IDA SRIHASTUTI
1106129796
IDA SRIHASTUTI
1106129796
iv
Penulis
v
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................1
1.2.Perumusan Masalah....................................................................................5
1.3.Tujuan Penulisan.........................................................................................6
1.4.Manfaat Penulisan.......................................................................................7
1.4.1. Keperawatan........................................................................................7
1.4.2. Pendidikan............................................................................................7
1.4.3. Orang dengan HIV/AIDS....................................................................7
1.4.4. Penulis..................................................................................................7
2. STUDI KEPUSTAKAAN...............................................................................8
2.1.Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan...........................................8
2.2.HIV/AIDS...................................................................................................9
2.2.1. Definisi HIV/AIDS..............................................................................9
2.2.2. Penyebab HIV/AIDS...........................................................................9
2.2.3. Faktor risiko dan cara penularan........................................................10
2.2.4. Manifestasi klinis HIV/AIDS............................................................10
2.2.5. Pengobatan.........................................................................................11
2.3.Aspek fisik, psikologis dan sosial klien HIV/AIDS.................................12
2.4.HIV dalam kehamilan...............................................................................13
2.4.1. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA).........................15
2.4.2. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan....................................17
2.5.Asuhan keperawatan ibu hamil dengan HIV positif ................................19
2.5.1. Pengkajian..........................................................................................20
2.5.2. Diagnosa keperawatan ibu hamil dengan HIV/AIDS........................20
2.5.3. Intervensi keperawatan......................................................................21
2.5.4. Evaluasi keperawatan.........................................................................22
4. ANALISIS SITUASI.....................................................................................46
4.1.Profil lahan praktek...................................................................................46
4.2.Analisis masalah keperawatan..................................................................47
4.3.Analisis intervensi keperawatan................................................................51
4.4.Alternatif pemecahan masalah..................................................................54
5. PENUTUP......................................................................................................55
5.1.Kesimpulan...............................................................................................55
5.2.Saran..........................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 angka kejadian orang
dengan HIV/AIDS di dunia mencapai angka 11 juta orang (WHO, 2012).
Berbeda dengan angka kejadian yang terjadi di dunia pada tahun 2011, sedangkan
di Indonesia secara kumulatif angka kasus HIV/AIDS terhitung dari 1 April 1987
sampai dengan 31 Desember 2013 adalah 127.416 kasus HIV dan 52.438 kasus
AIDS dan kematian sebanyak 9.585 orang (Direktorat Jendral PP & PL
Kemenkes, 2014). Di Indonesia dari 32 provinsi, DKI Jakarta memiliki kasus
tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain. Jumlah kumulatif kasus HIV
sebanyak 28,790 dan AIDS sebanyak 7, 477 kasus yang terdapat di DKI Jakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia banyak
terjadi di kota-kota besar yang merupakan menjadi suatu masalah perkotaan.
padat dan tata ruang kota yang buruk. Mobilitas penduduk merupakan salah satu
faktor yang paling penting dalam mempercepat penularan HIV/AIDS di suatu
daerah.
Pembangunan fisik yang dilakukan di daerah urban dan lapangan kerja yang
sempit di daerah pedesaan, menyebabkan arus urbanisasi ke kota-kota besar
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pekerja di daerah industri dan proyek
pembangunan fisik didominasi oleh laki-laki, sedangkan kelompok perempuan
mendominasi pekerjaan domestik. Dominasi dari satu jenis kelamin di setiap jalur
urbanisasi menunjukkan bahwa para pendatang ini hidup membujang dan
berpotensi untuk berperilaku risiko tinggi, seperti wanita penjaja seks atau lelaki
penjaja seks dan gay yang tanpa disadari bahwa mereka akan terkena HIV.
Jumlah kasus HIV ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, terutama
pada kelompok yang rawan tertular HIV. Kelompok rawan tertular HIV yang
diidentifikasi antara lain adalah : pengguna napza suntik, wanita penjaja seks,
lelaki pelanggan dari wanita penjaja seks, lelaki penjaja seks dan gay, waria
penjaja seks dan pelanggannya, serta pasangan seks dari keompok beresiko
tersebut (Mulyana, 2008). Peningkatan jumlah kasus tersebut disebabkan karena
tingkat penularan penyakit yang cukup besar terutama melalui dua jalur utama
penularan HIV/AIDS, yaitu jalur penularan melalui hubungan seksual beresiko
dan jalur penularan pada pengguna napsa suntik. Kedua jalur penularan ini
berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup masyarakat perkotaan akibat
pengaruh globalisasi (Komisi penanggulangan AIDS Nasional, 2003)
Kasus pertama bayi tertular HIV dilaporkan pada tahun 1996 di Jakarta dari
seorang ibu yang mendapat pendampingan dari Yayasan Pelita Ilmu (YPI) dan
melahirkan anaknya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penularan HIV
dari ibu ke bayi saat ini bertambah terus seiring dengan meningkatnya perempuan
yang terinfeksi HIV, hal tersebut ditunjukkan berdasarkan data dari Dirjen PP &
PL Kemenkes 2014 adalah jumlah kasus AIDS dengan faktor risiko transmisi
perinatal (dari ibu dengan HIV kepada bayinya) sebanyak 1,438 kasus. Angka ini
menunjukkan peningkatan dua kali lipat dari 3 tahun sebelumnya yaitu 742 kasus.
Universitas Indonesia
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
yang tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Pada ibu
hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, tetapi
juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya karena penularan yang
terjadi dari ibu ke bayinya. Di banyak negara berkembang, HIV merupakan
penyebab utama kematian perempuan usia reproduksi begitu pula yang terjadi di
Indonesia yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara yang salah satunya adalah
melalui ibu hamil positif HIV kepada bayi yang dikandungnya atau yang dikenal
dengan “Mother to Child HIV Transmission” yang disingkat menjadi MTCT.
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan,
pada saat persalinan atau pada saat menyusui. Di negara maju risiko penularan
dari ibu ke anak dapat ditekan hingga kurang dari 2% karena layanan Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) tersedia dan dilaksanakan secara optimal.
Namun di negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya akses
terhadap pelayanan, risiko penularan berkisar antara 25% - 45%. Rendahnya
pengetahuan dan informasi tentang penularan dari ibu ke anak dapat dilihat di
Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengetahui
bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak selama hamil 38,1 %, saat
persalinan 39 % dan saat menyusui 37,4 % (Depkes, 2010).
Universitas Indonesia
hamil dengan HIV kepada bayinya yang dikandung dan memberikan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengsn HIV/AIDS beserta bayi dan
keluarganya.
Cara persalinan ibu hamil HIV positif yang lebih dianjurkan adalah dengan
operasi, sebab dengan persalinan melalui operasi akan meminimalkan kontak kulit
dan mukosa membran bayi dengan serviks (leher rahim) dan vagina, sehingga
semakin kecil resiko penularan (Mulyana,2008). Menurut Prof. Dr.dr. Samsuridjal
Djauzi dari kelompok studi khusus (Pokdisus) AIDS Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia – RSCM, penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dapat
dicegah dengan cara ibu hamil harus minum ARV, menjalani proses persalinan
dengan operasi caesar, dan pemberian susu formula pada bayi (Subroto, 2013).
Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2009), Gondo (2011)
dan Nir uri (2011) yang menjelaskan bahwa PMCTCT yang telah dilakukan
antara lain penggunaan ARV perinatal pada ibu hamil yang diketahui positif
terinfeksi HIV, persalinan secara seksio saesaria, pemberian ARV profilaksis pada
anak, pemberian susu formula pada anak dan pemeriksaan diagnostik HIV pada
Universitas Indonesia
anak terbukti efektif dalam pencegahan penularan HIV secara vertikal dari ibu
kepada anaknya yang dilahirkan.
Selama 5 minggu dinas di ruang post partum lantai II gedung A zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo didapatkan data dari bulan Januari sampai dengan Juni
2014 kasus ibu hamil dengan HIV/AIDS berjumlah 36 kasus yang dilakukan
operasi seksio caesaria. Oleh karena itu karya ilmiah ini akan menganalisis praktik
klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dalam memberikan asuhan
keperawatan pre dan post natal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS di ruang post
partum lantai II gedung A zona B RSUPN Cipto mangunkusumo.
Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan HIV dari tahun ke tahun semakin
meningkat baik di dunia maupun di Indonesia. HIV/AIDS dapat ditularkan
melalui beberapa cara yang salah satunya adalah melalui ibu hamil positif HIV
kepada bayi yang dikandungnya atau yang dikenal dengan “Mother to Child HIV
Transmission” yang disingkat menjadi MTCT. Oleh karena itu baik WHO dan
pemerintah Indonesia mempunyai progran pencegahan penularan HIV/AIDS dari
ibu ke bayi disebut dengan “Prevention of Mother to Child Transmission of HIV”
(PMTCT) yang sekarang dikenal dengan PPIA antara lain mencegah terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia reproduktif, mecegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu dengan HIV, mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
hamil dengan HIV kepada bayinya yang dikandung dan memberikan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengsn HIV/AIDS beserta bayi dan
keluarganya.
Jika program PPIA tidak dilaksanakan dengan baik maka akan mempercepat
penularan ibu hamil HIV kepada bayinya. Untuk itu diperlukan pendidikan dan
keahlian dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan program tersebut, salah
satunya yaitu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut
maka rumusan masalah karya ilmiah ini adalah asuhan keperawatan prenatal dan
postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS .
Universitas Indonesia
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS.
Adapun selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan secara khusus
yang antara lain :
Universitas Indonesia
Karya ilmiah akhir ini dapat menjadi sumber informasi bagi perawat, khususnya
di ruang lingkup keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien ibu hamil dengan HIV/AIDS.
