Anda di halaman 1dari 32

KASUS 1

Subjektif Pasien laki-laki 63 tahun. Masuk gawat darurat sehari sebelumnya karena

peningkatan nyeri abdominal. Ini adalah hari ke dua pasca laparotomy untuk

reseksi anterior (anastomosis). Ada perubahan kebiasaan buang air besar. Tidak

ada riwayat penyakit sebelumnya. Pasien tinggal di rumah pribadi bersama istri,

baru saja pensiun dan mandiri dalam aktivitas sehari-harinya. Pasien bermain

golf 3 kali seminggu, merokok 5 batang sehari. Pagi ini pasien mengalami

desaturasi akut. Pasien batuk efektif dan basah tanpa ekspektorasi. Selain itu,

kondisi pasien stabil, namun belum turun dari tempat tidur.

Objektif Ventilasi 4 Liter O2 melalui kanula nasalis; SpO2 90%. Rontgen paru basal

kanan kolaps. Analisa gas darah tidak diperiksa

Frekuensi pernapasan 12 kali semenit. Temperatur 37,4oC.

Tekanan darah 130/60 mmHg

Glasgow Comma Scale E4 V5 M6. Masih menggunakan morfin

Skor nyeri VAS 2/10 saat istirahat; 4/10 pada saat bergerak/batuk

Posisi pasien slumped di tempat tidur, dapat berbicara bebas

Auskultasi: suara napas terdapat crackles pada basal kanan pada akhir

inspirasi

Palpasi: berkurangnya ekspansi basal kanan, tidak terpalpasi sekresi

Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan laparotomy?

2. Apa yang dimaksud dengan SpO2 90%?

3. Apa yang dimaksud dengan batuk tanpa ekspektorasi?

4. Apa yang dimaksud dengan desaturase akut?


5. Apa yang dimaksud dengan Glasgow Comma Scale E4 V5 M6?

6. Menurut pengetahuan anda, mengapa pasien masih belum bisa turun

dari tempat tidur?

KASUS 2

Subjektif Pasien adalah perempuan karyawan berusia 34 tahun. Pasien mengalami sakit

kepala yang bersifat hilang timbul pada sisi kiri. Pasien mengalami peningkatan

nyeri pada sendi temporomandibular kiri. Nyeri terasa pada malam hari, saat

istirahat, dan saat membuka mulut atau mengunyah. Nyeri bertambah pada saat

menggigit apel besar dan mengunyah makanan yang keras atau liat. Walaupun

berkurang, nyeri tetap terasa saat beristirahat. Minum dan makan es mengurangi

nyeri. Pada malam hari pasien terbangun karena nyeri. Menurut suami, pasien

mengertakkan gigi ketika tidur. Nyeri bersifat konstan dan memburuk saat

mengunyah.

VAS nyeri saat istirahat 3/10; saat mengunyah 7/10; saat membuka mulut 9/10

Pasien pernah mengalami apendektomi dan mengalami stress pada pekerjaan.

Sekarang ini pasien mengkonsumsi obat sedative karena stress pada pekerjaan.

Pasien paham bahwa diperlukan beberapa waktu untuk dapat sembuh.

Objektif Temperature kulit normal. TMJ kiri nyeri pada saat palpasi

Gerak dan suara klik saat gerak TMJ dapat terpalpasi dengan jari telunjuk pada

kanalis auditorius dan membuka mulut. Tidak ada tanda dislokasi TMJ saat

dibandingkan kiri dan kanan.

Otot pterygoideus eksterna terasa tegang dan nyeri saat membuka mulut (palpasi

dilakukan dari dalam mulut).


Membuka mulut terbatas; hanya dapat memasukkan dua jari tangan. Gerak

mandibular asimetris dengan gerakan mengayun ke kiri saat membuka mulut.

Pertanyaan 1. Menurut pengetahuan anda, disebut apakah kondisi yang dialami

pasien? Jelaskan jawaban anda

2. Mengapa pasien mengalami sakit kepala? Jelaskan jawaban anda

3. Apa yang dimaksud dengan obat sedative? Obat apa sajakah yang

termasuk golongan obat sedative?

KASUS 3

Subjektif Pasien adalah laki-laki usia 29 tahun yang bekerja di Help Desk Departemen

Teknologi Informasi. Pasien mengeluhkan nyeri sakit kepala dan cervical yang

muncul secara bertahan selama 3 minggu terakhir. Pasien tidak dapat mengingat

pencetus awalnya. Sakit kepala menjadi semakin sering (sekarang muncul

setiap hari) dan bertahan lebih lama (hingga 3 jam). Rasa sakit menjalar (tidak

berdenyut) dari belakang occiput hingga area frontal kanan. Pasien juga

mengeluhkan kekakuan seperti nyeri pada sisi kanan spina cervical. Nyeri leher

dan sakit kepala nampaknya berhubungan.


10 tahun lalu pasien mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan nyeri

cervical selama sekitar 3 minggu. Tidak ada masalah setelah itu. Nyeri

bertambah setelah bekerja lama di depan computer (lebih dari 2 jam) dan

memundurkan mobil. Nyeri berkurang bila mengkonsumsi analgesic. Tidur

malam tidak terganggu. Pasien sehat, tidak ada masalah berat badan. Tidak ada

keluhan pusing, nausea atau muntah. Pasien mengkonsumsi antidepresan

selama 3 bulan terakhir.

Indeks Ketidakmampuan Leher 14 % disabilitas. Nyeri VAS pada saat bekerja

di depan computer lebih dari 2 jam 6/10.


Objektif Postur forward head dengan duduk slouched.

Palpasi: Terdapat hipomobilitas sendi cervical atas kanan, dan menghasilkan

reproduksi nyeri cervical local. Terdapat peningkatan tonus otot upper

trapezius kanan dan levator scapulae kanan.

Gerak aktif: rotasi cervical kanan 60o dengan sedikit kekakuan leher. Rotasi

cervical kiri 75-80o. Retraksi cervical terbatas, terasa kaku.

