Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTROENTERITIS (DIARE) DI RSUD WAINGAPU

A. DEFINISI

Diare adalah keenceran dan frekuensi feses diare dapat terjadi akibat adanya zat
terlalu yang tidak dapat diserap dalam feses.( arif mutakkim dan Kumala S. 2011 )

Diare jug merupakan penyakit yamg ditandai dengan perubahan bentuk konsentrasi
tinja yang melembek sampai dengan cair dengan frekuensi lebih dari lima kali sehari
Diare dapat merupakan penyakit yang sangat akut dan berbahaya karena sering dapat
mengakibatkan kematian bila terlambat penanganannya. ( pudiastuti, 2011 )

B. KLASIFIKASI DIARE

Beberapa klasifikasi diare antaralain :

a. Rendle Short (1961) membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidaknya
infeksi.

Gastrointritis (diare dan muntah) di klasifiksikan menurut 2 golongan :

1. Diare infeksi spesifik tifus abdomen dan paratifus, disentri basil (shigella),
anterokolitis stafilokok.
2. diare non-spesifik diare dietetik.

Disamping itu Klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang terkena infeksi :

 diare infeksi interal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus dan parasit)
 diare infeksi parenteral atau diare karna infeksi di luar usus (otitis media, infeksi
saluran pernafasan infeksi saluran urin dan lainnya).

C. ETIOLOGI

penyebab diare yaitu :

a) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak beberapa jenis penyebab
diare akut .

 Rotavirus serotype 1,2,8,dan 9 pada manusia serotype 3 dan 4 didapati pada


hewan dan manusia dan serotype 5,6,dan 7 didapati hanya pada hewan.
 Norwalk virus terdapat pqda semua usia,umumnya akibat food borne atau
water borne transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.
 Astrivirus, didapati pada anak dan dewasa.
 Adenovirus (typt 40, 41).
 Small bowel stuctured virus.
 Cytomegalovirus.
b) Bakteri
 Enterotoxigenic E Coli (ETEC) mempunyai 2 faktor virulensi yang penting
yaitu faktot kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit
pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile ( ST)
yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery
diarrhea ETEC tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi
mukosa.
 Enterophatogenic E coli (EPEC) mekanisme terjadinya diare belum jelas
didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan
dari membrane mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan
ktifitas disakaridase.
 Enteroaggregative E coli (EaggEC) bakteri ini melekat kuat pada mukosa
usus halus dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas bagaimana
mekanisme timbulnya diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin
memegang peranan.
 Enteroinvasive E coli (EIEC)secara serologi dan biokimia mirip dengan
shigella seperti shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam
sel epitel kolon.
 Enterohemorrhagic E coli (EHEC) EHEC memproduksi veroscytotoxin
(VT) 1 dan 2 yang disebut juga shiga-like toxin yang menimbulkan edema
dan perdarahan diffuse di kolon pada anak sering berlanjut menjadi
hemolytic-uremic syndrome.
 Vibrio cholerae 01 dan V cholerae 0139 air air atau makanan yang
terkontaminasi oleh bakteri ini akan menularkan kolera penularan melalui
person to person jarang terjadi.
c) protozoa
 Giardia lamblia parasit ini menginfeksi usus halus mekanisme patogenesis
masih belum jelas, tapi di percaya mempengaruhi absorbsi dan metabolisme
asam empedu transmisi melalui fecal-oral route interaksi host-parasite di
pengaruhi oeh umur,status nutrisi endemisitas, dan status imun didaerah
dengan endemisitas yang tinggi, giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik,
diare persisten dengan atau tanpa malabsorbsi Didaerah dengan endemisitas
rendah, dapat terjadi wabah dalam 5-8 hari setalah terpapar dengan
manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrirk dan anoreksia
kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools, nyeri perut dan
kembung.
 Entamoeba histolytica prevalensi disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia insidennya meningkat dengan bertambahnya
umur dan terutama pada anak laki-laki dewasa kira-kira 90% infeksi
asimtomatik yang disebabkan oleh E hyistolitica non patogenik ( E dispar)
amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten
sampai disentri yang fulminant.
 Cyptosporidium
Merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat dan resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik :
- Microporidium spp
- Isospora belli
- Cyslopora cayatanensis
D. PATOFISIOLOGI
Fungsi utama dari saluran cerna adalah menyiapkan makanan untuk keperluan hidup
sel, pembatasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa makanan yang
tidk di cerna fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi pencernaan yang
majemuk akivitas pencernaan itu dapat berupa :
1. poses masuknya makanan dari mulut ke dalam usus.
2. proses pengunyahan (mastication) menghaluskan makanan secara
mengunyah dan mencampur dengan enzim-enzim di rongga mulut.
3. proses penelanan makanan (diglution) gerakan makanan dari mulut ke
gaster.
4. pencernaan (digestion) penghancuran makanan secara mekanik,
percampuran dan hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim.
5. peneyrapan makanan (absorption) perjalanan molekul makanan melalui
selaput lendir usus kedalam sirkulasi darah dan limfe.
6. peristaltik gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi
sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal.
7. berak (defecation) pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.