1.4.2 Pendidikan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai
masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus
prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS guna mencegah
penularan dari ibu ke bayinya.
Karya ilmiah ini berguna sebagai sumber pengetahuan tentang kehamilan dengan
Sindroma Defisiensi Imun Akut atau SIDA pada kalangan ODHA sehingga dapat
meminimalkan berbagai risiko yang mungkin terjadi selam kehamilan dan dapat
mempertimbangkan berbagai masalah fisik maupun psikososial yang akan
dihadapi selama periode prenatal dan postnatal.
1.4.4. Penulis
Karya ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman belajar bagi
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS di periode prenatal dan postnatal secara holistik dan
profesional.
Universitas Indonesia
8 Universitas Indonesia
HIV dari pasangan seksualnya (suami) (Djauzi, S et all 2003). Hal ini dibuktikan
dari Komisi penaggulangan AIDS (2013) yang mengatakan bahwa praktik
penyalahgunaan narkotika melalui jarum suntik, perilaku seks bebas, pelacuran
dan penularan melalui benda-benda terkontaminasi lainnya yang banyak terjadi di
perkotaan mengakibatkan jumlah HIV/AIDS di masyarakat perkotaan lebih tinggi
daripada di pedesaan, seperti yang terjadi di beberapa kota-kota besar di
Indonesia.
2.2.HIV/AIDS
Ada dua jenis HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua jenis HIV tersebut
ditransmisikan dengan cara yang sama dan terkait infeksi oportunistik yang
serupa, meskipun mereka berbeda dalam efisiensi transmisi dan tingkat
perkembangan penyakit. HIV-1 merupakan penyebab mayoritas infeksi di dunia,
sedangkan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat kurang mudah menular dan
Universitas Indonesia
Cara penularan HIV/AIDS menurut Black & Hawks (2009) antara lain:
1) Kegiatan Seksual
Penularan ini terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman antara
orang dengan HIV/AIDS dengan orang lain yang sehat. Terjadi pada
kelompok heteroseksual, homoseksual, pasangan seks yang berganti-ganti,
adanya luka pada daerah genetalia akan meningkatkan risiko peningkatan
tertular virus HIV.
Proses dari mulai terjadinya infeksi HIV hingga menjadi AIDS mengalami
beberapa proses atau fase. Menurut Price & Wilson (2002) mengungkapkan fase
yang terjadi pada orang HIV/AIDS memiliki empat fase pada orang dewasa yang
antara lain:
1) Fase Infeksi Akut (Window Period)
Fase ini terjadi setelah terinfeksi, melewati fase infeksi primer. Rentang
waktu kira-kira 1-6 bulan. Fase ini asimptomatik dengan berkembangnya
Universitas Indonesia
2) Fase Asimptomatik
Rentang waktu fase ini sekitar 2-10 sejak terinfeksi. Fase kedua mulai
terjadi penurunan berat badan, infeksi saluran pernafasan atas yang
berulang, herpes zooster, ulkus mulut berulang, dermatitis seboroik, dan
infeksi jamur kuku.
3) Fase Simptomatik
Fase ketiga ini terjadi penurunan berat badan > 10%, lebih dari satu bulan
diare kronis tanpa penyebab, demam bisa intermitten atau tetap selama
sebulan lebih, kandidiasis oral persisten, tuberkulosis paru, infeksi yang
berat (empiema, meningitis, infeksi tulang atau sendi, pneumonia), infeksi
mulut, serta penurunan komponen darah.
4) AIDS
Fase ini mencapai akhir dari kondisi seseorang yang terkena HIV/AIDS
yaitu penurunan berat badan < 10% dari berat badan semula, disertai salah
satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas > 1 bulan kejadian,
kelemahan kronik, dan demam yang berkepanjangan tanpa diketahui
penyebabnya serta komplikasi lainnya yang semakin membuat
menurunnya kondisi seseorang.
2.2.5. Pengobatan
Universitas Indonesia
jumlah sel CD4 kurang dari atau sama dengan 200. Untuk lebih efektif, sebaiknya
obat-obat RV dikonsumsi secara kombinasi. Kombinasi dari ARV tersebut antara
lain (Timby, Scherer, & Smith, 1999 dalam Hayati, 2009) : Reverse Transkriptase
Inhibitors (RTI) berguna untuk menghambat replikasi virus dan Protease
Inhibitor (PI) berguna untuk menurunkan pelepasan partikel virus ke dalam
sirkulasi darah.
Aspek fisik selalu berkaitan dengan aspek lainnya. Pada sistem kardiovaskuler
terdapat tanda-tanda perubahan tekanan darah menurunnya volume nadi perifer.
Pada aktivitas fisik dan istirahat terjadi kelemahan otot yang merupakan respon
fisiologis. Pada sistem neurosensori terjadi pusing, sakit kepala, perubahan status
mental, tidak mampu mengingat serta penurunan konsentrasi. Pada sistem
pernafasan dapat ditemukan adanya batuk, nafas pendek, sesak dan adanya
sputum. Pada sistem eliminasi terjadi kehilangan cairan akibat keringat
berlebihan, diare yang terus menerus. Asupan nutrisi kurang sebagai akibat
penurunan nafsu makan yang dapat memperburuk kondisi pasien. Selain itu juga
akan terjadi penurunan daya tahan dan kekuatan tubuh (Doenges, 2000).
Masalah psikologis pada pasien HIV/AIDS adalah terjadinya syok, takut, stress,
cemas, menyalahkan diri sendiri, menyangkal, kehilangan harapan, depresi, takut
menghadapi masa depan, kematian dan berduka. Stres yang berlarut-larut dalam
intensitas yang tinggi dapat memperberat penyakit fisik dan mental pasien, yang
akhirnya dapat menurunkan produktifitas kerja dan hubungan interpersonal (Feris,
2001 dalam Hayati, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Wiwiek (2006) dalam
Hayati (2009) tentang mekanisme koping Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
dalam menghadapi stress terhadap penyakitnya, diketahui bahwa ODHA akan
mengalami stress sepanjang hidupnya, mereka akan mengalami kebimbangan
dalam hidupnya, dan berfikiran bahwa seolah-olah hanya menunggu waktu
sampai ajal menjemput. Respon psikologis yang dirasakan oleh ibu dengan HIV
pada saat hamil terutama kecemasan tentang kondisi kesehatannya, bayi yang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan kadar HIVdalam air susu ibu. Risko penularan HIV sangat kecil jika
kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml), sementara jika kadar HIV
di atas 100.000 kopi/ml risiko penularan HIV dari ibu ke bayi menjadi
lebih tinggi (Depkes, 2006).
Status kesehatan dan gizi ibu juga mempengaruhi risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi. Ibu dengan sel CD4 rendah (menurunnya sistem
pertahanan tubuh) mempunyai risiko penularan yang lebih besar, terlebih
jika jumlah sel CD4 kurang dari 200. Terdapat hubungan antara CD4 dan
kadar HIV, semakin tinggi kadar HIV, semakin rendah CD4 di tubuh
ODHA (Mulyana, 2008).
Ibu yang memiliki berat badan rendah selama kehamilan serta kekurangan
vitamin dan mineral, maka risiko terkena berbagai penyakit infeksi
termasuk HIV/AIDS meningkat sehingga risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi juga meningkat. Begitu pula dengan risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI akan bertambah jika terdapat adanya masalah pada
payudara ibu seperti mastitis, abses dan luka di puting payudara ibu
(Mulyana, 2008).
2) Faktor Bayi
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah diduga
lebih rentan untuk tertular HIV disebabkan karena sistem organ tubuh bayi
tersebut belum berkembang dengan baik. Seorang bayi dari HIV positif
bisa jadi tetap HIV negatif selama masa kehamilan dan proses persalinan,
tetapi mungkin akan terinfeksi HIV melalui pemberian ASI (Mulyana,
2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat risiko penularan HIV melalui pemberian ASI,
yaitu (Depkes, 2006) : (1) risiko penularan melalui ASI akan lebih besar
pada bayi baru lahir, (2) bayi yang memiliki luka di mulutnya memiliki
risiko untuk tertular HIV lebih besar ketika diberikan ASI.
Universitas Indonesia
Program PPIA mempunyai program pencegahan HIV dari ibu kepada bayimya
yang bertujuan untuk : mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan mengurangi
dampak epidemi HIV terhadap ibu dan bayi. Adapun bentuk-bentuk intervensi
dari PPIA adalah melakukan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.
Intervensi yang baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45 %
bisa ditekan menjadi kurang dari 2 % (Gondo, 2011). Adapun intervensi tersebut
terdiri dari 4 konsep dasar yang antara lain adalah :
(1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif.
Penularan infeksi virus ke neonatus dan bayi terjadi transplasenta dan
persalinan, oleh karena itu untuk mengurangi penularan tersebut
dianjurkan ibu hamil dengan HIV positif untuk menjaga daya tahan
tubuh seperti CD 4 di atas 500, kadar virus (viral load) minimal
kurang dari 1000 kopi/ml dan menggunakan ARV secara teratur.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Program PPIA pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Pada waktu bayi baru lahir, secara
alamiah ia akan mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun segera setelah bayi
lahir. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan zat kekebalan
yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan
zat kekebalan bayi. Kesenjangan tersebut akan hilang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit ( Rusli, 2000).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi SC antara lain adalah : pilihan
jenis anestesi, keterlibatan suami atau orang lain yang dibutuhkan oleh ibu pada
saat proses persalinan dan pemulihan post operasi, persiapan untuk kontak dengan
bayi dan persiapan untuk tidak memberikan ASI. Informasi yang diberikan
sebelum prosedur operasi SC adalah sebagai berikut : prosedur persiapan operasi,
mengapa tindakan operasi perlu dilakukan pada klien, apa yang dirasakan setelah
operasi dilakukan, peran orang lain, interaksi dengan bayi baru lahir, fase
pemulihan dan fase post operasi (Ladewig, London & Olds, 2001).
