Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSA KEPERAWATAN : PERFUSI JARINAGN, PERUBAHAN, SEREBRAL

Dapat dihubungkan dengan: Penghentian aliran darah oleh SOL (hemoragi, hematoma); edema serebral (respon local atau umum pada cedera, perubahan
metabolik, takar lajak obat atau alkohol); penurunan TD sistemik/hipoksia (hypovolemia, disritmia jantung).

Kemunkinan dibuktikan oleh: Perubahan tingkat kesadaran; kehilangan memori

Perubahan respon motorik/sensori,gelisah.

Perubahan tanda vital.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi-pasien akan: memepertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi motoric/sensori

Mendemonstasikan tanda vital stabil dan takada tanda-tanda peningkatan TIK.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Mandiri :
1. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan 1. Manentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda/gejala neurologis
tertentu atau yang menyebabkan koma/penurunan perfusi atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal
jariangan otak dan potenisal peningkatan TIK. mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke
2. Pantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan perawatan intensif untuk memantau tekanan TIK dan/atau
dengan nilai standar (misalnya skala koma Glascow). pembedahan’
3. Evaluasi kemampuan membuka mata, seperti spntan (sadar 2. Mengkaji adanya kecendrungan pada tingkat kesadaran dan
penuh), membuka hanya diberi rangsangan nyeri, atau tetap potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan
tertutup (koma). lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
4. Kaji respon verbal; catat apakah pasien sadar, orientasi tehadap 3. Menentukan tingkat kesadaran.
orang, tempat, dan waktu baik atau malah bingung; menggunakan 4. Mengukur kesesuaian dalam berbicara dan menunjukkan tingkat
kata-kata/frase yang tidak sesuai. kesadaran. Jika kerusakan yang terjadi sangat kecil pada korteks
5. Kaji respons motoric terhadap perintah yang sederhana, gerakan serebral, pasien mungkin bereaksi dengan baik terhadap
yang bertujuan (patuh terhadap perinta, berusaha untuk rangsangan verbal yang diberikan tetapi mungkin juga
menghilangkan rangsang nyeri yang diberikan) dan gerakan yang memperlihatkan seperti ngantuk beratatau tidak kooperaktif.
tidak bertujuan (kelainan postur tubuh). Catat gerakan anggota Kerusakan yang lebih luas pada korteks serebral mungkin akan
tubuh dan catat sisi kiri dan kanan secra terpisah berespons lambat pada perintah atau tetap tertidur ketika tidak
6. Pantau TD, ada perintah, mengalami diorientasi dan stupor. Kerusakan pada
Catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan tekanan batang otak, pons dan medulla ditandai dengan adanya respons
nadi yang semakin berat observasi terhadap hipertensi pada pasien yang tidak sesuai terhadap rangsang.
yang mengalami trauma multipel. 5. Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk
7. Frekuensi jantung, cacat adanya bradikardia, takikardia, atau berespons pada rangsangan eksternal dan merupakan petunjuk
bentuk disritmia lainnya keadaan kesadaran terbaik pada pasien yang matanya tertutup
8. Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya, seperti adanya sebagai akibat dari trauma atau pasien yang afasia. Pasien
periode apnea setelah hiperventilasi yang disebut pernapasan dikatakan sadar apabila pasien dapat meremas atau melepaskan
Chayne-Stokes . tangan pemeriksa atau dapat menggerakan tangan sesuai dengan
9. Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran ketajaman, kesamaan antara perintah. Gerakan yang bertujuan dapat meliputi mimic kesakitan
kiri dan kanan dan reaksinya terhadap cahaya. (meringis) atau gerakan menarik/menjauhi rangsangan nyeri atau
10. Kaji perubahan pada pengelihatan, seperti adanya pengelihatan gerakan yang disadari pasien (seperti duduk). Gerakan lain (fleksi
yang kabur, ganda, lapang pandang, menyempit dan kedalaman abnormal dari ekstremitas tubuh) biasanya sebagai indikasi
persepsi. kerusakan serebral yang menyebar. Tidak adanya gerakan spontan
11. Kaji letak/gerakan mata, catat apakah pada posisi tengah atau ada pada salah satu sisi tubuh menandakan kerusakan pada jalan
deviasi pada salah satu sisi atau kebawah. Catat pula hilangnya motorik pada hemisfer otak yang berlawanan (kontralateral).
refleks “doll’s eye” (refleks okulosefalik). 6. Normalnya, autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang
12. Catat ada/tidaknya refleks-refleks tertentu seperti refleks menelan, konstan pada saat fluktuasi tekanan darah sistemik. Kehilangan
batuk dan Babinski dan sebagainya. autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal
13. Pantau suhu dan atur suhu lingkungan sesuai indikasi. Batasi atau menyebar (menyeluruh). Peningkatan tekanan darah sistemik
penggunaan selimut ; berikan kopres hangat saat demam timbul. yang diikuti oleh penurunan tekanan darah diastolic (nadi yang
Tutup ekstermitas dalam selimut jika menggunakan selimut membesar) merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK, jika
hipotermia (selimut dingin) diikuti oleh penurunan tingkat kesadaran. Hypovolemia/ hipertensi
14. Pantau pemasukan dan pengeluaran. Ukur berat badan sesuai (yang berhubungan dengan trauma multipel) dapat juga
dengan indikasi. Catat turgor kulit dan keadaan membrane mengakibatkan kerusakan/iskemia serebral.
mukosa. 7. Perubahan pada ritme (paling sering bradikardia) dan diritmia
15. Pertahankan kepala/ leher pada posisi tengah atau pada posisi dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada
netral sokong dengan gulungan handuk kecil atau bantal kecil. batang otak pada pasien yang tidak mempunyai kelainan jantung
Hindari pemakaian bantal besar pada kepala sebelumnya.
16. Berikan waktu istirahat diantara aktivitas keperawatan yang 8. Napas yang tidak teratur dapat menunjukan lokasi adanya
dilakukan dan batasi waktu dari setiap prosedur tersebut gangguan serebral/pengkatan TIK dan memerlukan intervensi yang
17. Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lebih lanjut termasuk kemungkinan dukungan napas buatan (rujuk
massage punggung, lingkungan yang tenang, suara/ bunyi-bunyian ke DK: potensial pola napas takefektif).
yang lembut dan sentuhan yang hati-hati dan tepat.
18. Anjurkan orang terdekat (keluarga) untuk berbicara untuk pasien 9. Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor (lll) dan berguna
19. Pantau GDA/ tekanan oksimetri untuk menentukan apakah batang otak masih baik.
Kolaborasi : Ukuran/kesamaan. Ditentukan oleh keseimbangan antara
1. Tinnggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi/ yang dapat persarafan sismpatis dan parasimpatis. Respons terhadap cahaya
ditoleransi. mencerminkan fungsi yang terkombinasi dari saraf kranial optikus
2. Beri oksigen sesuai indikasi (ll) dan oculomotor (lll).
10. Gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan
mikroskopik pada otak. Mempunyai konsekuensi terhadap
keamanan dan juga akan mempengaruhi pilihan intervensi.
11. Posisi dan gerakan mata membantu menemukan lokasi area otak
yang terlibat. Tanda awal dari peningkatan TIK adalah kegagalan
dalam abduksi pada mata, mengindikasikan penekanan/trauma
pada saraf kranial V. hilangnya doll’s eye mengindikasikan adanya
penurunan pada fungsi batang otak dan prognosisnya jelek.
12. Penurunan refleks menandakan adanya kerusakan pada tingkat
otak tegah atau batang otak dan sangat berpengaruh langsung
terhadap keamanan pasien. Kehilangan reflek berkedip
mengisyaratkan adanya kerusakan pada daerah pons dan medulla.
Tidak adanya refleks batuk atau refleks gag menunjukan adanya
kerusakan pada medula refleks bainski positif mengidndikasikan
adanya trauma sepanjang jalur pyramidal pada otak
13. Demam dapat mencerminkan pada hipotalamus. Peningkatan
kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen terjadi (trauma saat
demam dan menggigil). Yang selanjutnya dapat menyebabkan
peningkatan TIK.
14. Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang
terintegrasi dengan perfusi jaringan. Iskemia atau trauma serebral
dapat menyebabkan diabetes individus SIADHA gangguan ini dapat
mengarahkan pada masalah hipotermia atau pelebaran pembuluh
darah yang pada akhirnya akan berpengaruh negative terhadap
tekanan serebral.
15. Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan
menghambat aliran darah vena, yang selanjutnya akan
meningkatan TIK.
16. Aktivitas yang dilakukan terus menerus dapat meningkatkan TIK
dengan menimbulkan efek stimulasi kumulatif.
17. Memberikan efek ketenangan, menurunkan reaksi fisiologis tubuh
dan meningkatkan untuk mempertahankan atau menurunkan TIK
18. Ungkapan keluarga yang menyenangkan pasien tampak
mempunyai efek relaksasi pada beberapa pasien koma yang akan
menurunkan TIK.
19. Menentukan kecukupan pernapasan (kemunculan dari
hipoksia/asidosis) dan mengindikasikan kebutuhan akan terapi.

1. Meningkatkan aliran balik vena dari kepala, sehingga akan


mengurangi kongesti dan edema atau resiko terjadinya
peningkatan TIK.
2. Menurunkan hipoksemia, yang mana dapat meningkatkan
vasodilatasi dan volume darah serebral yang meningkatkan TIK.

Anda mungkin juga menyukai