PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Disusun Oleh :
DIANY PUTRI
15620012
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian
ini. Proposal Penelitian yang berjudul “Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan Dana
Desa Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Desa Sindangasih
Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur”. Dalam penyusunan dan
penulisan Proposal Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penyusun dengan tulus hati menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Hj. Yuyun Moeslim Taher, SH. Selaku Pembina Yayasan YPYMT
Cianjur.
2. H. Kurnia P. Moeslim Taher, SE., MM. Selaku Ketua Yayasan YPYMT
Cianjur.
3. Dr. H. Rudi Yacub, M.M. Selaku Rektor Universitas Putra Indonesia
Cianjur.
4. Wati Irmawati, ST.,M.Pd Selaku Wakil Rektor I dan Dosen Pengampu Mata
Kuliah Metodologi Penelitian.
5. Dr. H. Dadi Mulyadi, SE,. M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Putra Indonesia Cianjur
6. Reni Nurlaela, SE,.M.Pd. Selaku Kepala Program Studi Akuntansi
Universitas Putra Indonesia Cianjur.
7. Orangtua terhormat, serta kakak tercinta dan tersayang, yang telah
memberikan do’a, kasih sayang yang tulus, bimbingan yang begitu besar
serta dukungannya baik moril maupun materil.
8. Tedi solehudin, ST, yang selalu memberikan dukungan, semangat serta
perhatian kepada penulis.
i
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua
pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan kegiatan
magang mahasiswa.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun, akan
penyusun terima dengan senang hati.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Besarnya dana yang dikelola oleh pemerintah Desa Sindangasih maka prinsip
akuntabilitas menjadi sangat penting untuk mengawasi penggunaan dana tersebut
agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu hal yang dapat
dilakukan untuk mengukur akuntabilitas pengelolaan Dana Desa adalah
kesesuaian antara perencanaan, pengelolaan dan pertanggungjawaban dengan
dokumen perencanaannya yang telah disahkan menjadi RAPBDes. Dana tersebut
di berikan agar Desa Sindangasih dapat meningkatkan profesionalisme kerja
aparatur desa dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang
akhirnya memberikan kesejahteraan bersama dengan memperhatikan prinsip
akuntabilitas.
Apabila prinsip akuntabilitas tidak dapat diterapkan dengan seharusnya maka
menimbulkan implikasi terhadap lingkungan desa seperti terjadinya kecurangan
dalam pelaporan realisasi Dana Desa, tidak sesuainya hasil dari laporan realisasi
dengan kenyataan yang ada dimasyarakat, terkendalanya penyaluran dana desa,
serta menimbulkan efek secara langsung terhadap partisipasi masyarakat pada
periode selanjutnya dan lain sebagainya.
Penelitian pengelolaan dana desa ini difokuskan pada penerapan
akuntabilitas yang dilakukan oleh pemerintah desa. Penerapan akuntabilitas
pengelolaan Dana Desa dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan semua
kegiatan, dan paska kegiatan sehingga pengelolaan Dana Desa diharapkan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang di telah dijelaskan diatas peneliti
mengangkat judul “Pengaruh Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Terhadap
Tingkat Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Desa Sindangasih
Kecamatan Karangtengah Kabupaten Cianjur)”.
7
KAJIAN PUSTAKA
10
11
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Dari karakteristik tersebut, paling tidak tiga hal yang dapat diperankan
oleh akuntabilitas sektor publik yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas
publik, dan value for money (economy, efficiency dan effectiveness)
(Rahadian, 2010).
Dengan mewujudkan good governance berarti terciptanya suatu layanan
publik atau tata kelola pemerintahan yang bersih dan akuntabel. Jelas bahwa
jumlah komponen atau pun prinsip yang melandasi tata pemerintahan
yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain, dari satu pakar
ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip yang dianggap
sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good governance, yaitu (1)
Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi Masyarakat
(BAPPENAS, 2003: 8).
6. Akuntansi Yayasan
7. Akuntansi Pendidikan
8. Akuntansi Kesehatan
American Accounting Association (1970) dalam Renyowijoyo (2008 :
menyatakan bahwa tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk:
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara
tepat, efisien dan ekonomis atas suatu alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian
manajemen.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tepat dan
efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi
wewenangnya; dan memungkinkan pegawai pemerintah
untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan
penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.
Anggaran dana desa yang diberikan oleh pemerintah sebesar 10% dari
APBN merupakan salah satu contoh dari dana publik. Anggaran dana desa
yang sepenuhnya diperuntukan untuk masyarakat sudah semestinya harus
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip manajemen publik yang baik
dengan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat dan mensejahterakan
masyarakat. Dalam hal ini bahwa dalam pengelolaan anggaran dana desa
tersebut harus mengedepankan transparansi dan akuntabiltas publik.
dengan keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pengelolaannya
merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Sifat pengelolaan keuangan desa ada tiga yaitu partisipatif, transparan,
dan akuntabel. Partisipatif berarti melibatkan berbagai pihak dalam
pengelolaan keuangan desa (bottom up), transparan berarti terbuka dalam
pengelolaan, tidak ada yang dirahasiakan, dan akuntabel berarti dapat
dipertanggungjawabkan secara formal maupun meteril (Effrianto, 2016: 5).
Adapun urutan dari pengelolaan keuangan desa dapat digambarkan pada
bagan berikut ini.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan anggaran desa yang sudah ditetapkan sebelumnya
timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua penerimaan dan
pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa. Jika yang belum memiliki
pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh
Pemerintah Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa
harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah (Sujarweni, 2015:19).
Beberapa aturan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa:
1. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan
desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa.
2. Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah
tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah
desa.
3. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam
peraturan Bupati/Walikota.
4. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban pada APBDesa tidak
dapat dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa ditetapkan menjadi Peraturan Desa.
5. Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang
bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam
peraturan Kepala Desa.
6. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat
Rincian Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa
7. Pengadaan kegiatan yang mengajukan pendanaan untuk
melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain
Rencana Anggaran Biaya.
8. Rencana Anggaran Biaya diverifikasi oleh sekretaris Desa dan
disahkan oleh Kepala Desa.
9. Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja
26
c. Penatausahaan
Penatausahaan merupakan kegiatan pencatatan yang khususnya
dilakukan oleh bendahara desa. Media penatausahaan berupa buku kas
umum, buku pajak, buku bank serta setiap bulan membuat laporan
pertanggungjawaban bendahara.
Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus
menetapkan bendahara desa. Penetapan bendahara desa harus dilakukan
sebelum dimulainya tahun anggaran bersangkutan dan berdasarkan
keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk
oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, membayar, dan mempertanggungjawabkan keuangan
desa dalam rangka pelaksanaan APBDes (Hamzah, 2015 : 35). Bendahara
desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap
bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan
27
d. Pelaporan
Menurut Permendagri No 113 Tahun 2014 dalam melaksanakan
tugas, kewenangan, hak dan kewajiban, kepala desa wajib:
1. Menyampaikan laporan realisasi APBDesa kepada
Bupati/Walikota berupa:
a) Laporan semester pertama berupa laporan realisasi
APBDesa, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan.
b) Laporan semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada
akhir bulan januari tahun berikutnya.
2. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(LPPD) setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.
3. Menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada
akhir masa jabatan kepada Bupati/Walikota.
28
e. Pertanggungjawaban
Perrmendagri No 113 Tahun 2014 pertanggungjawaban terdiri dari:
1. Kepala desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan realisasi pelaksanaan
APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Laporan ini ditetapkan peraturan desa dan dilampiri:
a) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
APBDesa Tahun anggaran berkenaan.
b) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31
Desember Tahun Anggaran berkenaan.
c) Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang masuk ke Desa.
2. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa sebagaimana dimaksud diatas, disampaiakan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan.
keuangan desa. Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa dengan tetap memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Akuntabel
Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntunan
masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut
adalah akuntabilitas. Sujarweni (2015 : 28) menyatakan akuntabilitas atau
pertanggungjawaban (accountability) merupakan suatu bentuk keharusan
seseorang (pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan
kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang
berlaku. Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang
informatif dan transparan.
Mardiasmo (2010 : 20) mengatakan “akuntabilitas publik adalah
kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktivitasnya
dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut”. Dalam melaksanakan akuntabilitas publik,
organisasi sektor publik berkewajiban untuk memberikan informasi
sebagai bentuk pemenuhan hak-hak publik. Hak-hak publik itu antara lain:
1) hak untuk tahu (right to know), 2) hak untuk diberi informasi (right to
be informed), dan 3) hak untuk didengar aspirasinya (right to be heard
and to be listened to). Organisasi sektor publik dituntut untuk tidak
sekedar melakukan akuntabilitas vertikal (vertical accountability), yaitu
pelaporan kepada atasan, akan tetapi juga melakukan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability) yaitu pelaporan kepada masyarakat.
Menurut Nordiawan (2006 : 35), Akuntabilitas adalah suatu proses
yang dilakukan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
31
3. Partisipatif
Menurut Renyowijoyo (2008 : 19) Partisipasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun
tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi
dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
Sujarweni (2015 : 29) mengatakan bahwa Partispasi adalah prinsip
dimana bahwa setiap warga desa pada desa yang bersangkutan mempunyai
hak untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pada setiap
kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa dimana mereka
tinggal. Keterlibatan masyarakat dalam rangka pengambilan keputusan
tersebut dapat secara langsung dan tidak langsung.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintahan desa yang
mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa baik
secara langsung maupun tidak langsung mlalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya dalam setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintahan desa. Pengelolaan Keuangan Desa,
32
Daerah untuk dicairkannya dana desa ke RKUD dan syarat yang harus
dipenuhi pemerintah desa agar dana desa dapat dicairkan ke
rekening desa. Persyaratan yang harus dipenuhi pemerintah daerah agar
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dapat
menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) ke Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah bahwa DJPK telah menerima
dokumen:
b. Peraturan Bupati/Walikota mengenai tata cara pembagian
dan penetapan besaran Dana Desa.