2.5.1. Pengkajian
Pada saat mengkaji perawat harus mempersiapkan diri terhadap respon emosi
pasien seperti menghindar, menangis, marah dan mengalihkan pembicaraan.
Perawat harus menjaga sikap agar terhindar dari menghakimi atau memojokkan
pasien. Perawat juga harus memahami pola komunikasi verbal dan non verbal
pasien, karena terkadang pasien tidak mampu menyampaikan perasaan dan
pengalamannya.
Pada ibu post SC dengan HIV/AIDS akan terjadi penurunan hormon estrogen,
progesteron dan pembedahan yang dapat mengakibatkan respon emosional ibu
post SC lebih berat daripada ibu post partum pervaginam. Hal tersebut disebabkan
akibat adanya nyeri dan komplikasi pembedahan. Pada ibu post SC dapat terjadi
reaksi emosional yang negatif seperti marah, depresi, takut mati, berduka, rasa
tidak nyaman bernafas, rasa mengabaikan bayi serta cemburu pada orang lain
yang melahirkan secara pervaginam (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005)
Diagnosis keperawatan utama bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS (Reeder, Martin
& Griffin,2011), adalah sebagai berikut :
a. Risiko penyebaran infeksi (kepada janin, pasangan seksual).
Universitas Indonesia
Tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV positif antara lain : 1) Klien memahami proses penyakit dan pengobatan. 2)
Klien mendapatkan kesempatan mendiskusikan ketakutan, kecemasan dan
perasaannya dengan orang yang memberi dukungan. 3) Status nutrisi dan berat
badan dapat dipertahankan. 4) Penularan infeksi pada pasangan, orang lain dan
bayi dapat dicegah. 5) Keluarga memahami penyakit, risiko penularan, dan
koping yang tepat. 6) Isolasi sosial tidak terjadi. 7) Klien dapat menerapkan
mekanisme koping yang tepat (Reeder, Martin & Griffin, 2011).
Universitas Indonesia
Hasil yang diharapkan dari intervensi yang dilakukan pada ibu HIV positif post
SC antara lain : 1) Klien dapat menjelaskan proses penyakit serta apa yang
diharapkan dari pengobatan. 2) Klien dapat mengungkapkan ketakutan dan
kecemasannya. 3) Klien dapat menggunakan sumber dukungan yang ada. 4) Klien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif. 5) Klien dapat
mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penularan serta
mampu mengimplementasikan. 6) Klien mengungkapkan penerimaan dirinya. 7)
Klien dapat mengikuti anjuran diit dan mempertahankan status nutrisi dan berat
badan. 8) Infeksi dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara efektif. 9)
Ketidaknyamanan dapat diminimalisasi dan diatasi dengan cepat. 10) Melaporkan
peningkatan pemahaman tentang penyakit serta berpartisipasi sebanyak mungkin
dalam kegiatan perawatan mandiri (Griffin, Martin & Reeder, 2011).
Universitas Indonesia
Ny. V (27 th) dengan diagnosa medis HIV/AIDS on ARV JPKHT G3P1A1H37
minggu, direncanakan operasi caesar pada tanggal 02 Juni 2014. Pengkajian
pertama dilakukan tanggal 23 Mei 2014. Ny. V mengatakan didiagnosa
HIV/AIDS sejak tahun 2013, tertular dari suami pertamanya dengan riwayat
pengguna narkoba suntik. Anak pertama dari suami pertama sudah diperiksakan
HIV dan hasilnya (-). Saat ini klien hidup bersama dengan suami keduanya sejak
tahun 2011 dan ini merupakan kehamilan pertamanya dari suami kedua. Klien
merupakan pasien rujukan dari RSUD Bekasi ke klinik pokdisus RSCM. Klien
mengatakan sejak didiagnosa HIV/AIDS klien stress dan mengalami penurunan
BB lebih dari 10 kg. Klien mengatakan saat ini sudah menerima keadaannya.
Kondisi klien tampak tenang dan sangat terbuka kepada penulis. Namun, klien
mengatakan hal yang dicemaskan ialah takut bayinya tertular HIV. Selain itu,
klien khawatir kondisi bayinya lemah/kurus karena tidak disusui nanti. Stressor
lainnya adalah operasi caesar yang akan dijalaninya, karena ini merupakan operasi
yang pertama kalinya.
Pada tanggal 23 Mei 2013 intervensi pertama kali dilakukan terhadap klien yaitu
edukasi tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi. Pada saat
itu intervensi dilakukan di poli dan klien ditemani oleh suaminya, Tn. MR sesuai
kontrak sebelumnya. Pada pertemuan tersebut terkaji data bahwa Ny. V dan Tn.
MR masih kurang mengetahui tentang pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi
dan sangat ingin menambah pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Klien
melahirkan secara caesar pada 02 Juni 2014 Jam 11.00-12.00 WIB. Bayi laki-laki,
BB: 2950 gram PB 47 cm, A/S: 9/10 dan tidak ada masalah persalinan yang
terjadi. Klien dirawat gabung bersama bayi laki-lakinya di ruang perawatan
23 Universitas Indonesia
Rumah klien berada di Kecamatan Cikarang pusat Kota Bekasi yang jaraknya
cukup jauh dari rumah sakit. Selama kunjungan, klien diberikan intervensi terkait
masalah keperawatan yang ditemukan selama pasca melahirkan dan diberikan
edukasi tentang perawatan postnatal di rumah serta pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi.
3.1.1. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan pada Ny. V (27 tahun) pada tanggal 23 Mei 2014
terdiri dari pengkajian tentang data umum klien, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan tanda-tanda
vital dan pemeriksaan head to toe, selain itu juga dilakukan pengkajian tentang
kebutuhan dasar sehari-hari klien.
Data umum klien didapat status obstetri G3P1A1 Hamil 37 minggu. Klien
berpenampilan rapih, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis dan orientasi
klien baik seperti klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu serta orang-orang
di sekitarnya. Klien adalah seorang karyawati di sebuah industri di wilayah
Cikarang selama 7 tahun. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien saat ini
memiliki satu anak laki-laki yang lahir pada tahun 2006 dengan kelahiran spontan
yang ditolong oleh bidan, dengan berat badan 3800 gram dan panjang badan 51
cm. Anak pertama klien diberikan ASI sampai dengan 2 tahun, walaupun klien
bekerja, klien tetap memberikan ASI nya dengan dicampur susu formula. Pada
awal tahun 2009 klien hamil anak kedua . tetapi pada usia kehamilan 8 minggu
klien mengalami perdarahan yang harus dilakukan tindakan kuretase. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai masalah ginekologi. Pada sekitar bulan September
2013 klien kembali hamil anak yang ketiga ini, karena klien lupa HPHT nya.
Universitas Indonesia
Berat badan klien sebelum hamil adalah 52 kg dan tinggi badan 163 cm.
Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014
didapatkan hasil TD : 100/70 mmHg, Nadi : 96 kali/menit, RR : 20 kali/menit dan
suhu 36,4 0c.
Pengkajian selanjutnya adalah riwayat kehamilan saat ini. Klien adalah rujukan
dari RSUD Bekasi karena dengan kasus HIV on ARV. Status pernikahan klien
saat ini adalah pernikahan yang kedua pada tahun 2011, setelah suami pertamanya
meninggal pada tahun 2009 karena HIV positif. HIV yang didapat dari suami
pertamanya berasal dari suntikan narkoba dan akhirnya klien tertular dari
suaminya akibat hubungan seksual. Klien mengatakan lupa HPHT sehingga klien
juga bingung ketika ditanya tentang tanggal taksiran partusnya. Usia kehamilan
pada tanggal 22 Mei 2014 adalah 37 minggu. Pada saat dengan suami pertamanya
klien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, setelah suaminya meninggal klien
tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Klien mengatakan selama hamil rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan di RSUD Bekasi sebelum dirujuk ke
RSCM karena klien menderita HIV/AIDS on ARV. Klien dirujuk ke RSCM
sejak kehamilan 20 minggu.
Pemeriksaan head to toe yang dimulai dari kepala didapatkan kepala klien
simetris, rambut panjang dan hitam, tidak ada rontok, persebaran rambut merata,
tidak ada jejas atau bekas luka di kepala. Klien mengatakan keramas sehari sekali.
Pada mata terlihat kehitaman di sekitar kelopak mata dan klien mengatakan kalau
malam kurang tidur karena sering terbangun untuk kencing, sedangkan siang
harinya juga klien tidak bisa tidur karena masih bekerja. Pada muka dan leher
tampak kloasma gravidarum berupa kehitaman, mata klien tampak simetris,
konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Pemeriksaan hidung dan
telinga tidak ada pengeluaran cairan. Klien mengatakan tidak gangguan dalam
pernafasan dan gangguan menelan. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher. Pada bagian mulut dan gigi tampak adanya karies gigi,
tetapi tidak tampak kelainan gigi lainnya seperti gigi berlubang, tidak ada juga
gusi berdarah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sehari. Klien minum air putih dalam sehari kurang lebih 1500 ml. Klien
mengatakan tidak pernah mengikuti kelas hamil.
Untuk persiapan persalinan yang dilakukan oleh klien dan suami, klien sudah
mempersiapkan segala perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu, dengan dimasukkan
ke dalam satu tas besar sehingga ketika nanti harus masuk rumah sakit klien sudah
siap dan tinggal angkat tas nya saja. Klien juga sudah merencanakan tempat
melahirkan yaitu di RSCM sesuai dengan anjuran dari RSUD Bekasi. Ibu dan
keluarga berharap bayinya tidak tertular penyakit ibunya maka klien memilih
RSCM untuk memilih tempat melahirkannya. Klien mengatakan belum tahu
tentang tanda-tanda melahirkan karena waktu anak pertama klien tidak merasakan
mules, dan klien mengatakan cemas karena akan dilakukan operasi SC yang
belum pernah dirasakan. Klien juga belum tahu tentang cara menangani nyeri
pada saat operasi dan setelah operasinya.
Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini adalah folamil genio 1x1, Cavit D3
1x1, dan obat ARV nya yaitu FDC TDF (Tenovovir, Hiviral Dan Neviral) 1x1
pada malam hari.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Klien dan suami mengatakan cemas dan takut kalau bayinya tertular HIV, oleh
karena itu mereka berharap melahirkan di RSCM yang merupakan rujukan
nasional dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi nya. Tampak
klien dan suaminya sering bertanya tentang cara penularan HIV dari ibu ke bayi.
Untuk saat ini status obstetrik klien tidak ada masalah, hasil pemeriksaan Leopold
I - IV dan Denyut Jantung Janin (DJJ) masih dalam batas normal, hanya saja klien
mengatakan istirahat tidur malamnya terganggu karena sering terbangun karena
ingin BAK dan klien juga mengeluh ada rasa tidak nyaman pada pinggang sejak
kehamilannya semakin membesar. Klien mengatakan belum tahu kapan harus
dioperasi karena menunggu kamar operasi yang kosong
Rencana kunjungan rumah akan dilakukan pada tanggal 30 Mei 2014 untuk
mengevaluasi edukasi yang sudah diberikan pada saat di poliklinik dan untuk
melakukan edukasi tentang persiapan persalinan seperti tanda-tanda persalinan,
prosedur operasi SC dan manajemen nyeri.
Universitas Indonesia
diagnosa tersebut adalah secara subjektif klien dan suami mengatakan cemas dan
takut kalau bayinya nanti akan tertular HIV, klien dan suami khawatir terhadap
kondisi bayinya akan lemah / kurus nanti karena tidak diberikan ASI, klien
mengatakan belum tahu tentang tanda-tanda persalinan dan manajemen nyeri yang
dapat dilakukannya, Klien juga mengatakan cemas dan takut dalam menghadapi
operasi caesar yang pertama kalinya. Klien dan suami sangat berharap jika
melahirkan di RSCM dapat mengurangi risiko penularan kepada bayinya. Data
objektif yang mendukung adalah klien tampak bingung dan tegang serta banyak
bertanya tentang cara penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayinya, klien
juga sering kali mengerutkan wajahnya. Observasi tada-tanda vital yang didapat
TD 100/70 mmHg, Nadi 96 kali/menit, suhu 36,40c, dan pernapasan 20 kali/menit.
Rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan klien,
monitor tanda-tanda vital, kaji kemampuan klien untuk mengurangi rasa cemas,
berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan kecemasannya, beri edukasi
kepada klien dan suami tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke
bayi, berikan pengajaran tentang tanda-tanda persalinan, beri pengajaran tentang
prosedur operasi SC, Beri pengajaran dan demonstrasikan tentang teknik relaksasi
Universitas Indonesia
nafas dalam untuk mengurangi nyeri, beri suport pada klien, anjurkan klien dan
suami untuk menggunakan cara distraksi yang dikuasai untuk mengurangi rasa
cemasnya, libatkan dan beri dorongan kepada orangtua dan suami untuk
menemani klien untuk memberi suport kepada klien, hargai setiap pendapat dan
keputusan klien, berikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, minta klien
untuk mengulang informasi yang sudah diberikan.
Universitas Indonesia
melakukan rencana tindak lanjut dari diagnosa ini adalah anjurkan klien dan
keluarga untuk tetap melakukan teknik distraksi yang dikuasai pada saat cemas
datang.
Pada tanggal 30 Mei 2014, penulis melakukan kunjungan rumah klien dengan
tujuan untuk melanjutkan implementasi pada diagnosa pertama yang masih
teratasi sebagian.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Pada tanggal 30 Mei 2014 jam 11.00
WIB di rumah klien, penulis melakukan implementasi lanjutan yaitu : mengkaji
perasaan klien dan suami tentang cemasnya, memberi suport kepada klien dan
suami, meminta klien untuk menjelaskan kembali tentang cara pencegahan dan
risiko penularan HIV dari ibu ke bayi, mengkaji apakah klien dan suami
melakukan teknik distraksi yang dipilih untuk mengurangi cemasnya. Evaluasi
yang didapat adalah secara subjektif klien dan suami mengatakan sudah tidak
cemas lagi tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi tetapi
masih berharap agar anaknya tidak tertular, serta klien dan suami mengatakan
akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan HIV dari ibu
ke bayi. Secara objektif klien dan keluarga tampak lebih rileks.
Pada jam 12.00 WIB nya penulis melanjutkan implementasi yang berhubungan
dengan diagnosa pertama yaitu mengkaji tingkat pengetahuan klien dan tentukan
kebutuhan pembelajaran klien, memberikan edukasi tentang tanda-tanda
persalinan, memberikan edukasi tentang prosedur operasi SC, memberikan
pengajaran dan mendemonstrasikan tentang teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurngi nyeri, memberika lingkungan yang kondusif, meminta klien untuk
mengulangi informasi yang sudah diberikan, mengikutsertakan suami dan anggota
keluarga lainnya dalam pengajaran. Evaluasi yang didapat setelah melakukan
implementasi pada diagnosa ini adalah secara subjektif klien mengerti tentang
tanda-tanda persalinan, klien mengatakan mengerti tentang prosedur operasi, klien
megatakan mengetahui manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam,
klien mengatakan jadi tenang setelah diberikan penjelasan. Secara objektif : klien
Universitas Indonesia
Klien masuk ruangan post natal tanggal 01 Juni 2014 yang akan dilakukan operasi
SC tanggal 02 Juni 2014. Pengkajian postnatal pada Ny. V (27 tahun) dilakukan
pada tanggal 03 Juni 2014 jam 08.00 WIB. Pengkajian terdiri dari data umum
klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dimulai
dari pemeriksan tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe, serta wawancara
tentang pola kesehatan sehari-hari.
Data umum klien didapat status obstetrik P2A1 post SC nifas hari pertama dengan
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Terpasang folley catheter.
Pemeriksaan tanda-tanda vital, TD 110/80 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,7 0C,
dan pernapasan 20 x/menit. Jenis persalinan klien adalah dengan operasi SC atas
indikasi HIV/AIDS yaitu tanggal 02 Juni 2014 dari jam 11.00 – 12.00 WIB. Jenis
kelamin bayi adalah laki-laki dengan berat badan/panjang badan (BB/PB) 3100
gram/49 cm, dengan Afgar Score bayi 9/10. Perdarahan yang keluar selama
operasi berjumlah 300 cc. Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
persalinannya. Klien tiba di ruang post partum sekitar jam 15.00 WIB.
Hasil pemeriksaan fisik ibu nifas dilakukan head to toe. Hasil pemeriksaan dari
kepala – leher didapatkan: kepala: distribusi rambut merata, warna hitam, bersih,
tidak ada lesi. Mata : Bulat, isokor ø 3 mm/3mm, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung : septum deviasi
di tengah, bersih dan tidak ada peradangan. Mulut: Membran mukosa mulut
lembab, gigi bersih dan lengkap, tidak ada karies. Telinga: simetris, membran
Universitas Indonesia
tympani utuh, tidak ada cairan keluar dari telinga dan tidak ada pembengkakan di
belakang telinga. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, refleks
menelan baik.
Pemeriksaan fisik perineum dan genital: vagina: Integritas kulit tidak ada edema,
tidak ada memar, tidak ada hematom. Perineum: utuh, kebersihan: bersih. Lokia:
Rubra, jenis/warna: merah kecoklatan. Jumlah: 1/2 softex. Konsistensi: tidak
banyak, Bau: tidak berbau. Hemoroid: tidak ada. Pemeriksaan fisik ekstremitas
atas dan bawah : tidak ada edema, varises: tidak ada, tanda Homan Sign: -/-.
Universitas Indonesia
Pengkajian pada sistem eliminasi, saat ini klien masih terpasang kateter sampai
dengan 24 jam post operasi yaitu jam 15.00 WIB. Klien juga mengatakan belum
BAB sejak post operasi SC.
Selama habis operasi klien mengatakan jarang tidur siang karena kondisi ruang
perawatannya yang membuat tidak bisa tidur yaitu AC nya mati sehingga
ruangannya menjadi panas sekali. Pada saat tidur malam, klien juga mengeluh
tidak bisa tidur karena masih merasakan nyeri luka operasi, sehingga pada pagi
hari nya klien terlihat tampak mengantuk dan pada daerah sekitar mata tampak
kehitaman.
Tingkat mobilisasi klien saat ini masih bed rest karena belum 24 jam post operasi,
hanya sesekali saja klien tampak latihan miring kanan dan kiri karena klien
merasa masih nyeri luka operasi terlebih jika saat klien bergerak. Dalam hal
makanan, klien mengatakan tidak ada masalah, tidak ada pantang makanan,
sehingga klien selalu menghabiskan makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
Adaptasi psikologis yang dialami klien saat ini adalah klien berada pada tahap
taking in, dimana klien masih berfokus pada dirinya sendiri terutama pada
nyerinya. Dalam hal menyusui, klien mengatakan tidak boleh menyusui bayina
karena klien mempunyai HIV positif. Oleh karena itu bayinya langsung diberikan
susu formula.
Universitas Indonesia
Obat-obatan yang diberikan pada tanggal 03 Juni 2014, klien masih diberikan
Profenid Supp 3x1 dan tanggal 04 Juni 2014, klien mendapat terapi asam
mefenamat 3x1 dan hemobion 1x1 selain obat ARV nya yang masih harus terus
diminum.
