Anda di halaman 1dari 98

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN : ASUHAN
KEPERAWATAN PRENATAL DAN POSTNATAL PADA IBU
HAMIL DENGAN HIV/AIDS

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

IDA SRIHASTUTI
1106129796

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2014

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN : ASUHAN
KEPERAWATAN PRENATAL DAN POSTNATAL PADA IBU
HAMIL DENGAN HIV/AIDS

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi NERS

IDA SRIHASTUTI
1106129796

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JULI 2014

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT


karena atas izin-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners yang
berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal Dan Postnatal Pada Ibu Hamil
Dengan HIV/AIDS”. Penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini dilakukan untuk
memenuhi salah satu syarat agar mendapat gelar Profesi Keperawatan Universitas
Indonesia. Saya bersyukur dapat menjalani proses penyusunan karya ilmiah akhir
Ners ini dan mendapatkan banyak pengalaman baru. Saya menyadari tanpa
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, sulit bagi saya untuk
menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
saya akan mengucapkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Hayuni Rahmah, S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing saya yang
telah memberikan masukan yang berharga, menyediakan waktu, pikiran
dan kesabaran untuk membimbing saya dalam menyelesaikan karya ilmiah
akhir Ners ini.
2. Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed, selaku koordinator program studi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ibu Vone beserta keluarga yang telah bersedia menjadi pasien kelolaan.
4. Staff pengajar FIK UI yang telah memberikan dukungan, informasi dan
materi selama perkuliahan, sehingga membantu saya dalam penyusunan
karya ilmiah akhir Ners ini.
5. Pemerintah provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan saya moril dan
material serta kesempatan kepada saya untuk dapat melanjutkan kuliah di
FIK UI ini.
6. Pihak Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo yang telah
memberikan tempat untuk melakukan penyusunan karya ilmiah akhir ners
ini.

iv

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


7. Suami dan anak-anakku (Satrio, Rifqi & Nahla) tercinta yang tidak pernah
putus memberikan kasih sayang, doa dan dukungan sehingga saya dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini.
8. Orang tua dan mertua saya yang tidak pernah putus memberikan doa dan
dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini.
9. Kakak-kakakku tercinta terima kasih atas semangat, doa dan segala
hal positif yang telah diberikan.
10. Teman-teman seperjuangan FIK UI Ekstensi angkatan 2011 yang selalu
memberikan semangat satu sama lain. Semoga kita dimudahkan dalam
mencapai cita-cita yang kita inginkan. Amin.
11. Teman-teman sekelompok peminatan keperawatan maternitas (Anna, Kiki,
Linda, Lulu, Neneng, Ria, Sari, Titin, Very) yang selalu memberikan
semangat satu sama lain.
12. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam penyelesaian karya ilmiah akhir Ners ini.
Saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah akhir Ners ini. Saya
menyadari bahwa karya ilmiah akhir Ners ini masih memiliki kekurangan dari
segi isi dan penulisan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk karya ilmiah akhir Ners ini. Semoga karya ilmiah
akhir Ners ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kemajuan kesehatan di
Indonesia.

Depok, 16 Juli 2014

Penulis
v

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Ida Srihastuti


Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan :
Asuhan Keperawatan Prenatal Dan Postnatal Pada Ibu Hamil
Dengan HIV/AIDS.

Kehamilan dengan HIV/AIDS merupakan fenomena masalah kesehatan


perkotaan. Asuhan keperawatan pada periode preinatal untuk perempuan dengan
HIV/AIDS memiliki perbedaan dengan asuhan keperawatan kehamilan pada
umumnya. Karya ilmiah akhir ini menggunakan studi literatur dan studi kasus.
Masalah keperawatan utama yang ditemukan pada karya ilmiah akhir ners ini
adalah cemas akan risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi serta
pencegahannya. Karya ilmiah ini telah menunjukkan bahwa intervensi yang
dilakukan terkait pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi adalah dengan
memberikan edukasi sehingga dapat membantu klien dalam mengurangi
kecemasannya pada kehamilan dengan HIV/AIDS.

Kata kunci: Perkotaan, Kehamilan, HIV/AIDS.

vii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Ida Srihastuti

Study Program : Professional Science of Nursing

Title : Analysis of Urban Community Nursing Clinical Practice:


Nursing Care Prenatal and Postnatal In Pregnant Women
With HIV / AIDS.

Pregnancy with HIV / AIDS is a phenomenon of urban health problems. Nursing


care in the perinatal period for women with HIV / AIDS have differences with
pregnancy nursing care in general. This final scientific work using literature
review and case studies. Major nursing problems found at the end of the scientific
work nurses are worried about the risk of transmission of HIV / AIDS from
mother to baby and prevention. This scientific work has shown that interventions
related to the prevention of HIV transmission from mother to infant is to provide
education that can assist clients in reducing anxiety in pregnancy with HIV /
AIDS.

Keywords: Urban, Pregnancy, HIV / AIDS.

viii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi

1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1.Latar Belakang............................................................................................1
1.2.Perumusan Masalah....................................................................................5
1.3.Tujuan Penulisan.........................................................................................6
1.4.Manfaat Penulisan.......................................................................................7
1.4.1. Keperawatan........................................................................................7
1.4.2. Pendidikan............................................................................................7
1.4.3. Orang dengan HIV/AIDS....................................................................7
1.4.4. Penulis..................................................................................................7

2. STUDI KEPUSTAKAAN...............................................................................8
2.1.Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan...........................................8
2.2.HIV/AIDS...................................................................................................9
2.2.1. Definisi HIV/AIDS..............................................................................9
2.2.2. Penyebab HIV/AIDS...........................................................................9
2.2.3. Faktor risiko dan cara penularan........................................................10
2.2.4. Manifestasi klinis HIV/AIDS............................................................10
2.2.5. Pengobatan.........................................................................................11
2.3.Aspek fisik, psikologis dan sosial klien HIV/AIDS.................................12
2.4.HIV dalam kehamilan...............................................................................13
2.4.1. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA).........................15
2.4.2. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan....................................17
2.5.Asuhan keperawatan ibu hamil dengan HIV positif ................................19
2.5.1. Pengkajian..........................................................................................20
2.5.2. Diagnosa keperawatan ibu hamil dengan HIV/AIDS........................20
2.5.3. Intervensi keperawatan......................................................................21
2.5.4. Evaluasi keperawatan.........................................................................22

3. TINJAUAN KASUS KELOLAAN UTAMA..............................................23


3.1.Gambaran kasus........................................................................................23
3.2.Asuhan keperawatan prenatal...................................................................24
3.2.1. Pengkajian.........................................................................................24
ix Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


3.2.2. Diagnosa keperawatan prenatal.........................................................29
3.2.3. Intervensi keperawatan perinatal.......................................................30
3.2.4. Implementasi dan evaluasi.................................................................31
3.3.Asuhan keperawatan postnatal..................................................................33
3.3.1. Pengkajian..........................................................................................33
3.3.2. Diagnosa keperawatan postnatal........................................................37
3.3.3. Intervensi keperawatan......................................................................38
3.3.4. Implementasi dan evaluasi.................................................................40
3.3.5. Kunjungan rumah..............................................................................45

4. ANALISIS SITUASI.....................................................................................46
4.1.Profil lahan praktek...................................................................................46
4.2.Analisis masalah keperawatan..................................................................47
4.3.Analisis intervensi keperawatan................................................................51
4.4.Alternatif pemecahan masalah..................................................................54

5. PENUTUP......................................................................................................55
5.1.Kesimpulan...............................................................................................55
5.2.Saran..........................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

x Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar pengkajian prenatal.


Lampiran 2 Lembar analisa data prenatal
Lampiran 3 Lembar intervensi keperawatan prenatal.
Lampiran 4 Lembar implementasi dan evaluasi
Lampiran 5 Lembar kunjungan rumah prenatal
Lampiran 6 Lembar pengkajian postnatal
Lampiran 7 Lembar analisa data postnatal
Lampiran 8 Lembar intervensi keperawatan postnatal
Lampiran 9 Lembar implementasi dan evaluasi
Lampiran 10 Lembar hasil pemeriksaan laboratorium

xi Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom


immunodefisiensi dari penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV) yang dapat melemahkan sistem imun (Corwin, 2007). Kondisi ini
membuat tubuh penderita menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Pendapat dari sumber lain mengatakan bahwa AIDS adalah disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mengakibatkan melemahnya sistem
kekebalan tubuh seseorang sehingga dapat menyebabkan kematian (Smeltzer &
Bare, 2002).Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa HIV
mengakibatkan melemahnya sistem imune tubuh sehingga tubuh lebih mudah
terserang penyakit penyerta yang akhirnya menjadi AIDS, dengan kondisi
terburuk sampai dengan kematian.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 angka kejadian orang
dengan HIV/AIDS di dunia mencapai angka 11 juta orang (WHO, 2012).
Berbeda dengan angka kejadian yang terjadi di dunia pada tahun 2011, sedangkan
di Indonesia secara kumulatif angka kasus HIV/AIDS terhitung dari 1 April 1987
sampai dengan 31 Desember 2013 adalah 127.416 kasus HIV dan 52.438 kasus
AIDS dan kematian sebanyak 9.585 orang (Direktorat Jendral PP & PL
Kemenkes, 2014). Di Indonesia dari 32 provinsi, DKI Jakarta memiliki kasus
tertinggi dibandingkan dengan provinsi lain. Jumlah kumulatif kasus HIV
sebanyak 28,790 dan AIDS sebanyak 7, 477 kasus yang terdapat di DKI Jakarta.
Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia banyak
terjadi di kota-kota besar yang merupakan menjadi suatu masalah perkotaan.

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota. Urbanisasi


yang tinggi menjadikan lahan pemukiman semakin sempit, pemukiman yang
1
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


2

padat dan tata ruang kota yang buruk. Mobilitas penduduk merupakan salah satu
faktor yang paling penting dalam mempercepat penularan HIV/AIDS di suatu
daerah.

Pembangunan fisik yang dilakukan di daerah urban dan lapangan kerja yang
sempit di daerah pedesaan, menyebabkan arus urbanisasi ke kota-kota besar
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Pekerja di daerah industri dan proyek
pembangunan fisik didominasi oleh laki-laki, sedangkan kelompok perempuan
mendominasi pekerjaan domestik. Dominasi dari satu jenis kelamin di setiap jalur
urbanisasi menunjukkan bahwa para pendatang ini hidup membujang dan
berpotensi untuk berperilaku risiko tinggi, seperti wanita penjaja seks atau lelaki
penjaja seks dan gay yang tanpa disadari bahwa mereka akan terkena HIV.

Jumlah kasus HIV ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan, terutama
pada kelompok yang rawan tertular HIV. Kelompok rawan tertular HIV yang
diidentifikasi antara lain adalah : pengguna napza suntik, wanita penjaja seks,
lelaki pelanggan dari wanita penjaja seks, lelaki penjaja seks dan gay, waria
penjaja seks dan pelanggannya, serta pasangan seks dari keompok beresiko
tersebut (Mulyana, 2008). Peningkatan jumlah kasus tersebut disebabkan karena
tingkat penularan penyakit yang cukup besar terutama melalui dua jalur utama
penularan HIV/AIDS, yaitu jalur penularan melalui hubungan seksual beresiko
dan jalur penularan pada pengguna napsa suntik. Kedua jalur penularan ini
berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup masyarakat perkotaan akibat
pengaruh globalisasi (Komisi penanggulangan AIDS Nasional, 2003)

Kasus pertama bayi tertular HIV dilaporkan pada tahun 1996 di Jakarta dari
seorang ibu yang mendapat pendampingan dari Yayasan Pelita Ilmu (YPI) dan
melahirkan anaknya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penularan HIV
dari ibu ke bayi saat ini bertambah terus seiring dengan meningkatnya perempuan
yang terinfeksi HIV, hal tersebut ditunjukkan berdasarkan data dari Dirjen PP &
PL Kemenkes 2014 adalah jumlah kasus AIDS dengan faktor risiko transmisi
perinatal (dari ibu dengan HIV kepada bayinya) sebanyak 1,438 kasus. Angka ini
menunjukkan peningkatan dua kali lipat dari 3 tahun sebelumnya yaitu 742 kasus.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


3

Kasus HIV/AIDS di Indonesia makin meningkat dan dipastikan akan


meningkatkan jumlah bayi terinfeksi HIV di masyarakat.

Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
yang tidak aman, yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Pada ibu
hamil, HIV bukan hanya merupakan ancaman bagi keselamatan jiwa ibu, tetapi
juga merupakan ancaman bagi anak yang dikandungnya karena penularan yang
terjadi dari ibu ke bayinya. Di banyak negara berkembang, HIV merupakan
penyebab utama kematian perempuan usia reproduksi begitu pula yang terjadi di
Indonesia yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara yang salah satunya adalah
melalui ibu hamil positif HIV kepada bayi yang dikandungnya atau yang dikenal
dengan “Mother to Child HIV Transmission” yang disingkat menjadi MTCT.
Virus HIV dapat ditularkan dari ibu HIV kepada anaknya selama masa kehamilan,
pada saat persalinan atau pada saat menyusui. Di negara maju risiko penularan
dari ibu ke anak dapat ditekan hingga kurang dari 2% karena layanan Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) tersedia dan dilaksanakan secara optimal.
Namun di negara berkembang atau negara miskin, dengan minimnya akses
terhadap pelayanan, risiko penularan berkisar antara 25% - 45%. Rendahnya
pengetahuan dan informasi tentang penularan dari ibu ke anak dapat dilihat di
Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa persentase penduduk yang mengetahui
bahwa HIV/AIDS dapat ditularkan dari ibu ke anak selama hamil 38,1 %, saat
persalinan 39 % dan saat menyusui 37,4 % (Depkes, 2010).

Program pencegahan penularan dari ibu ke bayi, dikenal dengan Prevention of


Mother-to- Child Transmission of HIV (PMTCT) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2005, pada dasarnya adalah suatu usaha mencegah
terjadinya penularan HIV dari ibunya ke bayi. Program PMTCT saat ini dikenal
dengan PPIA terdiri dari 4 pilar yang antara lain adalah mencegah terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia reproduktif, mecegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu dengan HIV, mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


4

hamil dengan HIV kepada bayinya yang dikandung dan memberikan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengsn HIV/AIDS beserta bayi dan
keluarganya.

Cara persalinan harus berdasarkan pedoman yang sudah ditentukan dengan


memperhatikan usia kehamilan, kondisi kesehatan ibu dan janin, jumlah virus di
dalam tubuh, pengobatan yang didapatkan ibu selama kehamilan (American
College of Obstetricians and Gynecologist, 2000). Bayi yang dikandung seorang
ibu HIV positif, kemungkinan besar akan tertular baik selama kehamilan,
persalinan, maupun setelah persalinan. Terdapat beberapa faktor penting yang
memegang peranan dalam proses penularan HIV, yang pertama adalah faktor
maternal (faktor ibu), kedua faktor bayi yang dikandung, dan ketiga cara
penularannya. Faktor yang paling utama mempengaruhi resiko penularan HIV
dari ibu ke bayi adalah kadar virus HIV di dalam darah. Faktor bayi yang
mempengaruhi penularan HIV adalah usia kandungan saat bayi dilahirkan dan
berat bayi saat lahir. Faktor lain yang mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke
anak adalah cara penularannya, dimana sebagian besar terjadi saat persalinan
berlangsung.

Cara persalinan ibu hamil HIV positif yang lebih dianjurkan adalah dengan
operasi, sebab dengan persalinan melalui operasi akan meminimalkan kontak kulit
dan mukosa membran bayi dengan serviks (leher rahim) dan vagina, sehingga
semakin kecil resiko penularan (Mulyana,2008). Menurut Prof. Dr.dr. Samsuridjal
Djauzi dari kelompok studi khusus (Pokdisus) AIDS Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia – RSCM, penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dapat
dicegah dengan cara ibu hamil harus minum ARV, menjalani proses persalinan
dengan operasi caesar, dan pemberian susu formula pada bayi (Subroto, 2013).
Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2009), Gondo (2011)
dan Nir uri (2011) yang menjelaskan bahwa PMCTCT yang telah dilakukan
antara lain penggunaan ARV perinatal pada ibu hamil yang diketahui positif
terinfeksi HIV, persalinan secara seksio saesaria, pemberian ARV profilaksis pada
anak, pemberian susu formula pada anak dan pemeriksaan diagnostik HIV pada

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


5

anak terbukti efektif dalam pencegahan penularan HIV secara vertikal dari ibu
kepada anaknya yang dilahirkan.

Selama 5 minggu dinas di ruang post partum lantai II gedung A zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo didapatkan data dari bulan Januari sampai dengan Juni
2014 kasus ibu hamil dengan HIV/AIDS berjumlah 36 kasus yang dilakukan
operasi seksio caesaria. Oleh karena itu karya ilmiah ini akan menganalisis praktik
klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan dalam memberikan asuhan
keperawatan pre dan post natal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS di ruang post
partum lantai II gedung A zona B RSUPN Cipto mangunkusumo.

1.2 Perumusan Masalah

Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan HIV dari tahun ke tahun semakin
meningkat baik di dunia maupun di Indonesia. HIV/AIDS dapat ditularkan
melalui beberapa cara yang salah satunya adalah melalui ibu hamil positif HIV
kepada bayi yang dikandungnya atau yang dikenal dengan “Mother to Child HIV
Transmission” yang disingkat menjadi MTCT. Oleh karena itu baik WHO dan
pemerintah Indonesia mempunyai progran pencegahan penularan HIV/AIDS dari
ibu ke bayi disebut dengan “Prevention of Mother to Child Transmission of HIV”
(PMTCT) yang sekarang dikenal dengan PPIA antara lain mencegah terjadinya
penularan HIV pada perempuan usia reproduktif, mecegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada ibu dengan HIV, mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu
hamil dengan HIV kepada bayinya yang dikandung dan memberikan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengsn HIV/AIDS beserta bayi dan
keluarganya.

Jika program PPIA tidak dilaksanakan dengan baik maka akan mempercepat
penularan ibu hamil HIV kepada bayinya. Untuk itu diperlukan pendidikan dan
keahlian dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan program tersebut, salah
satunya yaitu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dalam mengatasi masalah tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut
maka rumusan masalah karya ilmiah ini adalah asuhan keperawatan prenatal dan
postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS .
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


6

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran asuhan
keperawatan pada prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun selain tujuan umum, penelitian ini juga mempunyai tujuan secara khusus
yang antara lain :

1) Menggambarkan hasil pengkajian prenatal dan postnatal pada Ny. V dengan


HIV/AIDS di ruang post partum lantai II gedung A zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo.
2) Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan prenatal dan postnatal pada
Ny. V dengan HIV/AIDS di ruang post partum lantai II gedung A zona B
RSUPN Cipto Mangunkusumo.
3) Menggambarkan intervensi keperawatan prenatal dan postnatal pada Ny. V
dengan HIV/AIDS di ruang post partum lantai II gedung A zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
4) Menggambarkan teknik pemberian asuhan keperawatan prenatal dan postnatal
pada Ny. V dengan HIV/AIDS di ruang post partum lantai II gedung A zona
B RSUPN Cipto Mangunkusumo.
5) Menggambarkan analisis tindakan keperawatan yang digunakan untuk
mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya, pada Ny. V dengan prenatal
dan postnatal dengan HIV/AIDS di ruang post partum lantai II gedung A
zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


7

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Keperawatan

Karya ilmiah akhir ini dapat menjadi sumber informasi bagi perawat, khususnya
di ruang lingkup keperawatan maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien ibu hamil dengan HIV/AIDS.

1.4.2 Pendidikan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai
masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus
prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan HIV/AIDS guna mencegah
penularan dari ibu ke bayinya.

