3 PB PDF
3 PB PDF
Abstract. Adaptive self reflection could be done if people could react positively when
analyze negative experienced by reflecting emotions, allowing theself to reconstruct the
feelings and meaning of the experience rather than recounting what has happened and
what is perceived or avoiding it (self-distancing). The purpose of this study is to developed
adaptive self reflection questionnaire by validating internal structure some of scales that
have the same relation with adaptive self reflection construct. This study used a
quantitative approach with Confirmatory Factor Analysis (CFA) method involving 100
respondents in the trial and 306 respondents in the next test. The Adaptive self reflection
questionnaire that produced in this study consisted of 15 items that measure three
dimensions, namely theemotional reactivity, thought content, and avoidance. The Adaptive
self reflection questionnaire proved to be valid and reliable (CR = 0.80). The test results
proved that the measuring adaptive self reflection questionnaire meet the
unidimensionality assumption.
Keywords: adaptive self-reflection; avoidance; emotional reactivity; thought content; self-
distancing
Abstrak. Seseorang mencapai refleksi diri adaptif apabila dapat bereaksi secara positif
ketika mengingat peristiwa negatif yang pernah dialaminya dengan melakukan refleksi
diri, membiarkan diri merekonstruksi perasaan dan makna dari pengalaman daripada
mengulang apa yang telah terjadi dan apa yang dirasakan secara nyata atau melakukan
penghindaran (self-distancing). Tujuan penelitian ini merancang alat ukur refleksi diri
adaptif dengan cara memvalidasi struktur internal beberapa alat ukur sejenis yang
berkaitan dengan refleksi diri dengan menggunakan metode Confirmatory Faktor Analysis
(CFA) yang melibatkan 100 responden pada tahap uji coba dan 306 responden pada
pengujian berikutnya. Alat ukur refleksi diri adaptif yang dihasilkan dari penelitian ini
terdiri dari 15 aitem yang mengukur tiga dimensi yaitu reaksi emosi, konten pikiran dan
penghindaran. Alat ukur refleksi diri adaptif terbukti valid dan reliable (CR = 0.80). Hasil
pengujian membuktikan bahwa alat ukur refleksi diri adaptif ini memenuhi asumsi
unidimensionalitas.
Kata kunci: konten pikiran; penghindaran; self-distancing; reaksi emosi; refleksi diri
adaptif
penghinaan yang nyata maupun yang perspektif orang lain terhadap diri sendiri.
merupakan imajinasi dan terus meneng- Atau lebih umum lagi, orang bisa memi-
gelamkan diri dalam kecemasan. Saat kirkan refleksi diri yang timbul melalui
seseorang berpikir seperti itu, dapat dialog internal antara perspektif yang
dipahami mengapa merenung menye- diinternalisasi (Gillespie, 2007).
babkan seseorang bertahan dalam Penelitian Trapnell dan Campbell
kecemasan, kemarahan, atau pola pikir (1999), menunjukkan bahwa perhatian
yang suram (Wade & Tavris, 2007). Asumsi yang berfokus pada diri sendiri atau
yang berlaku pada masyarakat umum pemikiran berulang tentang diri memiliki
menyatakan bahwa seseorang seringkali fungsi adaptif dan maladaptif. Treynor,
perlu berkonfrontasi dengan kemarahan, Gonxalez, dan Nolen-Hoeksema (2003)
kecemasan, dan depresi untuk mempelajari juga menunjukkan bahwa perhatian
bagaimana mengendalikan dan mengatur terfokus pada diri sendiri dapat dibagi
hal-hal tersebut (Kross, Duckworth, menjadi faktor perenungan reflektif adaptif
Ayduk, Tsukayama, & Mischel, 2011). dan maladaptif. Perenungan reflektif
Ketika seseorang mencoba menganalisis adaptif ditandai sebagai upaya untuk
perasaan, pikiran negatif menjadi mudah memahami alasan depresi suasana hati,
diakses. Hal ini membuat seseorang terlibat dan perenungan reflektif maladaptif
dalam lingkaran setan "ruminasi" yang ditandai sebagai pengharapan akan
dalam jangka pendek menyebabkan konsekuensi negatif dari gejala depresi.
seseorang mempertahankan dan Untuk mengetahui apakah seseorang
memperburuk tekanan, merongrong melakukan perenungan secara adaptif atau
kesehatan dan kesejahteraan dari waktu ke maladaptif terhadap peristiwa negatif yang
waktu (Kross & Ayduk, 2008). Namun, dialaminya perlu dilakukan melalui suatu
melakukan analisis perasaan dengan pengukuran. Perspektif seseorang dalam
perspektif self distancing mampu melakukan refleksi terhadap pengalaman
memfasilitasi refleksi diri adaptif (Ayduk & negatifnya akan memengaruhi reaksi
Kross, 2010). Sehingga pada dasarnya emosi secara psikologis, perilaku
bukan perenungan yang menyebabkan penghindaran dan konten pemikirannya
lamanya seseorang merasakan depresi dan yang mengarahkan seseorang kepada
emosi negatif, melainkan jenis perenungan kecenderungan reflektif atau ruminasi.
yang dilakukan (Wade & Tavris, 2007).
Sebagaimana umumnya variabel
Dari perspektif sosio-budaya, gagasan psikologis, refleksi diri adaptif bersifat
memberi jarak (distancing), baik dari diri laten dan hanya dapat diamati melalui
sendiri maupun situasi langsung, terjadi sampel perilaku. Merancang aitem-aitem
melalui penggunaan mediator semiotik yang mampu menggali refleksi diri adaptif
untuk memilih pengalaman afektif atau merupakan hal yang menarik dalam
situasi tersebut, selanjutnya jarak seperti perancangan alat ukur refleksi diri adaptif.
itu memungkinkan diri untuk bertindak Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi
atas diri sendiri dan situasi (Gillespie, struktur internal aitem-aitem yang terdapat
2007). Seseorang dapat mengkonsep- dalam alat ukur yang memiliki konstruk
tualisasikan refleksi diri sebagaimana yang berkaitan dengan refleksi diri dengan
timbul melalui internalisasi perspektif menggunakan metode Confirmatory Factor
yang dimiliki orang lain terhadap diri Analysis. Diharapkan alat ukur ini dapat
sendiri, diikuti dengan mengambil digunakan di Indonesia dalam konteks
remaja madya yang dapat membantu objek sosial (Fenigstein, Scheier dan Buss,
untuk memperoleh gambaran tentang 1975).
refleksi diri sebagai pendukung
perkembangan emosi secara positif, Refleksi diri
penyelesaian masalah serta pengambilan
Refleksi diri dapat didefinisikan sebagai
keputusan.
pengalaman fenomenologis sementara
dimana diri menjadi objek bagi diri sendiri.