Terdapat penurunan kekuatan dan daya tahan pada otot fleksor leher cervical

saat dilakukan pemeriksaan fleksi craniocervical.

Tes neurodinamis ekstremitas atas: pada 90o abduksi bahu dan eksorotasi

penuh, siku kanan ekstensi 40o dan kiri 30o terjadi nyeri leher local, berkurang

pada lateral fleksi cervical ke arah kanan.

Tidak dilakukan pemeriksaan konduksi saraf.

Pertanyaan 1. Menurut pengetahuan anda, apakah kondisi yang dialami pasien?

Jelaskan jawaban anda

2. Apa yang dimaksud dengan analgesic? Obat apa saja yang termasuk

golongan analgesic?

3. Apa yang dimaksud dengan Indeks Ketidakmampuan Leher 14%

disabilitas?

4. Apa yang dimaksud nyeri VAS 6/10?

5. Apa yang dimaksud dengan reproduksi nyeri?

6. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan konduski saraf?

KASUS 4
Subjektif Pasien laki-laki usia 68 tahun masuk ruang gawat darurat karena kolaps di

rumah; ditemukan di taman oleh istrinya dalam keadaan bingung, tidak dapat

berkomunikasi dan baru saja muntah. Nampaknya pasien sudah kolaps selama

beberapa jam. Saat masuk, pasien masih dapat merespon perintah dasar, namun

tidak mengenali stimuli pada sisi kiri.

Pasien tidak merokok, pernah didiagnosa atherosclerosis dan OA lutut bilateral.

Pasien mengkonsumsi simvastatin dan antibiotik dan aspirin.

Objektif Rontgen dada menunjukkan bayangan pada basis kanan.

Pasien menunjukkan kelemahan, berkurangnya tonus, dan berkurangnya refleks

sisi kiri.

Suhu tubuh 38,9oC. Frekuensi pernapasan 10 kali per menit. Saturasi oksigen

94% (menggunakan oksigen 28% dengan masker wajah).

Posisi pasien di bed dengan infus pada ekstremitas atas kanan. Tidak ada usaha

berkomunikasi maupun berpindah posisi.

Palpasi menunjukkan pengurangan ekspansi basal bilateral.

Pada auskultasi terjadi penurunan inspirasi dengan suara napas bronchial pada

lobus basal kanan.

Pertanyaan 1. Menurut pengetahuan anda, apakah kondisi yang dialami pasien?

Jelaskan jawaban anda

2. Apa yang dimaksud dengan atherosclerosis? Adakah hubungan antara

atherosclerosis dengan kondisi yang dialami pasien?

3. Apakah pengaruh dari simvastatin?

4. Apakah pengaruh dari aspirin?


5. Apakah yang dimaksud bayangan pada basis kanan pada hasil rontgen

dada?

KASUS 5

Subjektif Pasien laki-laki berusia 36 tahun adalah seorang arsitek yang datang dengan

prolapsus discus intervertebral dan direncanakan menjalani dekompresi spinal

L4/5 besok pagi. Tujuan operasi adalah untuk mengurangi nyeri dan

membebaskan nervus spinalis dan dura dari penekanan serta kerusakan

neurologis.

Riwayat nyeri pinggang berulang tanpa disertai nyeri tungkai selama beberapa

bulan dengan serangan mendadak. 7 minggu lalu, pasien baru saja pindah

rumah dan beberapa hari kemudian terjadi nyeri pinggang yang menjalar hingga

ke bokong kanan dan akhirnya sampai ke tungkai kanan sampai ke kaki.

Nyeri berkurang pada saat istirahat. Saat ini mulai terasa kebas pada bagian luar

tungkai.

Objektif MRI menunjukkan protrusi pada discus intervertebralis L4/5 pada akar saraf

spinal. Terjadi pergeseran postur ke arah kontralateral (menjauhi sisi nyeri).

Pasien hanya dapat duduk sebentar. Terdapat penurunan sudut Straigthed Leg

Raise pada sisi tungkai yang sakit. Pola jalan abnormal di mana fase menapak

tungkai pada sisi yang sakit.

Pertanyaan 1. Apakah yang dimaksud dengan prolapses discus intervertebral?

2. Apakah yang dimaksud dekompresi spinal?

3. Apakah yang dimaksud dengan protrusi discus intervertebralis L4/5?


4. Apakah pengaruh dari protrusi discus intervertebralis L4/5?

KASUS 6

Subjektif Pasien menjalani kehamilan minggu ke 32 pada kehamilan ke 2. Berusia 27

tahun dan bekerja di Departemen SDM. Pasien berencana bekerja hingga

kehamilan 37 minggu. Beban postural pada pekerjaan—duduk lama di depan

computer dan kelompok belajar dan beban postural di rumah—menyetir untuk

mengantar anaknya ke tempat penitipan anak dan mengurus anak.

Selama 2 bulan terakhir pasien mengalami nyeri pinggang tengah dan pelvis

posterior dengan nyeri pada saat bekerja hingga ke paha, terutama paha kanan.

Tidurnya terganggu karena tidak nyaman di tempat tidur. Lebih sering

berkemih.

Objektif Postur dalam batas normal, dengan pengurangan kurva lordosis. Pada saat

berjalan, pembebanan lebih berat ke kanan.

Terjadi peningkatan sensitifitas nyeri (tenderness) dan spasme otot pada otot

quadratus lumborum dan area sacroiliaca.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

2. Mengapa pasien sering berkemih?

3. Mengapa pasien mengalami gangguan tidur?

KASUS 7
Subjektif Laki-laki berusia 75 tahun datang ke dokter 3 tahun lalu karena kelelahan dan

pemendekan napas yang progresif selama setahun. Kelelahan dan pemendekan

napas memburuk selama 3 tahun terakhir sehingga pasien kesulitan

mengerjakan halaman yang merupakan hobinya. Pasien pernah merokok, dua

kotak sehari dari usia 13-65 tahun. Gall bladernya pernah diangkat pada usia 54

tahun, namun secara keseluruhan pasien sehat.