1.4.3. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

Karya ilmiah ini berguna sebagai sumber pengetahuan tentang kehamilan dengan
Sindroma Defisiensi Imun Akut atau SIDA pada kalangan ODHA sehingga dapat
meminimalkan berbagai risiko yang mungkin terjadi selam kehamilan dan dapat
mempertimbangkan berbagai masalah fisik maupun psikososial yang akan
dihadapi selama periode prenatal dan postnatal.

1.4.4. Penulis

Karya ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman belajar bagi
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS di periode prenatal dan postnatal secara holistik dan
profesional.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu


sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Masyarakat perkotaan merupakan suatu komunitas yang tinggal
di perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota.
Jumlah masyarakat perkotaan bertambah setiap tahunnya dipengaruhi oleh jalur
urbanisasi. Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota.
Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan
hidup merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi.

Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota. Keinginan


mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup
merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi. Di perkotaan mempunyai
peluang besar untuk mencari lapangan pekerjaan dan fasilitas yang lengkap untuk
dapat bertahan hidup, sehingga menyebabkan orang mencari pekerjaan di kota.
Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di kota menimbulkan berbagai
masalah sosial. Masalah ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang
begitu cepat, dibandingkan dengan peningkatan jumlah lapangan kerja.

Penyebaran HIV/AIDS terutama di kota metropolitan seperti Jakarta terjadi akibat


adanya mobilitas penduduk. Perpindahan penduduk sering melibatkan pemisahan
antar suami dengan istri untuk jangka waktu lama sehingga sang suami
menggunakan jasa pekerja seks komersial selama terpisah dari istri. Kota-kota
besar di Indonesia mendapatkan kasus HIV berasal dari kelompok pengguna
narkoba suntikan, sebagian besar laki-laki yang rentang usianya antara 15 sampai
25 tahun. Di RSCM sekitar 78 % pasien laki-laki yang terinfeksi HIV berasal dari
kelompok narkoba suntikan, sedangkan 72 % perempuan terinfeksi HIV tertular

8 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


9

HIV dari pasangan seksualnya (suami) (Djauzi, S et all 2003). Hal ini dibuktikan
dari Komisi penaggulangan AIDS (2013) yang mengatakan bahwa praktik
penyalahgunaan narkotika melalui jarum suntik, perilaku seks bebas, pelacuran
dan penularan melalui benda-benda terkontaminasi lainnya yang banyak terjadi di
perkotaan mengakibatkan jumlah HIV/AIDS di masyarakat perkotaan lebih tinggi
daripada di pedesaan, seperti yang terjadi di beberapa kota-kota besar di
Indonesia.

2.2.HIV/AIDS

2.2.1. Definisi HIV/AIDS

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom


immunodefisiensi dari penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV) yang dapat menyebabkan melemahnya sistem imun (Corwin, 2007).
Sedangkan AIDS terjadi ketika sistem imun penderita HIV sebagian besar
mengalami kerusakan, kesulitan melawan penyakit-penyakit, serta kanker (Center
of Disease Control and Prevention, 2012). Berdasarkan keterangan tersebut dapat
disimpulkan bahwa AIDS disebabkan oleh HIV yang menyebabkan melemahnya
sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga dapat berakhir pada kematian
(Smeltzer & Bare, 2002). Munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan
berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika
melainkan 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.

2.2.2. Penyebab HIV/AIDS

Ada dua jenis HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua jenis HIV tersebut
ditransmisikan dengan cara yang sama dan terkait infeksi oportunistik yang
serupa, meskipun mereka berbeda dalam efisiensi transmisi dan tingkat
perkembangan penyakit. HIV-1 merupakan penyebab mayoritas infeksi di dunia,
sedangkan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat kurang mudah menular dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


10

berkembang lebih lambat menjadi AIDS daripada HIV-1. Seseorang bisa


terinfeksi HIV kedua jenis secara bersamaan (UNICEF, 2009; Price, 2006).

2.2.3. Faktor Risiko dan Cara Penularan

Cara penularan HIV/AIDS menurut Black & Hawks (2009) antara lain:
1) Kegiatan Seksual
Penularan ini terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman antara
orang dengan HIV/AIDS dengan orang lain yang sehat. Terjadi pada
kelompok heteroseksual, homoseksual, pasangan seks yang berganti-ganti,
adanya luka pada daerah genetalia akan meningkatkan risiko peningkatan
tertular virus HIV.

2) Terpapar darah dan cairan tubuh klien HIV/AIDS


Melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian tanpa disterilkan.
Penularan HIV juga berisiko terjadi pada petugas kesehatan karena sering
terpapar dengan caitan tubuh klien HIV/AIDS baik melalui jarum suntik
dan alat kesehatan lainnya, seperti kateter, kondom, atau NGT.

3) Secara vertikal dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.


Penularan ini dapat terjadi selama kehamilan, proses melahirkan per
vaginam dan selama periode post partum melalui proses menyusui.

2.2.4. Manifestasi klinis HIV/AIDS

Proses dari mulai terjadinya infeksi HIV hingga menjadi AIDS mengalami
beberapa proses atau fase. Menurut Price & Wilson (2002) mengungkapkan fase
yang terjadi pada orang HIV/AIDS memiliki empat fase pada orang dewasa yang
antara lain:
1) Fase Infeksi Akut (Window Period)
Fase ini terjadi setelah terinfeksi, melewati fase infeksi primer. Rentang
waktu kira-kira 1-6 bulan. Fase ini asimptomatik dengan berkembangnya

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


11

HIV di dalam tubuh. Gejala lainnya yaitu limfadenopati meluas menjadi


persisten. Fase ini tidak dapat dilakukan tes HIV disebabkan karena belum
terdeteksi virus HIV, sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas
normal tanpa gejala sisa.

2) Fase Asimptomatik
Rentang waktu fase ini sekitar 2-10 sejak terinfeksi. Fase kedua mulai
terjadi penurunan berat badan, infeksi saluran pernafasan atas yang
berulang, herpes zooster, ulkus mulut berulang, dermatitis seboroik, dan
infeksi jamur kuku.

3) Fase Simptomatik
Fase ketiga ini terjadi penurunan berat badan > 10%, lebih dari satu bulan
diare kronis tanpa penyebab, demam bisa intermitten atau tetap selama
sebulan lebih, kandidiasis oral persisten, tuberkulosis paru, infeksi yang
berat (empiema, meningitis, infeksi tulang atau sendi, pneumonia), infeksi
mulut, serta penurunan komponen darah.

4) AIDS
Fase ini mencapai akhir dari kondisi seseorang yang terkena HIV/AIDS
yaitu penurunan berat badan < 10% dari berat badan semula, disertai salah
satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas > 1 bulan kejadian,
kelemahan kronik, dan demam yang berkepanjangan tanpa diketahui
penyebabnya serta komplikasi lainnya yang semakin membuat
menurunnya kondisi seseorang.

2.2.5. Pengobatan

Obat-obat Antiretroviral (ARV) bukan untuk mengobati HIV/AIDS, tetapi cukup


untuk memperpanjang hidup pasien HIV/AIDS. Sebelum penggunaan obat-obatan
ARV sebaiknya dilakukan pemeriksaan CD4 di dalam tubuh terlebih dahulu.
Permulaan pengobatan ARV secara medis biasanya direkomendasikan ketika

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


12

jumlah sel CD4 kurang dari atau sama dengan 200. Untuk lebih efektif, sebaiknya
obat-obat RV dikonsumsi secara kombinasi. Kombinasi dari ARV tersebut antara
lain (Timby, Scherer, & Smith, 1999 dalam Hayati, 2009) : Reverse Transkriptase
Inhibitors (RTI) berguna untuk menghambat replikasi virus dan Protease
Inhibitor (PI) berguna untuk menurunkan pelepasan partikel virus ke dalam
sirkulasi darah.

2.3.Aspek fisik, psikologis dan sosial klien HIV/AIDS

Aspek fisik selalu berkaitan dengan aspek lainnya. Pada sistem kardiovaskuler
terdapat tanda-tanda perubahan tekanan darah menurunnya volume nadi perifer.
Pada aktivitas fisik dan istirahat terjadi kelemahan otot yang merupakan respon
fisiologis. Pada sistem neurosensori terjadi pusing, sakit kepala, perubahan status
mental, tidak mampu mengingat serta penurunan konsentrasi. Pada sistem
pernafasan dapat ditemukan adanya batuk, nafas pendek, sesak dan adanya
sputum. Pada sistem eliminasi terjadi kehilangan cairan akibat keringat
berlebihan, diare yang terus menerus. Asupan nutrisi kurang sebagai akibat
penurunan nafsu makan yang dapat memperburuk kondisi pasien. Selain itu juga
akan terjadi penurunan daya tahan dan kekuatan tubuh (Doenges, 2000).

Masalah psikologis pada pasien HIV/AIDS adalah terjadinya syok, takut, stress,
cemas, menyalahkan diri sendiri, menyangkal, kehilangan harapan, depresi, takut
menghadapi masa depan, kematian dan berduka. Stres yang berlarut-larut dalam
intensitas yang tinggi dapat memperberat penyakit fisik dan mental pasien, yang
akhirnya dapat menurunkan produktifitas kerja dan hubungan interpersonal (Feris,
2001 dalam Hayati, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Wiwiek (2006) dalam
Hayati (2009) tentang mekanisme koping Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
dalam menghadapi stress terhadap penyakitnya, diketahui bahwa ODHA akan
mengalami stress sepanjang hidupnya, mereka akan mengalami kebimbangan
dalam hidupnya, dan berfikiran bahwa seolah-olah hanya menunggu waktu
sampai ajal menjemput. Respon psikologis yang dirasakan oleh ibu dengan HIV
pada saat hamil terutama kecemasan tentang kondisi kesehatannya, bayi yang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


13

akan dilahirkan, hubungan dengan pasangan, dukungan keluarga, kondisi anggota


keluarga yang lain, pembiayaan, pelayanan yang akan didapatkan. Pertanyaan
yang muncul terhadap kondisi bayinya adalah apakah bayinya akan sehat?, apakah
bayinya akan terinfeksi HIV? (Kennedy, 2003).

Aspek sosial pasien HIV/AIDS meliputi masalah-masalah yang terjadi pada


kehidupan sosial yaitu adanya stigmatisasi, diskriminasi, isolasi dan tidak dapat
mengakses layanan kesehatan. Situasi yang lain dari ODHA adalah lebih suka
mengisolasi sendiri dari kerabat dan teman-teman karena takut mereka menulari
orang lain, takut orang lain mengetahui perilaku yang menyebabkan mereka
terinfeksi atau takut orang lain melihat perubahan status kesehatan mereka akibat
penyakit sekunder dari HIV nya.

Aspek spiritual, bahwa pasien dengan HIV/AIDS biasanya akan menyalahkan


Tuhan, merasa berdosa terhadap hal-hal yang telah dilakukan masa lalunya,
sehimgga tidak mau melakukan ibadah, klien tidak mau lagi memikirkan masa
depan karena akan merasa mendekati ajal. Spiritualitas dapat meningkatkan
penaggulangan dan respon individu terhadap stress sehingga akan meningkatkan
kualitas hidup pasien.

2.4.HIV dalam kehamilan

Angka kejadian HIV di negara berkembang termasuk Indonesia dari tahun ke


tahun mengalami peningkatan. Tingginya angka peningkatan HIV berpengaruh
pula terhadap tingginya angka kejadian HIV pada ibu hamil (Hayati, 2009). Bayi
yang dikandung dari seorang ibu dengan HIV positif, kemungkinan besar akan
tertular dari ibunya baik selama kehamilan, persalinan maupun setelah persalinan.
Terdapat beberapa faktor penting yang memegang peranan dalam proses
penularan HIV dari ibu ke bayi, antara lain (Depkes,2006) :
1) Faktor Ibu
Faktor yang paling utama mempengaruhi risiko penularan HIVdari ibu ke
bayi adalah kadar HIV dalam darah ibu menjelang ataupun saat persalinan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


14

dan kadar HIVdalam air susu ibu. Risko penularan HIV sangat kecil jika
kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml), sementara jika kadar HIV
di atas 100.000 kopi/ml risiko penularan HIV dari ibu ke bayi menjadi
lebih tinggi (Depkes, 2006).

Status kesehatan dan gizi ibu juga mempengaruhi risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi. Ibu dengan sel CD4 rendah (menurunnya sistem
pertahanan tubuh) mempunyai risiko penularan yang lebih besar, terlebih
jika jumlah sel CD4 kurang dari 200. Terdapat hubungan antara CD4 dan
kadar HIV, semakin tinggi kadar HIV, semakin rendah CD4 di tubuh
ODHA (Mulyana, 2008).

Ibu yang memiliki berat badan rendah selama kehamilan serta kekurangan
vitamin dan mineral, maka risiko terkena berbagai penyakit infeksi
termasuk HIV/AIDS meningkat sehingga risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi juga meningkat. Begitu pula dengan risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI akan bertambah jika terdapat adanya masalah pada
payudara ibu seperti mastitis, abses dan luka di puting payudara ibu
(Mulyana, 2008).

2) Faktor Bayi
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah diduga
lebih rentan untuk tertular HIV disebabkan karena sistem organ tubuh bayi
tersebut belum berkembang dengan baik. Seorang bayi dari HIV positif
bisa jadi tetap HIV negatif selama masa kehamilan dan proses persalinan,
tetapi mungkin akan terinfeksi HIV melalui pemberian ASI (Mulyana,
2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat risiko penularan HIV melalui pemberian ASI,
yaitu (Depkes, 2006) : (1) risiko penularan melalui ASI akan lebih besar
pada bayi baru lahir, (2) bayi yang memiliki luka di mulutnya memiliki
risiko untuk tertular HIV lebih besar ketika diberikan ASI.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


15

3) Faktor Cara Penularan


Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi pada saat
persalinan. Hal ini lebih sering terjadi jika plasenta meradang atau infeksi.
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Kulit
bayi baru lahir masih sangat lemah dan lebih mudah terinfeksi jika kontak
dengan HIV (Depkes, 2006).

Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari


ibu ke bayi juga semakin meningkat karena akan semakin lama terjadinya
kontak antara bayi dengan darah atau lendir ibu. Ketuban pecah lebih dari
4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan risiko penularan hingga dua
kali lipat dibandingkan dengan ketuban pecah kurang dari 4 jam. Faktor
lain yang dapat meningkatkan risiko penularan selama proses persalinan
adalah penggunaan vakum, forcep dan tindakan episiotomi (Mulyana,
2008).

2.4.1. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).

Program PPIA mempunyai program pencegahan HIV dari ibu kepada bayimya
yang bertujuan untuk : mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dan mengurangi
dampak epidemi HIV terhadap ibu dan bayi. Adapun bentuk-bentuk intervensi
dari PPIA adalah melakukan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi.
Intervensi yang baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 25-45 %
bisa ditekan menjadi kurang dari 2 % (Gondo, 2011). Adapun intervensi tersebut
terdiri dari 4 konsep dasar yang antara lain adalah :
(1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif.
Penularan infeksi virus ke neonatus dan bayi terjadi transplasenta dan
persalinan, oleh karena itu untuk mengurangi penularan tersebut
dianjurkan ibu hamil dengan HIV positif untuk menjaga daya tahan
tubuh seperti CD 4 di atas 500, kadar virus (viral load) minimal
kurang dari 1000 kopi/ml dan menggunakan ARV secara teratur.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


16

(2) Menurunkan viral load/kadar virus serendah-rendahnya.


Obat antiretroviral (ARV) yang ada sampai saat ini baru berfungsi
untuk menghambat multiplikasi virus, belum menghilangkan secara
total keberadaan virus dalam tubuh. Namun demikian ARV merupakan
pilihan utama dalam upaya pengendalian penyakit guna menurunkan
kadar virus.

(3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap cairan tubuh ibu.


Persalinan dengan Sectio Caesaria (SC) berencana sebelum saat
persalinan tiba merupakan pilihan utama ibu HIV positif. Pada saat
persalinan pervaginam, bayi akan terpapar darah dan lendir ibu di jalan
lahir. Bayi juga mungkin terinfeksi karena menelan darah atau lendir
di jalan lahir tersebut. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa
SC akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-
66 % (Gondo, 2011).Apabila SC tidak bisa dilakukan, dianjurkan
untuk tidak melakukan tindakan invasif yang memungkinkan
perlukaan pada bayi (seperti ekstraksi forceps, ekstraksi vakum) dan
perlukaan pada ibu (episiotomi).

Paparan janin/bayi terhadap cairan tubuh ibu juga bisa didapatkan


melalui pemberian ASI. Oleh karena itu ibu HIV positif perlu
mendapatkan konseling untuk mengurangi penularan dari ibu ke
bayinya dengan memberikan susu formula. Pemberian susu formula
harus mempunyai 5 persyaratan dari WHO yaitu AFASS (Acceptable
= mudah diterima, Feasible = mudah dilakukan, Affordable = mudah
dijangkau, Sustainable = berkelanjutan, Safe = aman penggunaannya).

(4) Mengoptimalkan kesehatan ibu dengan HIV positif.


Melalui pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) secara teratur dilakukan
pemantauan kehamilan dan keadaan janin. Pola hidup sehat yang dapat
dilakukan ibu hamil dengan HIV positif antara lain adalah cukup

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


17

nutrisi, cukup istirahat, cukup olahraga, tidak merokok, tidak minum


alkohol juga patut diterapkan.

Program PPIA pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya
penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Pada waktu bayi baru lahir, secara
alamiah ia akan mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya
melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun segera setelah bayi
lahir. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan zat kekebalan
yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan
zat kekebalan bayi. Kesenjangan tersebut akan hilang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai
penyakit ( Rusli, 2000).

2.4.2. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan

2.4.2.1.Penatalaksanaan pada masa prenatal Valerian, C.M; Kemara, P.K &


Megadhana, I.W, 2013)
Sebelum konsepsi sebaiknya wanita yang terinfeksi melakukan konseling
terlebih dahulu dengan dokter spesialis. Program ini sangat membantu
pasien dalam menentukan terapi yang optimal dan penanganan obstetrik,
seperti diagnosis prenatal untuk kelainan kongenital (malformasi atau
kelainan kromosomal) dan menentukan cara persalinan yang boleh
dilakukan. Status awal yang harus dinilai pada ibu hamil denga HIV/AIDS
adalah riwayat penyakit HIV, imunologis (jumlah CD4 < 400/ml) dan
virologis (Viral Load).

Beberapa ketidaknyamanan prenatal seperti keletihan, anoreksia, dan


penurunan berat badan bisa menjadi tanda dan gejala infeksi HIV selama
kehamilan. Untuk mempertahankan sistem imun selama kehamilan, gizi
yang baik, tidur dan istirahat, latihan fisik, dan pencegahan stres sangat
penting dilakukan selain dari pemberian terapi ARV (Reeder, Martin &
Griffin, 2011). Selain itu konseling tentang bagaimana melanjutkan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


18

kehamilan dan meminimalkan kemungkinan risiko yang terjadi juga harus


dilakukan mulai dari periode pre natal selama kehamilan dengan
HIV/AIDS (Setiani, 2013).

2.4.2.2.Penatalaksanaan pada persalinan (Valerian, C.M; Kemara, P.K &


Megadhana, I.W, 2013)
Fokus utama perawatan pada periode intranatal ini ialah mencegah
persebaran nosokomial HIV dan melindungi tenaga kesehatan. Risiko
transmisi HIV dianggap rendah selama proses kelahiran pervaginam
terlepas dari kenyataan bayi terpapar pada darah, cairan amniotik, dan
sekresi vagina lainnya (Bobak, 2004).

Persalinan pervaginam yang memungkinkan terpaparnya bayi pada darah,


cairan amniotik dan sekresi vagina lainnya membuat persalinan jenis ini
menjadi rentan untuk penularan HIV AIDS pada bayi sehingga operasi
caesario biasanya dilakukan untuk meminimalkan risiko transmisi pada
kehamilan dengan SIDA.