Ringkasan hasil pengkajian tanggal 03 Juni 2014 adalah Ny. V adalah klien
dengan P2A1 NH1 Post SC atas indikasi HIV/AIDS on ARV. Keluhan saat ini
klien mengatakan nyeri luka operasi yang bertambah pada saat bergerak atau
berubah posisi, nyeri sifatnya hilang timbul seperti disayat, skala nyeri 4. Klien
mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi nafas dalam tetapi masih nyeri juga
dan ketika di tes ternyata klien salah melakukannya. Tampak klien meringis
kesakitan ketika disuruh bergerak seperti miring kiri/kanan. Klien mengatakan
istirahat tidur malamnya kurang karena nyeri yang dirasakan dan sering terbangun
karena tangisan bayinya. Tampak kehitaman di sekeliling kelopak mata klien.
Klien mengatakan kalau bayinya tidak diberi ASI karena takut tertular HIV dari
ibunya, sehingga bayi langsung diberikan susu formula, bayi klien juga diberi
obat ARV yaitu Zidavudin 12 mg 2x1 bungkus.
Kondisi klien pada hari kedua post operasi yaitu tanggal 04 Juni 2014, tampak
klien menunjukkan pemulihan. Pengkajian dilakukan keadaan umum klien baik,
kesadaran compos mentis, Observasi tanda-tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,8 0C dan pernafasan 18 x/menit. Klien
mengatakan nyeri luka operasinya sudah berkurang tidak seperti kayak kemarin,
nyeri masih hilang timbul dan skala nyeri turun dari 4 ke 2. Selang kateter klien
juga sudah dilepas, sehingga klien sudah aktif miring kiri/kanan dan mobilisasi
klien sudah duduk dan sesekali jalan secara pelan-pelan. Klien mengatakan lupa
cara perawatan bayinya seperti memandikan, membedong dan perawatan tali
Universitas Indonesia
pusat karena waktu anaknya yang pertama, klien masih banyak dibantu orangtua
nya. Klien juga tampak banyak bertanya tentang perawatan bayi dan cara
meminumkan obat bayinya, karena sejak lahir perawatnya yang meminumkan
obat bayinya.
Pengkajian Ny. V pada hari ketiga post operasi yaitu tanggal 05 Juni 2014,
tampak klien menunjukkan pemulihan yang lebih baik. Keadaan umum klien baik,
kesadaran compos mentis, observasi tanda-tanda vital didapatkan TD 120/70
mmHg, Nadi 88 x/menit, suhu 36,5 0C dan pernapasan 18 x/menit. Klien
mengatakan nyeri luka operasi udah jauh lebih berkurang, klien sudah aktif
mobilisasi jalan. Klien direncanakan untuk pulang.
Universitas Indonesia
karena tangisan bayinya, klien juga mengatakan kalau siang hari juga jarang bisa
tidur karena kamar perawatannya yang panas sekali. Secara objektif tampak
kehitaman di sekeliling kelopak mata klien, klien tampak mengantuk dan sering
menguap.
Universitas Indonesia
Intervensi yang sudah dibuat untuk menyelesaikan diagnosa ini adalah sebagai
berikut : kaji pola tidur klien dan catat faktor-faktor yang dapat mengganggu pola
tidur klien; jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama kehamilan, sakit dan
stres psikososial; Ajarkan klien untuk menghindari makanan dan minuman pada
jam tidur yang dapat mengganggu tidur; anjurkan klien untuk membatasi tidur di
siang hari atau berikan tidur siang untuk memenuhi kebutuha tidur; anjurkan klien
untuk mengatur jam tidurnya dengan menyesuaikan jam tidur bayinya agar tidak
kekurangan kualitas tidur; anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam jika penyebab gangguan tidurnya adalah nyeri luka operasi.
Universitas Indonesia
Intervensi yang telah dibuat untuk menyelesaikan diagnosa ini antara lain : kaji
tingkat pengetahuan klien tentang perawatan ibu dan bayi; berikan pengajaran
tentang perawatan ibu seperti kebersihan diri, nutrisi ibu postnatal, istirahat/tidur,
perawatan/bebat payudara; berikan pengajaran tentang perawatan bayi seperti
membedong dan merawat tali pusat; demonstrasikan tentang perawatan bayi;
berikan lingkungan yang kondusif untuk belajar; minta klien untuk mengulang
informasi yang sudah diberikan; anjurkan ibu untuk tidak lupa memberikan obat
ARV ke bayinya; libatkan suami dalam pemberian pendidikan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pada tanggal 04 Juni 2014 jam 15.00 WIB di ruang perawatan, penulis melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ini yang belum
teratasi. Implementasi yang sudah dilakukan antara lain : mengkaji tingkat nyeri;
menganjurkan kembali teknik relaksasi nafas dalam; menganjurkan klien untuk
mengatur posisi yang nyaman menurut klien, berkolaborasi dengan dokter dalam
Universitas Indonesia
pemberian terapi analgetik yaitu asam mefenamat 3x500 mg jika dengan non
farmakologi tidak berhasil; melatih klien untuk duduk dan jalan lebih aktif lagi.
Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif klien mengatakan nyeri luka operasi
berkurang dengan skala nyeri 2; klien mengatakan sudah dapat mengendalikan
nyerinya dengan teknik relaksasi nafas dalam. Secara objektif, klien tampak sudah
mampu duduk dan sedang latihan berjalan; klien tampak rileks; klien tampak
mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Masalah teratasi sebagian.
Rencana tindak lanjut keperawatan adalah latihan mobilisasi jalan lebih aktif.
Pada tanggal 05 Juni 2014 jam 14.30 WIB di ruang perawatan, penulis melakukan
tindakan keperawatan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan ini adalah
mengkaji tingkat nyeri klien; menganjurkan klien untuk teknik relaksasi nafas
dalam dan menganjurkan klien untuk latihan jalan lebih aktif lagi; jam 17.00 WIB
memberikan analgetik asam mefenamat 500 mg sesuai jadwal. Evaluasi yang
didapat adalah secara subjektif, klien mengatakan nyeri luka operasi sudah jauh
berkurang dengan skala nyeri 1; klien mengatakan teknik relaksasi nafas dalam
masih dilakukan bila nyeri timbul; klien mengatakan sudah dapat aktif mobilisasi
jalan dan klien rencana pulang hari ini. Secara objektif, klien tampak lebih segar
dan rileks dari hari sebelumnya; klien masih tampak sesekali melakukan teknik
relaksasi nafas dalam; klien tampak aktif mobilisasi jalan dan asam mefenamat
masih diberikan setiap habis makan. Masalah teratasi. Tindakan keperawatan
distop.
Universitas Indonesia
bayi agar tidak kekurangan kualitas tidur klien; menganjurkan klien untuk teknik
relaksasi nafas dalam jika penyebab gangguan tidurnya adalah nyeri. Evaluasi
yang didapat setelah melakukan tindakan keperawatan di atas adalah secara
subjektif, klien akan mengatur jadwal tidurnya agar disesuaikan dengan bayinya;
klien mengatakan masih bisa tidur siang. Secara objektif klien masih tampak
sering menguap dan mengantuk serta masih tampak kehitaman di sekeliling
kelopak mata klien. Masalah keperawatan teratasi. Tindakan keperawatan akan
dilanjutkan kembali.
Pada tanggal 04 Juni 2014 jam 16.00 WIB implementasi yang dilakukan adalah
mengkaji kualitas tidur klien; menganjurkan klien untuk mengatur jam tidurnya
dengan menyesuaikan jam tidur bayi agar tidak kekurangan kualitas tidur klien.
Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif klien mengatakan sudah dapat tidur
semalam karena nyerinya sudah berkurang, walaupun masih kadang terbangun
karena bayinya yang haus; klien juga mengatakan pada siang harinya pun jika
bayinya tidur klien juga dapat ikut tidur. Secara objektif klien tampak lebih segar
dan daerah sekitar kelopak mata tampak berkurang kehitamannya. Masalah
teratasi. Tindakan keperawatan distop.
Universitas Indonesia
reinforcement positif untuk ibu setelah mampu mengulang informasi yang telah
diberikan; melibatkan suami dalam pemberian pendidikan kesehatan.
Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif, klien mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan bayi; klien mengatakan mengerti tentang perawatan ibu dan
akan memperhatikan kebersihan diri klien; klien mengatakan senang karena jadi
tahu tentang perawatan ibu dan bayi; klien mengatakan masih belum berani untuk
memandikan bayinya. Secara objektif , klien tampak terlihat senang setelah
diberikan edukasi tentag perawatan ibu dan bayi; klien dapat menjelaskan kembali
tentang perawatan ibu dan bayi; klien tampak mampu mempraktekkan kembali
perawatan tali pusat dan membedong; klien belum mampu untuk memandikan
bayinya sendiri; obat ARV untuk bayinya masih perawat yang memberikannya.
Masalah teratasi sebagian. Rencana tindak lanjut yang dibuat oleh penulis
sekalian untuk persiapan pulang yaitu evaluasi klien tentang perawatan bayi dan
ajarkan klien cara meminumkan obat ARV ke bayinya.
Pada tanggal 05 Juni 2014 jam 17.00 WIB di ruang perawatan dilakukan
implementasi sebagai berikut yaitu menganjurkan klien untuk mengulang materi
yang sudah diberikan tentang perawatan ibu dan bayi; menganjurkan klien untuk
mendemonstrasikan kembali yang sudah diajarkan; mengikut sertakan suami
dalam proses belajar; mengajarkan klien tentang cara meminumkan obat ARV ke
bayinya; menganjurkan klien untuk tidak lupa memberikan obat ARV nya kepada
bayi; memberi reinforcemen positif untuk ibu setelah mampu mengulang edukasi
yang telah diberikan. Evaluasi yang didapat secara subjektif klien mengatakan
sudah paham tentang perawatan ibu dan bayi; klien mengatakan untuk latihan
memandikan bayinya nanti saja pas sudah di rumah; klien mengatakan tidak akan
lupa untuk meminumkan ARV bayinya; klien dan suami mengatakan senang
karena sudah dapat pelajaran yang sangat berguna. Secara objektif klien tampak
mampu mengulang materi yang sudah diberikan; klien tampak mampu
mendemonstrasikan tentang perawatan bayinya kecuali memandikan; klien
tampak mampu meminumkan obat ARV bayinya; klien dan suami tampak senang.
