Anda di halaman 1dari 18

DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DAN KESEHATAN

RESUME

Disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah pendidikan dan promosi
kesehatan

Oleh:

Kelompok 9/ Kelas D

Annisa Tribekti Cantika Sari NIM 172310101189

Imroatus solehah NIM 172310101189

Nadia Putri Salsabila NIM 172310101189

Suryo Mentari NIM 172310101189

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

1. Social Networks
Social networks atau jaringan sosial, mengacu pada jejaring hubungan
sosial atau ikatan sosial yang mengelilingi individu serta karakteristik dari
hubungan tersebut. Jaringan sosial terdiri dari keluarga, orang terdekat, dan
orang yang pernah dikenal. Interaksi ini mungkin sering terjadi ataupun
jarang terjadi dan mungkin akan membutuhkan lebih banyak individu yang
terlibat (Pender dkk., 2015)

Karakteristik dari jaringan sosial ini terdiri dari ukuran jaringan atau
jumlah orang yang sebenarnya dalam jaringan, kepadatan atau sejauh mana
anggota jaringan mengenal satu sama lain, komposisi jaringan atau jenis
(keluarga, kerabat, teman, organisasi keagamaan, pekerjaan, dll.) , dan
frekuensi kontak dengan anggota jaringan. Koneksi dan kontak seseorang
dengan orang lain dianggap sebagai ikatan sosial (Thoits, 2011).
Berikut karakteristik dari jaringan sosial menurut (Pender dkk., 2015)
KARAKTERISTIK KETERANGAN
NO
1. Ukuran (size) Seberapa banyak orang yang
terlibat dalam jaringan sosial.
2. Kedekatan (density) Seberapa dekat individu saling
mengenal.
3. Kontak (contact) Jumlah interaksi dengan anggota
jaringan dalam waktu yang telah
ditentukan.
4. Jenis (type) Hubungan jenis apa yang terlibat
dalam jaringan sosial, misal
keluarga, teman, dll.
5. Durasi (duration) Berapa lama setiap anggota
jaringan sosial saling mengenal.
6. Timbal balik Hubungan timbal balik antar
(reciprocity) anggota jaringan sosial.
7. Kekuatan (strength) Sejauh mana hubungan bersifat
sukarela atau wajib.

Dalam dukungan sosial dan kesehatan jaringan sosial bukan merupakan


konsep statis tetapi bersifat dinamis, artinya selalu berubah mengikuti
perkembangan sosial. Menurut (Pender dkk., 2015) pada dasarnya hubungan
individu dikategorikan menjadi 3 yang kemudian disebut dengan lingkaran
konsentris. Berikut pembagian tiga lingkaran konsentris beserta bentuk
hubungan yang ada di dalamnya:
a. Lingkaran dalam (inner circle): menggambarkan hubungan yang
sangat dekat seperti, keluarga dan sahabat.
b. Lingkaran tengah (middle circle): menggambarkan hubungan yang
relatif dekat, seperti tetangga dan teman.
c. Lingkaran luar (outer circle): menggambarkan hubungan yang tidak
begitu dekat, seperti rekan kerja.

Dari ketiga lingkaran diatas, lingkaran luar dan lingkaran tengah dapat saja
berubah hal ini sangat kondisional melihat hubungan yang dibangun tidak
begitu dekat. Sedangkan lingkaran dalam sangat sulit untuk menggantikan
peran dari hubungan yang terlibat di dalamnya karena setiap individu yang
terlibat akan memiliki rasa suka dan kehilangan. Ini pula yang menjadi alasan
mengapa lingkaran dalam memiliki waktu hubungan yang lebih lama daripada
yang lain (Pender dkk., 2015).