Dalam keadaan normal dimana saluran pencernan berfungsi efektif akan


menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air
sebanyak 60-80% dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif
gerakan bidireksional transmukosal atayu longtudinal intraluminal bersama
elektrolit dan zat-zat padat lainnya yang memiliki sifat akif osmotik cairan yang
berada dalam saluran gastrointetinal terdiri dari cairan yang masuk secara
peroral,saliva, sekresi lambung, empedu, sekresi pankreas serta sekresi usus
halus cairan tersubut di serap usus halus dan selanjutnya usus besar menyerap
kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang lebih 50-100 gr sebagai tinja

Motilitas usus halus mempunyai fungsi untuk :

 Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum


 Mencampur khim dengan enzim pankreas dan empedu
 Mencegah bakteri untuk berkembang biak

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis diare yaitu

a. Sering BAB dengan konsisten tinja cair atau encer.


b. Kram perut.
c. Demam.
d. Mual.
e. Muntah.
f. Kembung.
g. Anoreksia.
h. Lemah.
i. Pucat.
j. Urin output menurun.
k. Turgor kulit menurun sampai jelek.
l. Ubun-ubun atau fentonela cekung.
m. Kelopak mata cekung.
n. Membrane mukosa kering.

Manifestasi klinis diare

 Diare akut karena infeksi dapat di sertai muntah atau demam nyeri perut atau
kejang perut.
 Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang
adkuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan dibadan yang
mengakibatkan renjatan hipovelemik atau karena gangguan biokimiawi berupa
asidosis metabolik yang lanjut karena kehilangan cairan, seseorang merasa haus,
berat badan berkurang mata menjadi cekung lidah kering, tulang pipi
menonjol,turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak keluhan dan gejala ini
disebabkan deplesi air yang isotonik.
 Karena kehilangan bikarbonas perbandingan bikarbonas berkurang yang
mengakibatkan penurunan Ph darah penurunan ini akan mrangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (kusmaul)
reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar ph dapat
naik kembali normal.
 Gangguan kardiovaskuler pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat tekanan darah menurun sampai tidak
terukur.
 Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan
timbul anuria bila keadaan ini ntidak segera di atasi akan timbul penyulit berupa
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti pada saat itu kita mengalami gagal
ginjal akut bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berats akan terjadi
kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam
sirkulasi paru-paru.
 Tanta-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah dan
cengeng suhu btubuh meninggkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada
kemudian timbul diare tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan
lendir ataupun darah warna tinja lama-kelamaan akan berubah menjadi kehijau-
hijauan karena tercampur dengan empedu.

F. KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan
cairan secara mendadak sehingga terjadi shock,hipovolemik yang cepat.kehilangan
elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.
Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok
hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat di atasi lagi maka dapat timbul Tubular
Nekrosis akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Koplikasi ini dapat juga terjadi bila pennganan pemberian cairan tidak adekuat
sehingga tiidak tercapai dehidrasi yang optimal
Haemolityc uremic syndrome (HUS) adalah komplikasi yang di sebabkan terbanyak
oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Resiko HUS akan meningkat setelah infeksi
EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi penggunaan antibiotik untuk
terjadinya HUS masih kontroversi.
Sindrom Guillain – Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah
merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khusunya setelah infeksi C
jejuni dari pasien dengan Guillain – barre, 20-40% nya menderita infeksi C. Jejuni
beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita kelemahan motorik dan
memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan otot pernafasan.mekanisme dimana
infeksi menyebabkan sindrom Guillain-Barre tetap belum diketahui..
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah diare karena
Campylobakter,Shigella,salmonella, atau yersenia spp
Menurut SPM Kesehatan Anak IDAI (2004) dan SPM Kesehatan anak RSUD
wates (2001), komplikasi diare yaitu:
 Kehilangan air dan elektrolit: dehidrasi, asidosis metabolic.
 Syok.
 Kejang.
 Sepsia.
 Gagal ginjal akut.
 Ileus paralitik.
 Malnutrisi.
 Gangguan tumbuh kembang.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah sebagai berikut:
1. Leukosit feses (Stool Leukocytes): merupakan pemeriksaan awal terhadap diare
kronik.leukosit dalam feses menunjukan adanya inflamasi intestinal.kultur
bakteri dan pemeriksaan parasit didindikasikan untuk menentukan adanya
infeksi.
2. Volume feses : jika cairan diare tidak terdapat leukosit atau eritrosit, infeksie
enteric atau inflamasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. tidak
terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau imfalasi sedikit
kemungkinannya sebagai penyebab diare.
3. Mengukur berat dan kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam mengkonfirmasikan
adanya diare. Berat lebih dari 1000-1500 gr mengesankan proses sektori.jika
fecal fat lebih dari 10g24h menunjukan proses malabsorbtif
4. Lemak feses: sekresi lemak feses harian <6g per hari. Untuk mendapatkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange
per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah positif. Lemak Feses :
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu steatore, lemak
feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak merak orange per ½ lapang
pandang dari sample noda sudan adalah positif.
5. Pemeriksaan darah: pada diare inflamasi leukositosis, LEDyang meningkat dan
hipoproteinemia.Albumin dan globulin rendah akan mengesankan suatu protein
losing enteropathy akibat inflamsi intestinal. Skring awal CBC protrombin time,
kalsium dan karotin akan menunjukan abnormalitas absorbsi.
6. Tes laboratorium lainnya: pada pasien yang di duga sekretori maka dapat
diperiksa seperti serum VIP (Vipoma), gastrin (zollinger-Ellison Syndrome)
7. Diare facttia: phenolphatalein laxatives dapat dideteksi dengan alkalinisasi feses
dengan NaOH yang akan berubah warna menjadi merah.