Objektif Terjadi perubahan patologis pada

konsentrasi jaringan lunak dan lapang paru.

Analisa gas darah pH 7,32; PaCO2 60;

HCO3 30; PaO2 47; SaO2 82.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 8
Subjektif Pasien adalah perempuan berusia 70 tahun. Pasien mengalami pemendekan

napas progresif selama setahun terakhir. Saat ini, bahkan pasien tidak bisa

berjalan lebih dari 2 blok ke balai warga. Pasien tidak bisa mengemudi, tidak

bisa naik turun tangga, dan tidak bisa keluar rumah karena terlalu melelahkan.

Saat ini pasien menggunakan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan

rumah.

Pasien batuk, sekitar satu sendok teh sputum sehari. Pasien dulunya perokok

berat, hingga 2 kotak rokok sehari mulai usia 20 dan baru berhenti sekitar 6

tahun lalu. Pasien menggunakan salbutamol secara tidak teratur.

Objektif pH darah 7,32; PaCO2 60; PaO2 51; HCO3 31

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

2. Apakah alasan pasien mengkonsumsi salbutamol?

KASUS 9

Subjektif Pasien adalah perempuan berusia 20 tahun. Rekan satu timnya menyatakan

bahwa pasien kolaps pada akhir lari 4 x 800 m. Menurut rekannya, ia memang
selalu kambuh. Pasien menjadi keabuan dan mengalami pemendekan napas

hingga tidak bisa bicara selama 5 menit. Biasanya pasien membutuhkan sekitar

25 menit sebelum pulih kembali. Setahu mereka, tidak diperlukan obat atau

penanganan khusus untuk serangan yang dialami pasien.

Objektif

Analisa gas darah pH 7,25; PaCO2 59; HCO3 26; PaO2 60

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 10
Subjektif Pasien laki-laki 75 tahun dengan keluhan nyeri dada kiri yang menjalar ke area

axilla. Ketidaknyamanan di dada dirasakan seperti ada yang duduk di atas

dadanya. Nyeri muncul setelah makan malam, satu jam lalu.

Pasien merokok 4 batang hingga setengah kotak sehari. Tanpa riwayat diabetes,

hipertensi, maupun kolesterol. Pasien mengalami obesitas sedang dan tidak suka

bekerja hingga berkeringat.

Objektif EKG menunjukkan depresi segmen ST pada area precordial.

Nadi 112 kali/menit dalam ritme sinus. Tekanan darah 145/100 mmHg.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

2. Apakah yang dimaksud depresi segmen ST? Apa pengaruhnya

terhadap pasien?

3. Apa artinya nadi 112 kali/menit dalam ritme sinus?

4. Apa artinya tekanan darah 145/100 mmHg?

KASUS 11
Subjektif Pasien adalah perempuan berusia 55 tahun yang masuk ke ruang gawat darurat

karena serangan nyeri abdominal yang intens disertai muntah dan diare. Pasien

menjalani reseksi saluran cerna karena iskemia intestitum. Berat pasien 360 lbs

(obesitas berat)

Sebelumnya, pasien pernah 2 kali mengalami myocardial infark, angina instabil,

dan kegagalan respiratorik akut.

Pada pemeriksaan, pasien nampak mengantuk, tapi mudah dibangunkan. Pasien

bernapas dengan mulut dengan hanya sedikit gerak diafragma dan penurunan

ekspansi costa lateral secara bilateral.

Pasien diinfus (disertai morfin IV).

Objektif Frekuensi pernapasan 8 kali per menit, periode apnea >25 detik.

Pasien mendapatkan asupan oksigen via nasal prongs 3 L per menit dengan

saturasi oksigen 95%.

Denyut nadi 110 kali per menit; tekanan darah 165/86 mmHg, suhu normal.

Batuk kuat, menghasilkan mucus dalam jumlah sedikit kualitas jernih.

Walaupun dipersilakan beraktivitas, namun pasien belum turun dari tempat

tidur selama 3 hari pasca operasi; oleh sebab itu diinstruksikan fisioterapi.

Setelah latihan napas dan ambulasi sejauh 20 kaki, pasien diminta duduk di

kursi. Dalam 5 menit, pasien mengeluhkan serangan sesak napas secara

mendadak, berkeringat, dan tidak enak badan.

Pertanyaan 1. Menurut anda, mengapa pasien diberi infus morfin?

2. Apa yang dimaksud dengan iskemia intestinum?

3. Menurut anda, apa kondisi yang dihadapi pasien?


KASUS 12

Subjektif Pasien perempuan berusia 68 tahun dengan riwayat hipertensi dan diabetes

ditemukan anggota keluarga di samping tempat tidur dalam keadaan tidak bisa

bicara maupun bergerak. Pasien segera dibawa ke ruang gawat darurat,

ditemukan mengalami hemiparesis kanan ringan, lengan dan wajah lebih berat

dibandingkan tungkai, dan aphasia global. Karena waktu serangan tidak

diketahui, pasien dieksklusi sebagai kandidat thrombolysis. Lab rutin dalam

batas normal. CT kepala menunjukkan adanya area hypodense pada area

frontotemporalis. Karena EKG menunjukkan serangan fibrilasi atrial, pasien

dimasukkan ke layanan telemetri. MRI menunjukkan lesi frontotemporalis kiri

yang luas MRA otak menunjukkan penurunan sinyal arteri cerebral tengah kiri,

kemungkinan karena obstruksi lumen. Carotid Doppler ultrasonography

menunjukkan 60% reduksi aliran pada areteri carotis interna.. Transesophageal

echocardiogram menunjukkan pembesaran atrium kanan tanpa gejala

penyumbatan. Pasien mengkonsumsi antikoagulan Coumadin, dan dikeluarkan

dari fasilitas rehabilitasi akut.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

2. Apa yang dimaksud dengan hemiparesis? Mengapa pasien mengalami

hemiparesis?