2. Social Integration
Integrasi sosial merupakan tingkatan hubungan dalam keluarga, teman,
dan komunitas lainnya. Integrasi sosial terdiri dari dua komponen, yaitu:
behavioral component (komponen perilaku) dan cognitive component
(komponen kognitif). Komponen perilaku merupakan seberapa aktif individu
terlibat dalam berbagai kegiatan. Sedangkan komponen kognitif merupakan
rasa solidaritas dan identifikasi peran sosial dari setiap individu (Pender dkk.,
2015).
Individu yang terintegrasi secara sosial artinya memiliki hubungan yang
baik antar individu dilaporkan memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi
dari pada individu yang kurang atau bahkan tidak terintegrasi secara sosial. Hal
ini mungkin terjadi karena individu yang tidak terlibat dalam integrasi sosial
merasa dirinya terisolasi. Seseorang yang merasa dirinya terisolasi akan
menganggap bahwa hidupnya tidak bermakna dan hal ini dikatikat dengan
mortalitas (Yang, McClintock, Kozloski, & Li, 2013).
3. Social Support

Dukungan sosial dan kesehatan merupakan suatu bentuk rasa kepedulian,


penghargaan, nyaman, ketenangan dan menerima bantuan dari orang lain
Dukungan sosial dapat dirasakan (dukungan emosional) atau nyata (tindakan
yang mendukung) (Pender dkk., 2015). Ada empat kategori luas dalam
dukungan sosial, menurut yaitu:

1. Dukungan emosional yang emosional mengacu pada rasa kepedulian,


empati, cinta, dan kepercayaan.
2. Dukungan instrumental termasuk dukungan nyata atau tindakan,
termasuk membantu mendapatkan barang atau jasa.
3. Dukungan informasi mengacu pada saran yang diberikan serta informasi
pribadi atau saran yang ditawarkan.
4. Dukungan penilaian yang mengacu pada ketentuan afirmasi atau umpan
balik yang konstruktif.
Jenis layanan yang bermanfaat pada waktu tertentu mungkin berbeda,
tergantung pada sifat dan situasinya. Untuk Misalnya, dukungan emosional
dapat membantu dalam keadaan krisis, sedangkan dukungan informasi
mungkin lebih berguna dalam membantu individu untuk memahami cara
mempelajari tugas tertentu, seperti persiapan makanan bergizi. Dukungan
penilaian atau afirmasi dapat membantu individu menyadari kekuatan dan
potensi mereka sendiri. Dukungan sosial harus dilihat dalam konteks hubungan
sosial. Ini membutuhkan pengetahuan tentang karakteristik budaya yang
membentuk menerima dan memberi dukungan (Wilcox dkk., 2013).

3.1 Fungsi kelompok Dukungan Sosial

Fungsi utama dari kelompok dukungan sosial adalah untuk menambah


kekuatan pribadi anggota dan mempromosikan pencapaian tujuan hidup.
Fungsi kelompok dukungan sosial dalam mempromosikan kesehatan dapat
dikontribusikan sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan yang


mendukung perilaku yang mempromosikan kesehatan, harga diri, dan
kesehatan tingkat tinggi
2. Menurunkan kemungkinan peristiwa kehidupan yang mengancam atau
membuat stres
3. Memberikan umpan balik atau konfirmasi tindakan seseorang
4. Menyumbangkan efek negatif dari peristiwa yang membuat stres.
Kelompok dukungan berfungsi untuk berbagi masalah sosial yang umum.

(Pender dkk., 2015).

3.2 Keluarga Sebagai Kelompok Dukungan Primer

Keluarga adalah konteks utama untuk belajar memberi dan menerima


dukungan sosial. Dukungan keluarga yang rendah dan interaksi anak dengan
orang tua yang buruk mempengaruhi jalannya perjalanan kehidupan anak-anak
muda. Stresor keluarga, seperti pengangguran, kesejahteraan, ketergantungan,
perubahan dalam struktur keluarga (sebagai perceraian), kejahatan, dapat
menurunkan hubungan keluarga dan meningkatkan konflik dan masalah
perilaku (Luecken, Kraft, & Hagan, 2009).
3.3 Organisasi Masyarakat Sebagai Dukungan Sosial