Kesadaran (consciousness)
Refleksi diri berdasarkan perspektif sosial
Feldman dalam Sobur (2003) menjelaskan budaya adalah gagasan memberi jarak,
kesadaran (consciousness) merupakan dasar baik dari diri sendiri maupun situasi
bagi seseorang untuk memahami langsung, terjadi melalui mediator semio-
lingkungan sekitar dan dunia pribadi yang tik (analisis teks/simbol), atau melalui
tidak dapat diamati oleh orang lain. proses penamaan terhadap pengalaman
Kesadaran adalah sebuah sensasi, pemi- afektif atau memberi jarak dari situasi yang
kiran, dan perasaan terhadap pengalaman menjauhkan individu dari pengalaman
yang sudah dilalui. Palmer dalam Sobur atas situasi tersebut. Penamaan
(2003) menyebutnya sebagai proses pengalaman afektif atau situasi akan
mengidentifikasi dan memiliki pikiran, menjauhkan individu dari pengalaman
perasaan, dan sensasi serta aksi ragawi atau situasi tersebut, selanjutnya jarak
atau kandungan mental yang dikenal dan seperti itu memungkinkan diri untuk
bisa dipanggil. Fenigstein, Scheier, dan bertindak atas diri sendiri dan situasi
Buss (1975) menemukan ada dua aspek (Gillespie, 2007). Menurut teori kesadaran
terpisah dari kesadaran diri (self- diri (self awareness) yang dikenal sebagai
consciousness). Pertama, berkaitan dengan teori kesadaran diri obyektif, terdiri dari
kognitif, merenungkan diri pribadi, dan perhatian pada suatu waktu tertentu baik
penekanan lain pada kesadaran dan yang diarahkan sendiri atau berorientasi
perhatian sebagai stimulus sosial. Dimensi eksternal. Kesadaran diri yang diarahkan
kesadaran diri pribadi (private of self- pada diri sendiri atau obyektif adalah
consciousness) serupa dengan konsep keadaan di mana kesadaran difokuskan
introvert Jung yang pada umumnya secara eksklusif pada diri sendiri dan
berorientasi pada dunia internal, akibatnya individu menghadiri keadaan
sedangkan dorongan kesadaran diri sadar akan sejarah pribadinya, tubuhnya,
pribadi lebih spesifik, fokusnya adalah atau aspek pribadi lainnya dari dirinya
pada pemikiran dan refleksi yang berhu- sendiri. Sebaliknya, kesadaran diri yang
bungan dengan diri. Kedua, kesadaran diri berorientasi pada eksternal atau subyektif,
publik (public self-consciousness) terkait disarankan untuk menjadi standar
dengan konsepsi Mead (1934) yang perhatian individu, melibatkan perhatian
berpendapat bahwa kesadaran diri itu yang terfokus pada lingkungan eksternal.
muncul ketika orang tersebut sadar akan Berbeda dengan keadaan kesadaran diri
perspektif orang lain, kemudian dia bisa subyektif, yang ditandai oleh arahan dan
memandang dirinya sebagai objek sosial. kontrol perasaan (karena individu adalah
Penekanannya disini jelas pada reaksi 'subjek' dan lingkungannya adalah 'objek')
orang lain terhadap diri sendiri. Inti dari (Gerace, Day, Casey, & Mohr, 2017).
kesadaran diri publik adalah diri sebagai
Perspektif self-distancing dan self-immersed untuk terapi kognitif yang efektif (Ayduk,
Kross, 2010; Kross, Ayduk, 2017).
Self-distancing berfokus pada penjelasan
mekanisme psikologis yang memungkin-
Self-distancing memfasilitasi refleksi diri
kan seseorang merenungkan pengalaman
adaptif
negatif secara adaptif, dengan cara yang
memungkinkan seseorang membuat mak- Menganalisis emosi seputar pengalaman
na dari pengalamannya agar tidak menjadi negatif masa lalu akan menyebabkan
sumber kesusahan yang berkelanjutan. ruminasi maladaptif ketika jarak psikologis
Cara seseorang ketika memikirkan masa rendah yang disebut sebagai self-immersion
lalu dan alasannya dengan mengambil (peredaman diri), sementara refleksi diri
langkah mundur sebagai pengamat jarak adaptif adalah saat jarak psikologis dari
jauh disebut self-distancing, sedangkan self- diri sendiri tinggi disebut sebagai self-
immersed memotivasi seseorang untuk distancing. Salah satu cara untuk
memahami pengalamannya dengan cara mengarahkan orang menjauh dari diri
mengulang kejadian melalui matanya adalah dengan memanipulasi jenis
sendiri (Kross et al., 2011). Kross berhipo- perspektif diri yang diadopsi ketika
tesis bahwa seseorang yang melakukan seseorang berfokus untuk memahami
refleksi secara adaptif terhadap perasaan perasaannya. Secara khusus, penelitian
negatifnya seringkali gagal karena sebelumnya menunjukkan bahwa sese-
berfokus pada pengalaman mereka dari orang dapat mengingat pengalaman
perspektif immersed (tenggelam) secara otobiografi dari perspektif self-immersed
psikologis yang membuat seseorang sulit dengan memvisualisasikan peristiwa yang
untuk beralasan secara objektif tanpa terjadi melalui mata sendiri atau perspektif
terjebak dengan detail yang membang- self-distanced dimana seseorang melihat
kitkan emosi terhadap apa yang terjadi dirinya dalam pengalamannya dari
padanya. Diperlukan mekanisme yang perspektif seorang pengamat. Dari kedua
memungkinkan seseorang “mundur perspektif yang berbeda ini hipotesis
selangkah” dari pengalaman mereka penelitian yang dihasilkan adalah
sehingga bisa melaluinya secara lebih mengadopsi dan mempertahankan
efektif. Proses ini disebut Self-distancing. perspektif self-distanced ketika seseorang
Jarak psikologis adalah proses dimana merefleksikan emosinya harus membiar-
pengalaman egosentris seseorang terhadap kan diri merekonstruksi perasaan dan
stimulus di sini dan sekarang berkurang. makna dari pengalaman daripada
Penelitian di berbagai bidang mengulang apa yang telah terjadi dan apa
menunjukkan pentingnya konstruksi ini yang dirasakan secara nyata (Ayduk &
untuk pengendalian diri dan penanganan Kross, 2010).