3. Apa yang dimaksud dengan aphasia global? Mengapa pasien

mengalami aphasia global?


4. Apa yang dimaksud dengan thrombolysis? Apa pengaruh thrombolysis

terhadap pasien?

5. Apa yang dimaksud dengan antikoagulan?

KASUS 13

Subjektif Pasien perempuan usia 34 tahun dengan riwayat migraine dengan sakit kepala

yang memburuk akibat jatuh, hingga terjadi kerobekan kulit kepala. Pasien

merasa mengalami kehilangan kesadaran sesaat. Pasien menjelaskan sakit

kepalanya sebagai unilateral dan berdenyut, serupa dengan migraine yang

sebelumnya ia atasi dengan ibuprofen. Namun sakit kepalanya semakin sulit

dikontrol, dan pasien melaporkan bahwa ibuprofen tidak lagi dapat mengurangi

sakit kepala. Karena insiden terjadi 2 bulan lalu, pasien tidak masuk kerja

selama 7 hari kerja karena sakit kepala; sehingga sekarang pasien cemas, takut

kehilangan pekerjaan. Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan spasme

leher yang menyebabkan nyeri. Pasien dirujuk MRI otak, dan hasilnya normal.

Saat ini sakit kepala terjadi lebih dari 4 kali per bulan, dan pasien memulai terapi

profilaktik bersama terapi migraine akut. Pasien mengkonsumsi nortriptyline

(Pamelor) pada malam hari, dan sumatriptan (Imitrex) bila diperlukan. Pasien

dirujuk ke fisioterapi untuk menangani spasme leher. Pasien membaik setelah

2 bulan terapi.

Pertanyaan 1. Apa yang dimaksud dengan migraine?

2. Apa manfaat ibuprofen, nortriptyline, dan sumatriptan?


3. Menurut anda, apa kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 14

Subjektif Pasien laki-laki 34 tahun memiliki riwayat kardiomiopati mengalami henti

jantung dengan periode panjang tanpa respon dalam waktu yang tidak tertentu.

Pasien diresusitasi dan dipasangi alat bantu hidup dan menjalani transplantasi

jantung (berhasil). Setelah pulih dari pembedahan, pasien nampak kelelahan dan

mengantuk. Pasien menutup mata selama terapi karena “Saya ingin tidur” dalam

suara yang monoton. Pasien membutuhkan stimulasi eksternal dari terapis untuk

tetap sadar dan berkonsentrasi dalam periode singkat. Selain itu, karena

encephalopathy anoksia yang dialaminya akibat henti jantung, pasien

mengalami penurunan memori pendek, dan kehilangan kemampuan

mengerjakan tugas secara spontan. Pasien diberi stimulant, termasuk

methylphenidate, namun hanya terjadi sedikit perbaikan. Sekarang, pasien

diberi venlafaxine dosis tinggi, karena menurut dokter gejala pasien konsisten

dengan gejala depresi; dan terjadi perbaikan kondisi. Berikutnya, donepezil dan

modafinil diberikan untuk meningkatkan tingkat atensi. Setelah itu, pasien

nampak lebih awas dan mampu berkonsentrasi dan terjadi peningkatan

spontanitas dalam menjawab pertanyaan.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda
2. Apa alasan dokter memberi stimulant kepada pasien? Obat apa yang

termasuk dalam golongan stimulant? Apa bahaya dari stimulant?

KASUS 15

Subjektif Pasien perempuan berusia 29 tahun adalah perancang desain grafis. Pasien

datang ke dokter keluarga dengan keluhan “kesulitan menggunakan mouse,

terutama melakukan klik kanan dan klik kiri” ketika sedang menggunakan

perangkat lunak Corel Draw dengan tangan kanan. Nampaknya, tetikus selalu

bergeser ke satu sisi. Dokter merujuk ke fisioterapi untuk menemukan adanya

masalah orthopedic. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan kelemahan neurologis

pada fungsi tangan kanan (flexor halluces longus) dan jari telunjuk (flexor

digitorum longus). Pemeriksaan system sensoris termasuk diskriminasi 2 titik

dan spina cervical normal. Phalen dan Tinel bilateral negative. Tidak ada gejala

thoracic outlet syndrome.

Objektif Pemeriksaan O

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda
KASUS 16

Subjektif Perempuan berusia 27 tahun mengalami nyeri menetap pada leher, bahu dan

lengan setelah cedera sekitar minggu lalu, yang menyebabkan nyeri leher berat

dan ketidakmampuan yang mendorongnya tidak masuk kerja sejak cedera.

Pasien mengeluhkan rasa kebas pada lengan bilateral, pusing, pandangan ganda,

sakit kepala, hilang keseimbangan dan vertigo. Pasien mengalami

ketidaknyamanan pada sendi temporomandibular dan berat badannya turun 4 kg

karena hilangnya selera makan. Ia pernah menjalani rawat jalan fisioterapi di

rumah sakit lain. MRI Cervical tidak menunjukkan adanya herniasi discus. CT

Scan menunjukkan fraktur minor pada C6. Rontgen polos pada cervical

menunjukkan adanya deformitas kifotik. 12 minggu setelah cedera, menurut

kolega ana, keluhan pasien lebih bersifat psikosomatik dan pasien hanya

mencari alasan cuti. Klasifikasi hasil pemeriksaan adalah grade 2 Quebec Task

Force classification of whiplash injury. Pasien masih mengalami peningkatan

sensitivitas nyeri local pada area cervical disertai keterbatasan gerak ke segala

arah. Pada pemeriksaan ditemukan nistagmus saat melihat ke kanan maupun ke

kiri. Ada kekakuan pada sendi temporomandibular. Pasien juga cemas karena

tidak kunjung mampu bekerja. Saat pasien hampir menangis, dan ditawari

minum, nampak pasien juga mengalami kesulitan menelan.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 17
Subjektif Pasien 22 tahun mengalami nyeri persisten dan pembengkakan pada

pergelangan kaki kiri setelah dua bulan lalu mengalami sprain ankle. Pasien

menghindari pembebanan berat badan ke arah pergelangan kaki yang sakit.

