TAHUN 2017
Disusun oleh:
Nama : Sydney Mulyaningsih
NIM : C1014063
B. PENYEBAB
Seringnya, dispepsia dikarenakan karena ulkus lambung / penyakit acid reflux.
Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yg terjadi pada saluran cerna
atas dampak proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa,
2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami menurunnya hingga 85%. Beberapa
obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, bisa menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum bisa diketemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci ialah:
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum / ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu & produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, / depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory
11. Perubahan pola makan
12. Pengaruh obat-obatan yg dimakan secara berlebihan & dlm waktu yg lama
13. Alkohol & nikotin rokok
14. Stres
15. Tumor / kanker saluran pencernaan
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin & alkohol serta adanya keadaan kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi minus sehingga lambung kosong, kekosongan lambung bisa membuat dampak
erosi pada lambung dampak gesekan antara dinding-dinding lambung, keadaan
demikian bisa membuat dampak peningkatan produksi HCL yg mau merangsang
terjadinya keadaan asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan
(Price & Wilson. 1994).
E. PATHWAYS
Dispepsia
Hambatan
Nyeri
mobilititas fisik
Ketidakseimbangan Kekurangan
nutrisi kurang dari volume cairan
Nyeri epigastrum
kebutuhan tubuh
b.d iritasi pada
mukosa lambung
F. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu sampai saat ini belum ada regimen pengobatan
yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat
dimengerti karena proses patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan
bahwa sampai 70 % kasus DF responsif terhadap placebo. Obat-obatan yang
diberikan meliputi antacid (menetralkan asam lambung) golongan antikolinergik
(menghambat pengeluaran asam lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya
muntah).
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari dispepsia yaitu luka pada lambung yang dalam atau melebar
tergantung berapa lama lambung terpapar oleh asam lambung dan dapat mengakibatkan
kanker pada lambung (Asma, 2012).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan, selain
pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG,
dan lain-lain.
1) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran
makan. Settidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran
makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
3) Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.
4) USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi
alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada
kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
5) Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
J. INTERVENSI
HARI/ PERENCANAAN
NO TANGGA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
L
1. Senin, 23 Nyeri akut teratasi selama 3 1. Kaji status nyeri 1. Kaji status nyeri
Agustus hari perawatan dengan 2. Observasi TTV 2. Berguna dalam
2010 kriteria evaluasi : 3. berikan kompres hangat pengawasan
1. Klien tidak lagi merasa 4. berikan posisi nyaman kefektifan obat,
adanya nyeri 5. kolaborasi dengan kemajuan
2. Klien tidk lagi tampak pemberian obat analgetik penyembuhan
meringis kesakitan
3. Skla nyeri 0 3. Untuk
mengurangi nyeri
3. Senin, 23 Kekurangan volume cairan 1. Kaji turgor kulit dan 1. Turgor baik,
Agustus ditandai dengan : mukosa bibir mukosa kering
2010 1. mempertahankan 2. Monitor jumlah dan tipe 2. Klien tidak
perubaan keseimbangan masukan cairan mengkomsumsi
cairan cairan sama
2. membran mukosa sekali
lembab mengakibatkan
3. turgor kulit baik. dehidrasi
K. DAFTAR PUSTAKA
Sofro dan Anurogo, 2013. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta : Salemba Medika
Williams & Wilkins, 201. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih.
Edisi: 3. Jakarta: FKUI
Price & Wilson. 1994. Patofisiologi, edisi 4, Jakarta : EGC
.