Cara persalinan harus ditentukan sebelum 38 minggu untuk meminimalkan


terjadinya komplikasi persalinan. Semua ibu hamil denga HIV positif
disarankan untuk melakukan persalinan dengan operasi SC. Tujuan
persalinan yang aman bagi ibu dengan HIV adalah : tidak terjadi penularan
HIV ke janin/bayi, tim penolong (baik medis maupun non medis) serta ke
pasien lainnya; kondisi ibu baik sesudah melahirkan; efektif dan efisien.
Sebagian besar penularan HIV dari ibu ke bayi terjadi pada saat
persalinan, hal tersebut terjadi karena : tekanan pada plasenta meningkat
menyebabkan terjadinya sedikit percampuran antara darah ibu dan bayi;
lebih sering terjadi jika plasenta meradang atau infeksi.:Bayi terpapar
darah dan lendir ibu di jalan lahir; bayi mungkin terinfeksi karena menelan
darah taupun lendir ibu. Oleh karena itu persalinan yang aman untuk untuk
ibu dengan HIV/AIDS adalah dengan melakukan operasi SC.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


19

2.4.2.3.Penatalaksanaan pada postnatal (Valerian, C.M; Kemara, P.K &


Megadhana, I.W, 2013)
Secara teori, ASI dapat membawa HIV dan dapat meningkatkan transmisi
prenatal. Oleh karena itu WHO tidak merekomendasikan pemberian ASI
pada ibu dengan HIV positif , meskipun mereka mendapatkan terapi ARV.
Saran suportif mengenai susu formula pada bayi sangat diperlukan untuk
mencegah gizi buruk pada bayi. Pengetahuan ibu dengan HIV/AIDS
postnatal terkait pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi perlu
ditingkatkan.

2.5.Asuhan Keperawatan Ibu Hamil dengan HIV Positif

Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat sangat


mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang akan diterima oleh
pasien/masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas maka perawat perlu berorientasi pada outcome pasien yang lebih
baik (Bellato & Pereira, 2004; Nicklin, 2003). Dasar dalam suatu asuhan
keperawatan adalah adanya sifat kepedulian perawat dalam memenuhi kebutuhan
dasar pasien serta berupaya membantu pasien menetapkan dan menyelesaikan
masalah yang disebut dengan caring.

Asuhan keperawatan bagi penderita HIV/AIDS merupakan tantangan yang besar


bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi
(Smeltzer & Bare, 2002). Sehingga dibutuhkan peran perawat dalam pemenuhan
kebutuhan biologis, psikologis, dukungan sosial dan spiritual kepada pasien
HIV/AIDS. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien HIV positif post
SC, seorang perawat perlu meningkatkan penerapan universal precaution, yang
merupakan upaya pencegahan penularan penyakit dari pasien ke tenaga kesehatan
dan sebaliknya. Pencegahan utama terhadap penularan tersebut yaitu
meminimalisasi kejadian kontak darah antara pasien dengan tenaga kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


20

Persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi SC antara lain adalah : pilihan
jenis anestesi, keterlibatan suami atau orang lain yang dibutuhkan oleh ibu pada
saat proses persalinan dan pemulihan post operasi, persiapan untuk kontak dengan
bayi dan persiapan untuk tidak memberikan ASI. Informasi yang diberikan
sebelum prosedur operasi SC adalah sebagai berikut : prosedur persiapan operasi,
mengapa tindakan operasi perlu dilakukan pada klien, apa yang dirasakan setelah
operasi dilakukan, peran orang lain, interaksi dengan bayi baru lahir, fase
pemulihan dan fase post operasi (Ladewig, London & Olds, 2001).

2.5.1. Pengkajian

Pada saat mengkaji perawat harus mempersiapkan diri terhadap respon emosi
pasien seperti menghindar, menangis, marah dan mengalihkan pembicaraan.
Perawat harus menjaga sikap agar terhindar dari menghakimi atau memojokkan
pasien. Perawat juga harus memahami pola komunikasi verbal dan non verbal
pasien, karena terkadang pasien tidak mampu menyampaikan perasaan dan
pengalamannya.

Pada ibu post SC dengan HIV/AIDS akan terjadi penurunan hormon estrogen,
progesteron dan pembedahan yang dapat mengakibatkan respon emosional ibu
post SC lebih berat daripada ibu post partum pervaginam. Hal tersebut disebabkan
akibat adanya nyeri dan komplikasi pembedahan. Pada ibu post SC dapat terjadi
reaksi emosional yang negatif seperti marah, depresi, takut mati, berduka, rasa
tidak nyaman bernafas, rasa mengabaikan bayi serta cemburu pada orang lain
yang melahirkan secara pervaginam (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005)

2.5.2. Diagnosa keperawatan ibu hamil HIV/AIDS

Diagnosis keperawatan utama bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS (Reeder, Martin
& Griffin,2011), adalah sebagai berikut :
a. Risiko penyebaran infeksi (kepada janin, pasangan seksual).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


21

b. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan HIV dan AIDS


(perjalanan, penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan
janin).
c. Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan efek HIV atau
AIDS dan akhirnya menyebabkan kematian.
d. Risiko infeksi yang berhubungan dengan gangguan funsi sistem imun.
e. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi oportunistik, efek samping
pengobatan.
f. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan stigma penyakit.
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
h. Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan risiko
HIV terhadap anggota keluarga, pengaruh dari penularan secara
seksual.

2.5.3. Intervensi Keperawatan

Tujuan yang ingin dicapai dalam intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV positif antara lain : 1) Klien memahami proses penyakit dan pengobatan. 2)
Klien mendapatkan kesempatan mendiskusikan ketakutan, kecemasan dan
perasaannya dengan orang yang memberi dukungan. 3) Status nutrisi dan berat
badan dapat dipertahankan. 4) Penularan infeksi pada pasangan, orang lain dan
bayi dapat dicegah. 5) Keluarga memahami penyakit, risiko penularan, dan
koping yang tepat. 6) Isolasi sosial tidak terjadi. 7) Klien dapat menerapkan
mekanisme koping yang tepat (Reeder, Martin & Griffin, 2011).

Dalam upaya pencapaian tersebut, maka intervensi keperawatan yang dapat


dilakukan antara lain : 1) Memberikan informasi pada klien tentang penyakit,
pengobatan, penularan dan cara pencegahannya. 2) Memberikan kesempatan
kepada klien untuk mendiskusikan ketakutan, kecemasan perasaan, kebutuhan
dukungan, konseling serta perawatan. 3) Memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan persepsi klien tentang penyakitnya. 4) Memperbaiki
toleransi terhadap aktivitas. 5) Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan. 6)

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


22

Memperbaiki status nutrisi. 7) Mengurangi isolasi sosial. 8) Memperbaiki koping.


9) Memantau dan melakukan pencegahan komplikasi (Griffin, Martin &
Reeder,2011).

2.5.4. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan dari intervensi yang dilakukan pada ibu HIV positif post
SC antara lain : 1) Klien dapat menjelaskan proses penyakit serta apa yang
diharapkan dari pengobatan. 2) Klien dapat mengungkapkan ketakutan dan
kecemasannya. 3) Klien dapat menggunakan sumber dukungan yang ada. 4) Klien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara efektif. 5) Klien dapat
mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan penularan serta
mampu mengimplementasikan. 6) Klien mengungkapkan penerimaan dirinya. 7)
Klien dapat mengikuti anjuran diit dan mempertahankan status nutrisi dan berat
badan. 8) Infeksi dapat dideteksi secara dini dan ditangani secara efektif. 9)
Ketidaknyamanan dapat diminimalisasi dan diatasi dengan cepat. 10) Melaporkan
peningkatan pemahaman tentang penyakit serta berpartisipasi sebanyak mungkin
dalam kegiatan perawatan mandiri (Griffin, Martin & Reeder, 2011).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1. Gambaran Kasus

Ny. V (27 th) dengan diagnosa medis HIV/AIDS on ARV JPKHT G3P1A1H37
minggu, direncanakan operasi caesar pada tanggal 02 Juni 2014. Pengkajian
pertama dilakukan tanggal 23 Mei 2014. Ny. V mengatakan didiagnosa
HIV/AIDS sejak tahun 2013, tertular dari suami pertamanya dengan riwayat
pengguna narkoba suntik. Anak pertama dari suami pertama sudah diperiksakan
HIV dan hasilnya (-). Saat ini klien hidup bersama dengan suami keduanya sejak
tahun 2011 dan ini merupakan kehamilan pertamanya dari suami kedua. Klien
merupakan pasien rujukan dari RSUD Bekasi ke klinik pokdisus RSCM. Klien
mengatakan sejak didiagnosa HIV/AIDS klien stress dan mengalami penurunan
BB lebih dari 10 kg. Klien mengatakan saat ini sudah menerima keadaannya.
Kondisi klien tampak tenang dan sangat terbuka kepada penulis. Namun, klien
mengatakan hal yang dicemaskan ialah takut bayinya tertular HIV. Selain itu,
klien khawatir kondisi bayinya lemah/kurus karena tidak disusui nanti. Stressor
lainnya adalah operasi caesar yang akan dijalaninya, karena ini merupakan operasi
yang pertama kalinya.

Pada tanggal 23 Mei 2013 intervensi pertama kali dilakukan terhadap klien yaitu
edukasi tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi. Pada saat
itu intervensi dilakukan di poli dan klien ditemani oleh suaminya, Tn. MR sesuai
kontrak sebelumnya. Pada pertemuan tersebut terkaji data bahwa Ny. V dan Tn.
MR masih kurang mengetahui tentang pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi
dan sangat ingin menambah pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Klien
melahirkan secara caesar pada 02 Juni 2014 Jam 11.00-12.00 WIB. Bayi laki-laki,
BB: 2950 gram PB 47 cm, A/S: 9/10 dan tidak ada masalah persalinan yang
terjadi. Klien dirawat gabung bersama bayi laki-lakinya di ruang perawatan

23 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


24

postparum RSCM selama 4 hari kemudian diperbolehkan pulang. Tanggal 27 Mei


2014 dilakukan kunjungan rumah pertama kali ke rumah klien.

Rumah klien berada di Kecamatan Cikarang pusat Kota Bekasi yang jaraknya
cukup jauh dari rumah sakit. Selama kunjungan, klien diberikan intervensi terkait
masalah keperawatan yang ditemukan selama pasca melahirkan dan diberikan
edukasi tentang perawatan postnatal di rumah serta pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi.

3.1 Asuhan Keperawatan Prenatal

3.1.1. Pengkajian

Pengkajian awal dilakukan pada Ny. V (27 tahun) pada tanggal 23 Mei 2014
terdiri dari pengkajian tentang data umum klien, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dimulai dari pemeriksaan tanda-tanda
vital dan pemeriksaan head to toe, selain itu juga dilakukan pengkajian tentang
kebutuhan dasar sehari-hari klien.

Data umum klien didapat status obstetri G3P1A1 Hamil 37 minggu. Klien
berpenampilan rapih, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis dan orientasi
klien baik seperti klien dapat mengenal ruangan, tempat, waktu serta orang-orang
di sekitarnya. Klien adalah seorang karyawati di sebuah industri di wilayah
Cikarang selama 7 tahun. Pendidikan terakhir klien adalah SMA. Klien saat ini
memiliki satu anak laki-laki yang lahir pada tahun 2006 dengan kelahiran spontan
yang ditolong oleh bidan, dengan berat badan 3800 gram dan panjang badan 51
cm. Anak pertama klien diberikan ASI sampai dengan 2 tahun, walaupun klien
bekerja, klien tetap memberikan ASI nya dengan dicampur susu formula. Pada
awal tahun 2009 klien hamil anak kedua . tetapi pada usia kehamilan 8 minggu
klien mengalami perdarahan yang harus dilakukan tindakan kuretase. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai masalah ginekologi. Pada sekitar bulan September
2013 klien kembali hamil anak yang ketiga ini, karena klien lupa HPHT nya.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


25

Berat badan klien sebelum hamil adalah 52 kg dan tinggi badan 163 cm.
Pemeriksaan tanda-tanda vital yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2014
didapatkan hasil TD : 100/70 mmHg, Nadi : 96 kali/menit, RR : 20 kali/menit dan
suhu 36,4 0c.

Pengkajian selanjutnya adalah riwayat kehamilan saat ini. Klien adalah rujukan
dari RSUD Bekasi karena dengan kasus HIV on ARV. Status pernikahan klien
saat ini adalah pernikahan yang kedua pada tahun 2011, setelah suami pertamanya
meninggal pada tahun 2009 karena HIV positif. HIV yang didapat dari suami
pertamanya berasal dari suntikan narkoba dan akhirnya klien tertular dari
suaminya akibat hubungan seksual. Klien mengatakan lupa HPHT sehingga klien
juga bingung ketika ditanya tentang tanggal taksiran partusnya. Usia kehamilan
pada tanggal 22 Mei 2014 adalah 37 minggu. Pada saat dengan suami pertamanya
klien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan, setelah suaminya meninggal klien
tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Klien mengatakan selama hamil rutin
memeriksakan kehamilannya setiap bulan di RSUD Bekasi sebelum dirujuk ke
RSCM karena klien menderita HIV/AIDS on ARV. Klien dirujuk ke RSCM
sejak kehamilan 20 minggu.

Pemeriksaan head to toe yang dimulai dari kepala didapatkan kepala klien
simetris, rambut panjang dan hitam, tidak ada rontok, persebaran rambut merata,
tidak ada jejas atau bekas luka di kepala. Klien mengatakan keramas sehari sekali.
Pada mata terlihat kehitaman di sekitar kelopak mata dan klien mengatakan kalau
malam kurang tidur karena sering terbangun untuk kencing, sedangkan siang
harinya juga klien tidak bisa tidur karena masih bekerja. Pada muka dan leher
tampak kloasma gravidarum berupa kehitaman, mata klien tampak simetris,
konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Pemeriksaan hidung dan
telinga tidak ada pengeluaran cairan. Klien mengatakan tidak gangguan dalam
pernafasan dan gangguan menelan. Tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening di bagian leher. Pada bagian mulut dan gigi tampak adanya karies gigi,
tetapi tidak tampak kelainan gigi lainnya seperti gigi berlubang, tidak ada juga
gusi berdarah.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


26

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik pada dada. Secara inspeksi


didapat bentuk dada dan pergerakannya simetris. Puting susu menonjol dan tamak
adanya hiperpigmentasi pada areola payudara. Pada palpasi didapat, klien
mengatakan tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa yang mencurigakan.
Auskultasi didapat bunyi jantung 1 dan 2 normal reguler, tidak terdengar bunyi
tambahan seperti gallop dan murmur. Suara nafas klien terdengar vesikuler di
kedua lapang paru, tidak terdengar ronchi atau wheezing.

Selanjutnya pemeriksaan fisik daerah abdomen. Pada inspeksi didapatkan


abdomen bersih, terlihat hiperpigmentasi dan adanya linea nigra dan striae
gravidarum serta pusar klien tampak menonjol. Selanjutnya dilakukan palpasi
untuk pemeriksaan Leopold dan Tinggi Fundus Uteri (TFU). Leopold I TFU 32
cm, di daerah fundus uteri teraba bokong. Leopold II teraba punggung kiri,
Leopold III teraba kepala dan sudah ada penurunan kepala. Leopold IV bagian
yang masuk PAP sudah 4/5. Auskultasi denyut jantung janin didapatkan 132
kali/menit, kuat dan teratur. Bising usus klien terdengar aktif di empat kuadran
dengan frekuensi 8 kali/menit. Tidak teraba adanya his.

Pengkajian fisik selanjutnya adalah ekstremitas dan genitalia. Pada ekstremitas


bawah tidak didapatkan adanya edema, tidak ada varises di ekstremitas dan
vagina. Genitalia tampak bersih tidak terdapat adanya keputihan dan tidak tampak
adanya hemoroid.

Pengkajian selanjutnya adalah tentang kebutuhan dasar klien. Klien mengatakan


sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK menjadi lebih sering kurang lebih 10
kali dalam sehari, dimana pola sebelumnya adalah 5-6 kali dalam sehari. Klien
mengatakan untuk pola BAB tidak ada masalah, yaitu sehari sekali dengan
konsistensi lembek dan tidak ada darah. Kebutuhan istirahat tidur klien
mengalami gangguan karena pada malam hari klien mengatakan sering terbangun
untuk BAK. Pola makan klien mengatakan tidak ada masalah selalu rutin tiga kali

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


27

sehari. Klien minum air putih dalam sehari kurang lebih 1500 ml. Klien
mengatakan tidak pernah mengikuti kelas hamil.

Pengkajian aspek psikologis didapatkan klien mengatakan bahwa kehamilan ini


adalah kehamilan yang direncanakan karena dari suami yang sekarang (kedua). Ini
adalah merupakan anak pertama, dan ketika ditanyakan kepada suami klien,
suaminya mengatakan sangat senang dan menerima sekali atas kehamilannya ini.
Klien dan Suami mengatakan untuk masalah penularan penyakit HIV/AIDS ke
bayinya, klien dan suami masih berharap agar anaknya tidak tertular HIV. Oleh
karena itu suami dan klien rajin kontrol rutin ke bagian kebidanan maupun poli
Pokdisus RSCM yang khusus menangani kasus HIV/AIDS. Klien mengatakan
selalu rutin setiap malam untuk minum obat ARV nya dan suami klien juga
mengatakan rajin mengingatkan istrinya untuk minum rutin obat ARV nya setiap
hari.

Untuk persiapan persalinan yang dilakukan oleh klien dan suami, klien sudah
mempersiapkan segala perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu, dengan dimasukkan
ke dalam satu tas besar sehingga ketika nanti harus masuk rumah sakit klien sudah
siap dan tinggal angkat tas nya saja. Klien juga sudah merencanakan tempat
melahirkan yaitu di RSCM sesuai dengan anjuran dari RSUD Bekasi. Ibu dan
keluarga berharap bayinya tidak tertular penyakit ibunya maka klien memilih
RSCM untuk memilih tempat melahirkannya. Klien mengatakan belum tahu
tentang tanda-tanda melahirkan karena waktu anak pertama klien tidak merasakan
mules, dan klien mengatakan cemas karena akan dilakukan operasi SC yang
belum pernah dirasakan. Klien juga belum tahu tentang cara menangani nyeri
pada saat operasi dan setelah operasinya.

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini adalah folamil genio 1x1, Cavit D3
1x1, dan obat ARV nya yaitu FDC TDF (Tenovovir, Hiviral Dan Neviral) 1x1
pada malam hari.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


28

Pemeriksaan penunjang klien dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium dan


Ultrasonografi (USG). Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 02 April
2014 didapatkan sel T (CD4+) absolut 186 dan sel T (CD4+) persen 9 ,
menunjukkan bahwa daya tahan tubuh klien yang rendah dan tingkat virulensi nya
masih tinggi. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 16 Mei 2014 didapatkan
hasil sel T (CD4+) absolut 209 dan sel T (CD4+) persen 11. walaupun hasil CD
4+ nya mengalami kenaikan tetapi masih di bawah batas normal yang
menunjukkan hal yang sama pada hasil laboratorium pertama. Untuk hasil-hasil
laboratorium lainnya masih dalam batas normal.

Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 02 Mei 2014 , kesimpulanya bahwa


biometri janin sesuai kehamilan 33-34 minggu, dengan aktivitas janin normal
serta tidak tampak kelainan anatomi janin. Hasil USG tanggal 30 Mei 2014
menunjukkan kesimpulan bahwa biometri janin sesuai kehamilan 38 minggu,
dengan aktivitas dan pertumbuhan janin normal, tidak tampak kelainan anatomi
janin.

