Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN AGUSTUS 2017

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

TUBA PATOLOUS

Fidesha Nurganiah Siregar C111 11 170


Muhammad Syahir Bin Tajuddin C111 12 865

Pembimbing

Dr. Dewi Lestari

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama: Fidesha Nurganiah Siregar C111 11 170


Muhammad Syahir Bin Tajuddin C111 12 865

Judul Refarat: Tuba Patolous

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian Telinga Hidung dan
Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Agustus 2017

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Dewi Lestari

2
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan…………………………………………………………………..2

Diskusi Refarat

1. BAB I

Pendahuluan…………………………………………..…………………………4

2. BAB II

Anatomi Tuba Eustakhius………………………………………………………5

3. BAB III

Fungsi Tuba Eustakhius…………………………………………………….….13

4. BAB IV

Patofisiologi……………………………………………………………………11

Tanda dan Gejala………………………………………………………….......11

5. BAB V

Pemeriksaan Tuba Eustakhius…………………………………………………12

6. BAB VI
Penatalaksanaan Tuba Patulous

Daftar Pustaka………………………………………………………………………..23

3
BAB I

PENDAHULUAN

Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang
selaput gendang telinga. Normalnya ruangan tersebut terisi dengan udara yang masuk melalui
saluran-saluran eustachian/ tuba eustachius (kanal-kanal yang melewati bagian belakang hidung
dan tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut
saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka
umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi
tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga
mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke
telinga dalam. 1,2

Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring. Fungsi pembukaan dan penutupan tuba eustachius merupakan peranan penting untuk
fisiologi dan patofisiologi. Fungsi tuba ini adalah untuk ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah. Ventilasi berguna untuk
menjaga agar tekanan udara telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara atmosfer. Drainase
sekret berawal dari telinga tengah menuju nasofaring, untuk mencegah terjadinya infeksi
ascendens ke dalam telinga tengah.1,2,3

Disfungsi Tuba Eustachius adalah suatu kumpulan tanda dan gejala disfungsi tuba. Hal
ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa disfungsi tuba adalah suatu mekanisme terjadinya
penyakit telinga tengah.Disfungsi tuba biasanya mengarah kepada gangguan fungsi ventilasi dari
tuba eustachius itu sendiri, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa disfungsi tuba eustachius
adalah kumpulan gejala akibat gangguan regulasi tekanan pada telinga tengah4.

Ada 3 subtipe dari disfungsi tuba eustachius yakni4:


1. Disfungsi Dilatasi Tuba Eustachius,
2. Disfungsi Tuba Eustachius yang diinduksi Tekanan,
3. Disfungsi Tuba Patulous.

4
Pasien dengan tuba patulous biasanya datang dengan gejala rasa penuh pada telinga dan
autophony. Gejala tersebut membaik dengan posisi berbaring atau pada saat terkena infeksi
saluran pernapasan bagian atas. Gejala tersebut memburuk pada saat berolahraga. Gejala ini
dicurigai terjadi karena tuba eustachius yang paten secara abnormal4.

Gambar 1.1 menunjukkan orificium tuba eustachius yang selalu terbuka.

Angka kejadian tuba eustachius patulous adalah 0,3 sampai 6,6 persen di seluruh dunia,
dimana 10 sampai 20 persen dari penderita merasa cukup terganggu dengan gejalanya sehingga
mencari pertolongan medis. Kejadian ini lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dan
lebih sering ditemukan pada orang dewasa4.

Teori yang berkembang terhadap mengapa penyakit ini dapat terjadi adalah terjadinya
kehilangan jaringan lunak pada bagian kartilago medial dari tuba eustachius pada area Ostmann
fat. Pasien lain yang beresiko terkena penyakit ini adalah pada individu yang kehiangan bobot
tubuh secara cepat, seperti pada orang yang terkena kanker ataupun gangguan makan ( eating
disorder), juga pada pasien yang memiliki komplikasi neuromuscular seperti pada multiple
skelerosis yang menyebabkan atrophy tuba4.

Penanganan utama pada pasien tuba patulous adalah dengan menutup sebagian dari tuba
eustachius mereka yang secara paten terbuka, meskipun penanganan ini dapat meredakan gejala,
tapi penanganan ini biasanya hanya bersifat sementara4.

5
BAB II
ANATOMI TUBA EUSTAKHIUS

Tuba Eustachius adalah suatu saluran yang terdiri dari mukosa, kartilago, jaringan lunak,
otot-otot perituba dan sulkus tulang sfenoid di superiornya. Tuba Eustachius terdiri atas tulang
rawan pada dua pertiga anterior ke arah nasofaring dan sepertiga posterior terdiri atas tulang ke
arah kavum timpani. Bentuk tuba Eustachius seperti dua buah kerucut yang bertemu di bagian
puncak. Tempat pertemuan ini disebut ismus yang biasanya berlokasi pada pertemuan bagian
tulang dan tulang rawan. Ismus ini berukuran tinggi 2 mm dan lebar 1 mm. Saluran yang kearah
nasofaring tinggi lumen menjadi 8-10 mm, dengan lebar 1-2 mm5.

Gambar 2.1 Perbedaan Tuba Eustachius anak dan dewasa.

Tuba Eustachius berkembang hingga mencapai ukuran seperti dewasa pada usia 7 tahun
dengan panjang sekitar 36 mm, sedangkan pada bayi sekitar 18 mm. Pada orang dewasa, tuba
Eustachius membentuk sudut 45° terhadap bidang horizontal, sedangkan pada bayi bervariasi
dari horizontal hingga membentuk sudut sekitar 10° terhadap bidang horisontal serta tidak
membentuk sudut pada ismus tetapi menyempit. Sudut yang menghubungkan antara tensor veli
palatini dan kartilago bervariasi pada bayi, sedangkan relatif stabil pada dewasa5.

6
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak disebut lemak Ostmann’s
(Ostmann’s fat pad) yang ikut membantu proses menutupnya tuba dan perlindungan telinga
tengah terhadap sekret nasofaring. Lapisan lemak ini pada bayi volumenya lebih kecil, tetapi
lebarnya sama dengan dewasa5.

Mukosa tuba Eustachius merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring dan telinga
tengah yaitu menyerupai epitel saluran napas, terdiri atas epitel kolumnar bersilia, sel-sel goblet
dan kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah nasofaring.
Semakin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mukus makin berkurang,
mukosa bersilia juga menghilang. Sel-sel goblet dan kelenjar serosa pada bayi lebih sedikit
dibandingkan dewasa. Bayi juga memiliki lumen dengan mukosa yang lebih berlipat-lipat
dibandingkan dewasa. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan compliance yang lebih tinggi
pada bayi5.

Otot pada tuba Eustachius terdiri atas m.tensor veli palatini, m. levator veli palatini, m.
salpingofaringeal dan m. tensor timpani. Otot-otot tersebut berfungsi untuk membuka dan
menutup tuba. Otot tensor veli palatini paling berperan pada proses dilatasi aktif tuba5.

Gambar 2.2 Tuba Eustachius

7
Arteri faringeal ascenden dan arteri meningea media merupakan arteri yang memperdarahi tuba
Eustachius. Tuba Eustaschius dipersarafi oleh cabang faringeal dari ganglion sfenopalatina yang
berasal dari n. maksilaris (nervus V2) pada bagian ostium tuba, nervus spinosus yang berasal dari
n. mandibularis (nervus V3) pada bagian tulang rawan dari tuba dan pleksus timpani yang
berasal dari nervus glossofaringeal pada bagian tulang dari tuba5.

8
BAB III

FUNGSI TUBA EUSTACHIUS

Tuba eustachius tidak hanya merupakan sebuah tabung namun sebuah organ yang
merupakan bagian dari system organ. Rongga hidung, palatum dan faring merupakan bagian
ujung proksimal dari tuba eustakhius dan telinga tengah serta sistem sel-sel gas mastoid
merupakan ujung bagian distal dari tuba eustakhius. Oleh karena itu fungsi tuba inipun pasti
bergubungan dengan system ini :1,2,6

Ada tiga fungsi dari tuba eustachius diantaranya : 1,2,6

1. Sebagai pengatur tekanan (ventilasi) dari telinga tengah yang menyeimbangkan tekanan
gas di dalam telinga tengah dan tekanan atmosfir.
2. Sebagai pelindung (proteksi) terhadap telinga tengah dari tekanan suara dan sekresi dari
rongga nasofaring
3. Sebagai klirens (drainase) cairan yang dihasilkan di dalam telinga tengah yang kemudian
dialirkan ke nasofaring.

a. Fungsi regulasi tekanan (ventilasi)

Dari ketiga fungsi fisiologi tuba eustakhius, fungsi yang paling utama adalah sebagai
regulasi tekanan (ventilasi) di dalam telinga tengah, dimana pendengaran akan optimal jika
tekanan gas di telinga tengah relatif sama dengan tekanan udara di kanalis meatus eksterna.
Normalnya, pembukaan aktif secara intermitten dari tuba eustakhius yang terjadi ketika
m.tensor veli palatine berkontraksi ketika proses menelan, menjaga tekanan udara di telinga
tengah.1,2,6

Secara normal tuba eustakhius sering terbuka Karena untuk menstabilkan tekanan udara
di telinga tengah diantara 10mm dan -50mm H20. Namun, sekira adanya tekanan yang melebihi
sedikit atau bawah daripada garis normal bukan indikasi untuk adanya penyakit telinga
tengah.1,2,6

Gas-gas yang berada di nasofaring yang di alirkan ke telinga tengah terdiri dari 79%
nitrogen, 14.7% oksigen, 1% argon dan 5.1% karbodioksida. Kandungan gas ini mempunyai
komposisi yang sama dengan komposisi gas pada saat ekspirasi pada siklus pernafasan. Pada

9
tekanan normal, fluktuasi tekanan bersifat bidireksional (baik menuju atau dari telinga tengah),
relatif kecil. Fluktuasi ini menggambarkan naik turunnya tekanan barometric yang berhubungan
dengan perubahan cuaca atau perubahan ketinggian ataupun keduanya.1,2,6

Pada anak-anak, memiliki fungsi tuba yang kurang efisien dibandingkan dewasa. Dari
suatu penelitian di Swedia didapatkan 35% dari anak-anak yang telinganya sehat dan
ditempatkan ke dalam ruangan bertekanan, tidak dapat menyeimbangkan tekanan negative
intratimpanik dengan proses menelan. Anak-anak berusia antara 3 dan 6 tahun memiliki fungsi
tuba yang lebih jelek dibandingkan pada anak-anak usia 7-12 tahun. Penelitian ini menunjukkan
bahwa walaupun secara otologikal anak-anak sehat namun fungsi tuba eustakhiusnya tidaklah
sebaik pada orang dewasa. Namun fungsi tuba eustakhius mengalami perbaikan sesuai dengan
penambahan umur, sesuai dengan menurunnya insidensi infeksi telinga tengah dari usia bayi ke
usia dewasa. Selain karena adanyaperbedaan anatomi antara tuba eustakhius pada anak dan
dewasa, juga ditemukan perbedaan fungsional dalam kemampuan untuk membuka tuba
eustakhius ketika proses menelan untuk menyeimbangkan perbedaan tekanan antara telinga
tengah dan nasofaring.1,2,6
Brooks dkk mempelajari parameter tekanan telinga tengah dengan menggunakan
tympanometry dan mendapatkan tekanan resting telinga tengah anak-anak normal sekitar antara
0 s/d -175 mmH2O. Tekanan negatif telinga tengah yang tinggi pada anak-anak ini tidaklah
selalu mengindikasikan suatu penyakit, namun dapat dapat mengindikasikan obstruksi tuba
eustakhius yang fisiologis. Pada orang dewasa, Alberti dan Kristen mendapatkan resting tekanan
telinga tengah antara 50 dan -50 mmH2O dan sekali lagi, jika terdapat tekaknan diluar batas ini
tidak selalu mengindikasikan bahwa memiliki penyakit pada telinga.1,2,6
Karena bayi mempunyai mekanisme pembukaan tuba aktif yang kurang efisien,
biasanya bayi melakukan kompensasi dalam rangka untuk menyeimbangkan tekanan di dalam
telinga tengah yaitu dengan menangis, dimana ketika menangis terdapat tekanan positif yang
cukup tinggi di daerah nasofaring sehingga terjadi aliran udara dari nasofaring ke dalam telinga
tengah melalui tuba sehingga tekanan telinga tengah menjadi sama. Mekanisme ini juga dapat
menjelaskan kenapa bayi selalu menangis ketika berada pada pesawat terbang yang sedang
turun. Proses ini menyebabkan insufflating udara ke dalam telinga tengah.1,2,6

10
Gambar 3.1 Proses menangis dapat mengkompensasi proses mekanisme pembukaan tuba yang tidak efisien pada
bayi kerana tuna eustakhius yang pendek dan floopy

Posisi tubuh mempunyai pengaruh terhadap tuba eustachius. Volume rata-rata udara
yang melalui tuba eustakhius didapatkan mengalami pengurangan 1/3 ketika tubuh dielivasikan
20 derajat terhadap garis horizontal dan berkurang 2/3 pada posisi horizontal. Pengurangan
volume ini yang berhubungan dengan perubahan posisi tubuh didapatkan dari adanya
pembengkakan sistem vena dari tuba eustakhius.1,2,6

b. Fungsi Proteksi1,2,6

Sistem tuba eustakhius membantu melindungi telinga tengah dan sel-sel mastoid dengan dua
cara: 1,2,6

1. Melalui fungsi anatominya


2. Melalui pertahanan imunologi dan mukosiliari dari lapisan mucus membrane.

Perlindungan terhadap telinga tengah dari tekanan suara yang abnormal dan sekresi
nasofaring tergantung dari struktur dan fungsi normal tuba eustakhius dan kemampuan telinga
tengah serta sel-sel mastoid dalam menjaga tekanan udara. Sebagai tambahan, ujung proksimal
dari tuba eustakhius juga (kavum nasi, palatum dan faring) harusnya berada dalam batas normal
secara anatomi dan fisiologi.Saat ini dari telinga tengah dan permukaan tuba eustakhius telah
berhasil ditemukan adanya protein surfaktan seperti yang terdapat pada paru-paru yang bersifat
imunoreaktif yang diduga memfasilitasi fungsi drainase bakteri pathogen kearah nasofaring.1,2,6

Penelitian dengan menggunakan teknik radiografi telah digunakan untuk menentukan fungsi
proteksi dari tuba eustakhius. Pada penelitian ini, material yang radiopak dimasukkan ke dalam

11
hidung dan nasofaring pada anak-anak yang memiliki otitis media dan dihubungkan dengan
anak-anak yang telinganya sehat. Dalam kondisi fisiologis material tersebut masuk ke dalam
ujung tuba eustakhius di nasofaring selama proses menelan namun tidak masuk sampai ke
telinga tengah. Namun sebaliknya, material tersebut masuk ke dalam telinga tengah pada
beberapa pasien yang memiliki penyakit telinga tengah terutama pada saat menelan dengan
hidung tertutup.1,2,6

Penelitian ini membuktikan kejadian yang berurutan seperti: pada saat istirahat, tuba
eustakhius normal dalam keadaan kolaps dan lumen tuba tertutup. Hal ini mencegah cairan dan
tekanan suara nasofaring yang abnormal untuk masuk ke dalam tuba eustakhius. Selama proses
menelan ketika bagian ujung proksimal (bagian kartilago) terbuka, cairan kemudian masuk ke
dalam tuba namun tidak sampai ke telinga tengah dikarenakan adanya bagian tuba yang
menyempit yang dikenal dengan isthmus.1,2,6

C. Fungsi Klirens1,2,6
Klirens (drainase) secret dari telinga tengah ke nasofaring dilakukan melalui dua
metode yang fisiologis :1,2,6
1. Mukosiliari klirens
2. Muskular klirens
Sistem mukosiliari tuba eustakhius dan beberapa area membrane mukosa telinga tengah
membersihkan sekret dari telinga tengah dan aktivitas pemompaan ketika menutup merupakan
cara lain dari klirens. Proses pemompaan dari tuba eustakhius untuk mengalirkan cairan telinga
tengah pertama kali dilaporkan oleh Honjo dkk. Pada penelitian yang dilakukan pada hewan dan
manusia, tuba eustakhius ditunjukkan pada saat menutup memompa material yang radiopaq yang
sebelumnya telah dimasukkan ke dalam telinga tengah, keluar dari telinga tengah menuju ke
nasofaring.1,2,6

12
Fungsi dari tabung Eustachian (ET) telinga -middle(ME) -mastoid (Mast) sistem sel gas. Fungsi
regulasi tekananterkait dengan pelebaran aktif tabung oleh kontraksi dari palatini tensor veliotot
(TVP) (gambar atas). Fungsi pelindung tergantung, dibagian, pada sel-sel telinga tengah dan gas
mastoid utuh untuk mempertahankan bantal gas(Gambar tengah). Fungsi clearance ditingkatkan
oleh aktivitas mukosiliardan aktivitas otot selama penutupan tuba (gambar bawah). EC =
eksternalkanal; NP = nasofaring; TM = tympanic membrane

13
Ilustrasi urutan kejadian selama Tuba Eustakhius (ET) dilatasi (pembukaan aktif) karena
kontraksi veli tensor otot palatini (TVP) saat menelan
.(A), Tuba Eustakhius saat istirahat ditutup.
(B) Hujung proksimal lumen tulang rawan melebarkan pertama dan kemudian diikuti oleh
(C) pelebaran ujung distal dan membuka ke telinga tengah (ME).
(D) Tuba Eustakhius pasif menutup dari ujung distal ke ujung proksimal sehingga kembali ke
urutan (A) , dalam keadaan posisi tertutup

14
BAB IV

PATOFISIOLOGI TUBA PATULOUS

Dalam kondisi istirahat (normal), tuba eustachius tertutup dan hanya dibuka sewaktu
menelan atauautoinflatasi (meletakkan balon kecil lewat hidung, kemudian
menggelembungkan balon dengan meniup melalui setiap lubang hidung sehingga membuka
saluran Estachius dan mengangkat drainase cairan kental yang mengisi telinga tengah). Pada
orang sehat yang tidak ada kelainan, penutupan tuba eustachius dikelola oleh luminal dan faktor
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik dari saluran tuba, tegangan permukaan dari
kelembaban permukaan luminal, dan tekanan jaringan ekstraluminal. Otot tensor veli palatini
berfungsi untuk melebarkan lumen; apabila terjadi kerusakan tensor veli palatini setelah operasi
bibir sumbing maka dapat menyebabkan tuba patulous. Berat badan juga dapat menyebabkan
patensi abnormal yang disebabkan oleh tekanan jaringan berkurang dan hilangnya timbunan
lemak diwilayah tuba eustachius menyebabkan tuba patulous. Kehamilan mengubah tekanan
pembukaan tuba eustachius karenamengubah tegangan permukaan; estrogen yang bekerja pada
prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan. Jaringan parutdi ruang postnasal karena
adenoidektomi dapat mengakibatkan traksi tuba keposisi paten sehingga menyebabkan tuba
terbuka terus menerus yang disebut tuba patulous.2,4
Penurunan berat badan dapat menyebabkan tekanan jaringan berkurang dan hilangnnya
timbunan lemak di wilayah tuba eustakhius yang menyebabkan tuba patulous. Apabila
berkurangnya berat badan maka akan berlaku reduksi lemak ostmann’s pada saat bersamaan.
Telah dilakukan penelitian pada penderita yang menghidap karsinoma oropharyngeal dimana
berlakunya banyak penurunan lemak ostmann’s selama kekambuhan dan penurunan berat badan.
Telah dilakukan otopsi pada pasien tersebut dan menunjukkan kehilangan lemak ostmann’s yang
banyak dimana lemak ini berhubungan langsung dengan otot tensor veli palatine dan lumen tuba
eustachius. Selain itu, pernah diteliti dengan menggunakan MRI dan hasilnya menunjukkan
berlakunya reduksi lemak ostmann’s pada pasien yang terjadinya penurunan berat badan.2,4
Pada faktor kehamilan pula, banyak kajian yang lalu menyatakan bahawa kehamilan
dapat mengubah tekanan pembukaan tuba eustakhius karena mengubah tegangan permukaan dan
estrogen yang bekerja pada prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan tetapi semua itu

15
masih di dalam perdebatan dan belum ada hasil yang pasti. Telah dilakukan penelitian oleh
dr.Mohammad Ali Hiari tentang “Korelasi antara fungsi tuba eustachius dan tingkat estrogen
pada kehamilan”. Dari hasil penelitiannya adalah tuba eustachius, satu-satunya mekanisme
pengatur tekanan pada telinga tengah, sebagian besar bagiannya disusun oleh semua columnar
epithelium -respiratory bersilia yang sama dengan lapisan mukosa hidung dan sinus.Disebabkan
histologisnya yang sama, ramai peneliti berharap pengaruh hormonal serupa di lapisan mukosa
tuba eustachius seperti sebelumnya dijelaskan untuk mukosa hidung. Kemacetan dari mukosa
lapisan dinding tuba akhirnya akan menyebabkan disfungsinya. Namun, kehamilan dan
kontrasepsi oral dilaporkan terkait dengan patensi abnormal tuba eustakhius, tetapi kehamilan
telah dijelas bahawa sebagai etiologi paling umum kedua untuk tuba patulous yang kasusnya
jarang. Namun, itu merupakan kesan klinis bahwa wanita hamil mengeluh lebih umum dari
obstruksi tuba ringan daripada sebaliknya. Kesulitan dalam menahan perubahan tekanan udara
yang cepat sering ditemui dalam praktek kami dari wanita hamil yang tidak menderita masalah
ini baik sebelum atau sesudah kehamilan. Penelitiannya adalah bertujuan untuk mempelajari
apakah ada efek dari kadar estrogen pada fungsi tuba eustachius.
Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa kemungkinan ada faktor hormonal lainnya yang
berhubungkan dengan gangguan fungsi tuba eustakhius. Misalnya peningkatkan kadar
progesteron pada kehamilan atau efek progestasional kontrasepsi oral dapat mungkin menjadi
penyebab perubahan mukosa sewaktu kehamilan. Penelitian ini hanya berkonsentrasi pada efek
estrogenik pada fungsi tuba eustachius sementara mengontrol efek progestasional dan hasilnya
dapat disimpulkan bahwa estrogen bukanlah mediator hormonal yang sebelumnya dilaporkan
ada perubahan fungsi tuba eustachius.2,4,12

Tanda dan Gejala1,2,9,10


Gejala secara umum pasien dengan penyakit pada tuba Eustachian datang dengan
keluhan seperti : 1,2,9,10
 terasa berfluktuasi kepenuhan aural
 suara pernapasan terdengar
 autophony distorsi (yaitu, abnormalpersepsi napas sendiri dan suara) dengan menggema
cukup parah sehingga mengganggu produksi pecakapan, dan sensasi telinga. Autophony
adalah gejala yang paling sering dikeluhkan terkait dengan tuba patulous.

16
Gejala khas pada tuba patulous ini adalah dimana pasien sering datang dengan keluhan
terasa berfluktuasi kepenuhan aural dan autophony (abnormal persepsi nafas sendiri atau suara
yang bergema). Hal ini berlaku ketika tuba eustachius dalam keadaan paten, suara sendiri dan
suara lain yang dihasilkan dalam rongga mulut kita, seperti mengunyah dan pernapasan akan
bergeraklangsung naik ke tuba ke dalam telinga tengah. Suara ini kemudian mendengar pada
tingkat keras yang abnormal l:autophonia adalah persepsi abnormal keras suara kita sendiri.
Selain itu, karena getaran inisekarang akan ditangkap oleh membran timpani dari dalam maupun
dari luar, dan keduasinyal terpisah akan sedikit keluar dari phahe, suara pasien tidak hanya akan
berbunyi sangat keras tapiterganggu juga. Penyebab spesifik dari fenomena ini tidak jelas.
Sebagai contoh, kita tahu antara salah satu fungsi tuba eustakhius adalah proteksi : bukan hanya
memproteksi benda asing atau mikrobakteria nasofaring ke kavum timpani tetapi dapat juga
proteksi daripada suara-suara yang berasal dari rongga hidung juga. Sewaktu kita menarik nafas,
secara fisiologi akan berlaku turbulensi udara di dalam rongga hidung dan fungsi dari tuba
eustakhius inilah yang memproteksi daripada suara-suara terbulensi ini daripada langsung naik
ke telinga tengah dengan cara menutup tuba esutakhius.1,2,9,10
Kadang-kadang vertigo dan gangguan pendengaran juga bisa berlaku kerana tuba
patulous eustakhius membuat berlakunya perubahan tekanan yang terlalu banyak di telinga
tengah, perubahan tekanan ini akan di ditularkan ke telinga dalam melalui pergerakan osikular.
1,2,9,10

17
1. Tuba terbuka abnormal

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga
tengah waktu respirasi. Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh hilangnya jaringan
lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat dan kehamilan
terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor predisposisi penting. Selain itu,
faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis,
gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan
penggunaan estrogen pada laki-laki.1

Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke, multiple
sclerosis, penyakit motor neuron) jugamungkin terlibat.Pembentukan adhesi dalam nasofaring
setelah adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk terjadinya kelainan ini..
Faktor predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan, latihan, dan sindrom sendi
temporomandibular.1

Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang yang
mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan gejalanya.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya terjadi pada
remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.1

Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara
sendiri terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa mengganggu
pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami stress
berat.Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka abnormal
memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah, perubahan tekanan
kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang pendengaran. Beberapa pasien
mungkin mengalami kesulitan makan karena suara mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala
mungkin berhubungan dengan perubahan siklus yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius.
Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan kongesti mukosa yang terkait dengan cara
berbaring, menempatkan kepala di antara lutut, atau selama infeksi saluran pernapasan
atas.Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan
gejala. Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius, dan

18
ini dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan atau
tabung ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.1

Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak
pada respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder
akibat gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus.. Disebabkan tuba
yang terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke
telinga tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi dan
ekpirasi. Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung yang
bersebelahan.Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral pada
waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang menghilang
ketika pasien terlentang.1

CT scan dalam bidang axial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal.CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien.Radiologi
hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi.Timpanometri dapat mendeteksi gerakan dari
membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien dalam posisi tegak. Suara
distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan mikrofon ditempatkan di
meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke ruang depan hidung dan
mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba terbuka abnormal, tingkat
tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum, karena tabung tidak menutup,
tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang ditransmisikan.1

Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan
atau autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab luminal,
dan tekanan jaringan ekstraluminal. Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen jadinya
kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat mengakibatkan tuba
terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan abnormal yang disebabkan
oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak di daerah tabung eustachius.
Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius karena perubahan tegangan
permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan.

19
Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy dapat menyebabkan traksi tuba dalam
posisi terbuka.5

Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan.
Pasien dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan
(kebanyakan pasien) perlu diinformasi saja. Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan bebas
gejala setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:

 Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang


 Hindari diuretik
 Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi

Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa
pasien.Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau
obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan untuk
menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius.Obat hidung yang mengandung asam
klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif pada beberapa pasien.
Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit atau tidak ada efek
samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih tertunda. Bila tidak
berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi (Grommet).1

2. Obstruksi tuba

Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis
media supuratif, maupun otitis media non supuratif. Salah satu bentuk otitis media non-supuratif
adalah otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan pada orang
yang sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring,
peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul pada penyumbatan
tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh
karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus dipikirkan
kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat tejadi oleh
tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi
(adenoidektomi).1

20
Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)
seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu
pembesaran adenoid.1

Gambar 4.1 Obstruksi tuba Eustachian

Antara sebab lain terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba di
bagian hujung sistem tuba eustachius. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini
menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan
perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan secara tiba-
tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba. Kejadian ini disebut locking
phenomenon.1

21
Gambar 4.2 Gambaran locking phenomenon

Gambar 4.3 Ketidakberhasilan mekanisme pembukaan tuba pada anak

22
BAB V

PEMERIKSAAN TUBA EUSTAKHIUS

Metoda dalam menilai fungsi ventilasi tuba sudah banyak tersedia bagi para klinisi dan
harus digunakan sesuai indikasinya. Fungsi ventilasi merupakan rungsi tuba yang paling penting
dimana fungsi pendengaran tergantung pada keseimbangan tekanan pada dua sisi membrane
timpani. Sebagai tambahan penurunan fungsi ventilasi dapat menyebabkan tidak hanya gangguan
pendengaran namun juga otitis media.2,3

Perangkat Untuk Menilai Fungsi Tuba Dalam Klinik2,3

a. Otoskopi2,3

Merupakan cara lama yang paling sederhana dan sudah lama digunakan untuk menilai
fungsi tuba eustakhius. Terdapatnya efusi pada telinga tengah atau adanya tekanan negative yang
tinggi atau keduanya, merupakan tanda adanya disfungsi tuba eustakhius. Namun penilaian
fungsi sangat terbatas, tidak dapat menentukan tipe obstruksi (fungsional atau mekanik) dan
derajat kelainan. Sehingga tampakan membrane timpani yang normal bukanlah suatu tanda
fungsi tuba eustakhius yang normal.2,3

Pemeriksaan Otoskopi

23
b. Nasofaringoskopi2,3

Pemeriksaan adenoid dengan cermin nasofaring merupakan cara lama tapi masih
diperlukan dalam menilai penderita otitis media, misalnya adanya tumor di fossa Rosenmuller
dapat didiagnosa dengan teknik yang sederhana ini. Perkembangan dari alat-alat endoskopi telah
memperbaiki keakuratan dari pemeriksaan menggunakan metode ini. Tidak hanya dapat
memeastikan struktur dari tuba eustakhius, namun beberapa penelitian telah berhasil menentukan
fungsi dari tuba eustakhius.2,3

Gambar 5.1 muara tuba eustakhius di nasofaring dilihat dengan menggunakan nasofaringoskop

c. Timpanometri2,3

Pemeriksaan timpanometri dengan menggunakan alat impedans, memberikan hasil


tympanogram untuk menentukan keadaan telinga tengah atau tekanan negative yang tinggi pada
telinga tengah yang ditentukan dengan metode ini mengindikasikan adanya gangguan pada
fungsi tuba. Timpanometri merupakan cara yang objektif dalam menentukan tingkat tekanan
negative telinga tengah. Namun, menilai abnormalitas nilai tekanan negative tidaklah megitu
mudah kerana tekanan negatif yang tinggi dapat ditemui pada beberapa pasien terutama pada
anak-anak.2,3

24
Gambar 5.2 Contoh hasil timpanometri pada telinga yang normal dan yang bermasalah

d. Tes Klasik Patensi Tuba2,3

Valsalva dan Politzer mengembangkan tes ini untuk menilai patensi tuba. Dengan
kateterisasi juga dapat mendapatkan hasil yang sama. Bila gendang telinga intak dan dengan
salah satu tes diatas terjadi inflasi dari telinga tengah, maka tuba tidak mengalami obstruksi total.
Sedang pada gendang telinga yang tidak intak, pasase udara ke dalam telinga tengah
menunjukkan patensi tuba, Keberhasilan dari tes ini dapat ditentukan secara subjektif dengan
memakai otoskop, selang Toynbee atau stetoskop yang ditempatkan pada bagian luar telinga
tengah2,3

Penilaian akan lebih objektif bila diperoleh hasil tympanogram (pada gendang telinga
yang utuh) atau hasil impedans dengan manometer (pada gendang telinga yang tidak intak). Tes-
tes klasik ini dapat menilai patensi dan bukan fungsi tuba.2,3

Perasat Valsava dilakukan dengan meniupkan dengan keras dari hidung sambal hidung
dipencet dan mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk ke dalam rongga telinga
tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan
apabila ada infeksi pada jalan napas atas.1