Seluruh kaki kiri mengalami pembengkakan, dengan alodinia signifikan dan

perubahan sensoris ringan. Warna, temperatur dan distribusi rambut kaki kiri

sama dengan kaki kanan. Pasien melaporkan perubahan suhu pada kaki yang

sakit dan berkeringat di seluruh tubuh.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 18

Subjektif Perempuan 22 tahun mengalami paralisis lengan kanan secara mendadak. Tidak

ada riwayat risiko penyakit cerebrovascular. Pemeriksaan neurologis

menunjukkan kelemahan pada lengan kanan yang tidak ada hubungannya

dengan tanda nervus piramidalis maupun lesi perifer. MRI otak dan spina

cervical, pemeriksaan konduksi saraf dan EMG normal.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 19

Subjektif Laki-laki berusia 60 tahun mengalami kebas pada kaki setelah diare. Secara

progresif, terjadi kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah. Elektrofisiologi

menunjukkan pola aksonal neuropati yang ditandai penurunan potensial aksi


senyawa otot distal dan potensi denervasi awal pada EMG. Pemeriksaan LCS

menunjukkan Guillain–Barre, dan antibodi Campylobacter jejuni positif. Pasien

gagal merespon terapi immunoglobulin maupun perubahan plasma dan dalam

10 hari mengalami paralisis otot respiratorius dan nervus cranialis dan

dimasukkan ke ruang ICU untuk mendapatkan intubasi dan ventilasi. Paralisis

system otonom menimbulkan tekanan darah labil, aritmia dan gagal jantung.

Paralisis nervus cranialis menimbulkan paralisis fascialis dan ophthalmoplegia.

Pasien dimasukkan ke ICU selama 7 bulan. Situasi medis pasien stabil namun

kondisi neurologisnya menetap. Pasien ketergantungan pada ventilator.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 20

Subjektif Perempuan berusia 42 tahun mengalami pemulihan fisik yang baik dari

serangan herpes simplex encephalitis. Tiga bulan kemudian, pasien mengalami

masalah bicara, di mana pasien mengalami kebingungan dalam melengkapi

kalimat dan sulit memadankan kata-kata dan respon yang sesuai.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 21

Subjektif Pasien perempuan berusia 18 tahun melaporkan nyeri pada bahu kanan yang

dimulai sekitar 2 bulan lalu ketika berenang. Pasien berenang selama 6 tahun
pada berbagai tim renang. Pasien melaporkan riwayat pengulangan tendinitis

bahu bilateral dan menerima penanganan konservatif, termasuk injeksi

Dexasone dengan resolusi gejala sekitar 1 tahun lalu. Pasien juga mencatat

bahwa kedua bahunya terasa “longgar: dan kedua bahunya kadang “keluar” saat

berenang atau mengangkat lengan ke depan dan ke atas kepala, dan kedua sisi

nyeri. Baru-baru ini pasien melaporkan bahwa sering membutuhkan istirahat

selama latihan berenang karena nyeri.

Mekanisme: Walaupun tidak ada insiden spesifik, pasien mengindikasikan

bahwa baru-baru ini terjadi peningkatan jumlah waktu yang dihabiskan di

kolam saat latihan berenang, dan segera setelah terasa nyeri pada kedua bahu.

Tanda Konkordansi: Pasien mengindikasikan bahwa nyeri bahunya dimulai

selama latihan berenang dan memburuk pada akhir latihan maupun pada saat

merapikan barang di rak saat bekerja.

Sifat Alami Kondisi: nyeri 6/10 dilaporkan terjadi pada gerakan ke atas kepala

saat berenang dan bekerja.

Perilaku Gejala: Gejala memburuk pada aktivitas di atas kepala secara berulang

ke segala arah dan berkurang saat istirahat.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 22

Subjektif Perempuan 51 tahun adalah ahli mekanik dirujuk ke fisioterapi karena gejala

nyeri pada bokong dan posterior paha kiri. Gejala memburuk ketika berdiri dan
meraih ke atas kepala lebih dari 15 menit, yang memang dilakukannya ketika

mereparasi di bawah mobil yang dinaikkan. Membawa beban (>50 lb), berdiri,

dan berjalan lebih dari setengah jam juga meningkatkan gejala. Tidak ada

insiden pencetus, namun gejala berulang selama setahun terakhir. Gejala

meningkat pada aktivitas rekresional, yaitu backpacking. Gejala berkurang

ketika berayun di kursi goyang, berbaring di sofa dengan lutut ditekuk, atau

ketika memeluk lutut ke dada. Pemeriksaan menunjukkan postur swayback

ketika berdiri; penurunan fleksibilitas pinggang, gluteus maximus, hamstrings

(straight leg raising hingga 60o), dan abdominalis atas; dan peningkatan nyeri

pada saat ekstensi punggung. Kekuatan abdominalis bawah 3/5. Pasien mampu

melakukan repetitive lunges dan partial squats selama maksimal 20 detik.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda
KASUS 23

Subjektif Perempuan 55 tahun menunjukkan tanda awal penyakit sendi degenerative pada

spina lumbal. Pasien adalah pelari aktif sejak masa kuliah. Kadang, pasien

berpartisipasi pada kelas senam aerobik. Riwayatnya tidak jelas. Pasien

memiliki tiga anak yang sedang fase pertumbuhan tanpa keluhan sakit pinggang

selama kehamilan. Gejala saat ini: periode intermittent nyeri yang meluas dari

spina lumbal tengah hingga bokong dan paha posterior kanan. Nyeri mulai 15

menit saat berlari dan meningkat menjadi 8/10 dalam 25 hingga 30 menit.

Pasien juga mengeluhkan peningkatan kekakuan setelah duduk > 1 jam, berdiri

>15 menit, dan ketika bangun di pagi hari. Pasien adalah guru sekolah

menengah dan pelatih tim putri.

