mudah terdistribusi. Faktor lain yang mempengaruhi distribusi adalah
fungsi kardiovaskuler, ikatan obat dengan protein plasma, dan adanya hambatan fisiologi
tertentu. Volume distribusi obat adalah suatu volume cairan, yang secara hifotesis,
tempat obat tersebar didalamnya.
c. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi ialah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan
biologi yang dikatalisis oleh enzim menjadi metabolitnya.Proses metabolisme mengubah
obat-obat lipofilik mejadi produk yang bersifat lebih polar dan mudah diekresi. Lokasi
utama pada proses metabolisme adalah hati tetapi pada obat-obat tertentu dapat
mengalami biotransformasi dalam jaringan lain seperti pada ginjal dan usus. Beberapa
obat yang pada awalnya berbentuk senyawa tidak aktif harus dimetabolisme menjadi
bentuk aktif.
E. PENERAPAN ABSORBSI
a. Farmakokinetika Klinik Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat sintesis protein
mikroba. Untuk kehidupannya, selmikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis
protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom
terdiri atas atas dua sub-unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai
ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan
bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.
16
Golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan
oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari klortetrasiklin, tetapi juga
dapat diperoleh dari species Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin
juga termasuk antibiotic golongan tetrasiklin.
b. Mekanisme kerja
Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya . Paling sedikit
terjadi 2proses dalam masuknya antibiotic kedalam ribosom bakteri gram negative, pertama
yang disebut difusi pasif melalui kanalhidrofilik, kedua ialah system transport aktif.Setelah
masuk maka antibiotic berikatan dengan ribosom 30S dengan menghalangi masuknya RNA-
asam amino pada lokasi asam amino.
c. Efek Antimikroba
Pada umum nya spectrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanisme nya sama),namun
terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing drivat terhadap kuman tertentu.
Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin
termasuk antibiotic yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan
menghambat sintesis protein kuman.
d. Absorbsi
Sekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Doksisiklin dan minosiklin diserap
lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambungdanusushalus.Adanya
makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin.
Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu
kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid,
garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum.
Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Absorpsi obat merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut
jumlah obat dalam prosentase dari dosis yang ditransfer dari tempat pemberian kesirkulasi
sistemik, dalam bentuk utuh atau metabolitnya. Untuk dapat menimbulkan efek famakologis
yang diinginkan, obat harus dapat diabsorpsi dengan baik. Tergantung dari tujuan, sifat obat
dan kondisi penderita, pemberian obat dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya
adalah per oral dan parenteral.
Macam-macamabsorpsi :
1. Difusi pasif
Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Bersifat
spontan, non selektif, bergantung pada konsentarasi, proses ini akan berhenti pada saat
konsentrasi yang dicapai telah sama.
2. Transporaktif
Cara masuk obat ini melibatkan protein-protein karier terutama yang terentang pada
membran sel. Transpor aktif mampu membawa obat melawan suatu concentration-gradient,
yaitu dari bagian yang konsentrasi rendah kebagian yang konsentrasinya tinggi.
Obat + carrier → kompleks Obat - Carrier → bergerak melintasi membrane menggunakan
energi ATP → di bagian dalam membrane obat dilepas, carrier kembali kepermukaan luar
membran.
3. Pinositas
Pinositosis adalah asupan aktif tetesan cairan ekstraselular bersama dengan partikel kecil.
Pinositosis adalah peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan membentuk
lekukan-lekukan membran sel.
4. Fagositosis
Fagositosis adalah proses yang digunakan oleh sel untuk menelan dan kemudian mencerna
partikel nutrisi atau bakteri. Proses ini adalah bagian yang sangat penting dari fungsi sel,
sehingga sel-sel untuk mengambil nutrisi penting dan memungkinkan tubuh untuk
melindungi diri dari bakteri berbahaya.
18
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Nama : Yuni Sulitia Dewi
Pertanyaan : Perbedaan absorbsi obat herbal dan sintesis?
Jawab : semua absorbsi keduanya sama, tetapi untuk efek yang dihasilkan lebih
cepat sintesis karena sudah dilakukan pengujian secara pra klinis dan uji klinis, sedangkan
untuk obat tradisional belum melalui uji pra klinis maupun klinis hanya melalui empiris, dan
kandungan dalam obat herbal bukan hanya satu.
Nama : Fadlilatunnisa
Pertanyaan : 1. dalam keadaan seperti apa obat tidak bisa diabsorbsi dalam tubuh
2. apakah obat melalui injeksi juga mengalami absorbsi ?
Jawab : 1. obat tidak bisa diabsorbsi dalam tubuh ketika konsentrasi lemak dan air
tidak seimbang.
2. Semua obat mengalami absorbs, tapi yang melalui injeksi langsung
kepembuluh darah.
19
DAFTAR PUSTAKA
20