Anda di halaman 1dari 5

TOKOH ALIRAN FILSAFAT

Untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu Pengetahuan

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Ary Nurhidayati Sugianto 21110115120023
Kanti Ismawati 21110115120034
Izzudin Al Qossam 21110115130053
Gigih Pradana 21110115140074

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788
email :geodesi@undip.ac.id
2017
Thomas Hobbes dari Malmesbury adalah seorang filsuf Inggris yang beraliran
empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang
empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem
negara..
Hobbes memiliki pengaruh terhadap seluruh bidang kajian moral di Inggris serta
filsafat politik, khususnya melalui bukunya yang amat terkenal "Leviathan". Hobbes tidak
hanya terkenal di Inggris tetapi juga di Eropa Daratan. Selain dikenal sebagai filsuf,
Hobbes juga terkenal sebagai ahli matematika dan sarjana klasik. Ia pernah menjadi guru
matematika Charles II serta menerbitkan terjemahan Illiad dan Odyssey karya Homeros.

Masa awal kehidupan dan pendidikan


Thomas Hobbes lahir pada 5 April 1588 di Malmesbury, sebuah kota kecil yang
berjarak 25 kilometer dari London. Ketika Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang
menyerbu Inggris. Ayah Hobbes adalah seorang pendeta di Westport, bagian dari
Malmesbury. Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan diri dari kota
tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.
Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14
tahun. Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika
Aristoteles. Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah
baru serta mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang. Karena itulah, astronomi
adalah bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh
Hobbes. Kemudian pada masa kemudian, Hobbes juga menyesali karena ia tidak
mempelajari matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.

Pemikiran
Empirisme
Inti pemikiran Hobbes berakar pada empirisme (berasal dari bahasa Yunani empeiria
yang berarti 'berpengalaman dalam, berkenalan dengan'). Empirisme menyatakan bahwa
pengalaman adalah asal dari segala pengetahuan. Menurut Hobbes, filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati.
Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan
ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia, dan sama sekali
tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan dengan rasionalisme). Dengan
menyatakan yang benar hanyalah yang inderawi, Hobbes mendapatkan jaminan atas
kebenaran.
Materialisme
Hobbes adalah seorang materialis. Ia meyakini bahwa manusia (termasuk pikirannya, dan
bahkan Tuhan) terdiri dari materi. Meskipun tidak pernah disebutkan secara eksplisit
dalam karya-karyanya, Hobbes telah menyerang lawannya yang meyakini hal-hal
imaterial.
Tentang kemandirian filsafat
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis kemandirian filsafat. Hobbes berpendapat
bahwa selama ini, filsafat banyak disusupi gagasan religius. Hobbes menegaskan bahwa
obyek filsafat adalah obyek-obyek lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya.
Menurutnya, substansi yang tak dapat berubah, seperti Allah, dan substansi yang tak
dapat diraba secara empiris, seperti roh, malaikat, dan sebagainya, bukanlah obyek dari
filsafat. Hobbes menyatakan bahwa filsafat harus membatasi diri pada masalah kontrol
atas alam.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat bidang di


dalam filsafat, yakni:

1. Geometri, yang merupakan refleksi atas benda-benda dalam ruang.


2. Fisika, yang merupakan refleksi timbal-balik benda-benda dan gerak mereka.
3. Etika, yang dalam pengertian Hobbes dekat dengan psikologi. Maksudnya,
refleksi atas hasrat dan perasaan manusia serta gerak-gerak mentalnya.
4. Politik, yang adalah refleksi atas institusi-institusi sosial.

Hobbes menyatakan bahwa keempat bidang tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Karena itulah, Hobbes berpandangan bahwa masyarakat dan manusia dapat dilihat
melalui gerak dan materi dalam fisika.