Rangkuman Hasil Pengkajian


Tanggal 23 Mei 2014
Ny. V dengan G3P1A1 Hamil 37 minggu dirujuk dari RSUD Bekasi atas indikasi
HIV/AIDS on ARV datang ke Poli Kebidanan RSCM untuk memeriksakan
kehamilannya. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa klien terdiagnosa
HIV positif pada tanggal 5 Februari 2013 dan sudah minum obat ARV sejak
tanggal 15 Maret 2013. Klien diduga mendapatkan HIV dari suami pertamanya
yang sudah meninggal pada tahun 2009 karena HIV juga dan meninggalkan
seorang anak laki-laki berusia 8 tahun yang kebetulan tidak terkena HIV. Saat ini
klien hidup dengan suami kedua nya yang menikah pada tahun 2011dan sedang
mengandung anak pertama dari suami kedua. Klien mengatakan bahwa suaminya
belum berani untuk periksa HIV.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


29

Klien dan suami mengatakan cemas dan takut kalau bayinya tertular HIV, oleh
karena itu mereka berharap melahirkan di RSCM yang merupakan rujukan
nasional dapat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi nya. Tampak
klien dan suaminya sering bertanya tentang cara penularan HIV dari ibu ke bayi.
Untuk saat ini status obstetrik klien tidak ada masalah, hasil pemeriksaan Leopold
I - IV dan Denyut Jantung Janin (DJJ) masih dalam batas normal, hanya saja klien
mengatakan istirahat tidur malamnya terganggu karena sering terbangun karena
ingin BAK dan klien juga mengeluh ada rasa tidak nyaman pada pinggang sejak
kehamilannya semakin membesar. Klien mengatakan belum tahu kapan harus
dioperasi karena menunggu kamar operasi yang kosong

Tanggal 28 Mei 2014


Klien datang ke poli kebidanan RSCM untuk kontrol rutin kehamilannya dan
untuk menentukan rencana jadwal operasi SC nya. Setelah dilihat jadwal kamar
operasi oleh dokter, maka klien dijadwalkan untuk operasi tanggal 2 Juni 2014.
Klien mengatakan semakin cemas dan takut setelah tahu tanggal operasinya,
karena klien belum pernah masuk kamar operasi. Tampak klien sering bertanya
tentang prosedur operasi SC dan tampak muka klien juga terlihat cemas. Klien
mengatakan belum tahu tanda-tanda persalinan, dan klien juga belum tahu tentang
cara meengontrol nyeri pada saat dan setelah opeasi SC.

Rencana kunjungan rumah akan dilakukan pada tanggal 30 Mei 2014 untuk
mengevaluasi edukasi yang sudah diberikan pada saat di poliklinik dan untuk
melakukan edukasi tentang persiapan persalinan seperti tanda-tanda persalinan,
prosedur operasi SC dan manajemen nyeri.

3.1.2. Diagnosa Keperawatan Prenatal

Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh kepada klien maka didapatkan


satu masalah keperawatan, yaitu cemas.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Data yang mendukung

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


30

diagnosa tersebut adalah secara subjektif klien dan suami mengatakan cemas dan
takut kalau bayinya nanti akan tertular HIV, klien dan suami khawatir terhadap
kondisi bayinya akan lemah / kurus nanti karena tidak diberikan ASI, klien
mengatakan belum tahu tentang tanda-tanda persalinan dan manajemen nyeri yang
dapat dilakukannya, Klien juga mengatakan cemas dan takut dalam menghadapi
operasi caesar yang pertama kalinya. Klien dan suami sangat berharap jika
melahirkan di RSCM dapat mengurangi risiko penularan kepada bayinya. Data
objektif yang mendukung adalah klien tampak bingung dan tegang serta banyak
bertanya tentang cara penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayinya, klien
juga sering kali mengerutkan wajahnya. Observasi tada-tanda vital yang didapat
TD 100/70 mmHg, Nadi 96 kali/menit, suhu 36,40c, dan pernapasan 20 kali/menit.

3.1.3. Intervensi Keperawatan Prenatal

Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka langkah selanjutnya adalah


penyusunan rencana tindakan keperawatan pada setiap diagnosanya.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Tujuan yang akan dicapai
pada diagnosa ini adalah diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x
pertemuan (60 menit) ansietas klien dan suami berkurang sampai hilang. Kriteria
hasil : klien dan suami mengatakan cemas berkurang, klien akan
mengkomunikasikan perasannya, klien dan suami tampak tenang. Selain itu,
diharapkan klien dapat mengerti dan megetahui tanda-tanda persalinan, prosedur
operasi, dan manajemen nyeri yang dapat dilakukannya dengan cara menyebutkan
dan mempraktekkan kembali yang telah diajarkan.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji tingkat kecemasan klien,
monitor tanda-tanda vital, kaji kemampuan klien untuk mengurangi rasa cemas,
berikan kesempatan klien untuk mengekspresikan kecemasannya, beri edukasi
kepada klien dan suami tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke
bayi, berikan pengajaran tentang tanda-tanda persalinan, beri pengajaran tentang
prosedur operasi SC, Beri pengajaran dan demonstrasikan tentang teknik relaksasi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


31

nafas dalam untuk mengurangi nyeri, beri suport pada klien, anjurkan klien dan
suami untuk menggunakan cara distraksi yang dikuasai untuk mengurangi rasa
cemasnya, libatkan dan beri dorongan kepada orangtua dan suami untuk
menemani klien untuk memberi suport kepada klien, hargai setiap pendapat dan
keputusan klien, berikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, minta klien
untuk mengulang informasi yang sudah diberikan.

3.1.4. Implementasi dan evaluasi

Setelah menyusun rencana tindakan keperawatan pada masing-masing diagnosa,


maka penulis melakukan implementasi dan mengevaluasi keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Pada tanggal 23 Mei 2014
jam 11.00 WIB implementasi dilakukan di poli kebidanan RSCM. Implementasi
yang diberikan antara lain : Mengkaji tingkat kecemasan klien, mengkaji
kemampuan klien untuk mengurangi rasa cemas, memberikan edukasi kepada
klien dan suami tentang risiko penularan dan pencegahan HIV/AIDS dari ibu ke
bayi, memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaannya,
memberi suport mental kepada klien dan suami, menganjurkan klien dan suami
untuk menggunakan cara distraksi yang dikuasai untuk mengurangi cemas,
menghargai setiap pendapat dan keputusan klien.

Setelah melakukan tindakan keperawatan, kemudian penulis melakukan evaluasi


terhadap masalah keperawatan yang ditegakkan. Evaluasi yang didapat adalah
secara subjektif klien mengatakan cemas sedikit berkurang setelah diberikan
edukasi tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi dan klien
mengatakan akan melakukan teknik distraksi untuk mengurangi cemasnya dengan
cara mendengarkan musik. Secara objektif klien dan suami tampak rileks/tenang,
klien dapat dan mau mengekspresikan perasaannya, serta klien dan suami dapat
menyebutkan kembali risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi.
Penulis melakukan analisa masalah ternyata teratasi sebagian, kemudian penulis

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


32

melakukan rencana tindak lanjut dari diagnosa ini adalah anjurkan klien dan
keluarga untuk tetap melakukan teknik distraksi yang dikuasai pada saat cemas
datang.

Pada tanggal 30 Mei 2014, penulis melakukan kunjungan rumah klien dengan
tujuan untuk melanjutkan implementasi pada diagnosa pertama yang masih
teratasi sebagian.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Pada tanggal 30 Mei 2014 jam 11.00
WIB di rumah klien, penulis melakukan implementasi lanjutan yaitu : mengkaji
perasaan klien dan suami tentang cemasnya, memberi suport kepada klien dan
suami, meminta klien untuk menjelaskan kembali tentang cara pencegahan dan
risiko penularan HIV dari ibu ke bayi, mengkaji apakah klien dan suami
melakukan teknik distraksi yang dipilih untuk mengurangi cemasnya. Evaluasi
yang didapat adalah secara subjektif klien dan suami mengatakan sudah tidak
cemas lagi tentang risiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke bayi tetapi
masih berharap agar anaknya tidak tertular, serta klien dan suami mengatakan
akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pencegahan HIV dari ibu
ke bayi. Secara objektif klien dan keluarga tampak lebih rileks.

Pada jam 12.00 WIB nya penulis melanjutkan implementasi yang berhubungan
dengan diagnosa pertama yaitu mengkaji tingkat pengetahuan klien dan tentukan
kebutuhan pembelajaran klien, memberikan edukasi tentang tanda-tanda
persalinan, memberikan edukasi tentang prosedur operasi SC, memberikan
pengajaran dan mendemonstrasikan tentang teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurngi nyeri, memberika lingkungan yang kondusif, meminta klien untuk
mengulangi informasi yang sudah diberikan, mengikutsertakan suami dan anggota
keluarga lainnya dalam pengajaran. Evaluasi yang didapat setelah melakukan
implementasi pada diagnosa ini adalah secara subjektif klien mengerti tentang
tanda-tanda persalinan, klien mengatakan mengerti tentang prosedur operasi, klien
megatakan mengetahui manajemen nyeri dengan teknik relaksasi nafas dalam,
klien mengatakan jadi tenang setelah diberikan penjelasan. Secara objektif : klien

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


33

tampak mampu menyebutkan kembali tanda-tanda persalinan, klien mampu


melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, klien tampak
senang setelah diberikan penjelasan. Masalah keperawatan ini teratasi dan
tindakan keperawatan dihentikan.

3.2. Asuhan Keperawatan Postnatal

3.2.1. Pengkajian Postnatal

Klien masuk ruangan post natal tanggal 01 Juni 2014 yang akan dilakukan operasi
SC tanggal 02 Juni 2014. Pengkajian postnatal pada Ny. V (27 tahun) dilakukan
pada tanggal 03 Juni 2014 jam 08.00 WIB. Pengkajian terdiri dari data umum
klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dimulai
dari pemeriksan tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe, serta wawancara
tentang pola kesehatan sehari-hari.

Data umum klien didapat status obstetrik P2A1 post SC nifas hari pertama dengan
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Terpasang folley catheter.
Pemeriksaan tanda-tanda vital, TD 110/80 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,7 0C,
dan pernapasan 20 x/menit. Jenis persalinan klien adalah dengan operasi SC atas
indikasi HIV/AIDS yaitu tanggal 02 Juni 2014 dari jam 11.00 – 12.00 WIB. Jenis
kelamin bayi adalah laki-laki dengan berat badan/panjang badan (BB/PB) 3100
gram/49 cm, dengan Afgar Score bayi 9/10. Perdarahan yang keluar selama
operasi berjumlah 300 cc. Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
persalinannya. Klien tiba di ruang post partum sekitar jam 15.00 WIB.

Hasil pemeriksaan fisik ibu nifas dilakukan head to toe. Hasil pemeriksaan dari
kepala – leher didapatkan: kepala: distribusi rambut merata, warna hitam, bersih,
tidak ada lesi. Mata : Bulat, isokor ø 3 mm/3mm, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung : septum deviasi
di tengah, bersih dan tidak ada peradangan. Mulut: Membran mukosa mulut
lembab, gigi bersih dan lengkap, tidak ada karies. Telinga: simetris, membran

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


34

tympani utuh, tidak ada cairan keluar dari telinga dan tidak ada pembengkakan di
belakang telinga. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, refleks
menelan baik.

Hasil pemeriksaan fisik Dada-Jantung didapatkan: Dada: simetris, tidak ada


retraksi dinding dada. Jantung : BJ I-II normal, tidak ada murmur, dan tidak ada
Gallop. Paru: pengembangan di kedua paru memadai, vesikuler +/+, Ronkhi -/-,
Wheezing -/-. Payudara: Inspeksi: simetris, hiperpigmentasi aerola, putting susu:
menonjol, bersih. Palpasi: tidak teraba massa, tidak teraba pembengkakan dan
tidak terdapat pengeluaran ASI.

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dari inspeksi, auskultasi, dan palpasi.


Palpasi dilakukan terakhir untuk mencegah adanya nyeri tekan sehingga akan
mengganggu pemeriksaan. Inspeksi: tampak balutan luka post operasi seksio
caesar bersih, tidak ada rembesan, linea nigra. Auskultasi: bising usus 8x/mnt di
kuadran kanan bawah. Palpasi: Fundus uterus: keras, kontraksi baik, posisi 3 jari
bawah pusat. Kandung kemih teraba kosong. Dari hasil pengkajian pasien post
operasi seksio caesar didapatkan:
P: Nyeri bagian luka post op seksio caesar
Q: Seperti di tusuk-tusuk dan terasa mules
R: Daerah perut
S: Skala 4, tidak mengganggu aktivitas dan dapat ditahan
T: Nyeri timbul ketika bergerak miring kanan dan miring kiri. Bergerak secara
perlahan-lahan, istirahat dan nafas dalam dapat mengurangi nyeri.

Pemeriksaan fisik perineum dan genital: vagina: Integritas kulit tidak ada edema,
tidak ada memar, tidak ada hematom. Perineum: utuh, kebersihan: bersih. Lokia:
Rubra, jenis/warna: merah kecoklatan. Jumlah: 1/2 softex. Konsistensi: tidak
banyak, Bau: tidak berbau. Hemoroid: tidak ada. Pemeriksaan fisik ekstremitas
atas dan bawah : tidak ada edema, varises: tidak ada, tanda Homan Sign: -/-.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


35

Pengkajian pada sistem eliminasi, saat ini klien masih terpasang kateter sampai
dengan 24 jam post operasi yaitu jam 15.00 WIB. Klien juga mengatakan belum
BAB sejak post operasi SC.

Selama habis operasi klien mengatakan jarang tidur siang karena kondisi ruang
perawatannya yang membuat tidak bisa tidur yaitu AC nya mati sehingga
ruangannya menjadi panas sekali. Pada saat tidur malam, klien juga mengeluh
tidak bisa tidur karena masih merasakan nyeri luka operasi, sehingga pada pagi
hari nya klien terlihat tampak mengantuk dan pada daerah sekitar mata tampak
kehitaman.

Tingkat mobilisasi klien saat ini masih bed rest karena belum 24 jam post operasi,
hanya sesekali saja klien tampak latihan miring kanan dan kiri karena klien
merasa masih nyeri luka operasi terlebih jika saat klien bergerak. Dalam hal
makanan, klien mengatakan tidak ada masalah, tidak ada pantang makanan,
sehingga klien selalu menghabiskan makanan yang disediakan oleh rumah sakit.

Adaptasi psikologis yang dialami klien saat ini adalah klien berada pada tahap
taking in, dimana klien masih berfokus pada dirinya sendiri terutama pada
nyerinya. Dalam hal menyusui, klien mengatakan tidak boleh menyusui bayina
karena klien mempunyai HIV positif. Oleh karena itu bayinya langsung diberikan
susu formula.

Pada saat melakukan pengkajian tentang pengobatan ARV, penulis menanyakan


apakah obat ARV diminum rutin? Apa efek samping yang dirasakan minum obat
ARV?. Ibu A mengatakan selalu minum obat ARV setiap hari dan suami
mengingatkan untuk minum obat ARV. Selama minum obat ARV belum pernah
mengalami efek samping obat yang dirasakan oleh kebanyakan orang yang
menggunakan obat ARV. Ibu A juga rutin kontrol setiap bulan ke Pokdisus
RSCM untuk pengobatan ARV.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


36

Obat-obatan yang diberikan pada tanggal 03 Juni 2014, klien masih diberikan
Profenid Supp 3x1 dan tanggal 04 Juni 2014, klien mendapat terapi asam
mefenamat 3x1 dan hemobion 1x1 selain obat ARV nya yang masih harus terus
diminum.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 03 juni 2014 menunjukkan Hb klien


rendah yaitu 8,0 g/dL sedangkan hasil laboratorium lainnya normal semua, tetapi
oleh dokter tidak dianjurkan untuk transfusi. Klien hanya dianjurkan untuk makan
yang banyak dan tidak ada pantangan

Ringkasan hasil pengkajian tanggal 03 Juni 2014 adalah Ny. V adalah klien
dengan P2A1 NH1 Post SC atas indikasi HIV/AIDS on ARV. Keluhan saat ini
klien mengatakan nyeri luka operasi yang bertambah pada saat bergerak atau
berubah posisi, nyeri sifatnya hilang timbul seperti disayat, skala nyeri 4. Klien
mengatakan sudah melakukan teknik relaksasi nafas dalam tetapi masih nyeri juga
dan ketika di tes ternyata klien salah melakukannya. Tampak klien meringis
kesakitan ketika disuruh bergerak seperti miring kiri/kanan. Klien mengatakan
istirahat tidur malamnya kurang karena nyeri yang dirasakan dan sering terbangun
karena tangisan bayinya. Tampak kehitaman di sekeliling kelopak mata klien.
Klien mengatakan kalau bayinya tidak diberi ASI karena takut tertular HIV dari
ibunya, sehingga bayi langsung diberikan susu formula, bayi klien juga diberi
obat ARV yaitu Zidavudin 12 mg 2x1 bungkus.

Kondisi klien pada hari kedua post operasi yaitu tanggal 04 Juni 2014, tampak
klien menunjukkan pemulihan. Pengkajian dilakukan keadaan umum klien baik,
kesadaran compos mentis, Observasi tanda-tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, nadi 92 x/menit, suhu 36,8 0C dan pernafasan 18 x/menit. Klien
mengatakan nyeri luka operasinya sudah berkurang tidak seperti kayak kemarin,
nyeri masih hilang timbul dan skala nyeri turun dari 4 ke 2. Selang kateter klien
juga sudah dilepas, sehingga klien sudah aktif miring kiri/kanan dan mobilisasi
klien sudah duduk dan sesekali jalan secara pelan-pelan. Klien mengatakan lupa
cara perawatan bayinya seperti memandikan, membedong dan perawatan tali

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


37

pusat karena waktu anaknya yang pertama, klien masih banyak dibantu orangtua
nya. Klien juga tampak banyak bertanya tentang perawatan bayi dan cara
meminumkan obat bayinya, karena sejak lahir perawatnya yang meminumkan
obat bayinya.

Pengkajian Ny. V pada hari ketiga post operasi yaitu tanggal 05 Juni 2014,
tampak klien menunjukkan pemulihan yang lebih baik. Keadaan umum klien baik,
kesadaran compos mentis, observasi tanda-tanda vital didapatkan TD 120/70
mmHg, Nadi 88 x/menit, suhu 36,5 0C dan pernapasan 18 x/menit. Klien
mengatakan nyeri luka operasi udah jauh lebih berkurang, klien sudah aktif
mobilisasi jalan. Klien direncanakan untuk pulang.

3.2.2. Diagnosa Keperawatan Postnatal

Berdasarkan dari data-data tersebut di atas dapat dirumuskan diagnosa


keperawatan yang dapat diangkat antara lain nyeri akut, perubahan pola tidur dan
kurangnya pengetahuan klien tentang perawatan bayi dan ibu.
Diagnosa keperawatan pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
injuri fisik luka post operasi (NANDA, 2011).
Data yang mendukung berdasarkan data subjektif : P: Nyeri bagian luka post
operasi seksio caesar, Q: seperti di tusuk-tusuk dan terasa mules, R: Daerah perut,
S: Skala 4, T: Nyeri timbul ketika bergerak miring kanan dan miring kiri. Jika
nyeri timbul bergerak pelan-pelan, istirahat dan nafas dalam. Data Obyektif
meliputi: kesadaran: compos mentis, keadaan umum: baik, klien tampak meringis
kesakitan terutama pada saat bergerak/berubah posisi, sikap klien tampak
melindungi area yang sakit, tampak klien baru mobilisasi miring kiri/kanan.

Diagnosa keperawatan kedua adalah perubahan pola tidur berhubungan


dengan nyeri yang dirasakan dan interaksi antara otang tua dan bayi
(NANDA, 2011).
Data yang mendukung diagnosa tersebut adalah secara subjektif klien mengatakan
istirahat tidur malamnya kurang karena nyeri yang dirasakan dan sering terbangun

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


38

karena tangisan bayinya, klien juga mengatakan kalau siang hari juga jarang bisa
tidur karena kamar perawatannya yang panas sekali. Secara objektif tampak
kehitaman di sekeliling kelopak mata klien, klien tampak mengantuk dan sering
menguap.