adaptif (Ayduk & Kross, 2010). Konstruksi Pergeseran isi pikiran seseorang
jarak psikologis juga muncul dalam terhadap pengalaman masa lalu dengan
penelitian klinis, teori dan praktik. Alford menarasikan peristiwa (recounting) menjadi
dan Beck menulis “menjauh” mengacu menafsirkan peristiwa (reconstruing) pada
pada kemampuan untuk melihat gilirannya mengarahkan tingkat emosional
pemikiran (atau keyakinan) seseorang yang lebih rendah dalam jangka waktu
sebagai kontruksi realitas dan bukan pendek. Selanjutnya self-distancing
sebagai kenyataan itu sendiri. Proses ini dimanipulasi secara ekperimental terhadap
diidentifikasi sebagai prasyarat penting reaksi negatif dari waktu ke waktu
penyesuaian terhadap kesusahan (Eisma & diukur dengan aitem-aitemnya untuk tiap
Stroebe, 2017). dimensi. Beberapa contoh saran perubahan
pada penerjemahan antara lain terjemah
untuk pernyataan “Think about how alone
Metode
you feel” pada skala Ruminative responses
Scale (RRS) diberikan saran terjemah
Responden
menjadi “Pikirkan bagaimana anda merasa
Responden penelitian adalah 100 siswa kesepian”, pernyataan “After an argument is
SMA pada tahap uji coba dan 306 siswa over, i keep fighting with this person in my
pada tahap pelaksanaan yang diambil imagination” pada Anger Rumination Scale
dengan teknik simple random sampling (ARS) saran terjemah adalah “setelah
(sampling acak sederhana). Mereka adalah sebuah argumen selesai, saya terus
siswa kelas X, XI, dan XII yang yang bertarung dengan orang ini dalam
usianya berkisar antara 15-18 tahun atau imajinasi saya” dan pernyataan “My
termasuk dalam kategori remaja madya. behaviour often puzzles me” pada The Self
Responden pada tahap uji coba tidak Reflection and Insight Sclae (SRIS) diberikan
diikutsertakan lagi pada tahap pelaksa- saran terjemah “Perilaku saya sering
naan. Berdasarkan perspektif psikologis, membingungkan diri saya sendiri”.
karakteristik remaja sesuai dengan tema Pernyataan pada aitem-aitem alat ukur
yang diteliti yaitu refleksi diri adaptif. refleksi diri adaptif dengan dimensi-
Teori-teori psikologis dan psikososial dimensinya dinilai oleh kelima ahli telah
mengkaji hubungan antara mekanisme sesuai dan dapat digunakan untuk
penyesuaian psikologis dengan kondisi- rancangan alat ukur refleksi diri adaptif.
kondisi sosial yang memfasilitasinya Setelah aitem-aitem direvisi, alat ukur diuji
(memengaruhinya). coba untuk menguji validitas dan
reliabilitasnya dengan melakukan analisis
Prosedur aitem secara kuantitatif.
Tahap persiapan, peneliti melakukan kajian Tahap uji coba, pada tahap ini dilakukan
literatur refleksi diri adaptif untuk meran- pengujian validitas, analisis aitem dan uji
cang alat ukur yang akan digunakan dalam asumsi unidimensionalitas menggunakan
penelitian. Kemudian alat ukur refleksi diri CFA. Apabila hasil CFA menunjukkan
adaptif yang dirancang didiskusikan bahwa alat ukur memenuhi asumsi
dengan lima pakar yang memahami unidimensionalitas, maka dapat dilakukan
konstruk refleksi diri adaptif untuk pengujian validitas dan reliabilitas model
mendapatkan expert judgement. Lima pakar pengukuran refleksi diri adaptif dengan
yang memberikan reviu terhadap menggunakan CFA kembali untuk
rancangan alat ukur refleksi diri adaptif menentukan apakah model alat ukur
memiliki spesifikasi keahlian di bidang refleksi diri adaptif sudah fit dan terdiri
psikologi klinis anak, psikologi klinis dari aitem-aitem yang valid dan reliabel.