Tentang pengenalan
Sebagai penganut empirisme, Hobbes menganggap bahwa pengetahuan berasal
dari pengalaman semata-mata. Tidak seperti kaum rasionalis, pengenalan dengan akal
hanyalah mempunyai fungsi mekanis. Pengenalan dengan akal dimulai dengan kata-kata
yang menunjuk pada tanda-tanda tertentu yang sebenarnya sesuai dengan kebiasaan saja.
Pengertian-pengertian umum hanyalah nama belaka, yaitu sebagai nama bagi gambaran-
gambaran ingatan tersebut, bukan nama benda pada dirinya sendiri. Pengamatan indrawi
terjadi karena gerak benda-benda di luar manusia yang menyebabkan adanya r4ngsangan
terhadap indra manusia. R4ngsangan tersebut diteruskan ke otak, dan dari otak ke
jantung. Di dalam jantung timbullah reaksi tertentu yang merespons pengamatan tersebut.

Manusia
Pandangan Hobbes tentang manusia dimulai dengan pertanyaan: apa yang
menggerakkan manusia? (what makes him tick?). Di sini, Hobbes membandingkan
manusia dengan sebuah jam tangan yang bergerak secara teratur karena ada onderdil-
onderdil di dalamnya. Hobbes memandang manusia secara mekanis belaka. Manusia
adalah setumpuk material yang bekerja dan bergerak menurut hukum-hukum ilmu alam.
Untuk itu, ia menyingkirkan segala macam anggapan moral-metafisik tentang manusia.
Misalnya saja, pandangan bahwa manusia memiliki kodrat sosial, kebebasan, keabadian
jiwa, dan sebagainya. Jiwa dan akal budi hanya dianggap sebagai bagian dari proses
mekanis di dalam tubuh.
Setelah mengetahui seluruh kaitan antara onderdil-onderdil dari sebuah jam
tangan, maka kita dapat mengetahui prinsip kerja yang menyebabkan jam tangan itu
bergerak. Kesimpulan akhir Hobbes mengenai faktor penggerak manusia adalah psikis
manusia, yakni nafsu. Nafsu yang paling kuat dari manusia adalah nafsu untuk
mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan akan kehilangan nyawa. Dari
dasar pemikiran itulah Hobbes kemudian merumuskan pandangannya tentang negara
yang amat terkenal

Negara
Pemikiran Hobbes mengenai negara terdapat di dalam karya besarnya yang
berjudul "Leviathan". Leviathan adalah nama binatang di dalam mitologi Timur Tengah
yang amat buas. Di dalam filsafat Hobbes, Leviathan merupakan simbol suatu sistem
negara. Seperti Leviathan, negara haruslah berkuasa mutlak dan ditakuti oleh semua
rakyatnya, karena hanya dengan cara inilah manusia-manusia dapat mengalami ketertiban
dan kebahagiaan
Di dalam pandangannya tentang manusia, Hobbes berpendapat bahwa seluruh
perilaku manusia ditentukan oleh kebutuhan mempertahankan diri atau takut akan
kehilangan nyawa. Dengan mengetahui hal tersebut, Hobbes merasa mampu menjawab
pertanyaan bagaimana manusia harus bersikap baik, yaitu kuasailah rasa takut mati
mereka. Bila manusia diancam dan dibuat takut, ia akan dapat mengendalikan emosi dan
nafsunya sehingga kehidupan sosial dapat terjamin. Karena itu, negara haruslah menekan
rasa takut mati dari warga negaranya, supaya setiap orang berbuat baik.

Terbentuknya negara
Menurut Hobbes, manusia tidaklah bersifat sosial. Manusia hanya memiliki satu
kecenderungan dalam dirinya, yaitu keinginan mempertahankan diri. Karena
kecenderungan ini, manusia bersikap memusuhi dan mencurigai setiap manusia lain:
h0m0 homini lupus! (manusia adalah serigala bagi sesamanya). Keadaan ini mendorong
terjadinya "perang semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes). Inilah
"keadaan alamiah" saat belum terbentuknya negara. Akan tetapi, jika terus-menerus
terjadi perang semua melawan semua, tentu saja eksistensi manusia juga terancam. Untuk
itu, manusia-manusia mengadakan sebuah perjanjian bersama untuk mendirikan negara,
yang mengharuskan mereka untuk hidup dalam perdamaian dan ketertiban.