Diagnosa ketiga adalah kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang cara


melakukan perawatan postnatal pasca operasi caesar dan perawatan bayi
(NANDA, 2011). Data objektif yang mendukung diagnosa ini adalah riwayat
operasi caesar (-) dan klien tampak antusias bertanya dan ingin tahu tentang
perawatan pasca operasi caesar dan perawatan bayi. Sementara data subjektif yang
mendukung diagnosa ini adalah klien mengatakan tidak tahu bagaimana
pemeriksaan yang harus dilakukan pasca operasi caesar dan klien mengatakan
ingin tahu bagaimana cara melakukan perawatan pasca op. caesar di rumah. Klien
mengatakan ingin tahu cara melakukan perawatan payudara jika tidak menyusui.
Klien mengatakan lupa lagi tentang perawatan bayi baru lahir. Klien juga
menanyakan cara meminumkan obat ARV bayinya.

3.2.3. Intervensi keperawatan

Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka langkah selanjutnya adalah


penyusunan rencana tindakan keperawatan pada setiap diagnosanya.
Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
luka post operasi.
Tujuan intervensi: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
nyeri berkurang. Kriteria Evaluasi: Ekspresi wajah rileks, intensitas skala 1,
teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan dengan benar, mobilisasi secara aktif
seperti berjalan, duduk dan miring secara mandiri dengan postur tubuh tegak
ketika berjalan, posisi fundus uterus turun satu cm setiap 24 jam sesuai dengan
masa nifas.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


39

Intervensi keperawatan: 1) Kaji mengenai adanya nyeri P = Paliatif atau penyebab


nyeri, Q = Quality/kualitas nyeri, R= Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri,
S= Subyektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya, T= Periode/waktu
yang berkaitan dengan nyeri. 2) Lakukan pemeriksaan fisik ibu nifas sesuai
dengan status generalis dan status obstetrik. 3) Jelaskan kepada pasien tentang
tujuan dilakukan pemeriksaan fisik dan gunakan komunikasi terapeutik agar
pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam
merespon nyeri. 4) Fasilitasi tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan
kenyamanan pada pasien (k/p). 5) Evaluasi cara teknik relaksasi nafas dalam yang
pasien ketahui. 6) Ajarkan kembali untuk menggunakan teknik non-farmakologi
seperti: teknik relaksasi nafas dalam. 7) Beri pujian kepada ibu cara teknik
relaksasi nafas dalam yang telah dipraktekkan dengan benar. 8) Anjurkan untuk
istirahat/tidur secukupnya untuk mengurangi nyeri. 9) Beri obat untuk mengurangi
rasa nyeri : Profenid Supp 3 x 1 atau Asam Mefenamat 3 x 1.

Diagnosa kedua adalah perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri


luka operasi yang dirasakan dan interaksi antara orang tua dan bayi. Tujuan
yang akan dicapai pada diagnosa kedua ini adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien menunjukkan kualitas tidur yang baik. Kriteria
hasil : jumlah jam tidur klien tidak terganggu; tidak ada masalah dalam pola,
kualitas dan rutinitas tidur atau istirahat; klien memiliki perasaan yang segar
setelah tidur atau istirahat.

Intervensi yang sudah dibuat untuk menyelesaikan diagnosa ini adalah sebagai
berikut : kaji pola tidur klien dan catat faktor-faktor yang dapat mengganggu pola
tidur klien; jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama kehamilan, sakit dan
stres psikososial; Ajarkan klien untuk menghindari makanan dan minuman pada
jam tidur yang dapat mengganggu tidur; anjurkan klien untuk membatasi tidur di
siang hari atau berikan tidur siang untuk memenuhi kebutuha tidur; anjurkan klien
untuk mengatur jam tidurnya dengan menyesuaikan jam tidur bayinya agar tidak
kekurangan kualitas tidur; anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi nafas
dalam jika penyebab gangguan tidurnya adalah nyeri luka operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


40

Diagnosa keperawatan ketiga adalah kesiapan meningkatkan pengetahuan


tentang cara melakukan perawatan postnatal pasca operasi caesar dan
perawatan bayi. Tujuan yang akan dicapai pada diagnosa ini adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan 2x pertemuan (45 menit) diharapkan klien dapat
siap meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan perawatan postnatal
pasca operasi caesar dan perawatan bayi. Kriteria hasil yang ingin didapat antara
lain : klien dan keluarga mengerti tentang perawatan ibu postnatal pasca operasi
caesar dan perawatan bayi. Klien dan keluarga memiliki kemampuan dalam
perawatan ibu postnatal pasca operasi caesar seperti personal hygiene, istirahat &
tidur, gizi/nutris, perawatan/bebat payudara dan perawatan bayi seperti perawatan
tali pusat, memandikan dan meminumkan obat ARV pada bayinya.

Intervensi yang telah dibuat untuk menyelesaikan diagnosa ini antara lain : kaji
tingkat pengetahuan klien tentang perawatan ibu dan bayi; berikan pengajaran
tentang perawatan ibu seperti kebersihan diri, nutrisi ibu postnatal, istirahat/tidur,
perawatan/bebat payudara; berikan pengajaran tentang perawatan bayi seperti
membedong dan merawat tali pusat; demonstrasikan tentang perawatan bayi;
berikan lingkungan yang kondusif untuk belajar; minta klien untuk mengulang
informasi yang sudah diberikan; anjurkan ibu untuk tidak lupa memberikan obat
ARV ke bayinya; libatkan suami dalam pemberian pendidikan kesehatan.

3.2.4. Implementasi dan evaluasi

Setelah menyusun rencana tindakan keperawatan pada masing-masing diagnosa,


maka penulis melakukan implementasi dan mengevaluasi keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Diagnosa pertama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
luka post operasi.
Tanggal 03 Juni 2014 jam 10.00 WIB di ruang postnatal, tindakan keperawatan
yang telah dilakukan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan ini antara lain :

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


41

Mengkaji keluhan nyeri P = Paliatif atau penyebab nyeri, Q = Quality/kualitas


nyeri, R= Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeri, S= Subyektif deskripsi
oleh pasien mengenai tingkat nyerinya, T= Periode/waktu yang berkaitan dengan
nyeri; Melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas sesuai dengan status generalis dan
status obstetrik; Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dilakukan pemeriksaan
fisik dan gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat menyatakan
pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri;
Memfasilitasi tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada
pasien (k/p); mengevaluasi cara teknik relaksasi nafas dalam yang pasien ketahui;
Mengajarkan kembali untuk menggunakan teknik non-farmakologi seperti: teknik
relaksasi nafas dalam; Memberi pujian kepada ibu cara teknik relaksasi nafas
dalam yang telah dipraktekkan dengan benar; menganjurkan untuk istirahat/tidur
secukupnya untuk mengurangi nyeri; memberi obat untuk mengurangi rasa nyeri :
Profenid Supp 3 x 1.

Evaluasi yang didapat setelah melakukan tindakan keperawatan tersebut adalah,


secara subjektif klien mengatakan nyeri luka operasi berkurang jika melakukan
teknik relaksasi nafas dalam; klien mengatakan nyeri timbul terutama pada saat
mobilisasi, hilang timbul selama 10 – 15 detik seperti disayat, skala nyeri 3; klien
mengatakan walaupun masih nyeri, klien tetap akan terus berlatih miring
kanan/kiri secara aktif. Secara objektif : klien tampak masih meringis kesakitan;
klien tampak sudah mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam; klien tampak
sudah lebih sering untuk miring kanan/kiri; profenid supp diberikan pada jam
12.00 WIB. Masalah keperawatan teratasi sebagian. Tindak lanjut yang dibuat
untuk diagnosa keperawatan ini adalah teknik relaksasi nafas dalam dan latihan
mobilisasi secara bertahap lebih aktif lagi.

Pada tanggal 04 Juni 2014 jam 15.00 WIB di ruang perawatan, penulis melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ini yang belum
teratasi. Implementasi yang sudah dilakukan antara lain : mengkaji tingkat nyeri;
menganjurkan kembali teknik relaksasi nafas dalam; menganjurkan klien untuk
mengatur posisi yang nyaman menurut klien, berkolaborasi dengan dokter dalam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


42

pemberian terapi analgetik yaitu asam mefenamat 3x500 mg jika dengan non
farmakologi tidak berhasil; melatih klien untuk duduk dan jalan lebih aktif lagi.

Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif klien mengatakan nyeri luka operasi
berkurang dengan skala nyeri 2; klien mengatakan sudah dapat mengendalikan
nyerinya dengan teknik relaksasi nafas dalam. Secara objektif, klien tampak sudah
mampu duduk dan sedang latihan berjalan; klien tampak rileks; klien tampak
mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam. Masalah teratasi sebagian.
Rencana tindak lanjut keperawatan adalah latihan mobilisasi jalan lebih aktif.

Pada tanggal 05 Juni 2014 jam 14.30 WIB di ruang perawatan, penulis melakukan
tindakan keperawatan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan ini adalah
mengkaji tingkat nyeri klien; menganjurkan klien untuk teknik relaksasi nafas
dalam dan menganjurkan klien untuk latihan jalan lebih aktif lagi; jam 17.00 WIB
memberikan analgetik asam mefenamat 500 mg sesuai jadwal. Evaluasi yang
didapat adalah secara subjektif, klien mengatakan nyeri luka operasi sudah jauh
berkurang dengan skala nyeri 1; klien mengatakan teknik relaksasi nafas dalam
masih dilakukan bila nyeri timbul; klien mengatakan sudah dapat aktif mobilisasi
jalan dan klien rencana pulang hari ini. Secara objektif, klien tampak lebih segar
dan rileks dari hari sebelumnya; klien masih tampak sesekali melakukan teknik
relaksasi nafas dalam; klien tampak aktif mobilisasi jalan dan asam mefenamat
masih diberikan setiap habis makan. Masalah teratasi. Tindakan keperawatan
distop.

Diagnosa kedua adalah perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri


luka operasi yang dirasakan dan interaksi antara orang tua dan bayi.
Tanggal 03 Juni 2014 jam 13.00 WIB di ruang perawatan, implementasi yang
sudah dilakukan antara lain : menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat;
mengajarkan klien untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat
mengganggu kualitas tidur; menganjurkan klien untuk membatasi tidur di siang
hari atau berikan tidur siang jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tidur;
menganjurkan klien untuk mengatur jam tidurnya dengan menyesuaikan jam tidur

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


43

bayi agar tidak kekurangan kualitas tidur klien; menganjurkan klien untuk teknik
relaksasi nafas dalam jika penyebab gangguan tidurnya adalah nyeri. Evaluasi
yang didapat setelah melakukan tindakan keperawatan di atas adalah secara
subjektif, klien akan mengatur jadwal tidurnya agar disesuaikan dengan bayinya;
klien mengatakan masih bisa tidur siang. Secara objektif klien masih tampak
sering menguap dan mengantuk serta masih tampak kehitaman di sekeliling
kelopak mata klien. Masalah keperawatan teratasi. Tindakan keperawatan akan
dilanjutkan kembali.

Pada tanggal 04 Juni 2014 jam 16.00 WIB implementasi yang dilakukan adalah
mengkaji kualitas tidur klien; menganjurkan klien untuk mengatur jam tidurnya
dengan menyesuaikan jam tidur bayi agar tidak kekurangan kualitas tidur klien.
Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif klien mengatakan sudah dapat tidur
semalam karena nyerinya sudah berkurang, walaupun masih kadang terbangun
karena bayinya yang haus; klien juga mengatakan pada siang harinya pun jika
bayinya tidur klien juga dapat ikut tidur. Secara objektif klien tampak lebih segar
dan daerah sekitar kelopak mata tampak berkurang kehitamannya. Masalah
teratasi. Tindakan keperawatan distop.

Diagnosa keperawatan ketiga adalah kesiapan meningkatkan pengetahuan


tentang cara melakukan perawatan postnatal pasca operasi caesar dan
perawatan bayi.
Implementasi dilakukan pada tanggal 04 Juni 2014 jam 16.00 WIB dan 19.00
WIB di ruang perawatan. Implementasi yang dilakukan antara lain : mengkaji
pengetahuan klien tentang perawatan ibu dan bayi; memberikan edukasi tentang
perawatan bayi seperti perawatan tali pusat, membedong dan memandikan bayi;
memberikan informasi tentang perawatan ibu seperti perawatan diri, nutrisi ibu
setelah melahirkan, istirahat/tidur, perawatan/bebat payudara; mendemonstrasikan
tentang perawatan bayi; memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar;
meminta klien untuk mengulang informasi yang telah diberikan; menganjurkan
klien untuk tidak lupa memberikan obat ARV untuk bayinya; memberi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


44

reinforcement positif untuk ibu setelah mampu mengulang informasi yang telah
diberikan; melibatkan suami dalam pemberian pendidikan kesehatan.

Evaluasi yang didapat adalah secara subjektif, klien mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan bayi; klien mengatakan mengerti tentang perawatan ibu dan
akan memperhatikan kebersihan diri klien; klien mengatakan senang karena jadi
tahu tentang perawatan ibu dan bayi; klien mengatakan masih belum berani untuk
memandikan bayinya. Secara objektif , klien tampak terlihat senang setelah
diberikan edukasi tentag perawatan ibu dan bayi; klien dapat menjelaskan kembali
tentang perawatan ibu dan bayi; klien tampak mampu mempraktekkan kembali
perawatan tali pusat dan membedong; klien belum mampu untuk memandikan
bayinya sendiri; obat ARV untuk bayinya masih perawat yang memberikannya.
Masalah teratasi sebagian. Rencana tindak lanjut yang dibuat oleh penulis
sekalian untuk persiapan pulang yaitu evaluasi klien tentang perawatan bayi dan
ajarkan klien cara meminumkan obat ARV ke bayinya.

Pada tanggal 05 Juni 2014 jam 17.00 WIB di ruang perawatan dilakukan
implementasi sebagai berikut yaitu menganjurkan klien untuk mengulang materi
yang sudah diberikan tentang perawatan ibu dan bayi; menganjurkan klien untuk
mendemonstrasikan kembali yang sudah diajarkan; mengikut sertakan suami
dalam proses belajar; mengajarkan klien tentang cara meminumkan obat ARV ke
bayinya; menganjurkan klien untuk tidak lupa memberikan obat ARV nya kepada
bayi; memberi reinforcemen positif untuk ibu setelah mampu mengulang edukasi
yang telah diberikan. Evaluasi yang didapat secara subjektif klien mengatakan
sudah paham tentang perawatan ibu dan bayi; klien mengatakan untuk latihan
memandikan bayinya nanti saja pas sudah di rumah; klien mengatakan tidak akan
lupa untuk meminumkan ARV bayinya; klien dan suami mengatakan senang
karena sudah dapat pelajaran yang sangat berguna. Secara objektif klien tampak
mampu mengulang materi yang sudah diberikan; klien tampak mampu
mendemonstrasikan tentang perawatan bayinya kecuali memandikan; klien
tampak mampu meminumkan obat ARV bayinya; klien dan suami tampak senang.
Masalah teratasi sebagian. Tindakan keperawatan dilanjutkan di rumah, rencana

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


45

tindak lanjut yang dibuat yaitu monitor pemberian ARV pada bayinya dan
mengajarkan klien tentang memandikan bayinya di rumah.

2.3.5. Kunjungan rumah

Pada tanggal 07 Juni 2014 jam 09.00 WIB penulis melakukan kunjungan rumah
klien dengan tujuan untuk menyelesaikan diagnosa keperawatan ketiga yang
masih teratasi sebagian. Pada saat kunjungan rumah, keadaan umum klien tampak
baik. Implementasi yang dilakukan adalah mengevaluasi segala informasi yang
telah diberikan kepada klien; meminta klien untuk memandikan bayinya secara
langsung, mengingatkan klien agar tidak putus minum obat ARV untuk klien dan
bayinya; menganjurkan klien untuk selalu menjaga kesehatannya agar tidak drop;
meminta suami klien untuk selalu mengingatkan klien minum obat dan untuk
bayinya. Evaluasi yang didapat, secara subjektif klien dn suami merasa senang
sekali atas kunjunga rumahnya karena merasa diperhatikan; klien juga
mengatakan tidak akan putus minum obat dan memberikannya kepada bayinya;
klien mengatakan kalau di rumah bisa memandikan bayinya sendiri. Secara
objektif, klien dan suami tampak senang; klien tampak mampu memandikan
bayinya sendiri. Masalah teratasi. Tindakan keperawatan distop.

Setelah kunjungan rumah hubungan antara penulis dan klien masih tetap terjaga
dengan baik, klien sering konsultasi masalah berat badan bayi, berapa cc susu
formula yang harus diberikan, jadwal imunisasi bayinya dan lain-lain. Konsultasi
ini dilakukan melalui sms atau telephon.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil lahan praktek

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) atau
yang biasa dikenal dengan nama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
didirikan pada masa penjajahan kolonial Belanda yaitu tanggal 19 November
1919. RSCM merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan Nasional, yang senantiasa
memberikan pelayanan kesehatan berkualitas dan terjangkau, salah satunya adalah
memberikan layanan HIV sejak lama kepada masyarakat. Unit pelayanan terpadu
HIV RSCM atau dahulu dikenal sebagai Pokdisus (Kelompok Studi Khusus)
AIDS, merupakan salah satu unit kerja fungsional dalam organisasi RSCM. Unit
ini berperan sebagai penyelenggara kegiatan pelayanan, penyuluhan, dan
penelitian di bidang HIV/AIDS.

Unit ini menangani semua pasien yang terkena HIV/AIDS termasuk dengan ibu
hamil, ibu post partum dan bayi baru lahir dari ibu HIV. Ruang perawatan obstetri
gedung A lantai 2 zona B RSCM merupakan ruang perawatan post natal bagi ibu
post melahirkan secara spontan maupun operasi SC dan bayinya. Selama 5
minggu praktik KKMP peminatan maternitas di ruang post partum lantai 2 zona B
RSCM didapatkan data 7 pasien ibu post partum dengan HIV/AIDS dan bayi yang
dirawat. Penanganan yang diberikan poli Pokdisus untuk ibu hamil dengan
HIV/AIDS yaitu dengan pemberian konseling tentang pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi dan pemberian ARV. Untuk penanganan persalinannya dilakukan
operasi SC guna menghindari risiko penularan ibu ke bayi. Bayi yang dilahirkan
juga langsung diberikan terapi profilaksis yaitu terapi ARV seperti Zidovudin
dengan pemberian 2x sehari serta bayi tidak diperbolehkan untuk mendapat ASI
ibunya, akan tetapi mendapatkan susu formula untuk memenuhi nutrisi bayi.

46 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


47

4.2 Analisis masalah keperawatan

Praktik penyalahgunaan narkotika melalui jarum suntik, perilaku seks bebas,


pelacuran, dan penularan melalui benda-benda terkontaminasi lainnya yang
banyak terjadi di perkotaan mengakibatkan jumlah penderita HIV/AIDS di
kalangan masyarakat perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan di
Indonesia seperti yang terjadi di beberapa kota-kota besar di Indonesia (Komisi
Penanggulangan AIDS, 2013). Akses yang lebih mudah terhadap
penyalahgunaan narkoba jarum suntik dan perilaku seks tidak sehat serta
pergaulan bebas di kalangan masyarakat perkotaan mengakibatkan jumlah kasus
kehamilan dengan HIV meningkat.

Berdasarkan kasus kelolaan Ny. V mengatakan bahwa HIV yang didapat nya
berasal dari suami pertamanya yang menggunakan narkoba melalui jarum suntik.
Awal mula memakai narkoba dari sekedar coba-coba yang ditawarkan oleh teman
sepergaulannya, namun menjadi kecanduan. Ibu A dan (alm) suami belum
mengetahui informasi dampak dari menggunakan narkoba yaitu HIV/AIDS.
Perilaku penyalahgunaan jarum suntik pada pengguna narkoba dilakukan dengan
cara penggunaan jarum suntik secara bergantian dapat terinfeksi HIV. Setelah
terinfeksi HIV/AIDS dari sesama pengguna narkoba, kemudian melakukan
hubungan seksual kepada pasangannya maka akan terjadi penularan HIV terhadap
pasangan.

Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya
menunjukkan bahwa masalah keperawatan prenatal dan postnatal pada Ny. V
dengan HIV/AIDS dibagi menjadi dua yaitu masalah keperawatan pada saat
prenatal dan masalah keperawatan pada saat postnatal. Masalah keperawatan klien
pada saat prenatal adalah cemas, sedangkan masalah keperawatan klien yang
terjadi pada postnatal antara lain nyeri, perubahan pola tidur dan kesiapan
meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan perawatan postnatal pasca
operasi caesar dan perawatan bayi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


48

Masalah cemas pada periode prenatal diangkat karena berhubungan dengan


kondisi klien sebelum dan sesudah melahirkan. Klien dan suami sangat berharap
agar anaknya tidak tertular HIV/AIDS dari ibunya. Pada masa prenatal, ibu
dengan kehamilan HIV/AIDS dihadapkan pada stressor yang lebih besar
dibandingkan dengan ibu hamil pada umumnya (Bobak, 2008). Ancaman
terhadap kesehatan dan kesejahteraan ibu yang diakibatkan kehamilan sangat
mungkin terjadi, selain itu ketakutan ibu akan terjadinya penularan HIV dari ibu
ke janin selama masa kehamilan juga menjadi ketakutan tersendiri bagi ibu
dengan kehamilan HIV/AIDS, sehingga masalah keperawatan yang ditemukan
adalah cemas yang berhubungan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh
ibu dengan kehamilan HIV/AIDS baik yang aktual maupun yang akan terjadi
(Green, 2005) sesuai dengan masalah yang terjadi pada kasus. Pada periode
prenatal klien dan suami mengungkapkan kecemasannya terhadap penularan HIV
ke bayinya. Selain itu, klien khawatir kondisi bayinya lemah/kurus karena tidak
disusui nanti. Klien juga cemas untuk menghadapi operasi caesar yang baru
pertama kali akan dirasakan. Ketika klien disuruh waspada terhadap tanda-tanda
persalinan tiba oleh dokter, klien tampak bingung dan langsung bertanya kepada
penulis tanda-tanda persalinan, karena pada kelahiran pertama klien tidak
merasakan mulas pada saat akan melahirkan, yang dirasa pada saat itu hanya
pecah ketuban dan tidak lama sesudah itu bayinya lahir.

Pada masa postnatal, perawatan ibu nifas dengan kehamilan HIV/AIDS akan
memiliki kesamaan dengan ibu postnatal pasca melahirkan dengan operasi caesar.
Masalah nyeri akut dapat terjadi akibat adanya luka post operasi dan rendahnya
sel-sel antibodi di dalam tubuh ibu dengan kehamilan HIV/AIDS. Manajemen
nyeri dapat dilakukan melalui intervensi yang sama seperti yang dilakukan
kepada ibu nifas post SC lainnya. Masalah perubahan pola tidur juga diangkat
berdasarkan efek dari rasa nyeri yang dirasakan klien pada hari pertama post
operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


49

Masalah cemas yang diangkat pada prenatal merupakan didasarkan pada harapan
klien dan suami agar bayinya tidak tertular dari ibunya yang disebabkan karena
masih kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang risiko penularan HIV
dari ibu ke bayinya dan cara pencegahannya. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Depkes (2006) yang dikuatkan dengan penelitian Mulyana (2008)
mengatakan bahwa faktor risiko penularan HIV dari ibu ke bayinya kemungkinan
besar akan ditularkan selama periode kehamilan, persalinan maupun setelah
persalinan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ibu, bayi
dan faktor cara penularan. Oleh karena itu perlu diberikan edukasi tentang
program pencegahan penularan HIV/AIDS yang dikenal dengan nama PMTCT,
salah satunya adalah pemilihan cara persalinan yang aman yaitu Sectio Caesaria
dan pemberian susu formula yang memenuhi syarat dari WHO (AFASS), (Gondo,
2011). Pemberian edukasi tentang program PMTCT diharapkan dapat
menurunkan rasa cemas klien dan suami sehingga dapat meningkatkan
harapannya agar bayinya tidak tertular dari ibunya.

Masalah cemas yang klien rasakan juga disebabkan karena rencana operasi SC
yang akan dilakukan, karena klien belum pernah mengalaminya serta kurangnya
pengetahuan klien tentang tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan
manajemen nyeri yang dapat dilakukan. Salah satu faktor risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi adalah faktor cara penularan, maksudnya bahwa semakin lama
proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke bayi juga
semakin meningkat karena akan semakin lama terjadinya kontak antara bayi
dengan darah atau lendir ibu. Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan
akan meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan
ketuban pecah kurang dari 4 jam. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
penularan selama proses persalinan adalah penggunaan vakum, forcep dan
tindakan episiotomi (Mulyana, 2008). Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian
tersebut dimaksudkan bahwa klien diberikan edukasi tentang tanda-tanda
persalinan dan prosedur operasi agar terhindar dari penularan ibu ke bayi.
Manajemen nyeri yang diajarkan adalah teknik relaksasi nafas dalam yang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


50

diharapkan dapat bermanfaat pada saat klien setelah operasi guna mengurangi
nyeri.

Masalah nyeri pada post operasi SC pada klien merupakan keluhan utama, sebagai
respon fisiologis dari semua klien yang telah menjalani operasi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Whalley,dkk (2009) yang mengatakan bahwa
tindakan operasi SC menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan
kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan, yang akan membuat sangat
terganggu. Dampak dari nyeri yang tidak ditangani akan menyebabkan ibu
mengalami kesulitan dalam hal mobilisasi (Batubara, dkk. 2008). Oleh karena itu
perlu manajemen nyeri nonfarmakologi yang dapat dilakukan dengan mudah
tetapi berdampak baik, yaitu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik ini sudah
terbukti dalam mengurangi efek nyeri pada pasien post operasi (Saekhatun, 2008
& Ayudianningsih, 2009).

Masalah perubahan pola tidur yang dialami klien adalah hal yang dapat terjadi
pada ibu prenatal trimester III yang diakibatkan karena bertambah besarnya usia
kehamilan yang menyebabkan ketidaknyamanan ibu hamil sehingga dapat
mempengaruhi kebutuhan istirahat tidur klien. Masalah ini juga dapat terjadi pada
periode postnatal. Hal tersebut disebabkan karena ibu mengikuti pola tidur bayi
yang demikian. Oleh karena itu jika tidak disiasati dengan baik maka klien akan
keilangan waktu istirahat dan tidurnya yang akan berdampak pada masalah
keletihan.

Adapun masalah kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan


perawatan postnatal pasca operasi caesar dan perawatan bayi disebabkan karena
klien belum tahu tentang perawatan ibu postnatal dengan pasca operasi SC dan
ibu mengatakan lupa tentang perawatan bayi baru lahir, oleh karena itu penting
kiranya diberikan edukasi tentang perawatan ibu dan bayi. Selain itu maksud dari
edukasi ini adalah sebagai bekal klien di rumah dalam merawat diri dan bayinya,
jangan sampai klien pulang tidak bisa merawat diri dan bayinya sendiri. Salah
satu keberhasilan asuhan keperawatan adalah ketika pulang klien dapat membawa
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


51

pembelajaran dari rumah sakit seperti perawatan bayi yang dapat dipraktekan
sendiri di rumah, karena siapa lagi yang akan merawat bayinya kalau bukan
ibunya sendiri.

4.3.Analisa intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas pada Ny.
V difokuskan pada pemberian pendidikan kesehatan tentang risiko penularan dan
pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi. Dalam perawatan kepada
klien, penulis melakukan intervensi keperawatan untuk mengatasi rasa cemas
klien dan suami dengan memberikan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
ini dilakukan dengan tujuan agar klien dan suami/keluarga benar-benar
memahami bagaimana penularan HIV dari ibu ke bayi, kemudian dilanjutkan
dengan pendidikan kesehatan tentang pencegahannya. Selain edukasi di atas,
untuk mengurangi rasa cemas klien dan suami perlu kiranya diberikan edukasi
juga tentang tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan manajemen nyeri.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yang pertama adalah menjelaskan
tentang tanda-tanda persalinan, agar tidak terjadi masalah persalinan seperti
ketuban pecah dini lebih dari 4 jam. Salah satu risiko penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah melalui melalui proses persalinan yang lama, ketuban pecah dini lebih
dari 4 jam akan menyebabkan risiko penularan dua kali lipat dibandingkan dengan
ketuban pecah kurang dari 4 jam (Gondo, 2011). Oleh karena itu klien dapat
mengantisipasinya jika di rumah ada pecah ketuban klien dapat langsung ke
rumah sakit agar langsung diberikan tindakan untuk memperkecil risiko
penularan.

Tindakan yang kedua yaitu menjelaskan tentang prosedur operasi, bahwa sebelum
dilakukan operasi klien akan dilakukan pembiusan yang biasanya hanya separuh
badan yaitu mulai dari pinggang ke bawah tidak akan terasa apa-apa. Menjelaskan
pula pentingnya tindakan operasi karena untuk memperkecil risiko penularan HIV
(Mulyana, 2008). Tindakan yang ketiga adalah mengajarkan manajemen nyeri
yaitu teknik relaksasi nafas dalam dengan cara menjelaskan manfaat dari teknik
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


52

relaksasi nafas dalam dan mendemonstrasikan. Hal ini penting dilakukan sebelum
klien melahirkan karena diharapkan klien sudah mempunyai bekal ilmu ketika
klien dihadapkan pada tanda-tanda persalinan yang asli seperti mulas yang
semakin sering, maka klien sudah dapat melakukannya. Diharapkan setelah klien
dan suami memahami dan mengerti dengan baik cara penularan dan
pencegahannya maka rasa cemas klien akan berkurang bahkan hilang, dengan
berkurangnya rasa cemas tersebut maka harapan klien dan suami agar bayinya
dapat terhindar dari HIV dapat terlaksana.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi kurangnya pengetahuan klien tentang


tanda-tanda persalinan, prosedur operasi dan manajemen nyeri. Tindakan
keperawatan yang dilakukan penulis yang pertama adalah menjelaskan tentang
tanda-tanda persalinan, agar tidak terjadi masalah persalinan seperti ketuban
pecah dini lebih dari 4 jam. Salah satu risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
adalah melalui melalui proses persalinan yang lama, ketuban pecah dini lebih dari
4 jam akan menyebabkan risiko penularan dua kali lipat dibandingkan dengan
ketuban pecah kurang dari 4 jam (Gondo, 2011). Oleh karena itu klien dapat
mengantisipasinya jika di rumah ada pecah ketuban klien dapat langsung ke
rumah sakit agar langsung diberikan tindakan untuk memperkecil risiko
penularan. Tindakan yang kedua yaitu menjelaskan tentang prosedur operasi,
bahwa sebelum dilakukan operasi klien akan dilakukan pembiusan yang biasanya
hanya separuh badan yaitu mulai dari pinggang ke bawah tidak akan terasa apa-
apa. Menjelaskan pula pentingnya tindakan operasi karena untuk memperkecil
risiko penularan HIV (Mulyana, 2008). Tindakan yang ketiga adalah mengajarkan
manajemen nyeri yaitu teknik relaksasi nafas dalam dengan cara menjelaskan
manfaat dari teknik relaksasi nafas dalam dan mendemonstrasikan. Hal ini penting
dilakukan sebelum klien melahirkan karena diharapkan klien sudah punya bekal
ilmu ketika klien dihadapkan pada tanda-tanda persalinan yang asli seperti mulas
yang semakin sering, maka klien sudah dapat melakukannya.

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri karena luka operasi yaitu dengan
mengulang kembali teknik relaksasi nafas dalam yang sudah diajarkan penulis.
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


53

Klien dianjurkan untuk melakukannya pada saat nyeri itu timbul. Teknik ini
sudah terbukti dalam mengurangi efek nyeri pada pasien post operasi (Saekhatun,
2008 & Ayudianningsih, 2009). Ibu post SC dapat mempraktekan pernafasannya
untuk mengatasi nyeri pada saat memiringkan badan dan mengatur posisi. Latihan
teknik relaksasi pernafasan dapat berhasil jika klien kooperatif (Potter & Perry,
2006).

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi perubahan pola tidur


klien adalah menganjurkan klien untuk mengatur jam tidurnya agar disesuaikan
dengan jam tidur bayi, dimaksudkan agar klien masih bisa tidur atau itirahat
ketika bayinya tidur. Tindakan yang kedua adalah menganjurkan kepada klien
untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam jika penyebab gangguan tidurnya
adalah nyeri.

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan


kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan perawatan postnatal
pasca operasi caesar dan perawatan bayi adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan ibu dan bayi. Pertama, penulis menjelaskan tentang
perawatan ibu yaitu pentingnya kebersihan diri serta menganjurkan klien untuk
selalu menjaga kebersihan daerah sekitar luka operasi dengan cara
mempertahankan balutan luka operasi tetap kering agar terhindar dari infeksi.
Kedua, penulis mengajarkan dan mendemonstrasikan tentang perawatan bayi,
seperti cara membedong, merawat tali pusat dan memandikan bayi. Setelah
diajarkan klien diminta untuk mendemonstrasikan kembali, dan hasilnya klien
sudah mampu dalam membedong bayi dan merawat tali pusat, hanya saja dalam
hal memandikan bayi klien belum berani selama tali pusat nya belum lepas. Klien
mengatakan bahwa bayinya paling hanya di lap saja tidak dimandikan di bak
sebelum tali pusat nya belum lepas. Ketiga, klien diajarkan untuk meminumkan
obat ARV untuk bayinya, agar bayi dapat terhindar dari penularan HIV dari
ibunya dan tidak lupa penulis menganjurkan suami untuk dapat membantu
mengingatkan klien dalam memberi obat ARV bayinya. Pendidikan kesehatan
tersebut merupakan hal yang wajib dilakukan sebagai seorang perawat dengan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


54

maksud agar ketika klien pulang dengan bayinya, klien sudah mampu merawat
diri sendiri dan bayinya, karena siapa lagi yang akan merawat bayinya kalau
bukan ibunya sendiri.

4.4.Alternatif pemecahan masalah

Asuhan keperawatan prenatal dan postnatal pada ibu HIV/AIDS secara langsung
berhubungan dengan risiko penularan baik ke tenaga kesehatan maupun ke
bayinya. Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam
merawat klien dengan HIV/AIDS harus selalu memperhatikan universal
precaution untuk menghindari risiko tertularnya HIV. Diagnosis HIV/AIDS
menimbulkan rasa cemas buat klien dan keluarga terhadap risiko penularan dari
ibu ke bayi. Oleh karena itu perawat sebagai sarana untuk memberikan dukungan
dalam menenteramkan perasaan cemas pada klien dan keluarga, dengan cara
memberikan penjelasan yang akurat tentang risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
dan cara pencegahannya, serta selalu memberikan support kepada klien dan suami
dengan meyakinkan bahwa penularan HIV dari ibu ke bayi itu dapat dicegah jika
klien dan suami mempunyai komitmen yang sama dengan perawat. Dengan
dukungan perhatian dan support yang terus menerus maka klien akan terhindar
dari perasaan cemas serta harapan klien dan suami agar bayinya tidak tertular
dapat terlaksana.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


BAB 5
PENUTUP

7.1. Kesimpulan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom


immunodefisiensi dari penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno Deficiency
Virus (HIV) yang dapat menyebabkan melemahnya sistem imun seseorang hingga
berakhir pada kematian. HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja dari semua
golongan umur, tidak terkecuali ibu yang sedang hamil. Ibu hamil dengan
HIV/AIDS mempunyai risiko untuk menularkan penyakitnya kepada bayi yang
dikandungnya. Penularan tersebut dapat dicegah sehingga tingkat penularan dari
ibu ke bayi menjadi minimal jika klien taat akan peraturan yang dibuat.

Masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan data yang didapat dari


pengkajian klien kelolaan antara lain : cemas; nyeri akut; perubahan pola tidur
dan kesiapan meningkatkan pengetahuan tentang cara melakukan perawatan
postnatal pasca operasi caesar dan perawatan bayi.

Intervensi yang dilakukan khususnya pada kasus klien kelolaan adalah pemberian
pendidikan kesehatan klien tentang penularan HIV dari ibu ke bayi dan
pencegahannya, selain itu pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan
dan prosedur operasi juga dilakukan. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada
klien dan keluarga ditujukan untuk meyakinkan, memberi support dan dukungan
kepada ibu bahwa pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dilakukan
untuk memperkecil tingkat penularan, selain itu juga dapat meningkatkan harapan
keluarga agar bayinya tidak tertular.

Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan yaitu
cemas sudah jauh berkurang walaupun harapan itu masih tetap ada tetapi hanya
sedikit saja karena klien sudah mengerti dan paham tentang penularan dan
55 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


56

pencegahannya, pengetahuan klien tentang tanda-tanda persalinan, prosedur


operasi dan manajemen nyeri bertambah, nyeri luka operasi yang dirasakan klien
sudah jauh lebih berkurang, klien sudah dapat mengatur strategi agar kebutuhan
istirahat tidur nya berkurang, dan terakhir klien sudah mampu melakukan
perawatan sendiri dan perawatan bayinya.

7.2. Saran

7.2.1. Pelayanan Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan program pendidikan kesehatan tentang


pentingnya penularan dan pencegahan HIV/AIDS dari ibu ke bayinya. Program
pendidikan kesehatan ini mengenai perlu melibatkan suami dan keluarga yang
merupakan sebagai sistem pendukung ibu hamil dengan HIV/AIDS.

7.2.2. Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan kepada dunia


keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan prenatal dan postnatal pada
ibu hamil dengan HIV/AIDS guna pencegahan penularan dari ibu kepada bayi.

7.2.3. Penelitian Keperawatan

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan penelitian


terkait asuhan keperawatan prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M & Hawks, J.H. (2008). Medical surgical nursing : clinical
management for positive outcomes. Saunders.
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. Alih bahasa : Wijayarini, M.A. Jakarta : EGC.
Bare, B. G., & Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikah bedah.
Volume 3. Alih bahasa: Agung waluyo, dkk. Jakarta: EGC
Budiasuri, M.A & Mirojab, A. (2011). Kebijakan pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke anak (Studi kasus di kota Surabaya). Ejournal. Litbang.
Depkes.go.id/index.php/hsr/article/download/.../2203 diunduh tanggal 24 Juni
2014.
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakrta: EGC.

Center for Disease Contor & Prevention. (2012). HIV AIDS.


http://www.cdc.gov/hiv/topics/basic/.
Corwin, E.J. (2007). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman pelayanan kefarmasian untuk orang
dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta : Depkes RI.
Direktorat Jenderal PP & PL Kemenkes RI.(2004). http://spiritia.or.id/stats/stat
curr.pdf. diakses tanggal 01 Juli 2014.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk
perencanaan & pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Gondo, H. K. (2011). Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Elib. Fk.
UWKS.ac.id/asset/article/jurnal/vol.1.no.2. diunduh tanggal 01 juli 2014.
Hayati, S. (2009). Tesis Pengalaman perawat dalam merawat ibu HIV positif
dengan seksio sesarea. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Kementerian kesehatan. (2013). Rencana aksi nasional pencegahan penularan
HIV dari ibu ke anak (PPIA) Indonesia 2013 – 2017.
www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/iploads/downloads/013/12/RAN-PPIA-
2013. diunduh tanggal 24 juni 2014.
Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). Jakarta Peringkat Ketiga Kasus
HIV/AIDS. http://www.aidsindonesia.or.id. Diunduh tanggal 05 Juli 2014
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Synder, S.J. (2004). Fundamental of nursing
concept, process and practise. New Jersey : Pearson Prentie Hall.