Masalah teratasi sebagian. Tindakan keperawatan dilanjutkan di rumah, rencana
Universitas Indonesia
tindak lanjut yang dibuat yaitu monitor pemberian ARV pada bayinya dan
mengajarkan klien tentang memandikan bayinya di rumah.
Pada tanggal 07 Juni 2014 jam 09.00 WIB penulis melakukan kunjungan rumah
klien dengan tujuan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan ketiga yang
masih teratasi sebagian. Pada saat kunjungan rumah, keadaan umum klien tampak
baik. Implementasi yang dilakukan adalah mengevaluasi segala informasi yang
telah diberikan kepada klien; meminta klien untuk memandikan bayinya secara
langsung, mengingatkan klien agar tidak putus minum obat ARV untuk klien dan
bayinya; menganjurkan klien untuk selalu menjaga kesehatannya agar tidak drop;
meminta suami klien untuk selalu mengingatkan klien minum obat dan untuk
bayinya. Evaluasi yang didapat, secara subjektif klien dn suami merasa senang
sekali atas kunjunga rumahnya karena merasa diperhatikan; klien juga
mengatakan tidak akan putus minum obat dan memberikannya kepada bayinya;
klien mengatakan kalau di rumah bisa memandikan bayinya sendiri. Secara
objektif, klien dan suami tampak senang; klien tampak mampu memandikan
bayinya sendiri. Masalah teratasi. Tindakan keperawatan distop.
Setelah kunjungan rumah hubungan antara penulis dan klien masih tetap terjaga
dengan baik, klien sering konsultasi masalah berat badan bayi, berapa cc susu
formula yang harus diberikan, jadwal imunisasi bayinya dan lain-lain. Konsultasi
ini dilakukan melalui sms atau telephon.
Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) atau
yang biasa dikenal dengan nama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
didirikan pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu tanggal 19 November
1919. RSCM merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional, yang senantiasa
memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau, salah satunya adalah
memberikan layanan HIV sejak lama kepada masyarakat. Unit pelayanan terpadu
HIV RSCM atau dahulu dikenal sebagai Pokdisus (Kelompok Studi Khusus)
AIDS, merupakan salah satu unit kerja fungsional dalam organisasi RSCM. Unit
ini berperan sebagai penyelenggara kegiatan pelayanan, penyuluhan, dan
penelitian di bidang HIV/AIDS.
Unit ini menangani semua pasien yang terkena HIV/AIDS termasuk dengan ibu
hamil, ibu post partum dan bayi baru lahir dari ibu HIV. Ruang perawatan obstetri
gedung A lantai 2 zona B RSCM merupakan ruang perawatan post natal bagi ibu
post melahirkan secara spontan maupun operasi SC dan bayinya. Selama 5
minggu praktik KKMP peminatan maternitas di ruang post partum lantai 2 zona B
RSCM didapatkan data 7 pasien ibu post partum dengan HIV/AIDS dan bayi yang
dirawat. Penanganan yang diberikan poli Pokdisus untuk ibu hamil dengan
HIV/AIDS yaitu dengan pemberian konseling tentang pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi dan pemberian ARV. Untuk penanganan persalinannya dilakukan
operasi SC guna menghindari risiko penularan ibu ke bayi. Bayi yang dilahirkan
juga langsung diberikan terapi profilaksis yaitu terapi ARV seperti Zidovudin
dengan pemberian 2x sehari serta bayi tidak diperbolehkan untuk mendapat ASI
ibunya, akan tetapi mendapatkan susu formula untuk memenuhi nutrisi bayi.
46 Universitas Indonesia
Berdasarkan kasus kelolaan Ny. V mengatakan bahwa HIV yang didapat nya
berasal dari suami pertamanya yang menggunakan narkoba melalui jarum suntik.
Awal mula memakai narkoba dari sekedar coba-coba yang ditawarkan oleh teman
sepergaulannya, namun menjadi kecanduan. Ibu A dan (alm) suami belum
mengetahui informasi dampak dari menggunakan narkoba yaitu HIV/AIDS.
Perilaku penyalahgunaan jarum suntik pada pengguna narkoba dilakukan dengan
cara penggunaan jarum suntik secara bergantian dapat terinfeksi HIV. Setelah
terinfeksi HIV/AIDS dari sesama pengguna narkoba, kemudian melakukan
hubungan seksual kepada pasangannya maka akan terjadi penularan HIV terhadap
pasangan.
Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya
menunjukkan bahwa masalah keperawatan prenatal dan postnatal pada Ny. V
dengan HIV/AIDS dibagi menjadi dua yaitu masalah keperawatan pada saat
prenatal dan masalah keperawatan pada saat postnatal. Masalah keperawatan klien
pada saat prenatal adalah cemas, sedangkan masalah keperawatan klien yang
terjadi pada postnatal antara lain nyeri, perubahan pola tidur dan kesiapan
meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan perawatan postnatal pasca
operasi caesar dan perawatan bayi.
Universitas Indonesia
Pada masa postnatal, perawatan ibu nifas dengan kehamilan HIV/AIDS akan
memiliki kesamaan dengan ibu postnatal pasca melahirkan dengan operasi caesar.
Masalah nyeri akut dapat terjadi akibat adanya luka post operasi dan rendahnya
sel-sel antibodi di dalam tubuh ibu dengan kehamilan HIV/AIDS. Manajemen
nyeri dapat dilakukan melalui intervensi yang sama seperti yang dilakukan
kepada ibu nifas post SC lainnya. Masalah perubahan pola tidur juga diangkat
berdasarkan efek dari rasa nyeri yang dirasakan klien pada hari pertama post
operasi.
Universitas Indonesia
Masalah cemas yang diangkat pada prenatal merupakan didasarkan pada harapan
klien dan suami agar bayinya tidak tertular dari ibunya yang disebabkan karena
masih kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang risiko penularan HIV
dari ibu ke bayinya dan cara pencegahannya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Depkes (2006) yang dikuatkan dengan penelitian Mulyana (2008)
mengatakan bahwa faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya kemungkinan
besar akan ditularkan selama periode kehamilan, persalinan maupun setelah
persalinan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ibu, bayi
dan faktor cara penularan. Oleh karena itu perlu diberikan edukasi tentang
program pencegahan penularan HIV/AIDS yang dikenal dengan nama PMTCT,
salah satunya adalah pemilihan cara persalinan yang aman yaitu Sectio Caesaria
dan pemberian susu formula yang memenuhi syarat dari WHO (AFASS), (Gondo,
2011). Pemberian edukasi tentang program PMTCT diharapkan dapat
menurunkan rasa cemas klien dan suami sehingga dapat meningkatkan
harapannya agar bayinya tidak tertular dari ibunya.
Masalah cemas yang klien rasakan juga disebabkan karena rencana operasi SC
yang akan dilakukan, karena klien belum pernah mengalaminya serta kurangnya
pengetahuan klien tentang tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan
manajemen nyeri yang dapat dilakukan. Salah satu faktor risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi adalah faktor cara penularan, maksudnya bahwa semakin lama
proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi juga
semakin meningkat karena akan semakin lama terjadinya kontak antara bayi
dengan darah atau lendir ibu. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan
akan meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan
ketuban pecah kurang dari 4 jam. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
penularan selama proses persalinan adalah penggunaan vakum, forcep dan
tindakan episiotomi (Mulyana, 2008). Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian
tersebut dimaksudkan bahwa klien diberikan edukasi tentang tanda-tanda
persalinan dan prosedur operasi agar terhindar dari penularan ibu ke bayi.
Manajemen nyeri yang diajarkan adalah teknik relaksasi nafas dalam yang
Universitas Indonesia
diharapkan dapat bermanfaat pada saat klien setelah operasi guna mengurangi
nyeri.
Masalah nyeri pada post operasi SC pada klien merupakan keluhan utama, sebagai
respon fisiologis dari semua klien yang telah menjalani operasi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Whalley,dkk (2009) yang mengatakan bahwa
tindakan operasi SC menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan
kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan, yang akan membuat sangat
terganggu. Dampak dari nyeri yang tidak ditangani akan menyebabkan ibu
mengalami kesulitan dalam hal mobilisasi (Batubara, dkk. 2008). Oleh karena itu
perlu manajemen nyeri nonfarmakologi yang dapat dilakukan dengan mudah
tetapi berdampak baik, yaitu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini sudah
terbukti dalam mengurangi efek nyeri pada pasien post operasi (Saekhatun, 2008
& Ayudianningsih, 2009).
Masalah perubahan pola tidur yang dialami klien adalah hal yang dapat terjadi
pada ibu prenatal trimester III yang diakibatkan karena bertambah besarnya usia
kehamilan yang menyebabkan ketidaknyamanan ibu hamil sehingga dapat
mempengaruhi kebutuhan istirahat tidur klien. Masalah ini juga dapat terjadi pada
periode postnatal. Hal tersebut disebabkan karena ibu mengikuti pola tidur bayi
yang demikian. Oleh karena itu jika tidak disiasati dengan baik maka klien akan
keilangan waktu istirahat dan tidurnya yang akan berdampak pada masalah
keletihan.
pembelajaran dari rumah sakit seperti perawatan bayi yang dapat dipraktekan
sendiri di rumah, karena siapa lagi yang akan merawat bayinya kalau bukan
ibunya sendiri.
