Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1


angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Guru sangat berperan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru
sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi
dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu
perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan
bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat
tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Syarat kompetensi tersebut ditinjau dari
perspektif administratif, ditunjukkan dengan adanya sertifikat. Namun dalam perspektif
teknologi pendidikan kompetensi tersebut ditunjukkan secara fungsional, yaitu kemampuannya
mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran.

Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan


pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran
serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan:
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber
belajar;
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan
ilmiah;
4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;
6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;
8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan
keterampilan mental (softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso
sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah
peserta didik, dan di mana saja adalah kelas;
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang mencakup


perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan Untuk itu
guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru
mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan,
dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.

Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menyiratkan
bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat
tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi. Syarat kompetensi tersebut ditinjau dari
perspektif administratif, ditunjukkan dengan adanya sertifikat. Namun dalam perspektif
teknologi pendidikan kompetensi tersebut ditunjukkan secara fungsional, yaitu kemampuannya
mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran.

Bertolak dari ketentuan perundangan (PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan), dapat dikatakan bahwa mutu pendidikan nasional dapat terwujud bila ke delapan
standar minimal, yaitu standar isi, standar proses, sandar kompetensi lulusan, standar
pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan dapat dipenuhi. Mengingat bahwa
hakekat teknologi pendidikan adalah proses untuk meningkatkan nilai tambah dalam
pendidikan, maka makalah ini akan lebih banyak menyoroti standar proses. Peningkatan mutu
pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau tidak mau kita harus
mempertimbangkan hasil kajian empirik di negara maju sebagai masukan dalam menentukan
mutu pendidikan, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk
dalam percaturan global. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator
ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan
sumber alam.

Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu
proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi. Para pemimpin negara dan masyarakat
seringkali tidak menyadari bahwa pendidikan yang bermutu menjadi fundamen dari
pembangunan ekonomi. Sumberdaya manusia yang terdidik dengan baik akan mampu
berkarya; karya tersebut menghasilkan produk dan/atau jasa yang dapat dijual dan karena itu
dapat diperoleh penghasilan yang layak; penghasilan dapat dibelanjakan untuk membeli
produk atau jasa lain; dengan pembelajaan penghasilan dan meningkatnya produk dan/atau jasa
maka ekonomi akan berkembang.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tentang Standar Proses Pendidikan


A. Pengertian Standar Proses Pendidikan / Pembelajaran
a. Pengertian Standar
Standar dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 diberi makna kriteria minimal. Standar
berarti batas, patokan, syarat yang harus dicapai dalam proses peningkatan mutu. Batas-batas
itu harus terukur sehingga harus jelas indikatornya.Menurut Douglas (2002:7) yaitu:
1. Standar itu pasti, misalnya dalam standar batas nilai minimal membantu siswa mencapai
target.
2. Standar itu ukuran keahlian atau kompetensi.
3. Standar itu prestasi yang patut dicontoh.
4. Standar itu tantangan. Standar itu hasil kesepakatan.
Ditegaskan pula bahwa dari hasil studi mengenai pendidikan baik dilihat dari perspektif
teoritis maupun politis, Douglas menyatakan bahwa standar adalah efektif. Berkenaan dengan
efektivitas menurut Osborne dan Gaebler (1999) selalu mendatangkan hasil yang lebih baik.
Abin Syamsudin (1999:20) mendefinisikan bahwa efektif pada dasarnya menunjukan ukuran
tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achievements, observed outputs) dengan hasil
yang ditetapkan terlebih dahulu. Berdasarkan itu, maka standar adalah kriteria minimal yang
harus dicapai yang ditetapkan pada saat menyusun perencanaan.
b. Pengertian proses
Proses merupakan kunci untuk menghasilkan mutu; proses ini merupakan usaha
mengkoordinasikan desain dari tiap komponen yang lain. Keluaran bukan hanya mereka yang
lulus satuan pendidikan dan dapat meneruskan ke jenjang perguruan tinggi, melainkan juga
termasuk putus satuan pendidikan, Ukuran kualitas tidak hanya dilakukan oleh satuan
pendidikan melainkan juga oleh pelanggan dan para pemangku kepentingan (stakeholders).
c. Pengertian Pendidikan
Menurut pendapat Deming (Jenkins, 1996) pendidikan merupakan suatu sistem dengan tujuh
komponen yang harus ada dan saling berkaitan. Ke tujuh komponen tersebut adalah:
1. Tujuan (aims);
2. Pelanggan (customers);
3. Persediaan (supplies);
4. Masukan (input);
5. Proses;
6. Keluaran (output); dan
7. Ukuran kualitas (quality measurement).
Demikian menyatakan bahwa tujuan umum pendidikan adalah meningkatkan hal-hal
yang positif, mengurangi hal-hal yang negatif sehingga setiap peserta didik bergairah untuk
belajar. Yang dimaksudkan dengan pelanggan adalah para peserta didik terutama yang menjadi
subyek dalam program wajib belajar, meskipun termasuk pula peserta didik lain seperti
mahapeserta didik dan warga belajar dewasa. Yang dimaksudkan dengan persediaan adalah
anak usia prasatuan pendidikan yang sudah memperoleh pendidikan dari orangtua, media,
gereja (tempat ibadah), dan tempat bermain. Masukan meliputi di antaranya peraturan,
anggaran, kurikulum, dan kebutuhan akan tenaga kerja.
d. Pengertian Standar proses
Standar proses adalah Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar kompetensi lulusan .

Anda mungkin juga menyukai