57 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


58

Lodewig, P.W., London, M. L., & Olds, S. B.(2001). Maternal newborn nursing
care : the nurse, the family and the community. Menlo Park : Addison-
Wesley.

Muhaimin, T. (2011). Prevalensi HIV pada ibu hamil di delapan ibukota Provinsi
di indonesia tahun 2003 – 2010.
Journal.ui.ac.id/health/article/download/943/877. Diunduh tanggal 26 Mei
2014.
Mulyana, R.S. (2008). HIV dalam kehamilan. Jakarta: EGC
Oktarina, T. (2011). Persepsi perawat tentang asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien HIV/AIDS di RSCM Jakarta.
Lib.ui.ac.id/opac/ui/template.jsp?inner. diunduh tanggal 26 Juni 2014.
Pillitteri, A. (2003). Maternal & child health nursing: care of childbearing
&childbearing family. 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
&Wilkins

Potter, P.A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing : concept, process,


and practice. St. Louis : Mosby.
Price, S., Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit.Edisi 6. Alih bahasa: Brahm U. Pendit et al. Editor edisi bahasa
Indonesia:Huriawati Hartanto. Jakarta: EGC
Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan maternitas:
kesehatanwanita, bayi & keluarga. (Ed.18), Vol. 2. Alih bahasa: Yati
Afiyanti et al.Editor edisi bahasa Indonesia: Eka Anisa Mardella. Jakarta:
EGC.
Saputri, L. O., Nir uri, R. R., & Kumara, K.D. (2013). Pelaksanaan intervensi
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) di RSUD Sanglah
Denpasar tahun 2007-2011. Ojs.unud.ac.id/index.php/article/download file.
Diunduh tanggal 25 Juni 2014.
Setiawan, M. I. (2009). Tatalaksana pencegahan penularan vertikal dari ibu
terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkan di Indonesia. Digital
journals.org/index.php/article/viewfile/690/690-751-1-PB.pdf. diunduh
tanggal 26 Mei 2014.
Subroto. (2013). Selamatkan bayi di Jakarta dari HIV/AIDS.
www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/11/16. diunduh tanggal 28
Juni 2014.

UNICEF. (2009). His counselling trainer’s manual for the asia pacific. Thailand :
Keen Meeka.co.id.
Valerian, C. M., Kemara., K.P & Megadhana, I.W. (2003). Tatalaksana infeksi
HIV dalam kehamilan. Ojs.unud.ac.id/index/php/article/viewfile/4873/3659.
Diunduh tanggal 25 Juni 2014.
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


59

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.

Wilkinson, J.M. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 1

PENGKAJIAN PRENATAL

Nama Mahasiswa : IDA SRIHASTUTI Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2014


NPM : 1106129796 Ruangan : Poli Kebidanan RSCM

DATA UMUM KLIEN


1. Initial Klien : Ny. V
2. Usia : 27 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Pendidikan Terakhir : SMA
Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun Jenis Persalinan Penolong Jenis Keadaan Masalah
Kelamin
Bayi Waktu Kehamilan
Lahir
1 8 thn Spontan Bidan Laki-laki BB/PB 3800 Tidak Ada
gr / 51 cm
Pengalaman Menyusui : Ya, selama 2 tahun

Riwayat Ginekologi
1. Masalah Ginekologi : Klien mengatakan tidak punya masalah ginekologi.
2. Riwayat KB : Pada saat dengan suami pertama klien menggunakan KB
suntik 3 bulan, tetapi pada suami sekarang klien tidak pernah memakai
KB.
Riwayat Kehamilan Saat Ini
HPHT : Klien mengatakan lupa HPHT TD sebelum hamil : 100/70 mmHg
BB sebelum hamil : 52 kg
TD BB / TB TFU Letak / DJJ Usia Keluhan
Presentasi
Gestasi
Janin
110/70 63 kg / 32 cm Presentasi 133x/menit 37 minggu Kurang
mmHg 163 cm Kepala Tidur

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 1

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : G3P1A1 H 37 Minggu
Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis; BB/TB : 63 Kg/163 cm
Tanda Vital : TD 110/70 mmHg; Nadi 82 x/menit; Suhu 36,4 0C; Pernapasan 20
x/menit.
Kepala Leher
1. Kepala : bentuk simetris, tidak didapatkan ketombe atau uban, rambut
terlihat bersih.
2. Mata : Tidak tampak konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hanya
tampak kehitaman di sekeliling kelopak mata.
3. Hidung : Tidak tampak adanya sumbatan pada lubang hidung.
4. Mulut : Tampak karies gigi di gigi atas bagian kanan, mukosa bibir
tampak lembab.
5. Telinga : Tidak tampak adanya sumbatan /kotoran yang terlihat di lubang
telinga.
Leher : Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
Dada :
1. Jantung : Bunyi jantung I dan II terdengar reguler, tidak ada bunyi suara
tambahan seperti murmur ataupun gallop.
2. Paru : Terdengar suara nafas vesikuler di semua lapang paru, tidak
terdengar suara ronchi dan wheezing.
3. Payudara : Tidak tampak adanya pembengkakan, daerah areola payudara
terlihat hiperpigmentasi kehitaman.
4. Pengeluaran ASI : Tidak ada pengeluaran ASI.
5. Puting Susu : tampak menonjol keluar.
Abdomen :
1. Uterus : Tinggi fundus uterus 32 cm. Kontraksi : Ya
 Leopold I : Teraba Bokong
 Leopold II : Perut bagian kiri teraba punggung.
 Leopold III : Teraba kepala dan sudah ada penurunan kepala,
sudah tidak dapat digerakkan lagi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 1

 Leopold IV : Bagian yang masuk PAP sudah 4/5.


2. Pigmentasi :
 Linea nigra : ada
 Striae : ada
 Fungsi Pencernaan : klien mengatakan tidak ada keluhan pada
pencernaan.

Perineum dan Genital


Tidak tampak varises dan keputihan pada vagina, pada daerah perineum juga klien
tidak mempunyai haemorrhoid.

Ekstremitas :
Tidak tampak adanya edema dan varises pada ekstremitas atas maupun bawah.
Reflek patela hasil negatif.

Eliminasi :
Klien mengatakan kebiasaan BAK menjadi lebih sering dibanding dari waktu
sebelum hamil terutama pada malam hari, sehingga klien harus sering terbangun
untuk BAK jika pada saat tidur malam. Klien mengatakan kalau kebiasaan BAB
nya yaitu dua hari sekali

Istirahat dan Kenyamanan :


Klien mengatakan tidak pernah tidur siang karena klien bekerja dan kalau tidur
malam klien mengeluh terganggu dengan kebiasaan BAK nya yang akhir-akhir ini
menjadi lebih sering, sehingga pada pagi dan siang harinya klien merasa ngantuk
tetapi tidak juga bisa ditidurkan. Klien mengeluh tidak nyaman di bagian
pinggang karena semakin besarnya kehamilan klien.

Mobilisasi dan Latihan


Tingkat mobilisasi klien adalah baik dalam artian klien masih dapat mobilisasi
tanpa bantuan orang lain. Klien tidak pernah mengikuti senam hamil.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 1

Nutrisi dan Cairan


Klien mengatakan tidak ada masalah dalam hal makan, nafsu makan baik, klien
selalu rutin makan 3x sehari. Untuk asupan nutrisi memang klien mengaku kurang
karena klien mengatakan takut nanti capek BAK terus, jadinya klien mengaku
minum kurang lebih 1,5 liter perhari.

Keadaan Mental
Klien mengatakan memang ini adalah kehamilan yang direncanakan karena dari
suami yang sekarang (kedua), ini adalah merupakan anak pertama, dan ketika
ditanyakan kepada suami klien, suaminya mengatakan sangat senang dan
menerima sekali atas kehamilannya ini. Suami klien mengatakan untuk masalah
penularan penyakit istrinya (HIV/AIDS), suami klien masih berharap agar
anaknya tidak tertular dari ibunya. Oleh karena itu suami dan klien rajin kontrol
rutin ke bagian kebidanan maupun poli Pokdisus RSCM. Suami klien juga rajin
mengingatkan istrinya untuk minum rutin obat ARV nya setiap hari.

Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan yang dilakukan oleh klien dan suami, klien sudah
mempersiapkan segala perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu, dengan dimasukkan
ke dalam satu tas besar sehingga ketika nanti harus masuk rumah sakit klien sudah
siap dan tinggal angkat tas nya saja. Klien juga sudah merencanakan tempat
melahirkan yaitu di RSCM sesuai dengan anjuran dari RSUD Bekasi. Ibu dan
keluarga berharap bayinya tidak tertular penyakit ibunya maka klien memilih
RSCM untuk memilih tempat melahirkannya. Klien mengatakan belum tahu
tentang tanda-tanda melahirkan karena waktu anak pertama klien tidak merasakan
mules, dan klien mengatakan cemas karena akan dilakukan operasi SC yang
belum pernah dirasakan. Klien juga belum tahu tentang cara menangani nyeri
pada saat operasi dan setelah operasinya.
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Folamil genio 1x1, Cavit D3 1x1 dan obat ARV nya yaitu FDC TDF (Tenovovir,
Hiviral dan Neviral) 1x1 malam.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 2

ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan


1 Data Subjektif (DS) :
- Klien mengatakan cemas dan
Cemas
takut kalau bayinya nanti akan
tertular HIV
- Klien dan suami mengatakan
khawatir terhadap kondisi bayinya
kalau tidak diberikan ASI.
- Klien mengatakan kalau dirinya
dan suaminya berharap
melahirkan di RSCM agar dapat
mengurangi risiko penularan
kepada bayinya.
- Klien mengatakan belum tahu
tanda-tanda persalinan dan
manajemen yang dapat
dilakukannya.
- Klien mengatakan cemas dan
takut terhadap operasi caesar yang
pertma kali dirasakan.

Data Objektif (DO) :


- Klien dan suami tampak banyak
bertanya tentang penularan HIV
dari ibu ke bayi
- Klien tampak bingung dan tegang.
- Klien tampak banyak bertanya
tentang seputar tanda-tanda
persalinan dan prosedur operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi


1 Cemas berhubungan dengan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x pertemuan (60
situasi dan kondisi yang
menit) diharapkan cemas klien berkurang
dihadapi sebelum dan sesudah sampai hilang.
melahirkan.
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan cemas
berkurang
- Klien akan mengkomunikasikan
kebutuhan dan perasaan negatif
secara tepat.
- Klien tampak tenang
- Klien dapat mengerti dan
mengetahui tanda-tanda persalinan,
prosedur operasi dan manajemen
yang dapat dilakukan di
- Klien dapat menyebutkan dan
mempraktekkan kembali
manajemen nyeri yang akan
dilakukan.

Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Kaji kemampuan klien untuk
mengurangi rasa cemas
3. Berikan edukasi kepada klien
tentang pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi
4. Beri kesempatan klien untuk
mengekspresikan perasaannya.
5. Beri suport pada klien
6. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara distraksi yang
dikuasai untuk mengurangi cemas.
7. Beri dorongan kepada orangtua
dan suami (keluarga) untuk
menemani klien atau memberi
suport kepada klien.
8. Hargai setiap pendapat dan
keputusan klien.
9. Kaji tingkat pengetahuan klien dan
tentukan dan tentukan kebutuhan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 3

pengajaran klien.
10. Berikan pengajaran tentang tanda-
tanda persalinan
11. Berikan pengajaran tentang
prosedur operasi SC.
12. Berikan pengajaran dan
demonstrasikan tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri.
13. Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
14. Minta klien untuk mengulangi
informasi yang sudah diberikan.
15. Ikut sertakan suami dan anggota
keluarga klien dalam pengajaran

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 4

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Dx/ Implementasi Evaluasi


1 Tanggal 23 Mei 2014 S:
Klien mengatakan cemas sedikit
Jam 11.00 WIB di Poli Kebidanan
berkurang setelah diberikan
Implementasi : edukasi tentang pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu
1. Mengkaji tingkat kecemasan
ke bayi.
klien
Klien mengatakan akan
2. Mengkaji kemampuan klien
melakukan teknik distraksi
untuk mengurangi rasa cemas
untuk mengurangi cemas
3. Memberikan edukasi kepada
dengan mendengarkan musik.
klien tentang pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke
O:
bayi
- Klien dan suami tampak
4. Memberi kesempatan klien untuk
rileks/tenang.
mengekspresikan perasaannya.
- Klien dapat
5. Memberi suport pada klien
mengekspresikan
6. Menganjurkan klien untuk
perasaannya.
menggunakan cara distraksi yang
- Klien dan suami dapat
dikuasai untuk mengurangi
menyebutkan kembali
cemas.
cara pencegahan
7. Memberi dorongan kepada
penularan HIV/AIDS
suami untuk menemani klien
dari ibu ke bayi.
atau memberi suport kepada
klien.
A : Masalah teratasi sebagian.
8. Menghargai setiap pendapat dan
keputusan klien.
P : Anjurkan klien untuk tetap
melakukan teknik distraksi
mengurangi cemas.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 5

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

1 Tanggal 27 Mei 2014 S:


Klien dan keluarga mengatakan
Jam 11.00 WIB pada saat kunjungan
sudah tidak cemas lagi tentang
rumah klien.
risiko penukaran HIV/AIDS
dari ibu ke bayi.
Implementasi :
Klien dan suami mengatakan
1. Mengkaji perasaan klien dan
akan berusaha untuk melakukan
suami tentang cemas nya.
usaha untuk pencegahan
2. Mengkaji kemampuan klien dan
penularan HIV/AIDS dari ibu
suami dalam mengatasi cemas
ke bayi
nya.
3. Mengevaluasi ulang tentang cara
O : Klien tampak lebih rileks.
pencegahan penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi.
A : Masalah teratasai.
4. Memberi suport kepada klien
dan suami.
P : Tindakan keperawatan
distop.
2 Tanggal 27 Mei 2014 S:
- Klien mengatakan
Jam 12.00 WIB pada saat kunjungan
mengerti tentang tanda-
rumah klien
tanda persalinan.
- Klien mengatakan
Implementasi :
mengerti tentang
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
prosedur operasi SC.
klien dan tentukan dan tentukan
- Klien mengatakan jadi
kebutuhan pengajaran klien.
mengetahui manajemen
2. Memberikan pengajaran
nyeri dengan teknik
tentangtanda-tanda persalinan
relaksasi nafas dalam.
3. Memberikan pengajaran tentang
- Klien mengatakan jadi
prosedur operasi SC.
tenang setelah diberikan
4. Memberikan pengajaran dan
penjelasan.
demonstrasikan tentang teknik
relaksasi nafas dalam untuk
O:
mengurangi nyeri.
- Klien tampak mampu
5. Memberikan lingkungan yang
menyebutkan kembali
kondusif untuk belajar.
tanda-tanda persalinan.
6. Meminta klien untuk mengulangi
- Klien mampu
informasi yang sudah diberikan.
melakukan teknik
7. Mengikut sertakan suami dan
relaksasi nafas dalam
anggota Keluarga lainnya dalam
untuk mengurangi nyeri.
pengajaran.
- Klien tampak senang
setelah diberikan
penjelasan.

A : Masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan
distop.
Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014
Lampiran 6

PENGKAJIAN POST NATAL

Nama Mahasiswa : IDA SRIHASTUTI Tanggal Pengkajian : 03 Juni 2014

NPM : 1106129796 Ruangan : Lantai II A Zona B RSCM

DATA UMUM KLIEN

1. Initial Klien : Ny. V Initial Suami : Tn. MR


2. Usia : 27 Tahun Usia : 30 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan Swasta
5. Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan Terakhir : SMA

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan Yang Lalu


No Tahun Jenis Persalinan Penolong Jenis Keadaan Masalah
Kelamin
Bayi Waktu Kehamilan
Lahir
1 8 thn Spontan Bidan Laki-laki BB/PB 3800 Tidak Ada
gr / 51 cm
Pengalaman Menyusui : Ya, selama 2 tahun
Riwayat Kehamilan Saat Ini
1. Berapa kali periksa hamil ? Klien mengatakan tiap bulan rutin berobat dan
kontrol kehamilannya.
2. Masalah kehamilan : tidak ada.
3. Jenis Kelamin Bayi : laki-laki; BB/PB 2950 Gram / 47 cm dan A/S 9/10.
4. Perdarahan 400 cc
5. Masalah dalam persalinan : tidak ada.
Riwayat Ginekologi
1, Masalah Ginekologi : Tidak ada
2. Riwayat KB : Pada saat dengan suaminya yang pertama klien menggunakan
KB suntik yang tiga bulan, tetapi dengan suaminya yang sekarang klien tidak
pernah memakai KB.

Universitas Indonesia.

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 6

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : G3 P1 A1 H 37 Minggu.
Keadaan Umum : klien tampak masih lemah karena baru hari pertama; kesadaran
kompos mentis; BB/TB 63 kg / 163 cm.
Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg; nadi x/menit; suhu 36,7 0C; Pernapasan
20 x/menit.

Kepala Leher :
1. Kepala : bentuk simetris, tidak didapatkan ketombe atau uban, rambut
terlihat bersih.
2. Mata : Tidak tampak konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hanya
tampak kehitaman di sekeliling kelopak mata.
3. Hidung : Tidak tampak adanya sumbatan pada lubang hidung.
4. Mulut : Tampak karies gigi di gigi atas bagian kanan, mukosa bibir
tampak lembab.
5. Telinga : Tidak tampak adanya sumbatan /kotoran yang terlihat di lubang
telinga.
Leher : Tidak tampak dan tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening.

Dada :
1. Jantung : Bunyi jantung I dan II terdengar reguler, tidak ada bunyi suara
tambahan seperti murmur ataupun gallop.
2. Paru : Terdengar suara nafas vesikuler di semua lapang paru, tidak
terdengar suara ronchi dan wheezing.
3. Payudara : Tidak tampak adanya pembengkakan, daerah areola payudara
terlihat hiperpigmentasi kehitaman.
4. Pengeluaran ASI : Tidak ada pengeluaran ASI.
5. Puting Susu : tampak menonjol keluar.

Universitas Indonesia.

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 6

Abdomen :
1. Involusi uterus : Fundus uterus teraba 2 jari di bawah pusat, kontraksi
keras, posisi di tengah.
2. Diastasis rektus abdominis tidak dilakukan karena klien masih mengeluh
nyeri luka operasi.
3. Terdapat balutan luka operasi tertutup kassa kering.
4. Pada fungsi pencernaan terdengar bising usus 8-10 x/menit.
5. Kandung kemih teraba kosong karena klien masih terpasang kateter

.Perineum dan Genital :


Vagina : integritas kulit baik, edema, memar dan hematom tidak ada. Perineum
klien utuh, tidak ada luka episiotomi karena klien operasi SC. Tanda REEDA
yang terdiri dari kemerahan, bengkak, echimosis tidak ada, discharge yang terlihat
masih berupa darah dan approximate baik. Lokia, jenis lokia rubra warna merah
berjumlah kurang lebih 30 cc pada pembalutnya dengan konsistensi cair dan
gumpalan yang berbau amis. Tidak terdapat hemorrhoid

Ekstremitas

Tidak tampak adanya edema dan varises pada ekstremitas atas maupun bawah.
Tanda Homan hasil negatif.

Eliminasi
Klien mengatakan kebiasaan BAK saat ini masih menggunakan kateter. Klien
mengatakan kalau kebiasaan BAB nya yaitu dua hari sekali dan saat ini klien
belum BAB.

Istirahat dan Kenyamanan


Selama habis operasi klien mengatakan jarang tidur siang karena kamar dan
cuacanya yang panas dan kalau tidur malam klien mengeluh juga terganggu
karena nyeri luka operasi yang dirasakannya. Klien mengeluh rasa tidak nyaman
yaitu nyeri di perut karena luka operasi.

Universitas Indonesia.

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 6

Mobilisasi dan Latihan


Tingkat mobilisasi klien saat ini masih bed rest, hanya sesekali saja klien latihan
miring kanan – kiri karena masih hari pertama operasi dan merasa nyeri luka
operasi jika bergerak.