dewasa, psikologi sosial dan narrative Model pengukuran dikatakan fit apabila p-
therapy. Kelima pakar memberikan saran value lebih dari 0.05 dan RMSEA mendekati
terhadap rancangan alat ukur refleksi 0 serta semua variabel observable
adaptif pada segi penerjemahan lima skala memberikan sumbangan yang signifikan
yang menjadi acuan, penggunaan bahasa terhadap variabel laten, hal ini dapat
pada pernyataan dan ketepatan aspek yang ditunjukkan berdasarkan T-value. Apabila
T-value tiap-tiap aitem tidak kurang dari (negasi dari konstruk yang akan diung-
1,96 untuk taraf signifikansi 0.05 (tidak kap). Tiap aitem menyediakan 5 pilihan
berwarna merah pada program Lisrel) respon mulai dari “sangat sesuai” sampai
maka aitem dikatakan valid artinya dapat “sangat tidak sesuai”. Skala tersebut dipilih
mengukur apa yang hendak diukur agar responden memberikan respon yang
(Retnawati, 2016). lebih bervariasi dalam rentang tertentu dan
Tahap pelaksanaan, alat ukur yang lolos dapat mengevaluasi pernyataan yang ada
proses pada tahap uji coba diujikan pada sesuai dengan kondisi dirinya. Penetapan
306 responden, kemudian hasilnya dimensi alat ukur refleksi diri adaptif
dianalisis dengan menggunakan CFA. berdasarkan review beberapa jurnal
Peneliti melakukan pengujian First Order penelitian tentang refleksi diri serta alat
CFA terhadap dimensi reaksi emosi, ukur yang telah terstandarisasi. Kross dan
dimensi konten pikiran dan dimensi Ayduk meneliti tentang hubungan antara
penghindaran. Setelah tercapai model self-distancing, reaktivitas emosional,
pengukuran refleksi diri adaptif dengan konten pikiran, dan penghindaran
item yang valid dan reliabel, peneliti (avoidance). Berdasarkan penelitian Ayduk
melakukan pengujian second order Confir- dan Kross tersebut, peneliti menetapkan
matory Factor Analysis (CFA) sehingga reaktivitas emosional, konten pikiran dan
dihasilkan model pengukuran refleksi diri penghindaran sebagai dimensi dalam alat
adaptif yang fit dan dapat diterima dengan ukur refleksi diri adaptif. Kemudian dari
seluruh aitem valid dan reliabel. ketiga dimensi tersebut ditetapkan aspek-
aspek yang akan dijadikan dasar untuk
Spesifikasi alat ukur membuat indikator serta aitem-aitemnya.
Gambaran mengenai aspek pada alat ukur-
Alat ukur yang akan dikonstruksi dalam alat ukur yang digunakan sebagai acuan
penelitian ini adalah alat ukur refleksi diri dijelaskan dalam tabel 1.
adaptif, tergolong typical performance test
Berdasarkan alat ukur yang dijelaskan
yang tidak mengandung jawaban benar
pada tabel 1, peneliti merancang alat ukur
dan salah. Responden menentukan pilihan
awal terdiri dari 99 aitem yang ditetapkan
jawaban dengan menyesuaikan karak-
berdasarkan hasil pemeriksaan oleh
teristik yang ada pada dirinya. Teknik
beberapa expert. Tabel 2 menjelaskan aspek
penskalaan yang digunakan pada
dari dimensi alat ukur refleksi diri adaptif
penyusunan alat ukur ini adalah Skala
yaitu reaksi emosi, konten pikiran dan
Likert dengan mengkategorikan aitem
penghindaran.
menjadi favorable (mendukung konstruk
yang akan diungkap) dan unfavorable
Tabel 1
Skala acuan alat ukur refleksi diri adaptif
Tabel 2
Dimensi dan aspek alat ukur refleksi diri adaptif
Dimensi Aspek
Reaksi Emosi Refleksi (RRS)
Reaksi yang timbul saat subjek Adanya perubahan tujuan agar terlibat dalam pemecahan
mengingat peristiwa negatif di masalah kognitif untuk meringankan gejala depresi
masa lalu berupa perasaan kecewa,
Refleksi (RRQ)
marah, sakit dan reaksi fisik.
Memberikan konsep ringas tentang rasa percaya diri yang
Individu menilai emosinya saat ini
dimotivasi oleh keingintahuan atau kepentingan epistemis
dalam diri
Ruminasi (Brooding) (RRS)
Perbandingan situasi pasif saat ini dengan beberapa orang
yang tidak mencapai standar
Ruminasi (RRQ)
Konsepsi ringkas tentang rasa percaya diri dimotivasi oleh
persepsi ancaman, kerugian dan ketidak adilan
Tabel 4
Cut-offs kriteria model pengukuran
T-Value Loading Factor (λ) CR R2
Validitas > 1.96
Reliabilitas > 0.30 0.60 (Baik) Besarnya kontribusi item/indikator
pada variabel laten
metode analisis faktor untuk melakukan uji saja yaitu konten pikiran. Kriteria Goodness
validitas dan reliabilitas konstruk, dengan of fit lainnya untuk dimensi konten pikiran
hasil analisis sebagai berikut. yaitu nilai GFI = 0.87, AGFI = 0.83, CFI =
0.97 dan IFI = 0.97. Nilai GFI dan AGFI
Dimensi reaksi emosi tidak memenuhi kriteria fit karena kurang
dari 0.90 tetapi nilai CFI dan IFI lebih dari
Dimensi reaksi emosi terdiri dari 45 aitem
0.90 telah memenuhi kriteria fit, sehingga
diuji unidimensionalitasnya apakah benar
dikatakan model dapat diterima. T-value
hanya mengukur reaksi emosi. Hasil CFA
aitem-aitem yang memenuhi kriteria model
menunjukkan model tidak fit, lalu dilaku-
fit adalah K1(6.05), K2(4.65), K3(5.58),
kan modifikasi model untuk memperoleh
K5(3.55), K6(5.86), K7(2.46), K12(7.09),
aitem yang memenuhi kriteria model fit
K13(3.57), K14(4.38), K15(6.08), K19(4.99),
yaitu Chi-Square = 8.54, df = 14, p-value =
K28(4.64), K34(6.06), K40(5.48), dan
0.85938, RMSEA = 0.000, GFI = 0.98, AGFI =
K41(8.07). Seluruh aitem tersebut
0.95, CFI = 1.00, dan IFI = 1.09, nilai-nilai
signifikan (t>1.96) dan dapat mengukur
tersebut telah memenuhi kriteria fit.
dimensi konten pikiran. Dari hasil
Pemeriksaan T-value dilakukan untuk me-
pemeriksaan loading factor
nentukan apakah aitem signifikan dalam
K1(0.59),K2(0.47), K3(0.55), K5(0.37),
mengukur faktor yang hendak diukur dan
K6(0.57), K7(0.26), K12(0.67), K13(0.37),
mengeluarkan aitem yang tidak signifikan
K14(0.45), K15(0.59), K19(0.50), K28(0.47),
(t<1.96). T-value berturut-turut adalah
K34(0.58), K40(0.54), dan K41(0.74), hanya
R3(4.90), R5(3.18), R7(4.58), R13(2.40),
K7 yang memiliki loading factor kurang dari
R17(1.49), R26(3.64) dan R28(2.83).