Karakteristik suatu komunitas dan organisasinya memiliki pengaruh


langsung pada tingkat kesejahteraan individu dan keluarga yang tinggal di
dalamnya. Kualitas interaksi sosial dan kehidupan pengalaman penduduk
memiliki kontribusi positif atau negatif terhadap kesehatan. Stabilitas dalam
suatu komunitas cenderung mendorong hubungan erat di antara penduduk yang
mengurangi dampak krisis terhadap anggota masyarakat. Komunitas yang
stabil dicirikan oleh kesamaan nilai, bantuan timbal balik, berbagi kepercayaan,
dan kepedulian terhadap anggota. Sistem dukungan keagamaan yang
terorganisir, seperti gereja, kuil, masjid, atau tempat pertemuan agama lainnya,
merupakan sistem pendukung bagi individu karena bersama berbagi sistem
nilai yang serupa, seperangkat keyakinan umum tentang tujuan hidup, dan
seperangkat pedoman untuk hidup. Tempat keagamaan mengambil tanggung
jawab utama untuk dukungan untuk meningkatkan spiritual, dimensi kesehatan,
yang mencakup kemampuan untuk menemukan dan mengartikulasikan tujuan
dasar seseorang dalam hidup, belajar bagaimana mengalami cinta, suka cita,
kedamaian, dan kepuasan. Dan dapat menemukan cara membantu diri sendiri
dan orang lain mencapai potensi pribadi sepenuhnya. Komunitas berbasis
agama dapat menjadi sumber dukungan untuk mempromosikan gaya hidup
sehat (Pender dkk., 2015).

3.4 Teman Sebagai Sumber Dukungan

Sistem dukungan teman terdiri dari orang-orang yang berfungsi secara


informal untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Karena wawasan pribadi dan
pengetahuan pengalaman, saran mereka dicari terutama dalam kaitannya untuk
menyelesaikan masalah yang menjadi perhatian langsung yang mereka kenal.
Dukungan informal dari teman-teman sebaya secara konsisten terbukti
memiliki pengaruh penyangga stres yang kuat dan efek promosi kesehatan,
yang seringkali lebih besar daripada layanan dukungan formal (Pender dkk.,
2015).
Dukungan dari rekan yaitu berbagi kesamaan yang menonjol, seperti usia
dan jenis kelamin, dan memiliki spesifik pengetahuan konkret yang bersifat
pragmatis dan berasal dari pengalaman pribadi. Dukungan teman dapat
diberikan melalui sesi tatap muka atau telepon, kelompok bantuan mandiri,
email, dan kelompok komputer online. Dukungan teman sebaya mungkin
secara positif mempengaruhi hasil kesehatan fisik dan mental (Pender dkk.,
2015).

3.5 Kelompok Dukungan Mandiri

Kelompok dukungan mandiri merupakan suatu sistem pendukung yang


tidak diarahkan oleh profesi kesehatan. Kelompok mandiri berupaya untuk
mengubah perilaku anggota atau mempromosikan adaptasi terhadap perubahan
kehidupan seperti penyakit kronis. Mereka yang memberi dan menerima saran,
dorongan, dan dukungan. Salah satu faktor terapeutik adalah kemampuan
kelompok untuk menormalkan kondisi yang stigmatisasi dan menghilangkan
rasa malu karena memiliki perilaku yang tidak diinginkan.

Alasan munculnya kelompok mandiri ada dua yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan akan layanan yang tidak ditawarkan


2. Kekecewaan dengan model medis tradisional dan kekurangan sumber
daya yang bermakna dalam komunitas.
Keberhasilan kelompok membantu diri sendiri dalam membantu individu
mengatasi pengalaman hidup yang berbeda membuktikan kelangsungan hidup
mereka sebagai sumber daya kesehatan masyarakat (Pender dkk., 2015).

