Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TENTANG KONSEPTUAL MODEL

DALAM KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
GUSNAINI, AMK
NIM: 18101050044

STIKes ALIFAH PADANG TAHUN


AJARAN 2018- 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas berkat
dan rahmatnya makalah tentang “KONSEPTUAL MODEL DALAM
KEPERAWATAN JIWA” ini dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun masih
banyak kekurangan baik dari isi, sistematika, maupun cara penyajiannya.

Makalah tentang “KONSEPTUAL MODEL DALAM


KEPERAWATAN JIWA” ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
keperawatan jiwa. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Ns. Amelia
Susanti, Sp.Kep, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah dalam
keperawatan jiwa ini. Serta bagi semua pihak yang turut mendukung dalam
pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam


mempelajari materi . Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lain
yang ingin menulis tentang tema yang sama, khususnya bagi kami penulis
sendiri sebagai penyusun.

Padang, 29 Oktober 2018

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan


yang bersifat komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan
yang berkualitas didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional akan berkembang
bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan riset
keperawatan dan diimplementasikan didalam praktek keperawatan.
Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan
aktifitas berfikir yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide- ide global
mengenai individu, kelompok, situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin ilmu yang spesifik. Salah satu teori yang didapat dikembangkan dalam
praktek keperawatan diantaranya adalah teori keperawatan “system model”.
Model system ini memberikan warisan baru tentang cara pandang terhadap
manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia secara keseluruhan) meliputi
aspek (variable) fisiologis, biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spriritual yang berhubungan secara dinamis seiring dengan adanya respon- respon
sytem terhadap stressor baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Komponen
utama dari model ini adalah adanya strees dan reaksi terhadap strees. Klien dipandang
sebagai suatu system terbuka yang memiliki siklus input, proses, output dan feedback
sebagai suatu pola organisasi yang dinamis.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pandangan dan aplikasi teori konseptual model
dalam keperawatan keperawatan jiwa didalam dunia keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Menjelaskan tentang latar belakang pengembangan teori konseptual model dalam
keperawatan jiwa termasuk prevensi primer, tersier dan sekunder.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa

1. Model Konseptual

Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik tentang fenomena,


menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol dan diafragma, dan
Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa
atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan atau
keyakinan. Model konsepadalah rangkaian konstruksi yang sangat abstrak dan berkaitan yang
menjelaskan secara luas fenomena-fenomena, mengekspresikan asumsi dan mencerminkan
masalah. (Hidayat, 2006, hal.42)

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29).

2. Model Konseptual dalam Keperawatan

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).

Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu


keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan
unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah
tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam
perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010)
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :
a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk


biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif
manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

3. Keperawatan Jiwa

a. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa( Yosep, 2010, hal. 1-2 )

1) Menurut American Nurses Associations (ANA)

Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan
ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).

2) Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

3) Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966


Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal
dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial
yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi modalitas
keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan,
mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien (individu,
keluarga, kelompok komunitas ).Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh
sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5).

b. Komponen Paradigma Keperawatan Jiwa

Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan (Sulistiawati dkk, 2005, hal. 5-6)

1) Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu
mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana
perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.

2) Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.

3) Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.

4) Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari
diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mememberian asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien, merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).

Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses
keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap
tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Tahap demi tahap merupakan
siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika
data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama
perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien,
namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada
perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi. (Keliat,
2006, hal.1-3)

c. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa

Prinsip-prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa menurut (Yosep, 2010, hal.6)


1) Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
2) Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
3) Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
4) Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
5) Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
6) Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
7) Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
8) Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
9) Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
10) Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
11) Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional).
Peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan jiwa meliputi upaya
prevensi primer, sekunder, dan tersier.

1. Prevensi primer
Upaya ini meliputi meningkatnya derajat kesehatan dan pencegahan penyakit.
Fungsi perawat :
- Memberi penyuluhan tentang kesehatan jiwa
- Memberikan penyuluhan tentang proses tumbuh kembang
- Membantu meingkatkan kondisi kehidupan
- Bekerjasama dengan keluarga dalam menangani pasien
- Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan
jiwa.
2. Prevensi sekunder
Meliputi upaya penyembuhan melalui deteksi dini dan pengobatan segera :
- Melakukan pengkajian/ anamnesis dan evaluasi
- Melakukan kunjungan rumah
- Memberikan pelayanan gawat darurat dan psikiatri di rumah sakit umum
- Menciptakan lingkungan terapeutik
- Memantau pasien yang sedang dalam pengobatan
- Memberikan konseling pada pasien dan keluarga
- Bekerja sama dengan kelompok/ organisasi penyandang masalah sejenis
3. Prevensi Tersier
Meliputi upaya menurunkan gejala sisa atau disabilitas akibat penyakit
Fungsi perawat dalam hal ini:
- Meningkatkan ketrampilan kerja pasien dan mempersiapkan rehabilitasi
- Menyediakan program perawatan lanjutan untk pasien agar mampu menyesuaikan
diri dan masyarakat.