c. Peraturan Daerah mengenai APBD tahun berjalan.
d. Laporan realisasi tahun anggaran sebelumnya, untuk pencairan
tahun ke-2. Pencairan dana desa dari RKUN ke RKUD ini
dilakukan dalam (tiga) tahap yakni; 40% untuk pencairan tahap I
yang rencananya dicairkan pada setiap bulan April, 40% tahap II di
bulan Agustus dan tahap III 20% di bulan Oktober.
2. Setelah Dana Desa masuk ke RKUD, Pemerintah Kabupaten/Kota
wajib mencairkan dana desa ke rekening desa paling lambat 7 hari
setelah dana diterima. Untuk mencairkan dana desa ke rekening desa,
desa wajib menyampaikan Peraturan Desa mengenai APBDesa dan
laporan realisasi dana desa ke pemerintah Kabupaten/Kota. Seperti
halnya dengan pencairan RKUN ke RKUD, Pencairan dana desa ke
rekening desa juga terbagi tiga tahap dengan proporsi yang sama yakni
40% untuk tahap I, 40% untuk tahap II dan 20 % untuk tahap III
Laporan keuangan menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 yang
wajib dilaporkan oleh pemerintah desa, terdiri dari:
1. Anggaran
2. Buku kas
3. Buku pajak
4. Buku bank
5. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
35
2.2.9 Akuntabilitas
Terdapat beberapa pengertian mengenai akuntabilitas atau biasa disebut
dengan akuntabel. Mahsun (2014: 84) membandingkan antara akuntabilitas
dengan responsibilitas. Ia berpendapat bahwa istilah akuntabilitas dan
responsibilitas sering didefinisikan dengan tanggungjawab. Akuntabilitas
lebih menekankan pada pada catatan/laporan, sedangkan responsibilitas lebih
didasarkan atas kebijaksanaan. Responsibilitas lebih bersifat internal sebagai
pertanggungjawaban antara bawahan kepada atasan. Sedangkan akuntabilitas
lebih bersifat eksternal sebagai tuntutan pertanggungjawaban dari masyarakat
terhadap apa saja yang telah dilakukan oleh para pejabat atau aparat.
Akuntabel yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Asas
akuntabel yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Widodo, 2015: 35).
Sementara itu menurut Tanjung (2006: 9) akuntabilitas berarti
mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik. Pendapat yang hampir sama juga
dikemukakan oleh UNDP (United Nation Development Program) yang
36
c. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil
yang optimal dengan biaya yang minimal.
d. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan
yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat
luas.
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi
sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-
lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada
pertanggungjawaban horizontal bukan hanya pertanggungjawaban
vertikal (Mahsun, 2014: 86).
Menurut Goverenmental Accounting Standards Board (GASB)
dalam Concepts Statement No.1 seperti yang dikutip oleh Mardiasmo
(2004: 31) menjelaskan keterkaitan akuntabilitas dengan laporan
keuangan sebagai berikut:
“Accountability requires governments to answer to the citizenry to justify
the raising of public resources and the purposes for which they are used.
Goverenmental accountability is based on the belief that citizenry has a
“right to know”, a right to recieve openly declared facts that may lead to
public debate by the citizens and their elected representatives. Financial
reporting plays a major rule in fulfilling government’s duty to be publicy
accountable in a democratic society. (Par.56)”
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama,
akuntabilitas membutuhkan pemerintahan yang dapat menjawab
pertanyaan masyarakat mengenai untuk apakah sumber daya yang ada
digunakan dan apa tujuannya. Kedua, akuntabilitas pemerintah berdasar
kepada kepercayaan bahwa masyarakat memiliki hak untuk tau mengenai
42
materi seperti: sandang, pangan, papan dan kebutuhan lain bersifat primer,
sekunder, tersier. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang
dewasa ini menunjukan bahwa ada masyarakat yang belum memperoleh
pelayanan sosial dari pemerintah. Akibatnya, masih banyak masyarakat
yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat
menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Menurut Fahrudin
(2012:10) tujuan kesejahteraan masyarakat yaitu:
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya
standar kehidupan pokok.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khusunya dengan
masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-
sumber meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang
memuaskan.
Good Governance
Pemerintah Desa
Pengelolaan Dana
Desa
Akuntabilitas
Pengelolaan Dana
Desa
Per encanaan Pelaksanaan Pertanggungjawaban
- Partisipatif - Transparansi
- Akuntabilitas
- Transparansi - Akuntabilitas
Kesejahteraan
Masyarakat
49