Temuan: postur lordotik, dengan ketegangan pinggang, fleksor panggul, dan

tensor fasciae latae. Kekuatan abdominal bawah 4/5. Fleksi tulang belakang

meningkatkan tegangan pinggang, pengulangan ekstensi dan prone pressups

meningkatkan nyeri bokong. Lateral fleksi berkurang 25%, dengan sedikit

ketidaknyamanan pada overpressure ke arah lateral fleksi kanan.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 24

Subjektif Pasien laki-laki berusia 57 tahun adalah tukang pos dengan masa pengabdian

32 tahun dan bangga karena “tidak pernah mengalami masalah jantung.”

Setahun terakhir pasien menyadari bahwa panggulnya sakit setelah duduk lebih

dari 1 jam dan bahwa terdapat peningkatan nyeri setiap kali bangkit dari kursi

dan berjalan. Pasien juga memperhatikan adanya peningkatan

ketidaknyamanan pada panggul dan lutut pada akhir jam kerja. Diagnose medis

yang diterima adalah osteoarthritis. Pemeriksaan kekuatan otot secara manual

hasilnya 4/5 kecuali untuk gluteus medius, 3/5. Ada sedikit ketegangan pada

fleksor panggul, termasuk rectus femoris dan tensor fasciae lata. Pasien ingin

menghindar dari status “kandidat operasi penggantian panggul.”


Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 25

Subjektif Pasien perempuan berusia 49 tahun dengan 3 anak; baru-baru ini mengalami

nyeri lutut kanan, terutama setelah duduk lama dan kemudian berdiri, ketika

menuruni tangga, dan ketika berbelanja di mall lebih dari 2 jam. Pasien memiliki

riwayat fraktur tibia proksimal 15 tahun lalu. Pasien melaporkan bahwa ia

membutuhkan waktu setahun pasca fraktur hingga mobilitasnya relative normal.

Pada pemeriksaan, tidak nampak adanya deformitas maupun pembengkakan

sendi. Fleksi lutut 125o dengan end feel firm dan nyeri pada penekanan; ekstensi

0o dengan end feel firm dan nyeri pada penekanan. Ada sedikit penurunan gerak

glide aksesorius pada tibia dan penurunan mobilitas patella kanan dibandingkan

kiri. Kekuatan fleksor dan ekstensor lutut 4/5 bilateral. Pasien mengeluhkan

nyeri lutut kanan saat posisi squatting; nyeri dimulai pada fleksi 45o. Pasien

berhenti saat lutut dalam posisi 75o, karena terlalu sakit. Pasien membungkuk

dengan fleksi pada pinggang saat akan mengangkat barang dari lantai. Pasien

mengalami kesulitan menurunkan dirinya ke kursi yang rendah dalam pola yang

terkontrol.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda

KASUS 26

Riwayat Anak perempuan berusia 8 tahun memiliki riwayat cerebral palsy spatik berat

dan retardasi mental. Pasien duduk di kursi roda; tapi bisa berjalan (reflex

stepping) dengan bantuan dua orang. Pasien tinggal di rumah perawatan tuna

ganda. Pasien datang dari keluarga besar yang tinggal agak jauh dari rumah

perawatan tersebut. Keluarganya datang berkunjung dua minggu sekali. Pasien

masuk rumah sakit akibat episode batuk inefektif untuk membersihkan

obstruksi selama makan. Paru completely obliterated pada hasil x-ray dada. Gas

darah arterial pada udara kamar pH 7.37, tekanan oksigen (P 02) 67 rnm Hg,
tekanan karbondioksida (Pc02) 45 rnm Hg, bicarbonate (HC03) 24, dan saturasi

oksigen arteri (Sa02) 90%. Pasien dipasangi oksigen supplemental melalui

nasal prongs pada tekanan 2.5 L/min. Ada partikel yang dikeluarkan melalui

bronkoskopi, namun paru kanan menunjukkan adanya konsolidasi. Suhu

meningkat hingga 40.1°C. Pasien mengeluarkan sedikit sekresi kuning kental.

Pemeriksaan kultur dan sensitifitas telah dilakukan dan pasien telah diberi

antibiotic yang sesuai.

Pertanyaan 1. Apakah diagnose medis yang mungkin dialami pasien?

2. Apa yang memperkuat maupun memperlemah argument anda?

3. Apa yang dimaksud dengan tuna ganda?

4. Apa maksud dari “pemberian antibiotic yang sesuai”?

5. Apa yang dimaksud dengan reflex stepping?

KASUS 27

Subjektif Pasien perempuan berusia 67 tahun bekerja paruh waktu sebagai pustakawan.

Pasien tinggal sendirian di apartemen studio lantai ke dua. Pasien memiliki

hubungan yang baik dengan kakak dan keluarganya yang tinggal bertetangga.

Indeks massa tubuhnya 15—tidak pernah merokok. Pasien didiagnosa

rheumatoid arthritis 27 tahun lalu. Kondisinya saat itu agak berat dan perlu

dirawat di rumah sakit. Pasien masuk rumah sakit akibat eksaserbasi akut, yang

mencakup demam hingga 39°C, fatigue, anoreksia, kelemahan secara umum,

severe shortness of breath, batuk, pembengkakan sendi, dan nyeri pada lengan

dan tungkai. Xray dada menunjukkan infiltrasi pada lingual dan lobus kiri

bawah disertai efusi pleura kiri. Pasien menunjukkan tanda vasculitis, impaired

diffusing capacity, dan pericarditis. Pasien diketahui mengalami osteoporosis

berat yang diperparah dengan terapi kortikosteroid jangka panjang dan

keterbatasan mobilitas.

Pertanyaan 1. Menurut anda, apakah kondisi yang dialami pasien? Jelaskan jawaban

anda
KASUS 28

Subjektif Pasien berusia 38 mengalami kehamilan pertama yang tidak direncanakan.