0.30, oleh karena itu aitem K7 dikeluarkan
Sehingga aitem R17 (Secara alami saya
dari model. Reliabilitas untuk dimensi
adalah orang yang sangat senang mem-
konten pikiran yang dihitung dengan
pertayakan sesuatu) dikeluarkan dari mo-
rumus CR adalah 0.85 yang berarti kons-
del karena tidak signifikan. Pemeriksaan
truk untuk dimensi konten pikiran memi-
loading factor dilakukan untuk menghitung
liki reliabilitas yang baik dan empat belas
reliabilitas dengan rumus CR, menghasil-
indikator konten pikiran memberikan
kan loading factor aitem berturut-turut
ukuran reliabel untuk dimensi tersebut.
R3(0.60), R5(0.42), R7(0.57), R13(0.30),
R26(0,43), R28(0.35). Hasil perhitungan
Dimensi penghindaran
rumus CR adalah 0.60. Hasil ini menun-
jukkan reliabilitas konstruk dimensi reaksi Dimensi penghindaran terdiri dari 12
emosi cukup baik, artinya keenam indi- aitem. Hasil pengujian awal diperoleh
kator reaksi emosi memberikan ukuran model yang belum fit, setelah dilakukan
reliabel untuk dimensi tersebut. modifikasi diperoleh nilai Chi-Square =
21.78, df = 14, p-value = 0.083, RMSEA =
Dimensi konten pikiran 0.075, GFI = 0.94, AGFI = 0.88, CFI = 0.94 dan
IFI = 0.94. Nilai AGFI sebesar 0.88 tidak
Dimensi konten pikiran terdiri dari 42
memenuhi kriteria fit, sedangkan nilai
aitem. Dari hasil modifikasi model
lainnya lebih besar dari 0.90, sehingga
diperoleh Chi-Square = 109.08, df = 90, p-
model dapat diterima dan aitem-aitemnya
value = 0.084, RMSEA = 0.046. Nilai tersebut
dapat mengukur dimensi penghindaran. T-
menunjukkan bahwa model fit artinya
value untuk aitem-aitem dimensi
model dengan satu faktor (unidimensional)
penghindaran adalah P3(5.00), P4(4.89),
bahwa seluruh aitem mengukur satu faktor
P5(6.00), P6(1.73), P7(6.66), P9(7.33) dan terdiri dari 25 aitem. Aitem tersebut terdiri
P12(0.96). Aitem P6 dan P12 dikeluarkan dari tiga dimensi yaitu dimensi reaksi
dari model karena T-value kurang dari 1.96. emosi sebanyak enam aitem, dimensi
Hasil pemeriksaan loading factor diperoleh konten pikiran sebanyak 14 aitem dan
P3(0.54), P4(0.51), P5(0.61), P7(0.69), dan dimensi penghindaran sebanyak lima
P9(0.74). Seluruh loading factor telah aitem. Total 25 aitem yang lolos proses uji
memenuhi kriteria (>0.30), dan hasil coba dipaparkan dalam tabel 6. Aitem-
perhitungan reliabilitas adalah CR = 0.76. aitem yang telah memenuhi kriteria
Dapat dikatakan bahwa dimensi validitas dan reliabilitas kemudian kembali
penghindaran memiliki reliabilitas menjalani proses pengujian First Order
konstruk yang baik, dan kelima aitemnya CFA. Peneliti melakukan pengujian First
memberikan ukuran yang reliabel untuk Order CFA terhadap dimensi reaksi emosi,
dimensi tersebut. Proses tersebut dimensi konten pikiran dan dimensi
dirangkum sebagaimana tabel 5. penghindaran sehingga menghasilkan tiga
Berdasarkan hasil pengujian pada hasil analisis.
tahap uji coba diperoleh alat ukur Refleksi
Diri Adaptif dengan 25 aitem yang terdiri Dimensi reaksi emosi
dari dimensi reaksi emosi dengan 6 aitem Dimensi reaksi emosi terdiri dari enam
yaitu R3, R5, R7, R13, R26, dan R28, dimensi aitem dengan empat aitem aspek refleksi
konten pikiran dengan 14 aitem yaitu K1, dan dua aitem aspek ruminasi. Peneliti
K2, K3, K5, K6, K12, K13, K14, K15, K19, menguji apakah enam aitem yang ada
K28, K34, K40, dan K41, dan dimensi bersifat unidimensional artinya benar hanya
penghindaran dengan 5 aitem yaitu P3, P4, mengukur reaksi emosi. CFA model
P5, P7, dan P9, seperti pada tabel 6. memperoleh hasil Chi-Square = 14.76, df = 9,
p-value = 0.09774 RMSEA = 0.046, nilai
Pengujian First Order Confirmatory Factor tersebut menunjukkan bahwa model fit.
Analysis (CFA) alat ukur rerfleksi diri adaptif Model ditunjukkan pada gambar 1.
25 aitem.
Pernyataan yang membentuk alat ukur
Refleksi Diri Adaptif (RDA) tahap uji coba
Tabel 5
Analisis CFA alat ukur refleksi diri adaptif tahap uji coba
Dimensi
Goodness of fit Reaksi Emosi Konten Pikiran Penghindaran
X2-Chi Square 8.54 109.8 2 1.78
Probability 0.859 0.084 0.083
RMSEA 0.000 0.046 0.075
GFI 0.98 0.87 0.94
AGFI 0.95 0.83 0.88
CFI 1.00 0.97 0.94
IFI 1,09 0.97 0.94
Reliabilitas (CR) 0.60 0.85 0.76
Item dengan R2 terbesar 0.36 (R3) 0.54 (K41) 0.54 (P9)
Tabel 6
Item alat ukur refleksi diri adaptif lolos proses uji coba
Nomor Aitem
Dimensi Aspek
favorable Unfavorable
Reaksi Emosi Refleksi R3, R5, R7, R13
Ruminasi R26, R28
Total Aitem 9 16
Mencermati informasi yang disajikan Dari hasil CFA diperoleh hasil Chi-Square =
dalam gambar 6 tampak bahwa loading 6.70, df = 4, p-value = 0.15233, RMSEA =
factor lebih besar dari 0.3 untuk tiap aitem 0.047. seperti pada gambar 7. Nilai tersebut
yang membangun dimensi konten pikiran. menunjukkan bahwa model fit artinya
Dengan demikian semua butir memiliki model dengan satu faktor (unidimensional)
kriteria valid, selanjutnya dapat dihitung bahwa seluruh aitem mengukur satu faktor
reliabilitas konstruk dengan rumus CR. saja, yaitu penghindaran.
2 Output dalam bentuk T-values seperti
(∑𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 )
CR = 2 gambar 8 dilihat untuk mengetahui respon
(∑𝑛 𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 ) +(∑𝑖=1 𝛿𝑖 )
(11.2896)
responden terhadap aitem-aitem dalam
CR = (11.2896)+(6.54) dimensinya apakah signifikan atau tidak.
Nampak bahwa nilai t hitung telah
CR = 0.64
memenuhi kriteria signifikan yakni lebih
Nilai CR sebesar 0.64 menunjukkan besar dari t tabel (t>1.96) sehingga
bahwa reliabilitas konstruk untuk dimensi disimpulkan bahwa seluruh aitem pada
konten pikiran cukup baik. Oleh karena itu dimensi penghindaran telah memenuhi
kedelapan indikator konten pikiran kriteria dan dapat mengukur dimensi
memberikan ukuran yang reliabel untuk penghindaran secara signifikan. Aitem P9
dimensi konten pikiran. (Saya sangat tertarik untuk memeriksa apa
yang saya pikirkan) memiliki nilai R2
Dimensi penghindaran tertinggi yaitu sebesar 0.36. P9 merupakan
indikator yang memberikan kontribusi
Dimensi penghindaran terdiri dari 5 aitem,
terbesar terhadap dimensi penghindaran
dengan 3 aitem untuk aspek mencoba
sebesar 36 persen. Modifikasi terhadap
untuk tidak memikirkan dan 2 aitem untuk
model pengukuran pada dimensi penghin-
aspek menekan perasaan tentang peristiwa
daran dilakukan untuk memperoleh aitem-
negatif. Peneliti menguji apakah 5 aitem
aitem yang memenuhi kriteria valid.
yang ada bersifat unidimensional artinya
benar hanya mengukur penghindaran.
Gambar 9 adalah hasil modifikasi Dari hasil analisis CFA untuk tiga
model dan selanjutnya dihitung reliabilitas dimensi yang membangun alat ukur
konstruk dengan rumus. refleksi diri adaptif diperoleh kriteria
2 Goodness of fit, validitas dan reliabilitas
(∑𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 )
CR = 2 aitem seperti dipaparkan pada tabel 7.
(∑𝑛 𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 ) +(∑𝑖=1 𝛿𝑖 )
(4.7524)
CR = (4.7524)+(2.81)
CR = 0.63
Tabel 7
Hasil analisis CFA tiga dimensi alat ukur refleksi diri adaptif
Dimensi
Goodness of fit
Reaksi Emosi Konten Pikiran Penghindaran
X2-Chi Square 14.76 33.74 6.70
Probability 0.098 0.097 0.152
RMSEA 0.046 0.035 0.047
GFI 0.98 0.97 0.99
AGFI 0.96 0.96 0.97
CFI 0.95 0.97 0.99
IFI 0.95 0.97 0.99
Reliabilitas CR 0.58 0.64 0.63
Aitem dengan R2 terbesar 0.52 (R3) 0.27 (K3, K6) 0.36 (P9)
Pengujian second order Confirmatory Factor RMSEA = 0.027. Nilai tersebut menunjuk-
Analysis (CFA) alat ukur rerfleksi diri adaptif. kan bahwa model pengukuran fit artinya
model pengukuran unidimensional. Model
Hasil analisis pengukuran First Order
secara teoretis sesuai dengan data empiris.
Confirmatory Factor Analysis (CFA) yang
Goodness of Fit model disajikan dalam tabel
dilakukan terhadap model pengukuran
8.
refleksi diri adaptif menunjukkan bahwa
tiga dimensi refleksi diri adaptif yaitu Pernyataan-pernyataan yang merupa-
reaksi emosi, konten pikiran, dan penghin- kan aitem alat ukur refleksi diri adaptif
daran, telah memperoleh indikator- hasil analisis CFA dipaparkan pada tabel 9.
indikator yang cukup valid. Aitem-aitem Gambar 10 dan gambar 11 merupakan
yang membangun model pengukuran yang output analisis Standardized Solution dan
fit sebanyak 15 aitem. analisis T-Value Second Order CFA
Gambar 10 menunjukkan hasil pengu- pengukuran refleksi diri adaptif, diguna-
jian Second Order CFA terhadap 15 aitem kan untuk memeriksa validitas dan
yang membangun model pengukuran reliabilitas seluruh aitem. Hasil analisis
refleksi diri adaptif menghasilkan Chi- seperti pada tabel 10.
Square = 102.80, df = 84, p-value = 0.07998,
Gambar 10. Standardized Solution Second Order CFA Alat Ukur Refleksi Diri Adaptif
Tabel 8
Goodness of fit model alat ukur refleksi diri adaptif
Tabel 9
Aitem alat ukur refleksi diri adaptif
Aitem Pernyataan
Reaksi Emosi
R3 Saya pergi sendirian dan berpikir mengapa saya merasa seperti ini.
R5 Saya pergi ke suatu tempat sendirian untuk memikirkan perasaan saya.
R7 Merenungkan diri sendiri merupakan sesuatu yang saya sukai.
Konten Pikiran
K3 Ingatan tentang peristiwa yang mengganggu sekecil apapun akan mengganggu saya untuk
sementara waktu.
K5 Setelah argumentasi seseorang berakhir, saya terus bertarung dengan orang ini dalam
imajinasi saya.
K6 Ingatan yang semakin parah muncul di benak saya sebelum saya tertidur.
K13 Saya merasa marah dengan hal-hal tertentu dalam hidup saya.
K15 Saya memikirkan kejadian tertentu yang sudah lama berlalu dan hal itu masih membuat saya
marah.
K19 Ada saat-saat saya tidak bisa berhenti disibukkan dengan konflik tertentu.
K34 Saya akan mengalami depresi jika saya tidak berhenti mengulas pemiikiran kritis diri saya.
K40 Saya mengalami kesulitan menjauhkan diri dari pikiran bahwa saya tidak cukup baik
Penghindaran
P3 Saya sering mengevaluasi perasaan saya.
P5 Saya sering meluangkan waktu untuk merenungkan pemikiran saya.
P7 Saya tidak terlalu tertarik untuk menganalisis perilaku saya.
P9 Saya sangat tertarik untuk memeriksa apa yang saya pikirkan.
Gambar 11. T-Value Second Order CFA Alat Ukur Refleksi Diri Adaptif
Tabel 10
Hasil second order CFA alat ukur refleksi diri adaptif
Loading
Item T-value R2 Keterangan
factor
Dimensi: Reaksi Emosi
Item R3 0.39 5.22 0.15 Item Fit
Item R5 0.38 5.06 0.14 Item Fit
Item R7 0.58 7.26 0.33 Item Fit
Dari tabel 10 diketahui bahwa aitem P3 penilaian model fit dan evaluasi model
(Saya sering mengevaluasi perasaan saya) pengukuran yang menghasilkan model
dan P9 (Saya sangat tertarik untuk yang fit beserta aitem-aitem yang valid.
memeriksa apa yang saya pikirkan) Alat ukur Refleksi Diri Adaptif yang
memberikan kontribusi terbesar untuk alat dihasilkan dari penelitian ini terdiri dari 15
ukur refleksi diri adaptif dengan nilai R2 aitem yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu
masing-masing sebesar 0.35. P3 dan P9 dimensi reaksi emosi, dimensi konten
merupakan indikator yang memberikan fikiran dan dimensi penghindaran.
kontribusi terbesar terhadap dimensi Pengujian first order CFA terhadap tiga
penghindaran sebesar 35 persen. Reliabi- dimensi alat ukur refleksi diri adaptif yang
litas konstruk alat ukur refleksi diri adaptif terdiri dari 99 aitem menghasilkan model
dapat dihitung dengan menggunakan yang belum fit pada analisis awal karena
rumus CR. Chi-Square, p-value, dan RMSEA model
2 pengukuran tidak memenuhi kriteria
(∑𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 )
CR = 2 unidimensional, sehingga peneliti
(∑𝑛 𝑛
𝑖=1 𝜆𝑖 ) +(∑𝑖=1 𝛿𝑖 )
(47.8864)
memutuskan kembali melakukan pengu-
CR = (47.8864)+(11,72) jian first order CFA dengan mengeluarkan
aitem-aitem yang menyebabkan model
CR = 0.80
pengukuran tidak mencapai unidimen-
Nilai CR sebesar 0.80 menunjukkan sionalitas dengan cara menurunkan nilai
bahwa alat ukur refleksi diri adaptif Chi-Square (karena diharapkan kecil) untuk
memiliki reliabilitas konstruk yang baik, mencapai p-value sesuai kriteria
dan kelima belas indikatornya memberikan unidimensional yaitu sebesar 0.05 (Ghozali
ukuran yang reliabel untuk alat ukur & Fuad, 2012). Setelah model pengukuran
refleksi diri adaptif. memenuhi kriteria goodness of fit dan
diterima, kemudian peneliti melakukan
pengujian validitas dan reliabilitas aitem
Diskusi
sehingga diperoleh aitem-aitem yang valid
Proses pengujian unidimensionalitas model dan reliabel dalam mengukur refleksi diri
pengukuran serta perhitungan validitas yang adaptif. Pengujian first order CFA
alat ukur refleksi diri adaptif pada tahap uji pada tahap uji coba menghasilkan model
coba berdasarkan metode Confirmatory yang dapat diterima (unidimensional) untuk
Factor Analysis (CFA) memberikan hasil mengukur refleksi diri adaptif dengan tiga
bahwa model pengukuran refleksi diri dimensi yang terdiri dari 25 aitem fit.
adaptif dapat diterima sesuai kriteria Kemudian model pengukuran dengan 25
pengujian. Evaluasi terhadap model aitem ini diuji kembali tiap dimensinya
pengukuran refleksi diri adaptif berfokus dengan menggunakan metode first order
pada hubungan antara dimensi dan aitem- CFA. Analisis awal belum menghasilkan
aitem penyusunnya. Pemeriksaan validitas model pengukuran yang fit sehingga
aitem dilakukan untuk mengetahui dilakukan modifikasi untuk memperoleh
kemampuan aitem-aitem dalam mengukur model pengukuran unidimensional dengan
refleksi diri adaptif, sedangkan konsistensi cara yang sama pada tahap uji coba,
pengukuran dilakukan dengan pengujian sehingga diperoleh model pengukuran
reliabilitas (Ghozali & Fuad, 2012). Dalam yang dapat diterima (unidimensional)
penelitian ini telah melakukan tahap dengan 15 aitem fit.