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas pada Ny.
V difokuskan pada pemberian pendidikan kesehatan tentang risiko penularan dan
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Dalam perawatan kepada
klien, penulis melakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi rasa cemas
klien dan suami dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
ini dilakukan dengan tujuan agar klien dan suami/keluarga benar-benar
memahami bagaimana penularan HIV dari ibu ke bayi, kemudian dilanjutkan
dengan pendidikan kesehatan tentang pencegahannya. Selain edukasi di atas,
untuk mengurangi rasa cemas klien dan suami perlu kiranya diberikan edukasi
juga tentang tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan manajemen nyeri.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yang pertama adalah menjelaskan
tentang tanda-tanda persalinan, agar tidak terjadi masalah persalinan seperti
ketuban pecah dini lebih dari 4 jam. Salah satu risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah melalui melalui proses persalinan yang lama, ketuban pecah dini lebih
dari 4 jam akan menyebabkan risiko penularan dua kali lipat dibandingkan dengan
ketuban pecah kurang dari 4 jam (Gondo, 2011). Oleh karena itu klien dapat
mengantisipasinya jika di rumah ada pecah ketuban klien dapat langsung ke
rumah sakit agar langsung diberikan tindakan untuk memperkecil risiko
penularan.
Tindakan yang kedua yaitu menjelaskan tentang prosedur operasi, bahwa sebelum
dilakukan operasi klien akan dilakukan pembiusan yang biasanya hanya separuh
badan yaitu mulai dari pinggang ke bawah tidak akan terasa apa-apa. Menjelaskan
pula pentingnya tindakan operasi karena untuk memperkecil risiko penularan HIV
(Mulyana, 2008). Tindakan yang ketiga adalah mengajarkan manajemen nyeri
yaitu teknik relaksasi nafas dalam dengan cara menjelaskan manfaat dari teknik
Universitas Indonesia
relaksasi nafas dalam dan mendemonstrasikan. Hal ini penting dilakukan sebelum
klien melahirkan karena diharapkan klien sudah mempunyai bekal ilmu ketika
klien dihadapkan pada tanda-tanda persalinan yang asli seperti mulas yang
semakin sering, maka klien sudah dapat melakukannya. Diharapkan setelah klien
dan suami memahami dan mengerti dengan baik cara penularan dan
pencegahannya maka rasa cemas klien akan berkurang bahkan hilang, dengan
berkurangnya rasa cemas tersebut maka harapan klien dan suami agar bayinya
dapat terhindar dari HIV dapat terlaksana.
Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri karena luka operasi yaitu dengan
mengulang kembali teknik relaksasi nafas dalam yang sudah diajarkan penulis.
Universitas Indonesia
Klien dianjurkan untuk melakukannya pada saat nyeri itu timbul. Teknik ini
sudah terbukti dalam mengurangi efek nyeri pada pasien post operasi (Saekhatun,
2008 & Ayudianningsih, 2009). Ibu post SC dapat mempraktekan pernafasannya
untuk mengatasi nyeri pada saat memiringkan badan dan mengatur posisi. Latihan
teknik relaksasi pernafasan dapat berhasil jika klien kooperatif (Potter & Perry,
2006).
maksud agar ketika klien pulang dengan bayinya, klien sudah mampu merawat
diri sendiri dan bayinya, karena siapa lagi yang akan merawat bayinya kalau
bukan ibunya sendiri.
Asuhan keperawatan prenatal dan postnatal pada ibu HIV/AIDS secara langsung
berhubungan dengan risiko penularan baik ke tenaga kesehatan maupun ke
bayinya. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam
merawat klien dengan HIV/AIDS harus selalu memperhatikan universal
precaution untuk menghindari risiko tertularnya HIV. Diagnosis HIV/AIDS
menimbulkan rasa cemas buat klien dan keluarga terhadap risiko penularan dari
ibu ke bayi. Oleh karena itu perawat sebagai sarana untuk memberikan dukungan
dalam menenteramkan perasaan cemas pada klien dan keluarga, dengan cara
memberikan penjelasan yang akurat tentang risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
dan cara pencegahannya, serta selalu memberikan support kepada klien dan suami
dengan meyakinkan bahwa penularan HIV dari ibu ke bayi itu dapat dicegah jika
klien dan suami mempunyai komitmen yang sama dengan perawat. Dengan
dukungan perhatian dan support yang terus menerus maka klien akan terhindar
dari perasaan cemas serta harapan klien dan suami agar bayinya tidak tertular
dapat terlaksana.
Universitas Indonesia
7.1. Kesimpulan
Intervensi yang dilakukan khususnya pada kasus klien kelolaan adalah pemberian
pendidikan kesehatan klien tentang penularan HIV dari ibu ke bayi dan
pencegahannya, selain itu pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan
dan prosedur operasi juga dilakukan. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada
klien dan keluarga ditujukan untuk meyakinkan, memberi support dan dukungan
kepada ibu bahwa pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dilakukan
untuk memperkecil tingkat penularan, selain itu juga dapat meningkatkan harapan
keluarga agar bayinya tidak tertular.
Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan yaitu
cemas sudah jauh berkurang walaupun harapan itu masih tetap ada tetapi hanya
sedikit saja karena klien sudah mengerti dan paham tentang penularan dan
55 Universitas Indonesia
7.2. Saran
Universitas Indonesia
Black, J.M & Hawks, J.H. (2008). Medical surgical nursing : clinical
management for positive outcomes. Saunders.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. Alih bahasa : Wijayarini, M.A. Jakarta : EGC.
Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikah bedah.
Volume 3. Alih bahasa: Agung waluyo, dkk. Jakarta: EGC
Budiasuri, M.A & Mirojab, A. (2011). Kebijakan pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke anak (Studi kasus di kota Surabaya). Ejournal. Litbang.
Depkes.go.id/index.php/hsr/article/download/.../2203 diunduh tanggal 24 Juni
2014.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakrta: EGC.
57 Universitas Indonesia
Lodewig, P.W., London, M. L., & Olds, S. B.(2001). Maternal newborn nursing
care : the nurse, the family and the community. Menlo Park : Addison-
Wesley.
Muhaimin, T. (2011). Prevalensi HIV pada ibu hamil di delapan ibukota Provinsi
di indonesia tahun 2003 – 2010.
Journal.ui.ac.id/health/article/download/943/877. Diunduh tanggal 26 Mei
2014.
Mulyana, R.S. (2008). HIV dalam kehamilan. Jakarta: EGC
Oktarina, T. (2011). Persepsi perawat tentang asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien HIV/AIDS di RSCM Jakarta.
Lib.ui.ac.id/opac/ui/template.jsp?inner. diunduh tanggal 26 Juni 2014.
Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: care of childbearing
&childbearing family. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
&Wilkins
UNICEF. (2009). His counselling trainer’s manual for the asia pacific. Thailand :
Keen Meeka.co.id.
Valerian, C. M., Kemara., K.P & Megadhana, I.W. (2003). Tatalaksana infeksi
HIV dalam kehamilan. Ojs.unud.ac.id/index/php/article/viewfile/4873/3659.
Diunduh tanggal 25 Juni 2014.
Universitas Indonesia
Wilkinson, J.M. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Universitas Indonesia
PENGKAJIAN PRENATAL
Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : Klien mengatakan tidak punya masalah ginekologi.
2. Riwayat KB : Pada saat dengan suami pertama klien menggunakan KB
suntik 3 bulan, tetapi pada suami sekarang klien tidak pernah memakai
KB.
Riwayat Kehamilan Saat Ini
HPHT : Klien mengatakan lupa HPHT TD sebelum hamil : 100/70 mmHg
BB sebelum hamil : 52 kg
TD BB / TB TFU Letak / DJJ Usia Keluhan
Presentasi
Gestasi
Janin
110/70 63 kg / 32 cm Presentasi 133x/menit 37 minggu Kurang
mmHg 163 cm Kepala Tidur
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ekstremitas :
Tidak tampak adanya edema dan varises pada ekstremitas atas maupun bawah.
Reflek patela hasil negatif.
Eliminasi :
Klien mengatakan kebiasaan BAK menjadi lebih sering dibanding dari waktu
sebelum hamil terutama pada malam hari, sehingga klien harus sering terbangun
untuk BAK jika pada saat tidur malam. Klien mengatakan kalau kebiasaan BAB
nya yaitu dua hari sekali
Universitas Indonesia
Keadaan Mental
Klien mengatakan memang ini adalah kehamilan yang direncanakan karena dari
suami yang sekarang (kedua), ini adalah merupakan anak pertama, dan ketika
ditanyakan kepada suami klien, suaminya mengatakan sangat senang dan
menerima sekali atas kehamilannya ini. Suami klien mengatakan untuk masalah
penularan penyakit istrinya (HIV/AIDS), suami klien masih berharap agar
anaknya tidak tertular dari ibunya. Oleh karena itu suami dan klien rajin kontrol
rutin ke bagian kebidanan maupun poli Pokdisus RSCM. Suami klien juga rajin
mengingatkan istrinya untuk minum rutin obat ARV nya setiap hari.
Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan yang dilakukan oleh klien dan suami, klien sudah
mempersiapkan segala perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu, dengan dimasukkan
ke dalam satu tas besar sehingga ketika nanti harus masuk rumah sakit klien sudah
siap dan tinggal angkat tas nya saja. Klien juga sudah merencanakan tempat
melahirkan yaitu di RSCM sesuai dengan anjuran dari RSUD Bekasi. Ibu dan
keluarga berharap bayinya tidak tertular penyakit ibunya maka klien memilih
RSCM untuk memilih tempat melahirkannya. Klien mengatakan belum tahu
tentang tanda-tanda melahirkan karena waktu anak pertama klien tidak merasakan
mules, dan klien mengatakan cemas karena akan dilakukan operasi SC yang
belum pernah dirasakan. Klien juga belum tahu tentang cara menangani nyeri
pada saat operasi dan setelah operasinya.
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Folamil genio 1x1, Cavit D3 1x1 dan obat ARV nya yaitu FDC TDF (Tenovovir,
Hiviral dan Neviral) 1x1 malam.
Universitas Indonesia
ANALISA DATA
Universitas Indonesia
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Kaji kemampuan klien untuk
mengurangi rasa cemas
3. Berikan edukasi kepada klien
tentang pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi
4. Beri kesempatan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
5. Beri suport pada klien
6. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara distraksi yang
dikuasai untuk mengurangi cemas.
7. Beri dorongan kepada orangtua
dan suami (keluarga) untuk
menemani klien atau memberi
suport kepada klien.
8. Hargai setiap pendapat dan
keputusan klien.
9. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
tentukan dan tentukan kebutuhan
Universitas Indonesia
pengajaran klien.
10. Berikan pengajaran tentang tanda-
tanda persalinan
11. Berikan pengajaran tentang
prosedur operasi SC.
12. Berikan pengajaran dan
demonstrasikan tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
13. Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
14. Minta klien untuk mengulangi
informasi yang sudah diberikan.
15. Ikut sertakan suami dan anggota
keluarga klien dalam pengajaran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
A : Masalah teratasi
P : Tindakan keperawatan
distop.
Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014
Lampiran 6
Universitas Indonesia.
Kepala Leher :
1. Kepala : bentuk simetris, tidak didapatkan ketombe atau uban, rambut
terlihat bersih.
2. Mata : Tidak tampak konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hanya
tampak kehitaman di sekeliling kelopak mata.
3. Hidung : Tidak tampak adanya sumbatan pada lubang hidung.
4. Mulut : Tampak karies gigi di gigi atas bagian kanan, mukosa bibir
tampak lembab.
5. Telinga : Tidak tampak adanya sumbatan /kotoran yang terlihat di lubang
telinga.
Leher : Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
Dada :
1. Jantung : Bunyi jantung I dan II terdengar reguler, tidak ada bunyi suara
tambahan seperti murmur ataupun gallop.
2. Paru : Terdengar suara nafas vesikuler di semua lapang paru, tidak
terdengar suara ronchi dan wheezing.
3. Payudara : Tidak tampak adanya pembengkakan, daerah areola payudara
terlihat hiperpigmentasi kehitaman.
4. Pengeluaran ASI : Tidak ada pengeluaran ASI.
5. Puting Susu : tampak menonjol keluar.
Universitas Indonesia.
Abdomen :
1. Involusi uterus : Fundus uterus teraba 2 jari di bawah pusat, kontraksi
keras, posisi di tengah.
2. Diastasis rektus abdominis tidak dilakukan karena klien masih mengeluh
nyeri luka operasi.
3. Terdapat balutan luka operasi tertutup kassa kering.
4. Pada fungsi pencernaan terdengar bising usus 8-10 x/menit.
5. Kandung kemih teraba kosong karena klien masih terpasang kateter
Ekstremitas
Tidak tampak adanya edema dan varises pada ekstremitas atas maupun bawah.
Tanda Homan hasil negatif.
Eliminasi
Klien mengatakan kebiasaan BAK saat ini masih menggunakan kateter. Klien
mengatakan kalau kebiasaan BAB nya yaitu dua hari sekali dan saat ini klien
belum BAB.
Universitas Indonesia.
Kemampuan Menyusui
Klien mengatakan tidak boleh menyusui bayinya karena klien mempunyai HIV
positif, oleh karena itu bayinya langsung diberi susu formula.
. Obat-obatan
Pada tanggal 03 Juni 2014 obat-obatan yang masih diberikan kepada klien adalah
Profenid Supp 3 x 1 dan tanggal 04 Juni 2014 klien mendapat terapi Asam
Mefenamat 3 x 1 dan Hemobion 1 x 1 selain obat ARV nya yang masih harus
terus di minum.
Universitas Indonesia.
ANALISA DATA
DO :
2 DS :
Klien mengatakan istirahat tidur Perubahan pola tidur
malamnya kurang karena nyeri
berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan dan sering
terbangun karena tangisan yang dirasakan dan interaksi
bayinya.
orang tua - bayi
DO :
Universitas Indonesia
3 DS : Kesiapan meningkatkan
Klien mengatakan lupa cara pengetahuan tentang cara
perawatan bayi baru lahir karena
melakukan perawatan
pada anak yang pertama klien
banyak dibantu oleh orang tuanya. postnatal pasca operasi caesar
Klien mengatakan ingin tahu
dan perawatan bayi.
bagaimana cara melakukan
perawatan pasca operasi caesar di
rumah.
Klien mengatakan ingin tahu cara
melakukan perawatan payudara
jika tidak menyusui.
Klien juga menanyakan cara
meminumkan obat ARV kepada
bayinya.
DO :
Klien tampak banyak bertanya
tentang cara perawatan tali pusat,
membedong dan memandikan
bayi.
Klien tampak antusias bertanya
tentang perawatan pasca operasi
caesar.
Universitas Indonesia
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
Kaji nyeri meliputi : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, iintensitas atau keparahan
nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri
0-10.
Lakukan pemeriksaan fisik ibu
nifas sesuai dengan status generalis
dan obstetrik.
Ajarkan teknik mengurangi rasa
nyeri dengan nonfarmakologi
seperti : teknik relaksasi nafas
dalam.
Berikan posisi yang nyaman
menurut klien.
Anjurkan klien untuk istirahat/tidur
secukupnya untuk mengurangi
nyeri.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi analgetik jika
dengan non farmakologi tidak
berhasil.
Anjurkan klien untuk mobilisasi
secara bertahap.
Universitas Indonesia
Tujuan :
2 Perubahan pola tidur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan nyeri diharapkan klien menunjukkan kualitas
tidur yang baik.
yang dirasakan dan interaksi
orang tua - bayi Kriteria Hasil :
Jumlah jam tidur tidak terganggu.
Tidak ada masalah dengan pola,
kualitas dan rutinitas tidur atau
istirahat.
Perasaan segar setelah tidur atau
istirahat.
Terjaga dengan waktu yang sesuai.
Intervensi :
Kaji pola tidur klien dan catat
faktor-faktor yang dapat
mengganggu pola tidur klien.
Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat selama kehamilan, sakit
dan stres psikososial.
Ajarkan klien untuk menghindari
makanan dan minuman pada jam
tidur yang dapat mengganggu
tidur.
Anjurkan klien untuk membatasi
tidur di siang hari atau berikan
tidur siang jika diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tidur.
Anjurkan klien untuk mengatur
jam tidurnya dengan menyesuaikan
dengan jam tidur bayinya agar
tidak kekurangan kualitas tidur
klien.
Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam jika
penyebab gangguan tidurnya
adalah nyeri.
Universitas Indonesia
Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga akan :
Mengerti tentang perawatan ibu
dan bayinya.
Memiliki kemampuan dalam
merawat ibu dan bayi nya.
Intervensi :
Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang perawatan ibu dan bayi
Berikan pengajaran tentang
perawatan ibu, seperti kebersihan
diri dan nutrisi ibu melahirkan,
istirahat/tidur, perawatan/bebat
payudara.
Berikan pengajaran tentang
perawatan bayi, seperti
membedong, perawatan tali pusat.
Demonstrasikan tentang perawatan
ibu dan bayi nya.
Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
Minta klien untuk mengulang
informasi yang telah diberikan.
Ikut sertakan keluarga atau anggota
keluarga lain bila memungkinkan.
Anjurkan klien untuk tidak lupa
memberikan obat ARV nya kepada
bayi.
Libatkan suami dalam pemberian
pendidikan kesehatan.
Universitas Indonesia
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan :
Teknik relaksasi nafas
dalam.
Latihan Mobilisasi
secara bertahap lebih
aktif lagi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
P : Tindakan keperawatan
distop.
A : Masalah teratasi
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah ;
Tetap melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika sewaktu-waktu nyeri
itu timbul.
P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah. Persiapan
pulang :
Monitor pemberian ARV
pada bayinya.
Monitor kemampuan
klien dalam perawatan
bayi khususnya
memandikan bayi.
Universitas Indonesia
Hitung Jenis
Basofil 0.1 % 0.5-1.0
0.7 % 1-4
Eosinofil
76.4 % 55.0-70.0
Neutrofil
15.8 % 20-40
Limfosit
7.0 % 2-8
Monosit
70 mm 0 – 20
Laju Endap Darah
Alergi & Imunologi
CD4
Limfosit (CD45+) 2091 / 1000-
absolut 4000
64
Sel T (CD3+) persen % 55-84
Sel T (CD3+) absolut 1339 Sel/ 690-2540
Sel T (CD4+) persen 9 % 31-60
186 Sel/ 410-1590
Sel T (CD4+) absolut
HEMATOLOGI
16 Mei Hemoglobin 10.1 g/dL 12.0-15.0
Hematokrit 31.1 % 36.0-46.0
2014
Eritrosit 4.01 10 6/ 3.80-4.80
Leukosit 12.27 10 3/ 5.00 10.00
Trombosit 283 10 3/ 150-400
HEMOSTASIS
Masa Protrombin (PT)
Pasien 11.2 Detik 9.8-12.6
Kontrol 12.8 Detik
APTT
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Email : ida_srihastuti@yahoo.com
No Telp : 081399191386
Riwayat Pekerjaan : Bekerja di RSUD BUDHI ASIH Jakarta Timur sejak Tahun 1998
sampai dengan sekarang.