Pemeriksaan Penunjang Lain


1. Biopsi Usus Halus
Biopsi usus halus diindikasikan pada. (a) pasien dengan diare yang tidak dapat
dijelaskan atau steatore, (b) anemia defisiensi Fe yang tidak dapat dijelaskan
yang mungkin menggambarkan absorbsi Fe yang buruk pada celiac spure dan
(c) osteoporosis idiopatik yang menggambarkan defisiensi terisolasi terhadap
absorbsi kalsium.
2. Enteroskopi Usus Halus
Memerlukan ketrampilan khusus yang dapat membantu mengidentifikasi lesi
pada usus halus.
3. Protosigmoidoskopi dengan Biopsi Mukosa
Pemeriksaan ini dapat membantu dalam mendeteksi IBD termasuk colitus
mikroskopik, melanosis coli dan indikasi penggunaan kronis anthraguinone
laksatif.
4. Rangkaian Pemeriksaan Usus Halus
Pemeriksaan yang optimal diperlukan bagi klinisi untuk mengetahui segala
sesuatu yang terjadi di abdomen. Radiologis dapat melakukan flouroskopi dalam
memeriksa keseluruhan bagian usus halus atau enteroclysis yang dapat
menjelaskan dalam 6 jam pemeriksaan dengan interval 30 menit. Tube
dimasukkan ke usus halus melewati ligamentum treitz, kemudian diinjeksikan
suspensi barium melalui tube dan sesudah itu 1-2 liter 0,5% metil selulosa
diinjeksikan.
5. Imaging
Penyebab diare dapat secara tepat dan jelas melalui pemeriksaan imaging jika
diindikasikan. Klasifikasi pada radiografi plain abdominal dapat
mengkonfirmasi pankreatitis kronis. Studi Seri Gastrointestinal atas atau
enterokolosis dapat membantu dalam mengevaluasi IBD. Endoskopi dengan
biopsy usus halus berguna pada pasien AIDS, Cryptosporidium, Mccrosporida,
Infeksi M Avium Intraseluler. CT Abdopminal dapat menolong dalam
mendeteksi pankretitis kronis atau endokrin pancreas.
6. Beberapa Tes Untuk Mal Absorbsi (Daldiyono, 1990 cit Sutadi, 2003)
a. Tes Untuk Menilai Abnormalitas Mukosa
1) The d-xylose absoption test : Absorbsi xylose tidak lengkap
dimetabolisme di usus halus bagian proksimal, abnormalitas ini ditandai
jika eksresi pada ginjal rendah kurang dari 4 gram urine setelah
pemberian 25 gr dosis oral. False positif terjadi pada renal insufisiesi,
hipertensi portal dan pengunaan NSAID.
2) Breath Hidrogen Test : hidrogen dihasilkan dari fermentasi bakteri dari
karbohidrat, dimana akan meningkat pada pertumbuhan bakteri dan
intolerans laktosa. Hidrogen Bearth Test akan mencapai puncaknya 2
jam setelah pertumbuhan bakteri dan 3-6 jam pada pasien dengan
defisiensi lactase atau insufisiensi pancreas. Membedakan defisiensi
lactase dan insufisiensi pancreas, pemberian enzim pancreas akan
menurunkan Breath hydrogen.
b. Test Menilai Fungsi Pancreas
1) Schiling test : protease pancreas dari ikatan R-protein diperlukan untuk
pembelahan B12 sebelum bergabung dengan faktor intrinsic dimana
pada insufisiensi pancreas berat akan menurunkan absorbsi B12.label
yang digunakan adalah Cobalamin (CO) dengan isotop yang berbeda.
CO ini mengikat R protein dan faktor intrinsic. Pada insufisiensi
pancreas CO tidak diabsorbsi.
2) Test Stimulasi Pancreas : pancreas dapat distimulasi dengan CCK
intravena atau sekretin atau makanan yang mengadung lemak, protein,
dan karbohidrat. Cairan pancreas diaspirasi melalui keteter dari
duodenum sebagai bikarbonat atau enzim pancreas spesifik. Tidak ada
peningkatan bikarbonat atau enzim pancreas setelah distimulasi
menunjukkan insufisiensi pancreas.
c. Test Menilai Pertumbuhan Bakteri
Kultur bakteri kuantitatif : dilakukan intubasi pada duodenum atau jejunum
proksimal kemudian diinjeksikan NaCl steril kedalam lumen kemudian
diaspirasi.
Terdapat >105 bakteri/ml menunjukkan pertumbuhan bakteri.
H. PENCEGAHAN DIARE
Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah : (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
1. Perilaku Sehat
a. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara
optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi
sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa
ini. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan
atau makanan lain atau tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti
ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6
bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditanbah
dengan makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai kasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh
mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada
pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal susu bayi yang
disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab botol untuk susu formula,
beresiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan terjadinya
gizi buruk.
b. Makanan Pendamping Asi
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makananan
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
bagaimana makanan pendamping ASI diberikan ada beberapa saran untuk
meningkatkan pemberian ASI, yaitu:
1.perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat
teruskan pemberian ASI.
Tambahkan macam-macam makanan stelah anak berumur 9 bulan atau lebih.
Berikan makan lebih sering (4xsehari), stelah anak berumur 1 tahun berikan
semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
2.tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,daging, kacang-
kacangan, buah-buahan dan sayur berwarna hijau kedalam makananannya.
3.cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, suapi anak
dengan sendok yang bersih.
4. masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin
dan panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
c. menggunakan air bersih yang cukup
penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui face-oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk kedalam mulut melalui
makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-
jari tangan,
Masyarakat
c. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup Penularan kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui Face-Oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam
mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-
jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunya
resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang sama sekali
tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan dirumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah :
 Ambil air dari sumber air yang bersih
 Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
 Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak
 Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
 Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup
d. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum
menyiapi makan anak dan sebelum makan mempunyai dampak dalam kejadian diare
(menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%)
e. Menggunakan Jamban pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus
membuang BAB di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
 Keluraga harus mempunyai jamban yang berfungsi baikdan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga
 Bersihkan jamban secara teratur
 Gunakan alas kaki bila akan membuang air besar
f. Membuang tinja bayi yang benar
 Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
 Bantu anak buang air besar ditempat yang bersih
 Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti dalam lubang
atau dikebun kemudian ditimbun
 Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak
terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. .

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
g. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak
terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga
pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah
imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
2. Penyehatan Lingkungan
 Penyediaan air bersih
 Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara
lain adalah diare,kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata dan
berbagai penyakit lainya. maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk
untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
 Pengelolaan sampah
 Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa,dan sebagainya.
 Sarana pembuangan air limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana
pembuaqngan limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau,
mengganggu estetikadan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan
bersarangnya tikus, kondisi ini dapar berpotensi menularkan penyakit seperti
leptospirosis, fillariasis untuk daerah yang endemis filaria.
Air limbah baik limbah pabrik harus di kelola sedemikian rupa agar tidak menjadi
sumber penularan penyakit.
I. PENATALAKSANAAN
1. Berikan oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan melalui rumahtangga
dengan memberikan oralit osomolaritas rendah, dan bila tidaka tersedia
beriKAN cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, dan air matang.
Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti
cairan yang hilang. bila pasien tidak bisa minum harus segera dibawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi:
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa drehidrasi bila terdapat 2 tanda dibawah ini atau lebih
 Keadaan umum : baik
 Mata : normal
 Rasa haus: normal,minum biasa
 Turgor kulit: kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb:
 Umur ≤ 1 tahun : 1/4-1/2 gelas setiap kali anak mencret
 Umur 1-4 tahun: ½- 1gelas setiap kali anak mencret
 Umur diatas 5 tahun 1-1/2 setiap kali anak mencret
2 Berikan obat zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible nitric oxide synthase), dimana eksresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare.
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta
menurunkan kekembuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. (black, 2003).
Dosis pemberian zinc pada balita:
 Umur ≤ 6 bulan: ½ tablet (10 mg ) per hari selama 10 hari
 Umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg ) per hari selama 10 hari.
 Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Anda mungkin juga menyukai