3.6 Komunitas Dunia Maya Sebagai Sumber Dukungan

Komunitas virtual (maya) atau kelompok dukungan online adalah


kelompok orang yang berinteraksi menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (Welbourne, Blanchard, & Wadsworth, 2013). Dalam komunitas
online, individu mengembangkan perasaan identitas dan kepemilikan,
mengatasi jarak geografis dan akses ke informasi. Mereka dapat diakses bagi
mereka dengan waktu terbatas atau yang tidak memiliki akses ke grup tatap
muka. Individu termotivasi untuk bergabung pada kelompok-kelompok ini
untuk memperoleh informasi serta dukungan emosional. Dalam beberapa
kasus, individu lebih suka grup dukungan online daripada grup offline(Chung,
2013).

A. Kelebihan grup dukungan online


1) Mengancam harga diri individu
2) Peka terhadap perasaan individu
3) Secara jelas mendukung niat individu
4) Penggunaan bahasa eksplisit dalam menyajikan pesan.
B. Kelemahan grup dukungan online
1) Keanggotaan sering berubah.
2) Dukungan instrumental tidak disediakan.
3) Informasi yang tidak akurat atau ketinggalan zaman dapat digunakan.
4) Menyebarkan berita hoax terutama dalam bidang kesehatan

Informasi kesehatan, banyak situs fokus pada informasi gaya hidup dan
dukungan untuk diet dan kebugaran. Sebagai perawat dan penyedia layanan
kesehatan lainnya mengadopsi teknologi ini mereka perlu mengetahui langkah-
langkah untuk mengatasi masalah keamanan dan menerapkan strategi untuk
mengevaluasi kegunaan langkah-langkah ini dalam promosi kesehatan (Pender
dkk., 2015).

4. Pengkajian Social Support System


Sangat penting bagi tenaga kesehatan khususnya seorang perawat untuk
mengetahui serta memahami sumber-sumber dukungan sosial yang tersedia
untuk individu (klien/pasien) maupun keluarga atau kelompok. Faktor-faktor
yang menyebabkan keberhasilan dalam dukungan sosial saat menilai
kecukupan dukungan sosial dari klien, diantaranya ;
1. Budaya seseorang.
2. Tahap perkembangan (usia).
3. Konteks sosial seperti rumah, sekolah, dan tempat kerja.
4. Konteks peran seperti orang tua, siswa, dan tenaga profesional lainnya.
Keempat faktor ini harus menjadi perhatian yang sangat khusus bagi
tenaga kesehatan, selain itu ada banyak sekali tolak ukur yang tersedia untuk
menilai sebuah jejaring sosial, integrasi sosial, yang merasakan menerima
dukungan sosial, kesepian dan isolasi sosial (Pender dkk., 2015).

(Pender dkk., 2015) mengatakan bahwa sebuah dukungan sosial dapat


bersumber dari teman maupun dari keluarga. Sebuah studi yang dilakukan oleh
Argyle & Furnham (dalam Veiel & Baumann, 1992) menemukan ada tiga
proses dimana teman, sahabat, maupun keluarga memiliki peran dalam
pemberian dukungan sosial.

1. Proses pertama adalah dengan membantu meterial atau instrumental,


dapat berupa informasi tentang cara mengatasi masalah atau bahkan
pertolongan yang berupa uang.
2. Proses kedua adalah dukungan emosional, perasaan yang sangat
tertekan dapat berkurang ketika kita membicarakannya dengan teman
yang simpatik dengan begitu harga diri akan meningkat serta depresi
dan kecemasan dapat dikurangi. Dengan begitu klien akan merasa
lebih nyaman dan tenang.
3. Proses ketiga adalah integrasi sosial. Menjadi bagian dalam sebuah
aktivitas waktu luang yng kooperatif dan diterima seseorang dalam
suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian dan
menghasilkan perasaan sejahtera dan memperkuat ikatan sosial.
Pentingnya dukungan sosial dalam menangani kesehatan mental dan fisik
kini mulai membaik daripada yang dulu, namun mekanisme aktual yang
menghubungkan dukungan sosial dengan kesehatan tetap kurang dipahami
dengan baik. Dengan adanya dukungan sosial ini maka individu dapat
menumbuhkan rasa dalam hidup menjadi lebih afektif dan positif. Dukungan
sosial dianggap dapat menyangga efek negatif dari respons stres (Pender dkk.,
2015).