B. Beberapa model konsep keperawatan jiwa:

1. Model Psikoanalisa

a. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan
pada anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di
capai. Gejala yang nampak merupakan simbul dari konflik.

b. Proses terapi
1) Memakan waktu yang lama
2) Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan
transferens untuk memperbaiki masa lalu , mengidentifikasi area masalah.
c. Peran pasien dan terapis
1) Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
2) Terapis : mengupayakan perkembangan transferens menginterpretasikan pikiran
mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik.

Kelebihan :
a) Dasar teori yang kuat
b) Lebih fokus dalam mengetahui menghadapi masalah klien
c) Dapat membuat klieen masalah apa yang selama ini tidak disadarinya

Kekurangan :
a) Biaya yang banyak yang dikeluarkan oleh klien
b) Memakan waktu yang lama
c) Klien menjadi jenuh akibat waktu yang lama
d) Dibutuhkan terapis yang benar benar sudah terlatih

2. Model Perilaku

a. Konsep
Dikembangkan oleh H.J Esyenk, J.Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini menyakini
bahwa perubahan perilaku akan merubah koognitif dan avektif.

b. Proses terapi
1) Desenlisasi / pengalihan
2) Teknik relaksasi
3) Asertif training
4) Reforcemen/memberikan penghargaan

Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :

a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.


b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.
Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk
biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif
manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

3. Model Eksistensi

a. Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus
hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dan lingkungan dapat terjadi
karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa,sedih,sepi,kurang kesadaran
diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien
sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada
eksistensinya.

Proses terapi
1) Rational emotive therapy
2) Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong
menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan.
3) Terapi realita
4) Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya dan cara untuk mencapainya. Klien
didasarkan akan alternatif yang tersedia

Peran pasien perawat


1) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
2) Terapis :
a) Membantu pasien untuk mengenali diri
b) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
c) Mengenali pasien tentangperasaan tulus
d) Memperluas kesadaran diri pasien

Kelebihan :
a) Memiliki 3 proses terapi ( terapi rational emotive, terapi logo, terapi realitas )
Kekurangan :
a) Susah menerima masukan dari orang lain
b) Klien kehilangan atau tidak mungkin menemukan nilai nilai yang memberi arti
ekstensi
4. Model Interpersonal

a. Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini menyakini bahwa perilaku
berkembang dari hubungan interpersonal.
Menurut Sulivan indivdu memadang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada
dirinya , maksudnya kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses intrepersonal perawat
klien dan masalh kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :
1) Orientasi
Perawat klien melakukan kontrak awal untuk BHSP dan terjadi proses pengumpulan data
2) Identivikasi
Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep
3) Eksplorasi
Perawat memberi gambaran kondisi klien
4) Resolusi
Perawat memandirikan klien

b. Proses terapi
1) Mengeksplorasi proses perkembangan
2) Mengoreksi pengalaman interpersonal
3) Reduksi
4) Mengembangkan hubungan saling percaya
c. Peran pasien dengan terapis
1) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
2) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.

Kelebihan :
a) Perawat memiliki wewenang untuk mengembangkan hubungan antara perawat dan klin
dimana perawat bertugas sebagai narasumber/SDM/konsultan/wali bagi klien
b) Klien mendapat keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhannya.

5. Model Medikal

a. Konsep
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa
depresi dan skizoprenia dipengaruhi transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu
masalah biokimia . faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai faktor pencetus.
b. Proses terapi
1) Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
2) Terapi suportif
3) Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor

c. Peran pasien dan terapis


1) Pasien : pasien mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi
2) Terapis

Kelebihan
a) Mengguanakan kombinasi terapi somatik dan interpersonal
b) Menegakkan diagnosa penyakit
c) Menentukan pendekatan terapeutis

Kekurangan :
a) Berfokus pada diagnosa penyakit sehingga pengobatan didasarkan pada diagnosa

Kelebihan :
a) Model medikal terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa secara ilmiah
b) Fungsi model medikal mengobati yang sakit dan proses pengobatan pada fisik
tidak menyalahkan perilaku kliennya.

6. Model social

Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau


penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor social dan faktor lingkungan yang akan
memicu munculnya stres pada seseorang, dimana akan menimbulkan kecemasan dan
gejala. Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam model konsep ini adalah
modifikasi llingkungan (environment manipulation) dan dukungan social. Peran perawat
dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada dimasyarakat melibatkan teman sejawat, atasan,
keluarga.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang berhubungan langsung dengan perawatan
langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yang mengambarkan
keselaran dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian
yang bersangkutan.

Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu


pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Konseptual model keperawatan
jiwa digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat meng-
hadapi stressor melalui melakinsme koping yang positif. Model konseptual jiwa
khususnya model komunikasi merupakan persepsi untuk memberikan dukungan
individu dalam tindakan pencegahan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Nasir, A. Muhith,A. 2011. Dasar-dasar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba

Medika

Perry & potter.1999.Fundamental keperawatan.Jakarta : EGC

Stuart,Gail.W & Sunndeen,Sandra J.1998.Buku saku Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai