Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN SECARA UMUM

1. PENGERTIAN PROMOTIF

Upaya promotif secara umum adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan


kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan,
untuk meningkatkan status atau derajat kesehatan yang optimal, dan merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam pelayanan antenatal yang ada, dengan
menitikberatkan pada kegiatan promotif.

2. PENGERTIAN PREVENTIF

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, preventif adalah proses, cara tindakan


mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian,
pencegahan merupakan tindakan. Pencegahan identik dengan perilaku.Upaya
preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi,
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sbegai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau masyarakat.
(Notosoedirdjo dan Latipun, 2005)
Pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung maupun
tidak langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penyakit.
Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan atau penyakit yang spesifik
dan meliputi perilaku menghindar (Romauli, 2009).

B. PENGERTIAN MENURUT LEAVELL DAN CLARK


Upaya promotif dan preventif merupakan suatu pendidikan kesehatan, dimana
suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan berupa suatu
kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan atau perilakunya. Menurut Leavell dan Clark dalam
bukunya “ Preventive Medicine for the Doctor in his Community” , membagi

1
usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa
sebelum sakit dan pada masa sakit.
1. Promosi kesehatan ( health promotion)

Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam


peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan
memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause. Usaha ini
merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya,
contohnya adalah sebagai berikut :
a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun kuantitasnya.

b. Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan,seperti : penyediaan air


rumah tangga yang baik,perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran
dan air limbah dan sebagainya.

c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat

d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang


baik.

2. Perlindungan Umum dan Khusus (General and Spesific Protection)

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha kesehatan untuk


memberikan perlindungan secara khusus atau umum kepada seseorang atau
masyarakat untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu. Tindakan
ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena
penyakit tertentu.
Contoh dar perlindungan umum dan khusus, misalnya melakukan imunisasi,
peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan
narkotik dan untuk menaggulangi stress, perlindungan diri terhadap
kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran,
Isolasi terhadap penderita penyakit menular, Perlindungan terhadap bahan-
bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS dan lain-lain.

2
3. Diagnosis awal dan Pengobatan yang capat dan tepat (Early Diagnosis
and Prompt Treatment)

Penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan secara tepat dan cepat
dilakukan untuk mengurangi kesakitan dan penderitaan seseorang. Biaya
dalam melakukan penegakan diagnosis secara dini dan pengobatan secara
tepat dan cepat tentunya lebih murah dibandingkan apabila dilakukan ketika
penyakit/ kondisi seseorang semakin parah. Diagnosis dini dan pengobatan
secara cepat dan tepat juga dilakukan untuk menemukan penyakit sedini
mungkin dan melakukan terapi dengan tepat dan cepat.
Berikut adalah cntoh dari diagnosis dini adalah :
a. Pada screening test kanker rahim untuk mengetahui/mendeteksi adanya
penyakit kanker.

b. Pemeriksaan gigi dengan sinar-X secara berkala

c. Penambalan gigi yang terkena karies

4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan


kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation)

Pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih
buruk lagi.Usaha ini dilakukan dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat. Bila sudah terjadi
kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat
(dibatasi),dan fungsi dari alat tubuh yang menjadi cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.
Contoh beberapa usaha yang dapat dilakukan, diantaranya :
a. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.

b. Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan


pemeriksaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh
dengan baik dan sempurna tanpa ad komplikasi lanjut.

3
Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikas, masyrakat
diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga
kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain
itu untuk mencegah terjadinya komplikasi maka penedrita yang dalam tahap
pemulihan, dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin
agar penderita sembuh secara sempurna (Suryati, dkk. 2009).
5. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

Rehabilitasi merupakan tahapan terakhir dalam lima level pencegahan yang


dikemukakan oleh Leavel dan Clark dalam lima tingkatan pencegahan
penyakit. Rehabilitasi atau pemulihan adalah usaha untuk mengembalikan
bekas penderita kedalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat disekitarnya,
semaksimal-maksimalnya sesuai dengan kemampuannya. Serta individu yang
menderita dapat erfungsi secara fisik, mental maupun kehidupan sosialnya.
Contoh kegiatan - kegiatan rehabilitasi meliputi :
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat. Misalnya, lembaga untuk rehabilitasi
PSK, mantan pemakai NAPZA dan lain - lain.

b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan


memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan. Misalnya, dengan tidak mengucilkan mantan PSK di
lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap


penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.

d. Penyuluhan dan usaha - usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan


seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.

C. MANFAAT UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF MENURUT


LEAVELL DAN CLARK
1. Menurunkan angka kesakitan
2. Meningkatkan presentase kasus yang di deteksi dini
3. Menurunkan kejadian komplikasi
4. Meningkatkan kualitas hidup

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 RHINITIS ALERGI


Rhinitis didefinisikan secara luas sebagai penyakit mukosa hidung yang memiliki
peradangan dengan ciri yang signifikan pada hidungnya. Peradangan ini dapat akut
atau kronis dan menyebabkan beberapa gejala yaitu bersin, hidung gatal, rinore,
penurunan penciuman dan hidung tersumbat. Gejala-gejala ini bisa dialami oleh
seseorang umumnya selama 2 hari atau lebih secara berturut – turut selama lebih 1
jam hampir setiap harinya.1
Rhinitis Alergi merupakan respon imunologi hidung, terutama dimediasi oleh
imunoglobulin E (IgE). RA secara tradisional telah dibagi menjadi dua kategori
berdasarkan gejala musiman: rhinitis alergi musiman, yang didefinisikan sebagai
gejala RA yang dipicu oleh kenaikan antigen musiman yang relevan, seperti serbuk
sari dan jamur dalam ruangan, dan rinitis alergi parenial, yang didefinisikan sebagai
gejala RA yang terjadi hampir sepanjang tahun, dan berhubungan dengan antigen
parenial seperti bulu binatang, tungau debu, kecoa, dan jamur dalam ruangan. 1

Pembagian rinitis alergi berdasarkan gejala yaitu1,2 :


1. RA Intermiten, bila simptom terdapat :
Kurang dari 4 hari/ minggu, atau bila kurang dari 4 minggu.
2. RA Persisten, bila simptom terdapat :
Lebih dari 4 hari/minggu, dan bila lebih dari 4 minggu.

Pembagian rhinitis alergi berdasarkan beratnya gejala yaitu1,2 :


1. Ringan, berarti tidak terdapat salah satu dari hal-hal sebagai berikut :
gangguan tidur, gangguan aktifitas sehari-hari/ malas/ olah raga, gangguan
pekerjaan atau sekolah, simptom dirasakan mengganggu.
2. Sedang-berat, berarti didapatkan satu atau lebih hal-hal sebagai berikut :
gangguan tidur, gangguan aktifitas sehari-hari/ malas/ olah raga, gangguan
pekerjaan atau sekolah, simptom dirasakan mengganggu

5
Diagnosis rhinitis alergi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis dimulai dengan riwayat penyakit secara umum
dan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih spesifik meliputi gejala di hidung,
frekuensi serangan, lama penyakit, beratnya penyakit, riwayat atopi, faktor pemicu,
keterangan mengenai tempat tinggal/kerja dan pekerjaan penderita. 1,2
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan rinitis alergi dapat ditemukan
pembengkakan/edema dari konka inferior/media yang diliputi sekret encer bening,
mukosa pucat dan edem. Keadaan anatomi hidung lainnya seperti septum nasi.
Perhatikan pula kemungkinan adanya polip nasi.1
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan rinitis alergi
diantaranya uji kulit (Uji tusuk/Prick test), intradermal skin test/Skin End Point
Titration Test (bila tersedia), IgE serum total (kurang bermanfaat), IgE serum
spesifik, pemeriksaan sitologis/histologis, test provokasi hidung/nasal challenge test
Penyakit yang perlu dibedakan dengan rinitis alergi adalah rinitis infeksi ( virus,
bakteri atau penyebab lain.), rinitis karena okupasi/pekerjaan, drug-induced rhinitis,
rinitis hormonal, NARES, rinitis karena iritan, rinitis vasomotor, rinitis atropi, rinitis
idiopatik 1,2
Pendekatan untuk mengobati rinitis allergi adalah untuk menghindari eksposure
terhadap alergen. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk pengendalian lingkungan.
Menghilangkan allergen pasien sepenuhnya dari lingkungan telah menunjukkan
keberhasilan. Salah satu penelitian menunjukkan perbaikan gejala alergi asma saat
pasien yang merupakan siswa disekolahkan di sekolah yang terletak di dataran tinggi
di mana tungau debu tidak bisa bertahan hidup. Hal hal yang tellah terbukati effektif
dalam mengurangi tingkat allergen seperti High Efficiency Particulate Air (HEPA)
filtration, Kelembaban rendah, lantai permukaan yang keras (tidak menggunakan
karpet), mencuci dengan air panas, barrier pada bantal dan kasur, dan acarisides.
Penelitian belum mampu secara konsisten menunjukkan kontrol rhinitis allergic
dengan teknik pengendalian lingkungan tunggal. 1
Terdapat tiga tingkat pencegahan (preventif) yaitu 1 :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat didefinisikan sebagai perlindungan kesehatan individu
dan masyarakat luas, misalnya dengan status gizi yang baik, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional, imunisasi dan membuat lingkungan yang sehat. Pada kasus-

6
kasus alergi, pencegahan primer digunakan dalam situasi di mana tidak ada bukti
sensitisasi alergi pada populasi yang dapat berisiko tinggi menjadi tersensitisasi.
Contoh pencegahan primer 1 :
- Hindari merokok dan paparan asap tembakau lingkungan, khususnya selama
kehamilan dan anak usia dini.
- Asap tembakau harus dihapus dari tempat kerja.
- Hindari kondisi perumahan basah dan mengurangi polusi udara dalam ruangan
- Hilangkan agen sensitisasi di lingkungan kerja. Jika hal ini tidak
memungkinkan maka perlu diterapkan langkah-langkah untuk mencegah
eksposur karyawan.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat didefinisikan sebagai tindakan pada individu dan
populasi untuk deteksi awal dan intervensi yang cepat dan efektif untuk
mempertahankan kesehatan yang baik. Dalam kasus alergi, pencegahan sekunder
digunakan pada individu yang menunjukkan bukti sensitisasi terhadap alergen
tetapi belum menunjukkan gejala.1
Contoh pencegahan sekunder 1 :
- Mengobati eksim atopik / dermatitis topikal atopik, dengan farmakoterapi
sistemik untuk mencegah alergi pernapasan.
- Mengobati penyakit saluran napas atas (misalnya rinitis alergi) untuk
mengurangi risiko perkembangan asma.
- Pada anak-anak peka terhadap tungau debu rumah, hewan peliharaan atau
kecoa, paparan tertentu harus dikurangi atau dihapuskan untuk mencegah
timbulnya penyakit alergi.
- Memindahkan karyawan dari paparan kerja jika mereka mengalami gejala
yang disebabkan oleh sensitisasi alergi kerja

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tertier terdiri dari langkah-langkah yang untuk mengurangi atau
menghilangkan gangguan jangka panjang, untuk meminimalkan gejala yang
disebabkan oleh penurunan tingkat kesehatan dan untuk mempromosikan
penyesuaian pasien pada kondisi yang tidak dapat diubah. Hal tersebut
memperluas konsep pencegahan pada bidang rehabilitasi (WHO: Piagam Ottawa
7
untuk Promosi Kesehatan. Jenewa: WHO, 1986). Dalam kasus alergi, pencegahan
tersier akan melibatkan strategi pengobatan rinitis alergi atau asma.1
Contoh pencegahan tertier1
- Bayi dengan alergi susu sapi harus menghindari protein susu sapi; jika sebuah
suplemen diperlukan maka digunakan formula hipoalergenik jika tersedia dan
terjangkau
- Pasien dengan asma karena rinitis alergi dan konjungtivitis alergi, atau
dermatitis atopik yang alergi terhadap alergen dalam ruangan seperti tungau
debu, kecoa dan bulu hewan peliharaan harus menghilangkan atau mengurangi
eksposur untuk meningkatkan kontrol gejala dan mencegah eksaserbasi. Bed
cover sangat berguna untuk pasien alergi yang peka terhadap tungau.
- Tujuan farmakoterapi terutama terhadap proses inflamasi yang mendasari
- Hindari obat asam salisilat atau obat anti-inflamasi non-steroid pada pasien
yang sensitif setelah diagnosis dikonfirmasi.

Ketika beberapa teknik pengendalian lingkungan digabungkan telah


menunjukkan keberhasilan tingkat sedang. Menghindari beberapa alergen lebih
praktis daripada pengobatan lainnya. Paparan alergen luar ruangan mungkin akan
menurun setelah mandi dan berganti pakaian setelah keluar ruangan, Berlibur
selama musim serbuk sari ke daerah yang tidak sedang musim serbuk sar,
memakai kacamata hitam atau memakai masker harus dipakai pada kegiatan
kegiatan yang tidak bisa dihindari seperti menyabit rumput. Gejala alergi dalam
ruangan dapat dikurangi seperti untuk alergi tungau debu maka dapat digunakan
pemakaian cover kasur, HEPA filter pada kamar tidur, sering mencuci seprai,
dehumidifiers, dan tidak memakai karpet dapat mengurangi gejala alergi. 1

Debu tungau dan alergen kucing dapat ditemukan dalam debu sampel dari
sekolah dan lingkungan kerja. Hal ini membuat penghindaran alergen lebih sulit.
Dibutuhkan beberapa bulan agar tingkat alergen kucing menurun setelah
mengeluarkan kucing dari rumah. Menurut pengalaman penulis memelihara
hewan yang tidak berkeliaran dengan bebas di rumah, seperti hamster, tampaknya
cukup efektif.1

8
Selain yang tersebut diatas terdapat bermacam macam faktor risiko pada
rinitis alergi diantaranya faktor genetik dan riwayat keluarga, faktor awal
kehidupan, faktor etnik, faktor paparan alergen (alergen inhalasi, alergen
makanan, agen kerja), dan faktor polusi udara.1
1. Faktor Genetik dan riwayat keluarga
Rhinitis alergi adalah penyakit multifaktorial dengan genetik serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit. Penyakit alergi seperti
asma dan rhinitis terkait erat dengan fenotipe dan sering terjadi dengan atopi.
Namun, beberapa polimorfisme genetik telah dikaitkan dengan rhinitis saja.
Masalah timbul dengan definisi fenotip yang dipelajari, ukuran populasi yang
kecil dan kurangnya hasil mengakibatkan tidak dapatnya digeneralisasikan.
Selama dekade terakhir, berbagai antigen dari sistem HLA telah diidentifikasi
untuk rhinitis alergi musiman. Kenaikan prevalensi rinitis alergi yang tiba tiba
tidak mungkin karena perubahan gen.1

2. Faktor awal kehidupan


Sensitisasi terhadap alergen dapat terjadi pada awal kehidupan namun selain
alergen, faktor risiko awal kehidupan jarang berhubungan dengan rhinitis. Ibu usia
muda, pertumbuhan janin, kehamilan multiple, cara persalinan, prematuritas, berat
badan lahir rendah, retardasi pertumbuhan, hormon selama kehamilan dan asfiksia
perinatal belum tentu terkait risiko pengembangan penyakit alergi atau rhinitis. 1
Bulan kelahiran telah dihubungkan dengan rhinitis alergi tapi bisa saja bias
karena penelitian negatif belum dipublikasikan. Beberapa faktor lingkungan yang
disebut hipotesis higiene dapat mempengaruhi perkembangan atau pencegahan
penyakit alergi.1

3. Faktor paparan alergen


Alergen adalah antigen yang menginduksi dan bereaksi dengan antibodi
spesifik IgE. Alergen berasal dari berbagai hewan, serangga, tanaman, jamur atau
agen kerja. alergen adalah protein atau glikoprotein dan dalam kasus Candida
albicans berupa glycans.1
Nomenklatur alergen didirikan oleh subkomite WHO / IUIs Allergen
Nomenklatur. Nomenklatur alergen sesuai dengan taksonomi sebagai berikut: tiga
huruf pertama dari genus, spasi, huruf pertama dari spesies, spasi, dan nomor
9
Arab. Sebagai contoh, Der p 1 adalah alergen pertama Dermatophagoides
pteronyssinus yang diidentifikasi. Dalam nomenklatur alergen, definisi mayor dan
minor telah diusulkan. Ketika lebih dari 50% pasien yang diuji mempunyai Ig-E
spesifik, maka alergen dapat dianggap sebagai mayor.1
Sebagian besar alergen telah dikaitkan dengan kegiatan fungsi biologis dan
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan aktivitas biologis atau
homologi fungsi protein. Termasuk enzim, enzim inhibitor, protein yang terlibat
dalam transportasi dan regulatory.1
Alergen Inhalan
Peran alergen inhalan pada rhinitis dan asma. Aeroallergen sering terlibat
dalam rinitis alergi dan asma. Aeroalergen diklasifikasikan sebagai indoor
(tungau, hewan peliharaan, serangga atau tanaman, misalnya Ficus), outdoor
(serbuk sari dan molds) atau agen kerja. Dahulu alergen luar ruangan mempunyai
risiko yang lebih besar untuk rhinitis musiman daripada alergen dalam ruangan
sedangkan alergen dalam ruangan mempunyai risiko yang lebih besar untuk asma
dan rhinitis sepanjang tahun. Namun, studi menggunakan klasifikasi ARIA
menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari pasien peka terhadap serbuk sari
menderita PER sedangkan dalam populasi, sejumlah besar pasien peka terhadap
HDMS memiliki IAR ringan.1
Meskipun ada beberapa kekhawatiran, prevalensi sensitisasi IgE terhadap
alergen dalam ruangan (HDMS dan alergen kucing) berkorelasi positif dengan
kedua frekuensi dan beratnya asma. Alternaria dan serangga juga telah dikaitkan
dengan beratnya asma dan rhinitis. Lingkungan indoor modern yang kompleks
dapat berkontribusi untuk peningkatan prevalensi penyakit atopik. Beberapa
sumber alergen lingkungan dalam ruangan mungkin memiliki efek sinergis pada
komorbiditas atopik.1
House dust mite (tungau debu rumah)
Spesies yang penting pada tungau debu rumah adalah D. Pteronyssinus,
Dermatophagoides farinae, Euroglyphus maynei, Lepidoglyphus destructor, dan
Blomia tropicalis. Dermatophagoides dan Euroglyphus banyak terdapat di kasur,
bantal, karpet, furniture, mainan berbulu. Pertumbuhannya cepat pada suhu diatas
200 C dan kelembaban tinggi (80 %). Jika kelembaban dibawah 50 % tungau
mengering dan mati. Inilah alasan tungau tidak terdapat di ketinggian diatas
1800m. 1
10
Binatang Peliharaan
Anjing dan kucing merupakan masalah alergi di beberapa daerah/
keluarga.Yang bersifat alergenik tidak hanya dandernya saja, tetapi juga saliva,
sekresi sebasea yang membentuk partikel di udara dalam waktu yang cukup
lama. Oleh karena itu usaha pencegahan sulit. Cara yang paling sederhana tetapi
kadang sangat sulit yaitu dengan tidak memelihara binatang tersebut dan bila
pernah, membersihkan karpet, kasur dan kursi dengan penghisap debu berulang-
ulang.1
Pada dasarnya menghindari alergen tampaknya efektif , hanya saja penderita
seringkali penderita sensitif terhadap beberapa allergen, sukaar dicaapai hasil
yang maksimal. Bagaimanapun sulitnya, karena pada penderita alergi paparan
alergen akan memicu timbulnya gejala, maka penjelasan dengan edukasi tentang
alergen apa yang harus dihindari dan bagaimana menghindarinya harus dijelaskan
kepada penderita rinitis alergi.1
Hewan Pengerat seperti kelinci (Oryctolagus cuniculus, Oryc) dan hewan
pengerat lainnya seperti marmut, hamster, tikus (Rattus norvegicus, Rat n), tikus
(Mus musculus, Musm) dan gerbil merupakan sensitizer. Alergen terkandung
dalam bulu, urin, serum dan air liur. Cross-sensitisasi antar hewan pengerat sering
terjadi. Hewan ini dapat menentukan sensitisasi agen kerja pada petugas
laboratorium (10-40% dari subyek terkena) dan pada anak-anak dari orang tua
yang pekerjaannya terekspos tikus rumah, tikus dan hamster. Alergen hewan
pengerat di rumah-rumah terutama berasal dari hewan peliharaan atau
kontaminasi oleh urin tikus. Paparan alergen tikus menyebabkan prevalensi
sensitisasi lingkungan rumah dalam kota tinggi. Subyek dapat menjadi peka
terhadap tikus dalam waktu kurang dari satu tahun.1
Pasien yang alergi terhadap kuda (Equus caballus, Equc) awalnya mempunyai
gejala pada hidung dan mata tetapi eksaserbasi asma juga dapat terjadi. Alergen
utama merupakan bulu kuda. Cross-sensitisasi kadang-kadang dapat ditemukan
dengan Equidae (kuda, keledai, keledai dan zebra) dan dengan kucing, dan anjing.
Alergi terhadap ternak (Bos domesticus, Bos d) mengalami penurunan karena
otomatisasi peternakan dan pemerahan sapi tetapi masih tetap hadir di daerah
pembiakan ternak sapi.1

11
Alergen jamur
Jamur, molds dan ragi adalah tanaman yang tidak memiliki klorofil, tetapi
membebaskan sejumlah besar spora alergi indoor dan outdoor. Penyebaran di
udara dan hasil dari membusuknya bahan organik, jamur dan mold dapat hadir di
mana-mana kecuali dalam suhu rendah atau salju, di mana pertumbuhannya
terhambat. Perkembangan jamur sangat cepat dalam kondisi panas dan lembab,
hal ini menjelaskan puncak musiman meningkat dalam beberapa daerah panas dan
lembab.1
Spora jamur dalam ukuran kecil (3-10 µm) dan dapat menembus dalam ke
saluran pernapasan yang dapat memprovokasi rhinitis serta asma. Untuk alasan
yang tidak diketahui, anak-anak lebih sering peka terhadap jamur daripada orang
dewasa.1
Tiga jenis penting dari mold dan ragi dapat dibedakan tergantung pada asalnya1 :
• outdoor mold seperti Cladosporium dan Alternaria dengan puncaknya selama
musim panas, sedangkan Aspergillus dan Penicillium tidak memiliki musim yang
tetap.
• indoor mold juga merupakan alergen sangat penting. Jamur mikroskopis hadir
di rumah ini mampu memproduksi spora sepanjang tahun dan berkaitan dengan
gejala PER, terutama dalam interior yang panas dan lembab. Indoor mold juga
bisa tumbuh di aerasi dan climatisasi saluran pemanas dan AC dan di pipa air.
Indoor mold banyak di kamar mandi dan dapur. Mold juga tumbuh pada tanaman
yang sering disiram atau limbah sayuran atau hewan, perabot, wallpaper, debu
kasur dan mainan berbulu.
• Mold dapat secara alami ada dalam makanan (Penicillium, Aspergillus dan
Fusarium dan Mucor) dan dalam bahan tambahan makanan. Namun, sulit untuk
mendefinisikan peran mold ini dalam alergi.

Ragi yang dikenal sebagai alergen adalah C. albicans, Saccaromyces


cerevisiae dan Saccaromyces minor dan Pityrosporum. Immunoglobulin E
sensitisasi terhadap ragi terutama hadir pada dermatitis atopik. Kebanyakan ragi
hadir pada antigen cross-reaktif. Ragi dapat ditemukan dalam makanan dan di
udara. Sporobolomyces berkaitan dengan asma dan rhinitis. Spora Basidiomycetes
dan Ascomycetes dapat ditemukan dalam jumlah besar di udara dan dapat menjadi

12
alergen pada pasien dengan asma dan rhinitis. Tetapi perannya sebagai alergen
masih sulit untuk didefinisikan.1
Serangga
Menghirup limbah serangga bisa menginduksi respon imun IgE dan alergi
pernapasan Alergen tertentu, seperti hemoglobin atau tropomiosin dari diptera,
telah teridentifikasi. Alergen serangga dapat ditemukan di dalam ruangan [kecoak
atau Chiromides di beberapa daerah tropis seperti Sudan] atau menginduksi
sensitisasi setelah paparan agen kerja (misalnya kerja eksperimental dengan
jangkrik). Namun, konsentrasi alergen harus sangat tinggi untuk mensensitisasi.
Alergen kecoa ditemukan dalam sekresi gastrointestinal. Alergen ini
didistribusikan dalam partikel besar sehingga tidak air-borne. Kecoa cenderung
mengelompok di tempat persembunyian dan di kegelapan. Melihat kecoak siang
hari dapat menunjukkan bahwa kecoak ada dalam jumlah yang banyak. Alergen
ini biasanya ada di seluruh ruangan rumah. Peningkatan konsentrasi terutama di
gedung bertingkat tinggi, perkotaan, konstruksi sebelum tahun 1940 dan rumah
dengan pendapatan rendah. 1
Inhalansia lainnya
Peran bakteri dalam alergi sulit untuk dievaluasi. Saat ini diperkitrakan asma
atau rhinitis oleh alergi bakteri disingkirkan, meskipun IgE spesifik untuk bakteri
telah ditemukan. Namun, enzim yang berasal dari bakteri dan digunakan dalam
lingkungan industri (misalnya deterjen) dapat menyebabkan asma atau rhinitis
dengan prevalensi tinggi. 1

4. Faktor Alergen Makanan.


Alergi makanan jarang dibandingkan dengan rhinitis alergi tanpa gejala
lainnya. Disisi lain, rhinitis adalah gejala umum dari alergi makanan pada pasien
dengan keterlibatan beberapa organ. Pada bayi di bawah 6 bulan, mayoritas reaksi
alergi disebabkan oleh susu atau kedelai. Lebih dari 50% bayi dengan alergi susu
sapi menderita rhinitis. Pada orang dewasa, alergen makanan yang paling sering
menyebabkan reaksi alergi berat adalah kacang, ikan, udang, telur, susu, kedelai,
wijen, seledri dan beberapa buah-buahan seperti apel dan buah pear. 1

13
5. Faktor Agen Di Lingkungan Kerja
Banyak agen yang terlibat dalam pengembangan rhinitis dan asma.
Disarankan untuk sepenuhnya menghindari alergen di lingkungan kerja pada
pasien yang tersensitisasi, Diagnosis dini dari penyakit ini diperlukan untuk
pencegahan tersier alergen di lingkungan kerja. Bila pekerja dipindahkan dari
tempat kerja yang terdapat alergen maka semakin besar kemungkinan
kesembuhannya. Selain itu, setelah beberapa tahun paparan asma dapat semakin
berat dan timbul setelah berhenti kerja. Pencegahan tersier membutuhkan
penghindaran lengkap dari faktor faktor risiko. Namun, dalam beberapa kasus
seperti alergen lateks, penggunaan sarung tangan yang mengandung alergen yang
sangat rendah (misalnya sarung tangan nonpowdered) dapat membantu pekerja
untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Risiko dari peningkatan sensitisasi mungkin
akibat dari terus menerus terpapar alergen. Beberapa laporan menunjukkan bahwa
air supply helmet respirator dapat dengan aman digunakan untuk pekerjaan
sesekali di daerah yang mempunyai potensi terpapar alergen.1

6. Faktor Polusi Udara


Polutan udara umumnya terkait dengan rhinitis nonallergic dan memperburuk
pasien dengan rhinitis alergi. Namun, asap tembakau sepertinya tidak
mencetuskan gejala rinitis alergi. Langkah-langkah dalam menghindari alergen
dilaporkan tidak selalu mengurangi gejala asma pada sekelompok anak-anak yang
tinggal di daerah miskin yang sering tidak diobati. Menerapkan menghindari
alergen sebagai pengobatan untuk asma pada anak-anak yang hidup dalam
kemiskinan cukup sulit karena beberapa masalah dalam menerapkan protokol
dalam lingkungan seperti ini. Saat ini kunjungan ke rumah secara positif
mempengaruhi manajemen asma di lingkungan keluarga yang tinggal di daerah
miskin. 1

Hak untuk menghirup udara yang sehat di tempat tinggal diakui sebagai hak
dasar oleh WHO pada tahun 2000. Program Menuju Air Sehat pada Daerah
Kumuh di Eropa dipromosikan oleh EFA dengan dukungan dari Eropean
Commision. Anjuran untuk mencegah dampak buruk dari kualitas udara yang
buruk di tempat kumuh meliputi2 :
• Meningkatkan ventilasi udara;
14
• Meningkatkan teknik kebersihan dan kebersihan lingkungan rumah;
• Menghindari karpet;
• Menggunakan kontrol kelembaban untuk mencegah akumulasi tungau dan
• Mengontrol sumber polusi, misalnya tembakau rokok dan emisi bangunan dan
produk-roduk konsumen.
Namun, tidak ada penelitian yang ada menunjukkan bahwa langkah-langkah
pengendalian lingkungan bermanfaat karena masalah metodologi2.

Farmakoterapi
Penyakit alergi disebabkan oleh mediator kimia yang dilepaskan oleh sel mast
yang dipicu oleh adanya ikatan alergen dengan IgE spesifik yang melekat pada
reseptornya di permukaan sel tersebut. Histamin merupakan mediator yang berperan
besar pada timbulnya gejala rinitis alergi pada reaksi fase cepat, sedangkan mediator
lain yang tergolong newly formed mediator dan mediator dari sel eosinofil berperan
pada reaksi fase lambat yang menyebabkan inflamasi dan hiperreaktifitas non
spesifik yang dapat menetap berhari-hari1.

Tujuan pengobatan rinitis alergi adalah :


1. Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan
inflamasi.
2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-
hari.
3. Mengurangi efek samping pengobatan
4. Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan kewaspadaan
terhadap penyakitnya
5. Merubah jalannya penyakit/ pengobatan kausal

Untuk mencapai tujuan pengobatan rinitis alergi, dapat digunakan pengobatan


seperti antihistamin, dekongestan hidung, kombinasi antihistamin dan dekongestan
oral, glukokortikosteroid sistemik atau topikal, golongan kromolin, imunoterapi.1
Berikut ini tujuan untuk mencegah kontak dengan alergen yang menyebabkan
anafilaksis pada individu yang rentan, dan untuk memberikan strategi untuk berurusan
dengan episode anafilaksis 1:

15
- Membawa sebuah epinefrin auto-injektor dan tahu bagaimana dan kapan untuk
menggunakannya; selalu memiliki autoinjector cadangan; selalu mengganti auto
injector saat penggunaan oleh tanggal kedaluwarsa
- Membawa sebuah pager darurat atau telepon selular untuk menghubungi bantuan
- Ketika bepergian ke luar negeri, membawa kartu anafilaksis-peringatan dalam
bahasa negara yang dikunjungi, merinci jenis alaegen makanan, obat, lateks dan
serangga
- Hindari disengat serangga, dan belajar bagaimana untuk tidak menarik perhatian
serangga dengan cara tidak memakai parfum atau warna-warna cerah,
menghindari buah yang busuk, menghindari sampah-sampah dan tumpukan pupuk
yang menarik serangga, menutup jendela mobil saat berkendara
- Hindari bahan alergi dalam makanan siap pakai dengan belajar bagaimana
menafsirkan daftar bahan

II.2 NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL)


Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) adalah
gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bisisng yang cukup
keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakaibatkan oleh bising
lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural koklea dan umumnya
terjadi pada kedua telinga. Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan.
Secara audiologik bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai
frekuensi.Bising yang intensitasnya 85 desibel (dB) atau lebih dapat mengakibatkan
kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam. Yang sering mengalami
kerusakan adalah alat Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hertz (Hz)
sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi
yang berfrekuensi 4000 Hz.2
Gangguan dengar akan mengurangi kemampuan menerima informasi dan
berkomunikasi melalui suara, sehingga akan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan.
Sampai dengan tahun 1995, World Health Organization memperkirakan secara kasar
bahwa di dunia terdapat ±120 juta orang yang mempunyai permasalahan dengan
pendengaran yaitu sekitar 2% dari populasi keseluruhan.3
Perkiraan angka ini naik pada tahun 2003 yaitu sekitar 240 juta orang, sekitar
78 juta di antaranya berada di negara berkembang. Penelitian pada tahun 2004
dinyatakan bahwa ±28 juta penduduk Amerika Serikat mengalami penurunan ambang
16
pendengaran dan sebanyak 80% menderita gangguan dengar menetap yang terdiri atas
4,6% pada usia 18–44 tahun, 14% pada usia 45–64 tahun, 54% pada usia 65 tahun,
23% pada usia 65–74 tahun, dan 31% di atas usia 75 tahun. Sebagai negara berbentuk
kepulauan, Indonesia mempunyai 5 pulau besar dan lainnya pulau kecil. Menurut
sensus nasional total populasi sebesar 205 juta pada tahun 2000, didapatkan sekitar
16,8% menderita gangguan pendengaran yang di antaranya ketulian (0,4%). Hal ini
membuktikan bahwa pentingnya pendataan yang jelas, yang memungkinkan penilaian
yang akurat terhadap situasi dan skala yang sesuai untuk melakukan suatu tindakan
pencegahan dan bantuan.3

Sumber bising
Sumber bising bisa tunggal atau ganda. Umumnya kebisingan ditimbulkan
oleh beberapa sumber (ganda) seperti lalu lintas, kawasan industri dan
pemukiman. Beberapa sumber bising ialah4 :
1. Lalu lintas. Terjadi di kota-kota besar dan didominasi oleh kendaraan seperti
truk, dump truck sampah, bis, sepeda motor, generator dan vibrasi kendaraan.
2. Industri. Awalnya pengaruh kebisingan lebih banyak menyangkut lingkungan
di dalam industri, tetapi akhirnya dirasakan juga oleh penduduk disekitarnya.
3. Pemukiman. Penyebab utama kegiatan rumah tangga, fan, hair dryer, mixer,
gergaji mesin, mesin pemotong rumput, vacuum cleaner dan peralatan
domestik lainnya.

Pembagian kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi,
bising dibagi atas tiga kategori4 :
1. Audible noise (bising pendengaran). Bising ini disebabkan frekuensi bunyi
antara 31,5-8000 Hz.
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan). Disebabkan
bunyi mesin di tempat kerja, mesin ketik.
3. Impulse noise (bising impuls). Bising yang terjadi akibat adanya bunyi
menyentak misalnya pukulan palu, ledakan meriam, dll
Gambaran Klinis
Biasanya pasien mengeluhkan kurang pendengaran yang disertai dengan tinnitus
(berdenging di telinga) atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan sukar
17
menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan bila sudah lebih berat percakapan
yang keras pun sulit dimengerti. Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran
dapat menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara
(temporary threshold shift) dan peningkatan ambang dengar menetap (permanent
threshold shift).2,5
Kekurangan pendengaran dibagi atas:
1. Konduktif: disebabkan adanya gangguan hantaran dari saluran telinga, rongga
tympani dan tulang-tulang pendengaran.
2. Senso-neural: disebabkan kerusakan di telinga dalam seperti organ corti,
nervus cochlearis, N VIII sampai ke otak.
3. Campuran (mixed): tuli campuran dari kedua unsur konduktif dan sensoneural

Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik dan otoskopi serta
pemeriksaan penunjang berupa audiometri dan OAE (oto acosutic emmision). Pada
anamnesis biasanya didapatkan pasien pernah bekerja atau sedang bekerja di
lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya lima tahun atau
lebih. Sedangkan pada pemeriksaan fisisk biasanya pada pemeriksaan otoskopik tidak
ditemukan kelainan dan pada pemeriksaan audiometri menunjukkan adanya tuli
sensorineural pada frekuensi 3000 – 6000 Hz dengan penurunan di 4000 Hz yang
merupakan patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pemeriksaan OAE menunjukkan
hasil refer.2

Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan
kelingkungan kerja yang lebih aman. Penggunan alat pelindung terhadap bising
seperti sumbat telinga, tutup telinga dan pelindung telinga harus digunakan pada
lokasi kerja yang bising. Bila sudah terdapat gangguan pendengaran yang
mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat
dicoba pemasangan alat bantu dengar. Apabila pendengarannya telah sedemikian
buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan
adekuat perlu dilakukan psikoterapi agar dapat menerima keadaanya.2

18
Prognosis
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli sensorineural
koklea yang sifatnya menetap, dan tidak dapat diobati dengan obat maupun
pembedahan, maka prognosisnya kurang baik. Oleh karena itu terpenting adalah
pencegahan terjadinya ketulian.2

Pencegahan / Preventif 2,6:


Dengan melakukan pemeriksaan skrining pendengaran pada:
 Orang yang terpajan bising (misalnya di pabrik)
 Orang yang mempunyai gaya hidup dengan resiko terpajan bising (misalnya
penikmat musik, penikmat permainan elektronik yang bising, dll)

Pencegahan dengan program konservasi pendengaran merupakan hal yang paling


baik dilakukan dengan cara 2 :
 Melakukan identifikasi sumber bising melalui survei kebisingan,
 Melakukan analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan
sound level meter,
 Melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala dengan menggunakan
audiometri dan OAE
 Menerapkan sistem komunikasi, informasi dan edukasi serta menerapkan
penggunaan alat pelindung diri secara ketat dan melakukan pencatatan dan
pelaporan data.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat didefinisikan sebagai perlindungan kesehatan
individu dan masyarakat luas. Pada kasus-kasus NIHL, pencegahan primer dengan
meredam suara yang menimbulkan bising yang terlalu keras.
Contoh pencegahan primer 3,6 :
- Pendekatan dengan penghilangan kebisingan yaitu mencari rnetode alternative
- Isolasi yaitu memindahkan pekerja ke area dengan tingkat kebisingan lebih
rendah; penyekatan yaitu mengurangi kebisingan di dalam ruang kedap bunyi
(sound-insulated);
- menggantung panel-panel penyerap bunyi di langit-langit atap dan peredaman
getaran yaitu memberi batang kukuh atau melapisi lembar panel logam untuk

19
mencegah efek genderan g (drumming), menggunakan dudukan penahan
getaran (vibration mount) untuk permesinan;
- menggunakan sambungan yang fleksibel dalam pipa-pipa dan saluran-saluran;
menggunakan komponen plastik dalam permesinan;
- pembungkaman (silencing): menggunakan pembungkam bunyi (silencer) pada
keluaran dari silinder saluran udara dan pompa vakum
- menggunakan pengarah angin (baflle) pada keluaran sistem ventilasi dan
penyedotan
- mengarahkan lubang keluar ventilasi menjauh dari area kerja dan perumahan
yang bersebelahan (kebisingan ke lingkungan)

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat didefinisikan sebagai tindakan pada individu dan
populasi untuk deteksi awal dan intervensi yang cepat dan efektif untuk
mempertahankan kesehatan yang baik. Dalam kasus NIHL, pencegahan sekunder
dilakukan deteksi dini kehilangan pendengaran tersebut melalui tes audiometrik
berkala.
Contoh pencegahan sekunder 3,6 :
- Bising lingkungan kerja harus diusahakan lebih rendag dari 85 dB.
- Hindari alat-alat yang menimbulkan sumber bunyi tinggi misalnya yang
berasal dari generator dipisah dengan menempatkannya di suatu ruangan yang
dapat meredam bunyi.
- Jika bising ditimbulkan oleh alat-alat seperti mesin tenun, mesin pengerolan
baja, atau bising yang ditimbulkan oleh pekerja sendiri seperti ditempat
penempaan logam, maka pekerja tersebut yang harus dlindungi dengan alat
pelindung bising seperti sumbat telinga, tutup telinga, dan pelindung kepala.

II.3 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media akut
(OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat
cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara
lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare,
serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan

20
otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah. Terjadinya efusi telinga tengah atau
inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau
bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di belakang
membran timpani, dan otore. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki
bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik,
seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah
otitis media adhesiva. 2,7
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan
keluarnya cairan (sekret) dari telinga baik terus menerus atau hilang timbul selama
lebih dari 2 bulan.5 Menurut WHO (2004) penyakit ini dapat menyebabkan ketulian
atau kekurang pendengaran pada ± 50% penderita OMSK serta dapat menimbulkan
kematian pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intracranial. 8
 Tipe OMSK8

Letak perforasi membran timpani penting untuk menentukan tipe atau jenis otitis
media supuratif kronik (OMSK), yaitu :
1.Tipe tubotimpani
Peradangan pada OMSK tipe tubotimpani atau disebut juga tipe benigna
(jinak) terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang,
perforasinya terletak di sentral atau di pars tensa, dan umumnya jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

2.Tipe atikoantral
Perforasi pada tipe atikoantral atau disebut juga tipe maligna (ganas) letaknya
marginal atau atik, lebih sering mengenai pars flaksida, ditemukan adanya
kolesteatoma dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul
pada OMSK tipe ini.
Patogenesis8
Kejadian OMSK sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Peradangan
telinga tengah sering diawali dengan infeksi pada saluran napas biasanya berasal dari
nasofaring yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius. Infeksi
organisme menyebabkan tersumbatnya tuba eustachius. Sel darah putih akan

21
memfagosit organisme sehingga terbentuklah nanah dalam telinga tengah.
Tersumbatnya tuba eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga
tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Adanya tekanan dari cairan yang
terkumpul di dalam telinga tengah akan merobek gendang telinga dan cairan tersebut
keluar. OMSK terjadi jika gendang telinga yang robek tidak menutup dan keluar
sekret yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari dua bulan. Infeksi dari
telinga luar dapat masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani
bersama air sewaktu berenang.

Gejala Klinis9
1.Telinga berair (otore)
Sekret dari telinga dapat cair, purulen, mukopurulen, berbau busuk,
atau ada bercak darah. Pada OMSK tipe benigna, cairan yang keluar biasanya
bersifat mukopurulen, warnanya kuning pucat, lengket, dan tidak berbau.
Sedangkan pada OMSK tipe maligna, sekret yang keluar bersifat purulen dan
berbau busuk. Keluarnya sekret dapat terus menerus ataupun hilang timbul.
2. Gangguan pendengaran
Infeksi pada telinga tengah hampir selalu menyebabkan gangguan
pendengaran. Gangguan pendengaran yang biasa dikeluhkan berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis atau berbagai bunyi yang lain, rasa penuh
dalam telinga serta tuli. Jika rangkaian tulang pendengaran di telinga tengah
terputus akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. Gangguan pendengaran
mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang
sakit ataupun kolesteatoma dapat menghantarkan bunyi ke fenestra ovale.
3. Nyeri (otalgia)
Nyeri pada OMSK jarang terjadi tetapi dapat terjadi akibat masuknya
air ke telinga tengah, adanya ancaman komplikasi, terpaparnya duramater atau
dinding sinus lateralis atau pembentukan abses otak.
4. Vertigo
Vertigo adalah suatu sensasi abnormal mengenai adanya gerakan
keadaan sekitar terhadap penderita atau penderita terhadap keadaan
sekitarnya.18 Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala serius lainnya.
Gejala ini memberikan kesan adanya suatu fistula, berarti ada erosi pada
labirin tulang dan sering terjadi pada semicircular canalis horizontal. Fistula
22
merupakan temuan yang serius karena infeksi dapat berlanjut dari telinga
tengah dan mastoid ke telinga dalam.
Pencegahan/Preventif :
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.
Pencegahan primer OMSK dapat dilakukan dengan cara mencegah terjadinya
pencetus OMSK yaitu infeksi saluran pernapasan atas dengan meningkatkan daya
tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, meningkatkan hygiene
perorangan dan sanitasi lingkungan, rajin berolahraga, tidak membersihkan telinga
dengan benda yang berujung keras, serta tidak terlalu lama berada dalam air ketika
berenang jika tidak menggunakan pelindung telinga.8,9
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk membantu orang yang telah
sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi,
dan mengurangi ketidakmampuan.3 Pencegahan ini dapat dilakukan dengan :
(a). Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang lengkap sangat membantu menegakkan diagnosis
OMSK. Biasanya penderita datang dengan riwayat otore menetap atau
berulang lebih dari dua bulan. Penurunan pendengaran juga merupakan
keluhan yang paling sering. Terkadang penderita juga mengeluh adanya
vertigo dan nyeri bila terjadi komplikasi.8
2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dapat melihat lebih jelas lokasi perforasi,
kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. OMSK ditegakkan jika
ditemukan perforasi membran timpani.8
3. Pemeriksaan audiometri
Pemeriksaan audiometri penting untuk menilai hantaran tulang dan
udara serta untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran. Melalui
audiogram dapat dilihat jenis ketulian dan derajat ketulian. Berdasarkan ISO
(International Standard Organization ) derajat ketulian dibagi atas : 0-25 dB
(normal) , 26-40 dB (tuli ringan), 41-60 dB (tuli sedang), 61-90 dB (tuli berat),
> 91 dB (sangat berat).8
23
4. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk melihat tingkat perkembangan
pneumatisasi mastoid, menggambarkan perluasan penyakit dan tulang-tulang
pendengaran. Foto polos untuk menunjukkan adanya gambaran kolesteatoma
sedangkan CT - Scan lebih efektif untuk menunjukkan anatomi tulang
temporal dan kolesteatoma.8
5. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga penting untuk menentukan
organisme penyebab OMSK dan pemberian antibiotika yang tepat.8
Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi pada penderita OMSK yaitu dapat dilakukan dengan
menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) yang merupakan suatu perangkat elektronik
yang berguna untuk memperkeras suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga
penderita OMSK dapat mendengar lebih jelas suara yang ada disekitarnya.8

Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan OMSK tipe benigna adalah konservatif atau
medikamentosa. Bila sekret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan rekonstruksi membran timpani
(miringoplasti) atau rekonstruksi membran timpani dan tulang pendengaran
(timpanoplasti). Prinsip pengobatan pada OMSK tipe maligna adalah operasi, yaitu
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Hal ini dilakukan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih
berat, serta memperbaiki pendengaran.8

Prognosis OMSK9
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila menjaga agar
tidak terjadi infeksi. Pemulihan terkait hilangnya pendengaran bervariasi tergantung
pada penyebabnya. Tuli konduktif seringkali sebagiannya dapat dikoreksi dengan
operasi. Tujuan akhir dari perawatan ini yaitu untuk menyediakan pasien organ
pendengaran yang lebih aman. Kebanyakan morbiditas OMSK terkait erat dengan tuli
konduktif dan stigma sosial tentang cairan berbau busuk yang keluar dari telinga yang
24
mengalami gangguan. Mortalitas OMSK terkait erat dengan komplikasi intrakranial.
OMSK sendiri bukanlah suatu penyakit yang fatal.

II.4 KARSINOMA NASOFARING

Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel nasofaring.
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul pada daerah
nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung). Karsinoma ini terbanyak
merupakan keganasan tipe sel skuamosa.10

Karsinoma nasofaring dibagi menjadi 3 tipe histopatologi berdasarkan


klasifikasi WHO 1991, tipe-1 (karsinoma sel skuamosa berkeratin) sekitar 10%, tipe-2
(karsinoma tidak berkeratin berdiferensiasi) sekitar 15% dan tipe-3 (karsinoma tidak
11
berkeratin tidak berdiferensiasi), tipe yang ke-3 yang paling sering muncul (75%).
Berdasarkan GLOBOCAN 2012, terdapat 87.000 kasus baru nasofaring
muncul setiap tahunnya (dengan 61.000 kasus baru terjadi pada laki-laki dan 26.000
kasus baru pada perempuan) dengan 51.000 kematian akibat KNF (36.000 pada laki-
laki, dan 15.000 pada perempuan). KNF terutama ditemukan pada pria usia produktif
(perbandingan pasien pria dan wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25
hingga 60 tahun. Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi Cina Tenggara
yakni sebesar 40 - 50 kasus kanker nasofaring diantara 100.000 penduduk. Kanker
nasofaring sangat jarang ditemukan di daerah Eropa dan Amerika Utara dengan angka
kejadian sekitar <1/100.000 penduduk.Di Indonesia, karsinoma nasofaring
merupakan salah satu jenis keganasan yang sering ditemukan, berada pada urutan ke-4
kanker terbanyak di Indonesia setelah kanker payudara, kanker leher rahim, dan
kanker paru.10

Ras mongoloid merupakan factor dominan timbulnya kanker nasofaring,


sehingga kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian Selatan, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ditemukan pula cukup
banyak kasus di Yunani, Afrika bagian Utara seperti Aljazair dan Tunisia, pada orang
Eskimo di Alaska dan Tanah Hijau yang diduga penyebabnya adalah karena mereka
memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan
pengawet nitrosamine. Di Indonesia frekuensi pasien ini hampir merata disetiap
daerah.2
25
Karsinoma nasofaring dihubungkan dengan infeksi virus Epstein – Barr (EBV),
predisposisi genetikn dan factor lingkungan termasuk makanan yang diawetkan
dan/atau ikan asin. Factor lingkungan yang berpengaruh adanya iritasi oleh bahan
kimia, asap sejenis kayu tertentu, kebiasaan memasak dengan bahan atan bahan
masak tertentu dan kebiasaan makam makanan terlalu panas.12

Faktor resiko

Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang tampaknya


meningkatkanresiko terkena karsinoma nasofaring, termasuk 10,11:

1. Jenis Kelamin : Karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita.
2. Ras : Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Asia dan
Afrika Utara. Di Amerika Serikat, imigran Asia memiliki risiko lebih tinggi
dari jenis kanker, dibandingkan orang Asia kelahiran Amerika.
3. Umur : Kanker nasofaring dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering
didiagnosis pada orang dewasa antara usia 30 tahun dan 50 tahun.
4. Makanan yang diawetkan : Bahan kimia yang dilepaskan dalam uap saat
memasak makanan, seperti ikan dan sayuran diawetkan, dapat masuk ke
rongga hidung, meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. Paparan bahan
kimia ini pada usia dini, lebih dapat meningkatkan risiko. Paparan non-viral
yang paling konsisten dan berhubungan kuat dengan risiko karsinoma
nasofaring adalah konsumsi ikan asin. Konsumsi ikan asin meningkatkan
risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi dibanding yang tidakmengkonsumsi.
Diet konsumsi ikan asin lebih dari tiga kali sebulan meningkatkan risiko
karsinoma nasofaring.Potensi karsinogenik ikan asin didukung dengan
penelitian pada tikus disebabkan proses pengawetan dengan garam tidak
efisien sehingga terjadi akumulasi nitrosamin yang dikenal karsinogen pada
hewan. Enam puluh dua persen pasien karsinoma nasofaring mengkonsumsi
secara rutin makanan fermentasi yang diawetkan. Tingginya konsumsi
nitrosamin dan nitrit dari daging, ikan dan sayuran yang berpengawet selama
masa kecil meningkatkan risiko karsinoma nasofaring.Delapan puluh delapan
persen penderita karsinoma nasofaring mempunyai riwayat konsumsi daging
asap secara rutin.
26
5. Merokok : Sejak tahun 1950 sudah dinyatakan bahwa merokok menyebabkan
kanker. Merokok menyebabkan kematian sekitar 4 sampai 5 juta per tahunnya
dan diperkirakan menjadi 10 juta per tahunnya pada 2030. Rokok mempunyai
lebih dari 4000 bahan karsinogenik, termasuk nitrosamin yang meningkatkan
risiko terkena karsinoma nasofaring. Kebanyakan penelitian menunjukkan
merokok meningkatkan risiko karsinoma nasofaring sebanyak 2 sampai 6 kali.
Perokok lebih dari 30 bungkus per tahun mempunyai risiko besar terkena
karsinoma nasofaring. Kebanyakan penderita karsinoma nasofaring merokok
selama minimal 15 tahun (51%) dan mengkonsumsi tembakau dalam bentuk
lain (47%). Merokok lebih dari 25 tahun meningkatkan risiko karsinoma
nasofaring. Merokok lebih dari 40 tahun meningkatkan 2 kali lipat risiko
karsinoma nasofaring.
6. Virus Epstein-Barr : EBV merupakan faktor risiko mayor karsinoma
nasofaring. Sebagian besar infeksi EBV tidak menimbulkan gejala. EBV
menginfeksi dan menetap secara laten pada 90% populasi dunia. Di Hong
Kong, 80% anak terinfeksi pada umur 6 tahun, hamper 100% mengalami
serokonversi pada umur 10 tahun. Infeksi EBV primer biasanya subklinis.
Transmisi utama melalui saliva, biasanya pada negara berkembang yang
kehidupannya padat dan kurang bersih. Limfosit B adalahtargetutama EBV,
jalur masuk EBV ke sel epitel masih belum jelas, replikasi EBV dapat terjadi
di sel epitel orofarin. Virus Epstein-Barr dapat memasuki sel-sel epitel
orofaring, bersifat menetap (persisten), tersembunyi (laten) dan sepanjang
masa (life-long).Antibodi Anti-EBV ditemukan lebih tinggi pada pasien
karsinoma nasofaring, pada pasien karsinoma nasofaring terjadi peningkatan
antibodi IgG dan IgA, hal ini dijadikan pedoman tes skrining karsinoma
nasofaring pada populasi dengan risiko tinggi. Virus umumnya ini biasanya
menghasilkan tanda-tanda dan gejala ringan, seperti pilek. Kadang-kadang
dapat menyebabkan infeksi mononucleosis. Virus Epstein-Barr juga terkait
dengan beberapa kanker langka, termasuk karsinoma nasofaring.
7. Sejarah keluarga : Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma nasofaring
meningkatkan risiko penyakit.
8. Pajanan Pekerjaan : Pajanan pekerjaan terhadap fume, asap, debu atau bahan
kimia lain meningkatkan risiko karsinoma nasofaring 2 sampai 6 kali lipat.
Peningkatan risiko karsinoma nasofaring karena pajanan kerja terhadap
27
formaldehid sekitar 2 sampai 4 kali lipat, didukung oleh penelitian pada tikus,
terutama untuk tipe I tetapi tidak untuk tipe II dan III. Namun sebuah meta-
analisis dari 47 penelitian tidak mendukung hubungan formaldehid dengan
karsinoma nasofaring. Stimulasi dan inflamasi jalan nafas kronik,
berkurangnya pembersihan mukosiliar, dan perubahan sel epitel mengikuti
tertumpuknya debu kayu di nasofaring memicu karsinoma nasofaring, paparan
ke pelarut dan pengawet kayu, seperti klorofenol juga memicu karsinoma
nasofaring. Paparan debu katun yang hebat meningkatkan risiko karsinoma
nasofaring karena iritasi dan inflamasi nasofaring langsung atau melalui
endotoksin bakteri. Paparan tempat kerja yang panas atau produk bakaran
meningkatkan dua kali lipat risiko terkena karsinoma nasofaring. Paparan
debu kayu di tempat kerja lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko terkena
karsinoma nasofaring.11

28
Pencegahan/ Preventif :

Pencegahan Primer

Beberapa pencegahan dapat dilakukan agar dapat mengurangi resiko dari


2,10
karsinoma nasofaring dengan cara : Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah,
menghindari merokok, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat
yang timbul dari bahan – bahan yang berbahaya serta menghindari makanan yang
diawetkan. Amati peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dan lakukan tindakan
pencegahan untuk meminimalkan terpapar agen penyebab karsinoma nasofaring di
tempat kerja. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan
keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan –
kemungkinan faktor penyebab.

Pencegahan Sekunder2,10,13
1. Memperbaiki tingkat deteksi dini

Melakukan tes serologic IgA – anti VCA dan IgA anti EA secara massal di
masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring
secara lebih dini. Serologi IgA VCA/IgA EA sebagai tumor marker (penanda
tumor) diambil dari darah tepi dan/atau Brushing Nasofaring (DNA Load
Viral). Pemeriksaan ini tidak berperan dalam penegakkan diagnosis tetapi
dilakukan sebagai skrining dan data dasar untuk evaluasi pengobatan.

2. Diagnosis dini

Ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang.

a. Anamnesis

Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta
gejala metastasis / leher. Gejala tersebut mencakup hidung tersumbat, lendir
bercampur darah, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia dan neuralgia
trigeminal (saraf III, IV, V, VI), dan muncul benjolan pada leher.

29
b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan status generalis dan status lokalis. Pemeriksaan nasofaring:

 Rinoskopi posterior


 Nasofaringoskop ( fiber / rigid )

c. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologik berupa CT scan/MRI nasofaring potongan


koronal, aksial, dan sagital, tanpa dan dengan kontras berguna untuk melihat
tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitar dan penyebaran kelenjar
getah bening. Untuk metastasis jauh dilakukan pemeriksaan foto toraks, bone
scan, dan USG abdomen.

2. Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging)


merupakan pemeriksaan radiologik yang sangat baik digunakan untuk follow
up terapi pada kasus-kasus dengan dugaan residu dan residif.