Demikian juga faktor situasi dan kondisi secara konstruktif mengenai suatu masalah
saat pengumpulan data dilakukan, dan bagaimana seseorang menghadapi
misalnya waktu pengambilan data, tempat emosi negatif yang normal tanpa melaku-
dan kondisi fisik responden saat itu. kannya secara berlebihan. Peneliti
Perbedaan waktu pengambilan data memperoleh model pengukuran dengan
menyesuaikan jadwal belajar responden di tiga dimensi. Dimensi tersebut adalah
kelas juga memengaruhi hasil penelitian. reaksi emosi, konten pikiran dan penghin-
Validitas dan reliabilitas alat ukur menjadi daran. Dimensi reaksi emosi merupakan
berbeda nilainya. Pengambilan data di pagi reaksi yang timbul saat subjek mengingat
hari dimana kondisi dan atensi responden peristiwa negatif di masa lalu berupa
ketika mengerjakan tes masih dalam perasaan kecewa, marah, sakit dan reaksi
keadaan baik serta suasana yang kondusif fisik. Pada saat ini individu menilai
akan berbeda ketika pengambilan data emosinya. Dimensi konten pikiran adalah
dilakukan pada siang hari dimana atensi hal yang muncul dalam pemikiran
responden ketika mengerjakan tes mulai responden ketika memikirkan pengalaman
menurun serta kondisi yang tidak lagi marah dan dimensi penghindaran
kondusif. Jumlah responden pada merupakan usaha responden untuk
penelitian juga sangat memengaruhi hasil. menghindar dari memikirkan kejadian
Semakin banyak jumlah responden yang di yang membuatnya marah ketika diminta
sesuaikan dengan jumlah aitem akan untuk mengingatnya. Seseorang dikatakan
meningkatkan validitas dan reliabilitas alat telah mencapai refleksi diri adaptif apabila
ukur, dan model pengukuran yang dapat bereaksi secara positif ketika
dirancang akan semakin fit. mengingat peristiwa negatif yang pernah
Kebutuhan terhadap alat ukur refleksi dialaminya dengan melakukan refleksi diri
diri diperkirakan semakin meningkat dan menggunakan perspektif self-distancing
meluas. Pengembangan sangat diperlukan yaitu merefleksikan emosi dengan cara
untuk mendapatkan alat ukur refleksi diri membiarkan diri merekonstruksi perasaan
adaptif yang berkualitas. Alat ukur refleksi dan makna dari pengalaman daripada
diri adaptif yang dirancang dalam mengulang apa yang telah terjadi dan apa
penelitian ini dapat digunakan karena yang dirasakan secara nyata. Semakin
terbukti valid dan reliabel untuk mengukur responden menjauhkan diri secara spontan
refleksi diri remaja madya (usia 15-18 ketika merenungkan pengalaman masa
tahun). Meskipun demikian, masih mem- lalunya, semakin sedikit menceritakan
butuhkan pengembangan pada penelitian kejadian tersebut dan semakin
selanjutnya. merekonstruksinya.
Saran
Kesimpulan
Beberapa saran untuk pengembangan alat
Penelitian ini merancang alat ukur Refleksi ukur refleksi diri adaptif ini antara lain
Diri Adaptif berdasarkan beberapa menyeimbangkan antara proporsi aitem
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dengan jumlah responden, melibatkan
Kross dan Ayduk tentang refleksi diri responden yang lebih banyak sehingga
untuk menjawab pertanyaan mengenai menghasilkan lebih banyak aitem fit,
kebiasaan mental umum tentang perbe- memperhatikan jumlah aitem favorable dan
daan antara merenung dengan berpikir aitem unfavorable untuk menghindari
kebingunan responden saat memberikan Ghozali, I., & Fuad. (2012). Structural
respon, mempertimbangkan ulang equation modeling: Teori, konsep, dan
penggunaan pilihan respon yang bersifat aplikasi dengan program LISREL 8.80
netral, karena pilihan pada opsi tertentu Edisi III. Semarang: Universitas
sangat berbengaruh terhadap alat ukur Diponegoro
yang dirancang, memilih waktu Gillespie, A. (2007) The social basis of self-
pengambilan data yang sama untuk reflection. In: Valsiner, Jaan and Rosa,
seluruh responden agar diperoleh tingkat Alberto, (eds.). The cambridge handbook
validitas dan reliabilitas alat ukur yang of sociocultural psychology. Cambridge
lebih baik. Terakhir, penelitian ini Handbooks in Psychology (ed., pp.
melibatkan 100 responden pada tahap uji 678-691). New York, NY: Cambridge
coba dan 300 responden pada tahap University Press.
pelaksanaan, seluruhnya adalah siswa Grant, A. M., Franklin, J., & Langford, P.
SMA berusia 15–18 tahun atau remaja (2002). The self-reflection and insight
madya, disarankan penelitian selanjutnya scale: A new measure of private self-
melibatkan lebih banyak responden yang consciousness. Social Behavior and
lebih heterogen dan tingkat yang lebih Personality: An International Journal,
tinggi yaitu pada remaja akhir dan dewasa. 30(8), 821–835. doi: 10.2224/ sbp.2002.
30.8.821
Kepustakaan Kolubinski, D. C., Nikčević, A. V.,
Lawrence, J. A., & Spada, M. M. (2017).
Ayduk, Ö., & Kross, E. (2010). Analyzing The metacognitions about self-critical
negative experiences without rumination questionnaire. Journal of
ruminating: The role of self-distancing Affective Disorders, 220, 129–138. doi:
in enabling adaptive self-reflection. 10.1016/j.jad.2017.06.002
Social and Personality Psychology Kross, E., & Ayduk, O (2017). Self distancing
Compass, 4(10), 841–854. doi: 10.1111/ theory: Theory, research, and current
j.1751-9004.2010.00301.x direction. Article In Press
Eisma, M. C., & Stroebe, M. S. (2017). Kross, E., & Ayduk, Ö. (2008). Facilitating
Rumination following bereavement: adaptive emotional analysis:
An overview. Bereavement Care, 36(2), Distinguishing distanced-analysis of
58–64. doi: 10.1080/02682621.2017. depressive experiences from
1349291 immersed-analysis and distraction.
Fenigstein, A., Scheier, M. F., & Buss, A. H. Society for Personality and Social
(1975). Public and private self- Psychology, 34(7), 924-938. doi: 10.1177/
consciousness. Assessment and Theory, 0146167208315938
43(4), 522–527. Kross, E., Duckworth, A., Ayduk, O.,
Gerace, A., Day, A., Casey, S., & Mohr, P. Tsukayama, E., & Mischel, W. (2011).
(2017). “I think, you think”: The effect of self-distancing on
Understanding the importance of self- adaptive versus maladaptive self-
reflection to the taking of another reflection in children. Emotion, 11(5),
person’s perspective. Journal of 1032–1039. doi: 10.1037/a0021787
Relationships Research, 8(9), doi: Mead, G. H. (1934). Mind, self and society.
10.1017/jrr.2017.8 Chicago: University of Chicago Press.