Pasien tidak menghadiri kelas ibu hamil dan hanya didampingi oleh dua teman

perempuan. Pasien dirawat selama enam hari di ruang nifas setelah menjalani

persalinan dengan bantuan forceps karena persalinan berlangsung 17 jam.

Pasien menjalani episiotomy, ada 2 kerobekan pada perineum. Pasien dipasangi

kateter in situ selama 48 jam sebagai bagian dari protocol rumah sakit karena ia

tidak mampu menahan urine hingga 10 jam pasca persalinan. Pasien khawatir

mengalami inkontinensia uri. Pasien tidak mampu melakukan mobilisasi

dengan baik dan nampaknya tidak termotivasi untuk merawat bayinya secara

independen. Pasien tidak mengkonsumsi penghilang nyeri.

4 tahun lalu pasien mengalami depresi dan diterapi.

Pasien duduk di tempat tidur, sedikit menyamping. Pasien nampak tidak

nyaman dan tertekan, serta mengalami edema kaki dan pergelangan kaki. Setiap

pergerangkan menimbulkan penonjolan abdomen di sekeliling navel area.

Perineum pasien jelas mengalami oedematous, memar dan terdapat prolapsed

bruised haemorrhoids

Pertanyaan 1. Apakah diagnose medis yang mungkin dialami pasien?

2. Apa yang memperkuat maupun memperlemah argument anda?

3. Apa yang dimaksud dengan bantuan forceps?

4. Apa manfaat kehadiran ibu di kelas ibu hamil?

KASUS 29

Riwayat Pasien perempuan berusia 67 tahun mengalami Colles’ fracture kiri 2 tahun lalu
akibat kehilangan keseimbangan di supermarket. Pasien pergi ke rumah sakit
negeri setelah pembebatan selesai, dan diberi asupan calcium dan vitamin D
selain fisioterapi rawat jalan di klinik. Setelah fase peninjauan selesai dan
asupan calcium dan vitamin D dihentikan, pemeriksaan radiografi
menunjukkan bahwa tulangnya sudah cukup baik. Sejak kejadian itu, pasien
jarang keluar rumah karena takut jatuh kembali.
Setahun lalu, pasien jatuh saat masuk kamar mandi dan mengalami 20% wedge
compression fracture pada corpus vertebrae L1. Pasien ditangani oleh dokter
ortopedi yang sama. Pasien keluar setelah 3 hari dirawat disertai rujukan ke
fisioterapi. Permintaan pasien untuk pemeriksaan osteoporosis ditolak dokter.
Pasien diberi resep penghilang nyeri, rujukan fisioterapi dan janji konsultasi
dokter 3 bulan mendatang. Pasien akhirnya menggunakan dana pribadi untuk
pergi ke dokter orthopedic swasta untuk memeriksa keadaan tulangnya dengan
DXA scan. T-score pasien –2.8 dan dokter memberi risedronate. Pasien tidak
memiliki masalah dalam konsumsi obat, tapi masih takut keluarh rumah,
sehingga semua keperluannya dipesan melalui telepon atau internet. Tiga
minggu lalu pasien jatuh di pintu rumahnya saat mmembersihkan teras, dan
dirawat karena fraktur column femur kiri.
Pertanyaan 1. Menurut anda, apa tindakan medis yang akan dilakukan dokter?
2. Apa yang memperkuat maupun memperlemah argument anda?
3. Mengapa pasien dapat mengalami fraktur sesering itu?
4. Apa makna klinis dari hasil DXA scan dengan T-score pasien –2.8?
5. Apa manfaat risedronate bagi pasien?

KASUS 30

Riwayat Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun lahir dengan berat 3.0 kg dan panjang

58 cm. Tumbuh kembang anak normal; hanya saja anak sering makan, terutama

makanan yang mengandung msg. Apabila orang tua menolak memberi jajanan

atau memberi makan, anak marah hingga orangtuanya mengalah. Hingga usia

8 tahun anak mampu ikut darmawisata, lincah dan berprestasi baik di sekolah.

2 tahun terakhir, anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang signifikan.

Tinggi badan saat ini 180 cm, berat badan 140 kg. Anak sudah tidak bisa

bersekolah karena perjalanan menuju sekolah terlalu melelahkan; sehingga wali

kelasnya yang datang ke rumah untuk membimbing belajar. Duduk maupun

terlentang menimbulkan ketidaknyamanan. Anak hanya berbaring tengkurap

sepanjang hari hingga keningnya berubah warna.

Sekarang ini anak sedang menjalani diet. Selain karena berat badannya yang

memalukan, ketidakmampuan bermain dengan rekan seusia, diet dan

kunjungan wartawan membuat anak mudah marah dan tersinggung.

Pertanyaan 1. Kondisi apakah yang dihadapi anak tersebut? Jelaskan jawaban anda!

2. Dengan menggunakan definisi “sehat” dari WHO, jelaskanlah kondisi

kesehatan anak tersebut.

KASUS 31
Riwayat Seorang pasien mengalami pembengkakan pada jemari dan tangan yang

menyebar hingga ke lengan atas setelah mengalami mastektomi radikal 5 tahun

lalu. Teknik elevasi tidak efektif. Jaringan pada tangan dapat ditekan, namun

lengan bawah tidak dapat dipalpasi.

Pertanyaan 1. Kondisi apakah yang dihadapi anak tersebut? Jelaskan jawaban anda!

2. Apa yang dimaksud dengan teknik elevasi tidak efektif?

3. Apa yang dimaksud dengan jaringan “dapat ditekan” dan “tidak dapat

dipalpasi”?