Saat ingin berupaya melakukan pengembangaan dalam intervensi


dukungan sosial, maka sangat penting untuk mempertimbangkan jenis
dukungan sosial. Misalnya, intervensi untuk meningkatkan dukungan sosial
dan merekrut orang lain untuk masuk ke dalam jaringan sosial kita, maka kita
harus mengajari mereka bagaimana cara membangun hubungan keterampilan.
Kondisi yang menjamin perekrutan anggota jaringan pendukung tambahan
sertakan yang berikut:
1. Jaringan yang ada sedang konflik.
2. Jaringan yang ada berperilaku tidak sehat.
3. Jaringan yang ada tidak memiliki pengetahuan, serta pengalaman
secara khusus.
Apabila anggota jaringan yang mendukung tersedia dengan baik, maka
intervensi dapat difokuskan pada penguatan jaringan untuk menyediakan
dukungan-dukungan yang diperlukan. Keuntungan dari pendekatan ini adalah
fokus pada penilaian kebutuhan, perencanaan dan pengembangan intervensi
yang teoritis. Ulasan intervensi yang telah diuji untuk meningkatkan dukungan
sosial telah bervariasi. Selain itu, beberapa penelitian yang dirancang dengan
cukup baik menunjukkan tidak adanya peningkatan dukungan. Meskipun
mungkin Intervensi telah mampu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
pada klien, namun secara alami dukungan sosial tidak berubah oleh karena itu,
hasil yang diinginkan tidak akan bertahan ketika intervensi yang dilakukan
tidak lengkap (Pender dkk., 2015).

Dukungan sosial dapat dikatakan bersifat komplek jika mencakup


karakteristik dari orang yang membutuhkan atau menginginkan dukungan
(perceiver), karakteristik dari orang yang memberi dukungan (pendukung),
karakteristik situasi, dan interaksi dari faktor-faktor tersebut. Semua faktor ini
menjadi bahan pertimbangan ketika akan merancang sebuah intervensi untuk
meningkatkan dukungan sosial. Sistem dukungan sosial memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam perilaku kesehatan. Sudah diketahui bahwa orang
lain yang signifikan berfungsi sebagai sistem rujukan yang penting bagi
individu dalam mengambil keputusan.
Dukungan sosial sendiri memiliki dua sumber (Rook dan Dootey,1985)
yaitu sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial natural diterima
oleh seseorang melalui interaksi sosial yang terjadi secara spontan dengan
orang-orang yang ada disekitarnya, seperti anggota keluarga (suami, istri, anak,
dan kerabt yang lain), teman dekat atau rekan kerja. Dukungan sosial ini
bersifat tidak formal, sumber dukungan sosial yang natural ini memiliki
kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatau harus diberikan
dengan keragaman dalam cara penyampaiannya. Mulai dari memberikan
barang-barang hingga sekedar menemui seseorang dengan salam.

Seseorang yang memiliki kedekatan dengan keluarganya cenderung


mengalami tingkat stres yang lebih sedikit dibandingkan dengan seseorang
yang jauh dari keluarganya. Heller dkk (1986) mengemukakan pendapatnya
bahwa ada dua komponen dukungan sosial, yaitu :