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Karsinoma nasofaring dibuktikan melalui pemeriksaan patologi


anatomi dengan spesimen berasal dari biopsi nasofaring. Hasil biopsi
menunjukkan jenis keganasan dan derajat diferensiasi. Pengambilan spesimen
biopsi dari nasofaring dapat dikerjakan dengan bantuan anestesi lokal ataupun
dengan anestesi umum. Biopsi dilakukan dengan menggunakan tang biopsi
yang dimasukkan melalui hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber.

Pelaporan diagnosis karsinoma nasofaring berdasarkan kriteria WHO yaitu:

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratin (WHO 1)


2. Karsinoma tidak berkeratin: berdiferensiasi (WHO 2) dan tidak
berdiferensiasi (WHO 3)
3.Karsinoma basaloid skuamosa

30
d.Pengobatan dini
Dokter umum berperan dalam melakukan promosi kesehatan,
pencegahan dan deteksi dini karsinoma nasofaring. Tatalaksana
komprehensif dari karsinoma nasofaring membutuhkan kerjasama dokter
spesialis THT, dokter spesialis hemato-onkologi, dan dokter spesialis
radioterapi.12
Radioterapi merupakan terapi utama pada karsinoma nasofaring.
Terdapat beberapa jenis radioterapi seperti external beam radiation therapy
(EBRT), three dimensional radiotherapy, IMRT (Intensity-Modulated
Radiaton Therapy) dan brachytherapy (radiasi internal).2,10,12
Kemoterapi sering diberikan bersamaan dengan radioterapi
(kemoradiasi), sebelum radioterapi (neo-adjuvan) atau setelah radioterapi
(terapi adjuvan). Obat kemoterapi yang sering digunakan adalah cisplatin
dan 5 – fluorouracil (5-FU).2,10,12
Pengobatan pembedahan diseksi leher radikal dilakukan terhadap
benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran (residu) atau
tombul kembali setelah penyinaran selesai, tetapi dengan syarat tumor
induknya sudah hilang yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologic dan
serologi serta tidak ditemukan adanya metastasi jauh.2,12

Follow Up
KNF mempunyai resiko terjadinya rekurensi dan follow up jangka panjang
diperlukan. Kekambuhan tersering terjadi kurang dari 5 tahun , 5 – 15% kekambuhan
sering terjadi antara 5 – 10 tahun. Sehingga pasien KNF perlu di follow up setidaknya
10 tahun setelah terapi.2

II.5 OSAS

Kelompok Resiko :
- Orang yang kelebihan berat badan ( Body Mass Index 25-29,9 ) dan obesitas (
Body Mass Index diatas 30 ).
- Pria dan wanita dengan ukuran leher besar : 17 inci atau lebih untuk pria, 16
inci atau lebih untuk perempuan.
31
- Wanita paruh baya dan laki-laki yang lebih tua dan pasca-menopause.
- Etnis minoritas
- Orang dengan kelainan struktur jaringan tulang dan lembut kepala dan leher.
- Orang dewasa dan anak-anak dengan Down Syndrome.
- Anak-anak dengan tonsil dan adenoid besar.
- Siapapun yang memiliki anggota keluarga dengan OSA.
- Orang dengan gangguan endokrin seperti Akromegali dan Hypothyroidism.
- Perokok.
- Mereka yang menderita hidung tersumbat malam hari karena morfologi yang
abnormal, rhinitis atau keduanya.
Efek :
- Berfluktuasi kadar oksigen.
- Peningkatan denyut jantung.
- Elevasi kronis tekanan darah siang.
- Peningkatan resiko stroke.
- Tingkat yang lebih tinggi dari kematian akibat penyakit jantung.
- Gangguan toleransi glukosa dan resistensi insulin.
- Gangguan konsentrasi.
- Perubahan mood.
- Peningkatan resiko terlibat dalam kecelakaan kendaraan bermotor.
- Terganggu tidur.
Penatalaksanaan :
- Continous Positive Airway Pressure ( CPAP ).
- Pembedahan, merupakan pilihan pengobatan untuk OSA bila pengobatan
noninvasive seperti CPAP atau peralatan oral tidak berhasil. Hal ini paling
efektif bila ada kelainan anatomi yang jelas yang dapat diperbaiki untuk
meringankan masalah pernafasan.
Preventive :
- Peralatan oral : Alat oral merupakan pilihan pengobatan yang efektif untuk
orang dengan OSA ringan sampai sedang yang tidak mau menggunakan
CPAP atau tidak berhasil dengan CPAP. Peralatan oral seperti mouth guard
membantu menjaga jalan nafas terbuka dan menstabilkan rahang bawah, lidah,
pallatum molle atau uvula. Beberapa dirancang khusus untuk gejala

32
menndengkur dan sleep apnea. Mouth guard harus selalu dirancang oleh
dokter gigi yang terlatih.
- Perubahan perilaku.
- Penurunan berat badan bermanfaat pada pasien sleep apnea dengan obese.
Perubahan posisi tidur terlentang ke posisi tidur ke salah satu sisi dan
meninggikan kepala saat tidur untuk mengurangi gejala pada kasus ringan
OSA.
- Posisi Terapi.
- Pengobatan yang digunakan untuk pasien yang menderita OSA ringan. Pasien
disarankan untuk tinggal dari belakang saat tidur dan meningkatkan kepala
tempat tidur untuk mengurangi gejala.
- Pengobatan lainnya, meskipun dilator hidung eksternal, dilator hidung internal
dan spray lubricant dapat mengurangi mendengkur namun tidak ada bukti
bahwa mereka membantu mengobati OSA. Bahkan dapat menutupi masalah
dengan menghilangkan mendengkur sebagai tanda peringatan untuk sleep
apnea.

33
BAB III
KESIMPULAN

Upaya promotif dan preventif merupakan suatu pendidikan kesehatan, dimana


suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan berupa suatu kegiatan
untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan atau perilakunya.

Menurut Leavell dan Clark dalam bukunya “ Preventive Medicine for the Doctor
in his Community” , membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang
dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.

1. Promosi kesehatan ( health promotion)


2. Perlindungan Umum dan Khusus (General and Spesific Protection)

3. Diagnosis awal dan Pengobatan yang capat dan tepat (Early Diagnosis and
Prompt Treatment)

4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan


kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability limitation)

5. Pemulihan Kesehatan (Rehabilitation)

MANFAAT UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF MENURUT LEAVELL DAN


CLARK

1. Menurunkan angka kesakitan


2. Meningkatkan presentase kasus yang di deteksi dini
3. Menurunkan kejadian komplikasi
4. Meningkatkan kualitas hidup

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Bousquet J, Khaltaev A, Cruz A, Denburg J, Fokkens W.J, Tokias A et all.


Allergic rhinitis and its impact on astma. Eropean journal of allergy and
clinical immunology. 2008
2. Efiaty AS dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala dan Leher. Edisi 6 Halaman 65-78. FKUI : Jakarta, 2009
3. Dewi Y, Agustian R. Skrining Gangguan Dengar pada Pekerja Salah Satu
Pabrik Tekstil di Bandung. 2012
4. Lintong F. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Jurnal Biomedik, Volume
1, Nomor 2, Juli 2009
5. Robert V. Harrison. The Prevention of Noise Induced Hearing Loss in
Children. International Journal of Pediatrics. 2012
6. OiSaeng Hong, PhD, FAAN, Madeleine J. Kerr. Understanding and
preventing noise-induced hearing loss. Disease-a-Month 59. 2013; 110–118
7. Diakses pada tanggal 14 Juli 2017 di
https://id.wikipedia.org/wiki/Radang_telinga_tengah
8. Diakses pada tanggal 14 Juli 2017 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28070/Chapter;jsessio
nid=C3B961CE38572CA592ADC8846062F9FC?sequence=3
9. Diakses pada tanggal 14 Juli 2017 di http://www.drmeu.com/2016/09/edukasi-
pencegahan-prognosis-dan-sistem .html
10. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Kanker Nasofaring. Kementerian Kesehatan.2015
11. Ariwibowo, H. Faktor Risiko Karsinoma Nasofaring.Samarinda, 2013. Hal
348-350
12. Chris Tanto dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius, 2014. Hal 1051-1053
13. Su-Mei Cao dkk. The Prevalence and Prevention of Nasopharyngeal
Carcinoma in China. Chinese Journal of Cancer, 2011. Hal 117

35

Anda mungkin juga menyukai