KASUS 32

Riwayat http://dx.doi.org/10.1590/S0004-282X2007000300033
Laki-laki 40 tahun memiliki riwayat paresis pada lengan kanan dan tungkai kiri
pada usia lima tahun, kesulitan berjalan dan melakukan beberapa aktivitas
sehari-hari. Saat itu pasien dapat kembali ke aktivitasnya secara normal dan
kemudian bergabung dalam program latihan regular. Setelah stabil secara klinis
selama tiga dasawarsa, pasien mulai merasakan kelemahan, nyeri otot, dan
kram pada kelompok otot yang tidak terserang pada serangan polio yang
dialaminya dahulu. Pada tahun 2005, pasien didiagnosa sindroma pascapolio.
Pemeriksaan neurologis menunjukkan paresis asimetris pada ekstremitas atas
dan bawah dan hilangnya refleks tendon kecuali pada otot fleksor tangan.
Myofasciculations dan general twitching pada area scapula bilateral, serta
kelompok otot biceps brachii, triceps brachii, dan quadriceps. Gambar 1 dan 2
menunjukkan pasien dengan atrofi deltoid kanan, dan seluruh kelompok otot
tungkai kiri. Tabel 1 dan 2 menunjukkan beberapa derajat paresis pada beberapa
kelompok otot. Pemeriksaan electroneuromyogram menunjukkan penurunan
aktivitas insersio pada otot proksimal ekstremitas atas dan kelompok scapular
kanan. Pole rekrutmen pada otot yang terserang adalah tipe inkomplit, sehingga
mengindikasikan reinnervasi kronis (lesi lama). MRI medulla spinalis cervical
menunjukkan atrofi spinal (medular) dengan herniasi discus posterolateral kiri
setingkat C6/C7 (Gambar 3).
Pertanyaan 1. Apakah diagnose medis yang mungkin dialami pasien?
2. Apa yang memperkuat maupun memperlemah argument anda?
3. Apa maknanya bila pasien kehilangan refleks tendon?
4. Apa arti myofasciculations dan general twitching; apa makna klinisnya?
5. Jelaskan tentang tipe-tipe kerusakan saraf dan tahap regenerasi saraf!

KASUS 33

Riwayat http://dx.doi.org/10.2337/diaspect.16.1.32
Pasien laki-laki berusia 69 tahun dengan riwayat diabetes tipe 2 selama 5 tahun
terakhir. Gejala pasien mengindikasikan adanya hiperglikemia 2 tahun sebelum
diagnosis. Gula darah puasa 118–127 mg/dl. Pasien menyampaikan adanya
episode nocturia setiap makan pasta dalam jumlah besar. Pada diagnosis awal,
pasien diminta menurunkan berat badan, tapi tidak dilakukan. Pasien dirujuk ke
klinik diabetes, berat badannya bertambah, control diabetes suboptimal, disertai
nyeri kaki. Pasien telah mencoba mengurangi berat badan dan meningkatkan
latihan selama 6 bulan terakhir tapi tidak berhasil. Pasien mengkonsumsi
glyburide (Diabeta), 2.5 mg setiap pagi, namun berhenti karena pusing disertai
keringat dan agitasi ringan, pada akhir senja.
Pasien mengkonsumsi atorvastatin (Lipitor), 10 mg setiap hari untuk
hiperkolesterolemia. Selama 6 bulan terakhir, pasien juga mengkonsumsi
chromium picolinate, gymnema sylvestre, dan eliksir pancreas untuk
mengontrol diabetes. Suplemen ini dihentikan karena tidak terasa ada efek
positif. Pasien menolak memeriksa kadar gula darah di rumah. Pasien aktif
dalam organisasi sukarelawan. Kedua orangtuanya memiliki riwayat diabetes
tipe 2, tapi pasien tidak memahami penanganan mandiri diabetes.
Selama setahun terakhir, pasien naik berat badan hingga 10 kg. Rekam
medisnya menunjukkan bahwa kadar hemoglobin A1c (A1C) tidak pernah <8%.
Tekanan darahnya berkisar pada 150/70, 148/92, dan166/88 mmHg. Pasien
tidak paham cara agar tekanan darahnya ≤130/80 mmHg.
Pemeriksaan fisik menunjukkan hasil sebagai berikut: berat 81 kg; tinggi 157
cm BMI: 32.6 kg/m2 gula darah kapiler puasa 166 mg/dl; tekanan darah
berbaring 154/96 mmHg; duduk 140/90 mmHg; nadi 88; respirasi 20
Pasien berkacamata, tidak ada retinopati. Pemeriksaan paru bersih. Nadi teratur
tanpa murmur atau gallop.
Pemeriksaan neurologis menunjukkan penurunan sensasi vibrasi pada telapak
kaki, refleks pergelangan kaki negative, monofilament (5.07 Semmes-
Weinstein) hanya terasa di atas pergelangan kaki.
Pertanyaan 1. Kondisi apakah yang sedang dihadapi dokter dalam kasus tersebut?
2. Jelaskan tanda dan gejala diabetes mellitus!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan “gejala positif diabetes” dan “gejala
negatif diabetes”
4. Apa hubungan antara diabetes, hipertensi dan hiperkolesterolemia?
Daftar Pustaka

1. Lauren Guthrie. Clinical Case Studies In Physiotherapy: A Guide For Students And Graduates.

London: Elsevier, 2009.

2. Reid W Darlene; Frank Chung. Clinical Management Notes and Case Histories in

Cardiopulmonary Physical Therapy. USA: Slack, 2004.

3. Elbaurn J, Deborah M Benson. Acquired Brain Injury: An Integrative Neuro Rehabilitation

Approach. USA: Springer, 2007.

4. Ip, David. Casebook of Orthopedic Rehabilitation: Including Virtual Reality. USA: Springer,

2008.

5. Gaber, T. A. Z. K. Case Studies In Neurological Rehabilitation. New York: Cambridge

University Press, 2008.

6. Kisner, C., Lynn A Colby. Therapeutic Exercise: Foundation and Technique 5th ed.

Philadelphia: F. A. Davis Company, 2002.

7. Cook, C., K. Learman. 100 Orthopaedic Cases. Pearson, 2014

8. Kisner, C., Lynn A Colby. Therapeutic Exercise: Foundation and Technique 6th ed.

Philadelphia: F. A. Davis Company, 2012.

9.

Anda mungkin juga menyukai