1. Penilaian yang mampu mempertinggi penghargaan.


Komponen ini mengacu pada penilaian seseorang terhadap pandangan
orang lain. Tindakan orang lain yang menyongkong harga diri
seseorang, semangat juang, dan kehidupan yang lebih baik.
2. Transaksi interpersonal yang berhubungan dengan kecemasan.
Komponen ini mengacu pada adanya seseorang yang memberikan
bantuan ketika individu sedang terlibat masalah. Seseorang dapat
memberikan bantuan untuk memecahkan masalah dari individu
tersebut dengan menyediakan informasi. Bantuan ini dapat bersifat
dukungan emosional, kognitif yang distruktur ulang dan bantuan
instrumental.
Menurut Jacobson (1986) dukungan sosial meliputi 3 hal, yaitu emotional
support, cognitive support, dan material support. Emotional support meliputi
perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dihormati, dan diperhatikan. Cognitive
support meliputi informasi, nasihat, serta pengetahuan. Material support
meliputi bantuan atau pelayanan yang berupa barang dalam mengatasi sebuah
masalah. Dukungan sosial dapat dikatakan kurang ketika skor kurang dari 7,
dapat dikatakan cukup apabila skor antara 8-13, sedangkan dikatakan kurang
jika skor berkisar 14-20.
5. Research Keperawatan Mengenai Social Support

Dukungan sosial bisa didefinisikan sebagai informasi yang membuat


seseorang meyakini bahwa ia dipedulikan, disayangi, dihargai dan termasuk
anggota suatu jaringan yang memiliki beberapa kewajiban timbal balik.
Dukungan sosial juga bisa dilihat sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan
berasama dalam ikatan keluarga dan pertemanan (Pender dkk., 2015).
Terdapat dua jenis dukungan sosial, ditinjau dari cara pengukurannya,
yaitu dukungan sosial struktrual dan fungsional. Dukungan sosial struktural
diukur dengan ukuran jejaring sosial, dan sedangkan dukungan sosial
fungsional diukur dengan sejauh mana kebutuhan psikologis dan tujuan
seseorang dipenuhi oleh jejaring sosialnya. Jenis dukungan sosial fungsional
yang sering digunakan ialah dukungan emosional seperti ekspresi yang
menenangkan atau membuat seseorang merasa berharga (dukungan appraisal),
misalnya memberikan nasihat, informasi dan panduan, serta dukungan
instrumental, dalam bentuk materi seperti uang (Pingkan Rumondor, 2017).
Aspek penting lainnya dari dukungan sosial ialah perceived support,
yaitu persepsi mengenai dukungan yang diterima. Perceived support tidak
berhubungan dengan enacted support atau dukungan yang diberikan secara
aktual oleh seorang yang memberi dukungan, Artinya, meskipun seseorang
merasa telah memberi dukungan, belum tentu si penerima merasa didukung.
Faktor yang mempengaruhi perceived support antara lain ialah atribusi
mengenai perilaku pasangan (atribusi: pikiran mengenai alasan perilaku
tersebut, apakah perilaku tersebut dilakukan secara sukarela dan dilandasi oleh
motif yang tidak egois). Oleh karena itu, untuk dapat memahami proses
dukungan sosial, maka perlu memperjelas peran hubungan personal dalam
pemberian, penerimaan dan evaluasi dari dukungan sosial. Seperti yang
dilakukan Cutrona (1996) dengan mendefinisikan dukungan sosial sebagai
perilaku yang mengkomunikasikan rasa peduli, memvalidasi keberhargaan diri,
perasaan, dan perilaku orang lain atau cara mengatasi masalah yang adaptif
melalui penyediaan informasi, bantuan, atau sumberdaya lainnya (Pingkan
Rumondor, 2017).
Hubungan positif antara jejaring sosial, dukungan sosial dan kesehatan
secara konsisten telah didokumentasikan. Namun, pertanyaan masih perlu
diselidiki untuk memahami mekanismenya dukungan sosial pada hasil
kesehatan. Selain itu, mekanisme teoritis yang mendasari intervensi yang
sukses perlu diteliti lebih lanjut.
1. Efektivitas intervensi jangka panjang pada kebutuhan perilaku kesehatan
yang berkelanjutan dan berlanjut evaluasi.
2. Jumlah atau "dosis" dan jenis hubungan sosial dan dukungan yang
diperlukan untuk mempromosikan perilaku kesehatan harus dieksplorasi.
3. Intervensi untuk mengurangi isolasi sosial dan kesepian perlu diselidiki
lebih lanjut tentang kehidupan.
4. Mekanisme psikologis dan fisiologis spesifik dimana dukungan sosial
meningkat.
5. Hewan dan studi klinis diperlukan untuk menguji efek intervensi dukungan
sosial
Jalur saraf dan fungsi kekebalan tubuh.
6. Langkah-langkah diperlukan untuk mengevaluasi efektivitas online jangka
pendek dan jangka panjang mendukung kelompok.
Perawat ilmuwan memainkan peran utama dalam penelitian dukungan
sosial dan dapat memberikan kepemimpinan untuk tim interdisipliner untuk
menyelidiki masalah ini (Pender dkk., 2015).
Salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam kualitas hidup
adalah dukungan sosial. Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan
untuk mencari dukungan sosial melalui masyarakat ,baik tokoh masyarakat
formal maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh
masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai (pelaksana
program kesehatan) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau
menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut. Oleh
sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toma, seminar,
lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka
sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat
di berbagai tingkat (sasaran sekunder) (Anita, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Chung, J. E. (2013). Social interaction in online support groups: Preference for


online social interaction over offline social interaction. Computers in
Human Behavior, 29, 1408–1414.

Luecken, L. L., Kraft, A., & Hagan, M. J. (2009). Negative relationships in the
family-of-origin predict attenuated cortisol in emerging adults. Hormones
and Behavior, 55, 412–417.

Pender, N., C. Murdaugh, dan M. A. Parsons. 2015. Health Promotion in Nursing.


Pearson Education, Inc.

Thoits, P. 2011. Mechanisms linking social ties and support to physical and
mental health. Journal of Health and Social Behavior, 52, 146–161.

Welbourne, J. L., Blanchard, A. L., & Wadsworth, M. (2013). Motivations in


virtual health communities and their relationship to community,
connections, and stress. Computers in Human Behavior, 29(1), 129–139.

Wilcox, S., Parrott, A., Baruth, M., Laken, M., Condrasky, M., Saunders, R., . . .
Zimmerman, L. (2013). The faith, activity, and nutrition program: A
randomized controlled trial in African American churches. American
Journal of Preventive Medicine, 44, 122–131.

Yang, Y. C., McClintock, M. K., Kozloski, M., & Li, T. (2013). Social isolation
and adult mortality: The role of chronic inflammation and sex differences.
Journal of Health and Social Behavior, 54, 183–203.
JUDUL SOP :

SOCIAL SUPPORT AND HEALTH


(KORBAN GEMPA)

FKEP
UNIVERSITAS
JEMBER

NO NO REVISI : HALAMAN :
DOKUMEN :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


PROSEDUR
TERBIT :
TETAP
13 November
Ketua FKEP
2018
Universitas Jember

1. Pengertian Dukungan sosial dan kesehatan pada korban


gempa merupakan bentuk rasa kepedulian,
penghargaan, nyaman, ketenangan bagi korban
gempa dan menerima bantuan dari orang lain.
2. Tujuan 1. Membantu korban gempa yang sedang
kesusahan
2. Memberi dukungan fisik dan mental kepada
korban gempa
3. Kebijakan 1. Petugas Basarnas
2. Petugas kesehatan
3. Dinas sosial
4. PMI
4. Referensi Priambodo, S. Arie. 2009. Panduan Praktis
Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kanisius.
5. Sasaran Seluruh korban gempa
6. Persiapan 1. Bantuan material
2. Tenaga kesehatan
6. Langkah-Langkah 1. Petugas kesehatan dan basarnas mendata
korban bencana (meninggal, luka-luka,
dan hilang).
2. Mencari korban gempa yang hilang
3. Memberi bantuan material (makanan,
pakaian, tenda, air mnum, dll).
4. Memberikan dukungan sosial terhadap
korban gempa (khususnya anak-anak)
5. Memberikan informasi tentang
penanggulangan bencana alam
7. Hal yang perlu 1. Keadaan mental para korban gempa
diperhatikan 2. Keadaan geografis pasca gempa
8. Unit Terkait Puskesmas, Dinas Kesehatan, PMI

Anda mungkin juga menyukai