25
Gambar 5.3 Tes Valsalva

e. Tes Toynbee2,3

Tes ini dilakukan dengan cara menelan ludah sambal hidung dipencet serta mulut ditutup.
Tes biasanya positif bila ada perubahan hasil tekanan dalam telinga tengah, terutama bila timbul
tekanan negative dalam telinga tengah sewaktu menelan sambal menutup hidung. Bila gendang
telinga intak, adanya tekanan negative dalam telinga tengah harus ditentukan dengan otoskop
pneumatic atau memeriksa tympanogram sebelum dan sesudah tes.2,3

Gambar 5.4 Tes Toynbee

f. CT Scan

CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien. Radiologi
hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi

26
Gambar 5.5 contoh CT-scan tuba yang terbuka secara abnormal

g. Sonotubometry

Suara uji dimasukkan ke ruang depan hidung dan mikrofon dipasang ke dalam meatus
auditori eksternal. Dengan tuba terbuka abnormal, tingkat tekanan suara di kanalis eksternal
berada pada tingkat maksimum, karena tabung tidak menutup, tidak ada penurunan mendadak
dalam suara yang ditransmisikan.1

Gambar 5.6 Aplikasi alat sonotubometry pada telinga

27
BAB VI

PENATALAKSANAAN TUBA PATULOUS

Penatalaksanaan tuba patulous lebih difokuskan kepada menutup kembali tuba eustachius
yang terbuka paten secara abnormal tersebut, dimana pada hal ini ada beberapa opsi yakni10 :

1. Terapi non farmakologi10 :


-Mengurangi aktivitas fisik
-Meningkatkan berat badan
-Menghindari makanan dan obat obatan yang mengeluarkan cairan lebih dari tubuh
seperti furosemide.
2. Terapi farmakologi10 :
-Menggunakan tetes hidung estrogen yang dapat menginduksi terjadinya pembengkakan
dari muara tuba eustachius.
3. Terapi bedah10:
-Kauterisasi dari orificium tuba eustachius.

-Pemotongan kartilago tuba eustachius.

-Injeksi Peri Tuba Eustachius dengan menggunakan paraffin dapat menyebabkan


granuloma, sedangkan dengan menggunakan spons gelatin oleh hanya dapat bertahan
dalam hitungan bulan.

-Injeksi orificium tuba dengan menggunakan Teflon oleh dapat menghasilkan hasil yang
cukup memuaskan, tapi dapat menimbulkan emboli cerebral karena injeksi zat ini ke
dalam arteri karotis interna secara tidak sengaja pada saat operasi.

-Gejala autophony dilaporkan menghilang pada saat dilakukan obstruksi total dari tuba
eustachius dengan menggunakan angiocatheter yang dikombinasikan dengan bone wax
atau dengan kauterisasi dari lumen dengan menggunakan graft lemak.

-Sedangkan teknologi baru yang dikembangkan adalah dengan injeksi graft kartilago ke
dalam submucosa dinding posterior dari orificium nasofaring untuk menambah massa
terbukti memiliki angka kesuksesan awal yang baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher, edisi ketujuh :
badan penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, 2012
2. Patulous Eustachian Tube: History of the Procedure, Problem, Epidemiology, Medscape,
by Alpen A Patel,MD,FACS : updated April 03,2015
3. Patulous Eustachian tube: distressing condition, challenging management : postada ha 9th
November 2013 por Dr.Leopoldo N.Pfeilsticker
4. Brace, D.Matthew. Tympanic Membrane Manipulation to treat Eustachian Patulous
Tube.35:1201Y1206 _ 2014, Otology & Neurotology, Inc.
5. Bluestone, Charles D.Chapter Four, Physiology “ Eustachian Tube : Structure, Function,
Role in Otitis Media.2005
6. J.L Dornhoffer et.al, A Practical Guide to the Eustachian Tube : Springer-Verlag Berlin
Heidelberg 2014
7. Program Pendidikan Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu Penyakit THT-KL, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Dr.Siti Nurasiah
8. “ Hubungan nilai tekanan telinga tengah dengan darjat barotrauma pada calon
penerbang”, Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa
dr.Saryanto, Medical Research Unit (MRU) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
9. Dhingra. Disorder of middle ear. In: Diseases of ear, nose and throat. 6th Edition. Reed
Elsevier; India : 2014.p. 57-61
10. Poe, Dennis. Pathophysiology and Surgical Treatment of Eustachian Tube
Disfunction.2011.University of Tampere.
11. International Journal of Advanced Research (2016), Volume 4, Issue 1, “Correlation
between Eustachian Tube Function and Estrogen Level” by Dr.Mohammad Ali Hiari

29

Anda mungkin juga menyukai