Status negara
Negara berkuasa secara mutlak dan berhak menentukan nasib rakyatnya demi
menjaga ketertiban dan perdamaian. Status mutlak dimiliki negara sebab negara bukanlah
rekan perjanjian, melainkan hasil dari perjanjian antar-warga negara. Artinya, di dalam
perjanjian membentuk negara, setiap warga negara telah menyerahkan semua hak mereka
kepada negara. Akan tetapi, negara sama sekali tidak punya kewajiban apapun atas
warganya, termasuk kewajiban untuk bertanggung jawab pada rakyat.
Negara berada di atas seluruh warga negara dan berkuasa secara mutlak.
Kemudian negara juga berhak menuntut ketaatan mutlak warga negara kepada hukum-
hukum yang ada, serta menyediakan hukuman bagi yang melanggar, termasuk hukuman
mati. Dengan demikian, warga negara akan menekan hawa nafsu dan insting untuk
berperilaku destruktif. Selanjutnya, warga negara akan memilih untuk patuh kepada
hukum karena memiliki rasa takut dihukum mati. Hilangnya kebebasan warga negara
terhadap negara adalah harga yang harus dibayar jika semua orang ingin hidup dalam
ketenteraman, keteraturan, dan kedamaian.

Pembatasan kekuasaan negara


Jikalau kekuasaan negara begitu mutlak dan tidak dapat dituntut oleh warga
negara, bukankah potensi penyalahgunaan kekuasaan oleh negara menjadi amat besar?
Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, Hobbes menyatakan dua hal.
Pertama, perlu ada kesadaran dari pihak yang berkuasa mengenai konsep
keadilan, sebab kelak perbuatannya harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah
dalam pengadilan terakhir.
Kedua, jika negara mengancam kelangsungan hidup warga negara, maka setiap
warga negara yang memiliki rasa takut terhadap kematian akan berbalik menghancurkan
negara, sebelum negara menghancurkan mereka. Pada situasi tersebut, masyarakat akan
kembali ke "keadaan alamiah" untuk selanjutnya membentuk negara yang lebih baik, dan
seterusnya.

Pengaruh
Tulisan-tulisan Hobbes, khususnya "Leviathan", sangat memengaruhi seluruh
filsafat politik dan filsafat moral di Inggris pada masa-masa selanjutnya. Di Eropa
Daratan, Hobbes juga membawa pengaruh kuat. Salah satu filsuf besar yang dipengaruhi
Hobbes adalah Baruch Spinoza. Spinoza dipengaruhi Hobbes di dalam pandangan-
pandangan politik dan juga bagaimana berhubungan dengan Alkitab.
Hobbes juga merupakan salah seorang filsuf, jika bukan yang pertama, yang amat
berpengaruh dalam perdebatan antara kehendak bebas dan determinisme. Selain itu, ia
juga merupakan salah satu filsuf bahasa yang paling penting karena ia berpandangan
bahwa bahasa bukan hanya digunakan untuk menjelaskan dunia, tetapi juga untuk
menunjukkan perilaku-perilaku dan juga untuk mengikat janji dan kontrak.
Kemudian Hobbes juga berpengaruh di dalam studi kontraktarianisme.
Kontraktarianisme merupakan bagian dari teori-teori moral dan politik yang
menggunakan ide teori kontrak sosial. Hobbes merupakan salah satu filsuf kontrak sosial
tradisional yang menggunakan ide kontrak sosial untuk menegaskan peran negara. Di
sini, Hobbes merupakan pionir dari salah satu dari dua argumen moral tentang kontrak
sosial yang ada. Satu jenis argumen moral tentang kontrak sosial lainnya diberikan oleh
Immanuel Kant.
Selain itu, Hobbes juga merupakan filsuf modern pertama di dalam bidang
sensasionalisme. Sensasionalisme adalah pandangan yang menganggap semua keadaan
mental, secara khusus kognitif manusia, beraal dari komposisi atau asosiasi-asosiasi dari
sensasi atau perasaan belaka. (Sumber: Wikipedia).

Anda mungkin juga menyukai