Kemampuan Menyusui
Klien mengatakan tidak boleh menyusui bayinya karena klien mempunyai HIV
positif, oleh karena itu bayinya langsung diberi susu formula.

. Obat-obatan
Pada tanggal 03 Juni 2014 obat-obatan yang masih diberikan kepada klien adalah
Profenid Supp 3 x 1 dan tanggal 04 Juni 2014 klien mendapat terapi Asam
Mefenamat 3 x 1 dan Hemobion 1 x 1 selain obat ARV nya yang masih harus
terus di minum.

Universitas Indonesia.

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 7

ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan

1 DS : Nyeri akut berhubungan agen


 Klien mengatakan nyeri luka injuri fisik luka post operasi.
operasi
 Nyeri semakin terasa pada saat
bergerak.
 Nyeri terasa seperti ditusuk_tusuk
dan mules
 Skala nyeri menurut pasien 4.
 Jika nyeri timbul klien bergerak
pelan_pelan, istirahat dan nafas
dalam.

DO :

 Klien tampak meringis kesakitan


terutama pada saat bergerak
 Klien tampak melindungi area
yang sakit
 Tampak klien baru sesekali
miring kanan/kiri
 Ketika dicek ternyata klien salah
cara melakukan teknik relaksasi
nafas.

2 DS :
 Klien mengatakan istirahat tidur Perubahan pola tidur
malamnya kurang karena nyeri
berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan dan sering
terbangun karena tangisan yang dirasakan dan interaksi
bayinya.
orang tua - bayi
DO :

 Tampak kehitaman di sekeliling


kelopak mata klien.
 Klien tampak mengantuk dan
sering menguap.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 7

3 DS : Kesiapan meningkatkan
 Klien mengatakan lupa cara pengetahuan tentang cara
perawatan bayi baru lahir karena
melakukan perawatan
pada anak yang pertama klien
banyak dibantu oleh orang tuanya. postnatal pasca operasi caesar
 Klien mengatakan ingin tahu
dan perawatan bayi.
bagaimana cara melakukan
perawatan pasca operasi caesar di
rumah.
 Klien mengatakan ingin tahu cara
melakukan perawatan payudara
jika tidak menyusui.
 Klien juga menanyakan cara
meminumkan obat ARV kepada
bayinya.

DO :
 Klien tampak banyak bertanya
tentang cara perawatan tali pusat,
membedong dan memandikan
bayi.
 Klien tampak antusias bertanya
tentang perawatan pasca operasi
caesar.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 8

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Intervensi


1 Nyeri akut berhubungan Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2
dengan agen injuri fisik luka
x 24 jam nyeri akut berkurang atau hilang.
post operasi. efek luka
Kriteria Hasil :
operasi.
Klien akan :
 Menunjukkan teknik relaksasi
nafas dalam secara individual yang
efektif untuk mencapai
kenyamanan.
 Ekspresi wajah rileks.
 Intensitas nyeri terdapat pada skala
1.

Intervensi :
 Kaji nyeri meliputi : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, iintensitas atau keparahan
nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri
0-10.
 Lakukan pemeriksaan fisik ibu
nifas sesuai dengan status generalis
dan obstetrik.
 Ajarkan teknik mengurangi rasa
nyeri dengan nonfarmakologi
seperti : teknik relaksasi nafas
dalam.
 Berikan posisi yang nyaman
menurut klien.
 Anjurkan klien untuk istirahat/tidur
secukupnya untuk mengurangi
nyeri.
 Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi analgetik jika
dengan non farmakologi tidak
berhasil.
 Anjurkan klien untuk mobilisasi
secara bertahap.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 8

 Beri pujian pada ibu yang telah


mampu melakukan teknik relaksasi
nafas dalam.

Tujuan :
2 Perubahan pola tidur
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan nyeri diharapkan klien menunjukkan kualitas
tidur yang baik.
yang dirasakan dan interaksi
orang tua - bayi Kriteria Hasil :
 Jumlah jam tidur tidak terganggu.
 Tidak ada masalah dengan pola,
kualitas dan rutinitas tidur atau
istirahat.
 Perasaan segar setelah tidur atau
istirahat.
 Terjaga dengan waktu yang sesuai.

Intervensi :
 Kaji pola tidur klien dan catat
faktor-faktor yang dapat
mengganggu pola tidur klien.
 Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat selama kehamilan, sakit
dan stres psikososial.
 Ajarkan klien untuk menghindari
makanan dan minuman pada jam
tidur yang dapat mengganggu
tidur.
 Anjurkan klien untuk membatasi
tidur di siang hari atau berikan
tidur siang jika diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan tidur.
 Anjurkan klien untuk mengatur
jam tidurnya dengan menyesuaikan
dengan jam tidur bayinya agar
tidak kekurangan kualitas tidur
klien.
 Anjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam jika
penyebab gangguan tidurnya
adalah nyeri.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 8

3 Kesiapan meningkatkan Tujuan :


pengetahuan tentang cara Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2x pertemuan (45 menit) diharapkan klien
melakukan perawatan
dapat siap meningkatkan pengetahuan
postnatal pasca operasi caesra tentang cara melakukan perawatan
postnatal pasca operasi caesar dan
dan perawatan bayi.
perawatan bayi.

Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga akan :
 Mengerti tentang perawatan ibu
dan bayinya.
 Memiliki kemampuan dalam
merawat ibu dan bayi nya.

Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang perawatan ibu dan bayi
 Berikan pengajaran tentang
perawatan ibu, seperti kebersihan
diri dan nutrisi ibu melahirkan,
istirahat/tidur, perawatan/bebat
payudara.
 Berikan pengajaran tentang
perawatan bayi, seperti
membedong, perawatan tali pusat.
 Demonstrasikan tentang perawatan
ibu dan bayi nya.
 Berikan lingkungan yang kondusif
untuk belajar.
 Minta klien untuk mengulang
informasi yang telah diberikan.
 Ikut sertakan keluarga atau anggota
keluarga lain bila memungkinkan.
 Anjurkan klien untuk tidak lupa
memberikan obat ARV nya kepada
bayi.
 Libatkan suami dalam pemberian
pendidikan kesehatan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Dx/ Implementasi Evaluasi


1 Tanggal 03 Juni 2014 S:
Jam 10.00 WIB di ruang perawatan  Klien mengatakan nyeri
luka operasi berkurang
Implementasi :
sedikit jika melakukan
 Mengkaji nyeri meliputi : lokasi, teknik relaksasi nafas
karakteristik, durasi, frekuensi, dalam
kualitas, intensitas atau  Klien mengatakan nyeri
keparahan nyeri dan faktor timbul terutama pada
presipitasinya dengan saat mobilisasi.
menggunakan skala nyeri 0-10.  Klien mengatakan
 Mengajarkan kembali teknik walaupun masih nyeri,
mengurangi rasa nyeri dengan klien tetap akan terus
nonfarmakologi seperti : teknik berlatih miring
relaksasi nafas dalam. kanan/kiri secara aktif
 Menganjurkan klien untuk
mengatur posisi yang nyaman O :
menurut klien.  Klien tampak masih
 Berkolaborasi dengan dokter meringis kesakitan
dalam pemberian terapi  Klien mampu melakukan
analgetik (Profenid Supp 3x1) teknik relaksasi nafas
jika dengan non farmakologi dalam.
tidak berhasil.  Klien tampak sudah
 Menganjurkan klien untuk lebih sering untuk
mobilisasi secara bertahap. miring kanan/kiri.
 Profenid Supp diberikan
pada jam 12.00 WIB.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan :
 Teknik relaksasi nafas
dalam.
 Latihan Mobilisasi
secara bertahap lebih
aktif lagi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

2 Tanggal 03 Juni 2014 S:


 Klien mengatakan akan
Jam 13.00 WIB
mengatur jadwal
Implementasi : tidurnya agar
 Menjelaskan pentingnya tidur disesuaikan dengan
yang adekuat selama kehamilan, bayinya.
sakit dan stres psikososial.  Klien mengatakan masih
 Mengajarkan klien untuk belum bisa tidur
menghindari makanan dan
minuman pada jam tidur yang
O:
dapat mengganggu tidur.
 Klien masih tampak
 Menganjurkan klien untuk
sering menguap dan
membatasi tidur di siang hari
mengantuk.
atau berikan tidur siang jika
 Masih tampak kehitaman
diperlukan untuk memenuhi
di sekeliling kelopak
kebutuhan tidur.
mata klien
 Menganjurkan klien untuk
mengatur jam tidurnya dengan
A : Masalah belum teratasi
menyesuaikan dengan jam tidur
bayinya agar tidak kekurangan
P : Tindakan keperawatan
kualitas tidur klien.
dilanjutkan
 Menganjurkan klien untuk
melakukan teknik relaksasi
nafas dalam jika penyebab
gangguan tidurnya adalah nyeri.

1 Tanggal 04 Juni 2014 S:


 Klien mengatakan nyeri
Jam 15.00 WIB
luka operasi berkurang,
Implementasi : skala nyeri 2.
 Klien mengatakan sudah
 Mengkaji tingkat nyeri klien dapat mengendalikan
 Menganjurkan kembali teknik rasa nyerinya.
mengurangi rasa nyeri dengan
nonfarmakologi seperti : teknik O :
relaksasi nafas dalam.  Klien tampak sudah
 Menganjurkan klien untuk mampu duduk dan
mengatur posisi yang nyaman sedang latihan berjalan
menurut klien.  Klien tampak rileks
 Berkolaborasi dengan dokter  Klien mampu melakukan
dalam pemberian terapi teknik relaksasi nafas
analgetik Asam Mefenamat 3x1 dalam.
jika dengan non farmakologi
tidak berhasil. A : Masalah teratasi sebagian

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

 Melatih klien untuk duduk dan P : Tindakan keperawatan


jalan lebih aktif. diteruskan :
 Latihan mobilisasi jalan
lebih aktif lagi.

2 Tanggal 04 Juni 2014 S:


 Klien mengatakan sudah
Jam 16.00 WIB
dapat tidur semalam
Implementasi : karena nyerinya sudah
 Menganjurkan klien untuk berkurang, walaupun
membatasi tidur di siang hari masih kadang terbangun.
atau berikan tidur siang jika  Pada siang hari pun jika
diperlukan untuk memenuhi bayinya tidur klien juga
kebutuhan tidur. dapat ikut tidur.
 Menganjurkan klien untuk
mengatur jam tidurnya dengan
menyesuaikan dengan jam tidur O :
bayinya agar tidak kekurangan  Klien tampak lebih
kualitas tidur klien. segar.
 Menganjurkan klien untuk  Daerah sekitar kelopak
melakukan teknik relaksasi mata tampak berkurang
nafas dalam jika penyebab kehitamannya.
gangguan tidurnya adalah nyeri.
A : Masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan
distop.

3 Tanggal 04 Juni 2014


S:
Jam 16.00 WIB dan 19.00 WIB
 Klien mengatakan sudah
Implementasi : mengerti tentang
 Mengkaji tingkat pengetahuan perawatan ibu.
klien tentang perawatan ibu dan  Klien mengatakan akan
bayi memperhatikan
 Memberikan pengajaran tentang perawatan dirinya seperti
perawatan ibu, seperti kebersihan diri.
kebersihan diri dan nutrisi ibu  Klien mengatakan
melahirkan. menjadi tahu bahwa
 Memberikan pengajaran tentang tidak ada pantangan
perawatan bayi, seperti makanan untuk ibu yang
membedong, perawatan tali habis operasi SC.
pusat.  Klien mengatakan sudah
 Mendemonstrasikan tentang paham tentang
perawatan ibu dan bayi nya. perawatan bayi seperti
 Memberikan lingkungan yang perawatan tali pusat dan
kondusif untuk belajar. membedong.
 Meminta klien untuk mengulang  Klien masih belum
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

informasi yang telah diberikan. berani untuk


 Mengikut sertakan keluarga atau memandikan bayinya
anggota keluarga lain bila
memungkinkan. O:
 Menganjurkan klien untuk tidak  Klien tampak terlihat
lupa memberikan obat ARV nya senang setelah diberikan
kepada bayi. edukasi tentang
 Memberi reinforcemen positif perawatan ibu dan bayi.
untuk ibu setelah mampu  Klien dapat menjelaskan
mengulang edukasi yang telah kembali tentang
diberikan. perawatan ibu dan
bayinya.
 Klien tampak sudah bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan bayi.
 Tampak klien mampu
mempraktekkan tentang
perawatan tali pusat dan
membedong bayi.
 Klien belum mampu
untuk memandikan
bayinya sendiri.
 Tampak suami klien ikut
serta dalam edukasi
tersebut.
 Obat ARV untuk bayi
masih perawat yang
memberikannya.

A : Masalah teratasi sebagian


P : Tindakan keperawatan
diteruskan : Persiapan pulang
 Ulang kembali edukasi
tentang perawatan bayi
 Ajarkan klien cara
meminumkan obat ARV
untuk bayinya.

1 Tanggal 5 Juni 2014 S:


 Klien mengatakan nyeri
Jam : 14.30 WIB
luka operasi sudah jauh
Implementasi : lebih berkurang, skala
 Mengkaji tingkat nyeri klien nyeri 1.
 Menganjurkan kembali teknik  Klien mengatakan teknik
mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi nafas dalam
nonfarmakologi seperti : teknik masih dilakukan bila
relaksasi nafas dalam. nyeri timbul.
 Menganjurkan klien untuk  Klien mengatakan sudah
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

mengatur posisi yang nyaman dapat aktif mobilisasi


menurut klien. jalan karena klien hari
 Berkolaborasi dengan dokter ini rencana pulang.
dalam pemberian terapi
analgetik Asam Mefenamat 3x1 O :
jika dengan non farmakologi  Klien tampak lebih segar
tidak berhasil. dan rileks dari hari
 Menganjurkan klien untuk lebih sebelumnya.
aktif lagi dalam mobilisasi jalan.  Klien tampak sesekali
masih melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika nyeri timbul.
 Klien tampak sudah
mobilisasi aktif .
 Asam Mefenamat masih
diberikan setiap habis
makan.

A : Masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah ;
 Tetap melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
jika sewaktu-waktu nyeri
itu timbul.

3 Tanggal 5 Juni 2014 S:


 Klien mengatakan sudah
Jam 17.00 WIB
paham tentang
Implementasi : perawatan bayi dan ibu.
 Menganjurkan ibu untuk  Klien mengatakan untuk
mengulang materi yang sudah latihan memandikan
diberikan kepada ibu tentang bayinya nanti saja di
perawatan ibu dan bayi. rumah.
 Menganjurkan klien untuk  Klien mengatakan tidak
mendemonstrasikan kembali akan lupa untuk
yang sudah diajarkan. meminumkan ARV
 Memberikan lingkungan yang bayinya.
kondusif untuk belajar.  Klien dan suami
 Mengikut sertakan suami dalam mengatakansenang
proses belajar. karena sudah dapat
 Mengajarkan klien tentang cara pelajaran yang sangat
meminumkan obat ARV ke berguna.
bayinya.
 Menganjurkan klien untuk tidak O:
lupa memberikan obat ARV nya  Klien tampak mampu
kepada bayi. untuk mengulang materi
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 9

 Memberi reinforcemen positif yang sudah diberikan


untuk ibu setelah mampu  Klien tampak mampu
mengulang edukasi yang telah mendemonstrasikan
diberikan. tentang perawatan
bayinya kecuali
memandikan bayi.
 Klien tampak mampu
meminumkan obat ARV
bayinya.
 Klien dan suami tampak
senang.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Tindakan keperawatan
dilanjutkan di rumah. Persiapan
pulang :
 Monitor pemberian ARV
pada bayinya.
 Monitor kemampuan
klien dalam perawatan
bayi khususnya
memandikan bayi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 10

HASIL LABORATORIUM PRENATAL

Tanggal Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Nilai


Normal
02 Hematologi
April  Darah Perifer Lengkap
2014  Hemoglobin 10.4 g/dl 12.0-15.0
 Hematokrit 31.2 % 36.0–46.0
 Eritrosit 3.84 10 6/ 3.80-4.80
 Trombosit 293 10 3/ 150 - 400
 Leukosit 13.66 10 3/ 5.00 10.00

 Hitung Jenis
 Basofil 0.1 % 0.5-1.0
0.7 % 1-4
 Eosinofil
76.4 % 55.0-70.0
 Neutrofil
15.8 % 20-40
 Limfosit
7.0 % 2-8
 Monosit
70 mm 0 – 20
 Laju Endap Darah
Alergi & Imunologi
 CD4
 Limfosit (CD45+) 2091 / 1000-
absolut 4000
64
 Sel T (CD3+) persen % 55-84
 Sel T (CD3+) absolut 1339 Sel/ 690-2540
 Sel T (CD4+) persen 9 % 31-60
186 Sel/ 410-1590
 Sel T (CD4+) absolut

HEMATOLOGI
16 Mei  Hemoglobin 10.1 g/dL 12.0-15.0
 Hematokrit 31.1 % 36.0-46.0
2014
 Eritrosit 4.01 10 6/ 3.80-4.80
 Leukosit 12.27 10 3/ 5.00 10.00
 Trombosit 283 10 3/ 150-400
HEMOSTASIS
Masa Protrombin (PT)
 Pasien 11.2 Detik 9.8-12.6
 Kontrol 12.8 Detik
APTT
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


Lampiran 10

 Pasien 24.8 Detik 31.0-47.0


 Kontrol 34.3 Detik
KIMIA DARAH
 SGOT 17 U/L < 27
 SGPT 11 U/L < 33
 Kreatinin Darah 0.40 Mg/dL 0.60-1.20
 Ureum Darah 10 Mg/dL < 50
 Glukosa Sewaktu 71 Mg/dL < 140
ALERGI & IMUNOLOGI
CD4
 Limfosit (CD45+) absolut 1990 / 1000-
4000
 Sel T (CD3+) persen 67 % 55-84
 Sel T (CD3+) absolut 1328 Sel/ 690-2540
 Sel T (CD4+) persen 11 % 31-60
 Sel T (CD4+) absolut 209 Sel/ 410-1590

Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


Normal
16 Mei Urin Lengkap
2014  Warna Kuning Kuning
 Kejernihan Keruh Jernih
 Sedimen
 Leukosit 14-16 /LPB 0-5
 Eritrosit 0-1 /LPB 0-2
 Kristal Negatif
 Bakteria Negatif Negatif
 Berat Jenis 1.030 1.005-
1.030
 pH 6.0 4.5-8.0
 Protein Negatif Negatif
 Glukosa Negatif Negatif
 Keton 2+ Negatif
 Darah / Hb Negatif Negatif
 Bilirubin Negatif Negatif
 Urobilinogen 3.2 Mol/L 3.2-16.0
 Nitrit Negatif Negatif
 Leukosit Esterase 1+ Negatif

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014


CURICULUM VITAE

Nama : IDA SRIHASTUTI

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1976

Alamat : Jln. Pamitran Rt 008 Rw 06 No. 62 Cijantung Pasar Rebo Jak-Tim

Email : ida_srihastuti@yahoo.com

No Telp : 081399191386

Program : Profesi Ilmu Keperawatan 2013

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Kartika Putra II Rempoa-Ciputat Lulus Tahun 1988

2. SMPN 161 Tanah Kusir Jakarta Selatan Lulus Tahun 1991

3. SMAN 47 Tanah Kusir Jakarta Selatan Lulus Tahun 1994

4. AKPER POLRI Jakarta Timur Lulus Tahun 1997

5. Fakultas Ilmu Keperawatan UI ( FIK UI ) Lulus Tahun 2013

6. Faklutas Ilmu Keperawatan UI Program Profesi Lulus Tahun 2014

Riwayat Pekerjaan : Bekerja di RSUD BUDHI ASIH Jakarta Timur sejak Tahun 1998
sampai dengan sekarang.

Analisis praktik ..., Ida Srihastuti, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai